PENDAHULUAN Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang kaya. Sekitar 40 000 spesies tumbuhan ditemukan di Indonesia dan 180 di antaranya berpotensi sebagai tanaman obat (Bermawi & Kristina 2003). Salah satu tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional adalah dandang gendis (Clinacanthus nutans). Dandang gendis merupakan tanaman semak belukar yang sering dijadikan tanaman pagar dan dikenal oleh masyarakat sebagai obat kencing manis, susah buang air kecil, dan disenteri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak dandang gendis berpotensi sebagai antikanker (Sofyan 2008), larvasida Aedes aegypti (Andriani 2008), antivirus Herpes simplex (Yoosook et al. 1999; Thongchai et al. 2008), dan antioksidan (Pannangpetch et al. 2007; Akbar 2010). Ekstraksi pendahuluan daun dandang gendis dengan berbagai pelarut menunjukkan kandungan alkaloid, flavonoid, dan terpenoid (Suharty 2004). Flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun dandang gendis dapat menghambat aktivitas radikal bebas. Radikal bebas diketahui memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga dapat memicu reaksi berantai dalam sel. Hal ini dapat merusak sel dan akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti inflamasi, penyakit kardiovaskular, kanker, dan penuaan dini. Aktivitas radikal tersebut dapat dihambat oleh kerja antioksidan. Potensi ekstrak daun dandang gendis sebagai antioksidan telah diteliti oleh Akbar (2010) yang menunjukkan aktivitas antioksidan dengan nilai konsentrasi hambat 50% (IC50) sebesar 48.42 mg L-1. Ekstrak daun dandang gendis dapat berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung senyawa flavonoid. Penelitian ini bertujuan mengisolasi senyawa flavonoid, uji aktivitas antioksidan, dan analisis senyawa golongan flavonoid yang terkandung dalam daun dandang gendis menggunakan spektrofotometer UV-tampak. TINJAUAN PUSTAKA Dandang Gendis Dandang gendis (Gambar 1) tumbuhan semak belukar berbentuk yang memiliki ciri fisik antara lain yang beruas, berwarna hijau, dan adalah perdu batang tegak dengan tinggi kurang lebih 2.5 m. Daunnya mempunyai bentuk tunggal dan berhadapan satu sama lain dengan panjang daun berkisar 8–12 cm, sedangkan lebar 4–6 cm. Daun tersebut berbentuk tulang menyirip dan berwarna hijau. Tanaman ini memiliki bunga yang tumbuh di ketiak daun dan di ujung batang. Mahkota daun berbentuk tabung dengan panjang 2–3 cm. Warnanya merah muda. Buah yang dihasilkan tanaman yang termasuk famili Acanthaceae ini berwarna cokelat dengan bentuk bulat memanjang (Kristio 2007). Gambar 1 Daun dandang gendis. Secara taksonomi dandang gendis diklasifikasikan dalam kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, famili Acanthaceae, genus Clinacanthus, dan spesies Clinacanthus nutans. Masyarakat Indonesia mengenal dandang gendis sebagai obat kencing manis (diabetes melitus), susah buang air kecil, dan disenteri. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun dandang gendis berpotensi sebagai antioksidan (Pannangpetch et al. 2007; Akbar 2010), larvasida terhadap Aedes aegypti (Andriani 2008), antikanker (Sofyan 2008), dan antiradang (Wanikiat et al. 2008). Daun dandang gendis memiliki aktivitas antivirus yang tidak terlalu kuat terhadap HSV1 (Thongchai et al. 2008) dan HSV2 (Yoosook et al. 1999). Senyawa yang terkandung dalam daun dandang gendis di antaranya C-glikosilflavon, viteksin, isoviteksin, shaftosida, isomolupentin, 7-O-ß-glukopiranosida, orientin, 5 senyawa yang mengandung sulfur (Teshima et al. 1997), 132-hidroksi-(132-R)faeofitin b, 132-hidroksi-(132-S)-faeofitin a, 132-hidroksi-(132-R)-faeofitin a (Sakdarat et al. 2009), serta campuran 9 serebrosida dan monoasilmonogalaktosilgliserol(Tuntiwachutt tikul et al. 2004).