RINGKASAN RATIH KOMALA DEWI. Gambaran Mikroanatomi Spermatogenesis pada Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus). Dibimbing oleh SAVITRI NOVELINA dan HERU SETIJANTO. Musang luak termasuk ke dalam genus Paradoxurus. Genus Paradoxurus memiliki beberapa spesies yang tersebar di seluruh penjuru negara, diantaranya adalah Paradoxurus hermaphroditus, Paradoxurus zeylonensis, Paradoxurus jerdoni, dan Paradoxurus lignicolor. Salah satu spesies di Indonesia yang termasuk genus ini yaitu spesies P. hermaproditus lebih dikenal dengan musang luak yang dimanfaatkan biji kopinya. Musang luak tersebar diseluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pembentukan spermatozoa terjadi di dalam testis tepatnya pada tubuli seminiferi, melalui proses yang disebut spermatogenesis. Spermatogenesis merupakan suatu siklus perkembangan dari sel spermatogonia menjadi spermatozoa yang terjadi didalam tubuli seminiferi testis (O’Day 2002). Proses spermatogenesis berguna dalam penyediaan sel gamet jantan. Pengetahuan tentang tahapan atau siklus spermatogenesis penting untuk mengetahui perubahan morfologi yang terjadi pada setiap tahapan dan durasi yang dibutuhkan dari sel spermatogenik (spermatogonia, spermatosit, spermatid) sampai menjadi spermatozoa yang dilepaskan di dalam lumen tubuli seminiferi (Pergiwa 2003). Pada pengamatan tahapan tubuli seminiferi dengan metode morfologi tubular, ditemukan delapan tahapan tubuli seminiferi pada hampir semua mammalia domestik. Delapan tahapan tersebut memperlihatkan komposisi seluler berbeda-beda yang menjadi ciri spesifik pada masing-masing spesies. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari spermatogenesis pada musang luak dengan mengamati morfologi sel-sel spermatogenik dalam proses spermatogenesis berdasarkan perbedaan komposisi seluler dari tiap tahapan tubuli seminiferi. Penelitian ini menggunakan sampel organ testis musang luak jantan (Paradoxurus hermaphroditus), dengan bobot badan 3 kilogram. Gambaran morfologi dan komposisi seluler dari tubuli seminiferi ditentukan dengan fokus pengamatan secara morfologi tubular terhadap preparat histologi testis dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Selanjutnya dilakukan perhitungan frekuensi relatif serta durasi dari masing-masing tahap spermatogenesis dengan menggunakan nilai durasi total spermatogenesis feret. Hasil penelitian menunjukkan proses spermatogenesis terbagi menjadi tahap pre-meiosis, meiosis dan post-meiosis yang memiliki nilai frekuensi relatif masing-masing 38.49%, 10.07%, dan 51.43%, dan durasi masing-masing tahapan adalah 5.01 hari, 1.31 hari, dan 6.68 hari. © Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjaun suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin dari IPB.