Penggunaan formalin

advertisement
Langkah 3
Penggunaan formalin:
•
Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang,
pakaian.
•
Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
•
Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan
peledak.
•
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
•
Bahan untuk pembuat produk parfum.
•
Bahan pengawet kosmetika dan pengeras kuku.
•
Pengawet mayat.
(Sumber: www.litbang.depkes.go.id)
Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin:
•
Tahu yang berbentuk sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur/rusak/busuk/
sampai 3 hari pada suhu kamar ( 25 oC ) dan bertahan 15 hari di dalam lemari es
dan baunya agak menyengat.
•
Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
•
Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi. Biasanya bila mie tanpa
formalin, 2 hari sudah rusak, mie tidak lengket dan lebih mengkilat.
(Sumber: www.litbang.depkes.go.id)
Bahaya formalin:
•
Akut: Iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, pusing, keracunan, mual, rasa
terbakar, sakit perut.
•
Kronis: Gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pancreas dan system saraf pusat,
bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
(Sumber: www.petra.ac.id)
Pengertian makanan sehat:
•
Makanan
yang
dapat
memberikan
fungsi
kepuasan
jiwa
dengan
memperhatikan rambu-rambu yaitu makanan tersebut dapat mendukung
pembentukan sel-sel baru untuk pertumbuhan badan, mendukung pembentukan
sel-sel atau menggantikan bagian-bagian sel yang rusak/aus, yang dapat mengatur
metabolisme zat-zat gizi dan keseimbangan cairan serta asam basa (mengandung
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral)
Syarat makanan sehat:
•
Menghasilkan energi, untuk mendukung aktivitas, untuk pertumbuhan badan dan
bahan makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan
nutrisi, persyaratan kesehatan dan kebersihan.
(Sumber: Sartono, Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika)
Persyaratan pengolahan makanan:
•
Harus ada proses pendinginan/ pembekuan, pengeringan, pengasapan,
penggaraman, pemanasan (pasteurisasi sterilisasi) dan penambahan bahan
pengawet kimia organik dalam jumlah normal.
•
Dilakukan pengamatan sebelum produk dipasarkan selama 2 minggu, apakah
produk rusak/ tidak.
•
Bahan pengawet yang digunakan harus dalam kadar normal, misalnya jangan
menggunakan
formalin,
jangan
ditambahkan
zat
karsinogenik, misalnya amino azotoluen pada mentega.
(Sumber: www.library.usu.ac.id)
•
Pemilihan bahan baku yang segar, tidak busuk.
warna
yang
bersifat
•
Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus atau jaringan
sampai membusuk.
•
Pengolahan makanan yang sehat dan higienis serta prosesnya dapat
mematikan penyebab penyakit dengan peralatan yang bersih.
•
Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan.Pilih metode
memasak dikukus, direbus atau ditumis dengan sedikit minyak.
•
Kurangi
metode
menggoreng,
memanggang
dan
membakar
selain
mengandung banyak lemak, metode memasak tersebut juga dapat merusak nilai
gizi makanan karena panas tinggi.
•
Penyimpanan makanan tidak terkena lalat, debu dan udara kotor.
•
Penyimpanan makanan yang matang jangan sampai terkontaminasi dan
membusuk.
•
Pastikan peralatan masak tidak dilapisi bahan kimia.
•
Sajikan makanan sesegar mungkin agar nutrisi dalam makanan tetap terjaga,
bukan hanya tekstur dan warnanya yang tetap terjaga.
(Sumber: www.ipb.ac.id)
Langkah 6
Pengertian iradiasi:
• Iradiasi merupakan teknik pengawetan proses “dingin” (tidak melibatkan panas)
sehingga hanya menyebabkan sedikit perubahan penampakan secara fisik dan
tidak menyebabkan perubahan warna dan tekstur bahan makanan yang diiradiasi.
Perubahan kimia yang mungkin terjadi adalah penyimpangan flavor dan
pelunakan jaringan. Selama proses iradiasi, produk pangan menyerap radiasi.
Radiasi akan memecah ikatan kimia pada DNA dan mikroba atau serangga
kontaminan. Organisme kontaminan tidak mampu memperbaiki DNA-nya yang
rusak sehingga pertumbuhannya akan terhambat. Pada iradiasi pangan, dosis
iradiasi tidak cukup besar untuk menyebabkan pangan menjadi radioaktif.
Walaupun begitu, proses iradiasi sendiri masih menghasilkan kontroversi, baik di
dalam maupun luar negeri.
(Sumber: Elvira Syamsir. 2008. Iradiasi Pangan)
Definisi keracunan makanan:
•
Dampak berbahaya dari makanan yang ditimbulkan oleh jenis dan aktivitas
mikroorganisme
serta
oleh
bahan
makanannya
sendiri
yang
beracun,
terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang pathogen dan bahan kimia
yang bersifat racun. Selain itu, bahan tambahan makanan yang digunakan atau
ditambahkan pada waktu mengolah makanan (termasuk bahan pewarna) juga
dapat mengakibatkan keracunan.
(Sumber: Sartono, Drs. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika)
Sanitasi daging:
•
Penyembelihan
1. Hewan tiba di TPH (Tempat Penyembelihan Hewan) paling sedikit 12
jam sebelum penyembelihan.
2. Pemeriksaan hewan 24 jam sebelum disembelih (ante mortem).
3. Pemeriksaan setelah penyembelihan ( daging dan bagian-bagiannya)
melalui pemeriksaan organoleptik (post mortem)
4. Petugas penyembelihan dan pemotongan daging sebelum dan setelah
bekerja harus membersihkan diri dan alat-alatnya.
5. Sisa-sisa penyembelihan harus dibuang, dibakar dan disucihamakan.
•
Pengolahan
Daging atau ikan yang diedarkan ke masyarakat sebaiknya dimasukkan ke
dalam wadah berisi es/ ruangan yang bersuhu 0-15oC. Jangan
menambahkan formalin dan garam nitrat yang digunakan berlebihan
karena dapat menyebabkan keracunan makanan. Garam nitrat hanya
berfungsi untuk memerahkan produk daging dan ditujukan untuk
menghancurkan salah satu bakteri yang tahan panas yang dapat
memproduksi racun.
•
Pemasaran
1. Pengemasan harus menggunakan bahan-bahan yang aman dan rapat
agar tidak terkontaminasi mikroorganisme.
2. Pendistribusian harus tetap menjaga kondisi daging. Misal disesuaikan
suhu, tekanan dan kelembabannya.
(Sumber: www.ipb.ac.id)
Upaya pemerintah untuk menjaga makanan sehat:
Diberlakukannya beberapa undang-undang atau hokum yang berkaitan dengan bisnis
peternakan dan jaminan keamanan pangan:
•
UU no.6 tahun 1967 tentang pokok-pokok peternakan dan kesehatan hewan.
•
Peraturan pemerintah (PP) no.22 tahun 1983 tentang kesehatam masyarakat
veteriner.
•
PP no. 15 tahun 1991 tentang standar nasional Indonesia.
•
UU no.7 tahun 1996 tentang pangan.
•
UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 016159-1999. Jakarta: BSN)
Download