1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif yang
secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan (Rumagit, 2015). Pada tubuh kita terbentuk radikal bebas secara
terus menerus dan dengan kadar yang tinggi di dalam tubuh dapat memicu
munculnya berbagai penyakit degeneratif. Antioksidan diperlukan untuk dapat
membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak
negatifnya (Werdhasari, 2014).
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau
lebih elektron sehingga dapat meredam radikal bebas (Suhartono dan Fujiati,
2002). Antioksidan termasuk inhibitor dari proses oksidasi, bahkan pada
konsentrasi relatif kecil memiliki peran fisiologis yang beragam dalam tubuh
(Kumar, et al., 2011). Tubuh memiliki antioksidan yang terbatas, sehingga jika
terjadi paparan radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen
misalnya vitamin E, vitamin C, β-karoten, flavonoid, dantanin yang berasal dari
alam (Winarsi, 2007; Isnindar, dkk., 2011).
Antioksidan alami merupakan hasil ekstraksi dari bahan tumbuhanseperti
kulit kayu, batang, daun, bunga, buah, akar maupun hewan(Saefudin, dkk., 2013).
Bahan antioksidan mampu melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh
oksigen reaktif dan mampu menghambat terjadinya penyakit degeneratif, serta
dapat menghambat peroksidase lipid pada makanan (Sunarni, 2005; Isnindar,
dkk., 2011).
1
Universitas Sumatera Utara
Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) merupakan salah satu tumbuhan
aromatis yang oleh masyarakat Indonesia dikenal dengan nama krangean atau ki
lemo. Hampir semua bagian tumbuhan ini mengandung minyak atsiri (Kayang,
dkk., 2009). Secara empiris minyak kulit batang krangean telah dimanfaatkan
sebagai obat kejang urat atau otot (Marina, dkk., 2015). Masyarakat Dayak
Kenyan di Kalimantan memanfaatkan batang dan buah untuk rempah-rempah
(Susianti, 1996). Buahnya sebagai obat batuk (Tyas, dkk., 1999). Masyarakat
Batak Toba memanfaatkan kulit batang sebagai obat rematik, pegal-pegal,
demam, dan untuk rempah (Rahmawati, 2004). Akar dan cabang untuk obat sakit
pencernaan, sakit kepala, sakit otot, dan obat mabuk perjalanan (Heryati, dkk.,
2009). Masyarakat Simalungun sendiri menggunakan air perasan dari kulit batang
sebagai pembersih rahim setelah melahirkan dan sebagai holat.
Tumbuhan-tumbuhan yang mempunyai aktivitas antioksidan umumnya
mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid (Saefudin, dkk., 2013), tanin
(Malangngi, dkk.,2012), steroid (Krisna, dkk., 2014), dan alkaloid (Tiong, et al.,
2013). Kulit batang tumbuhan inimengandung saponin, flavonoida, dan tanin
(Hutapea, 1994; Heryati, dkk., 2009). Senyawa tersebut diharapkan memiliki
efektivitas sebagai antioksidan.
Pengujian antioksidan terhadap kulit batang landoyung dapat dilakukan
menggunakan metodeDPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)yang prinsipnya adalah
penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas sehingga elektron
bebas menjadi berpasangan (Molineux, 2004). Merupakan metode yang
sederhana, cepat, dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa
senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat, sederhana, dan praktis (Prakash,et
2
Universitas Sumatera Utara
al., 2001). Memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan
warna violet gelap (Sunarni, 2005).
Komponen kimia ekstrak etanol kulit batang landoyung dianalisis
komponen kimianya dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi
kertas (KKt) menggunakan fase diam, fase gerak, dan penampak bercak yang
sesuai. KLT dan KKt merupakan cara yang umum untuk menganalisis kandungan
kimia dari suatu tumbuhan.
Berdasarkan hal di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakterisasi, aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit batang landoyung
(EEKBL) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), serta analisis
komponen senyawa kimianya dengan cara kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kertas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
penelitian adalah:
a. Apakah karakteristik simplisia dan ekstrak etanol kulit batang landoyung
memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia dan Farmakope Herbal
Indonesia.
b. Berapakah nilai IC50 ekstrak etanol kulit batang landoyung dengan metode
DPPH dan apakah memberikan efektivitas antioksidan..
c. Komponen apa saja yang terdapat pada ekstrak etanol kulit batang
landoyung yang dianalisis dengan KLT dan KKt.
3
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
a. Karakteristik simplisia dan ekstrak etanol kulit batang landoyung
memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia dan Farmakope
Herbal Indonesia.
b. Ekstrak etanol kulit batang landoyung memiliki aktivitas antioksidan.
c. Komponen yang terdapat pada ekstrak etanol kulit batang landoyung
dapat dianalisis dengan KLT dan KKt adalah saponin, flavonoid, dan
tanin.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahuikarakteristik simplisia dan ekstrak etanol kulit batang
landoyungapakah memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia dan
Farmakope Herbal Indonesia.
b. Untuk mengetahui nilai IC50 ekstrak etanol kulit batang landoyung dan
efektivitas antioksidannya.
c. Untuk mengetahui komponen kimia (pola kromatogram) ekstrak etanol
kulit batang landoyung secara KLT dan KKt.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian adalah untuk
mendapatkan informasi yang lebih luas tentang karakterisasi, skrining fitokimia,
aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit batang landoyung, serta pola
kromatogramnya.
4
Universitas Sumatera Utara
Download