HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN
PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
OLEH :
INTAN AGRIA RATNANINGTYAS
S541008048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN
PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
OLEH :
INTAN AGRIA RATNANINGTYAS
S541008048
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit
to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN
PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI
Disusun Oleh :
INTAN AGRIA RATNANINGTYAS
S541008048
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Pembimbing I
Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D
Tanda tangan
NIP. 195510211994121001
Pembimbing II Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK
NIP. 194811051981111001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik G. Tamtomo,
dr., MM, M.Kes., PAK
commit to user
NIP. 194803131976101001
ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN
PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI
Disusun Oleh :
INTAN AGRIA RATNANINGTYAS
S541008048
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : 9 Januari 2012
Dewan Penguji
Jabatan
Nama
Tanda tangan
Ketua
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.
NIP. 196611081990032001
Sekretaris
Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D
NIP. 195111201986011001
Anggota
Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D
NIP. 195510211994121001
Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK
NIP. 194811051981111001
Surakarta,
Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga
Mengetahui,
Direktur PPS UNS
to Dr.
userDidik G. Tamtomo, dr, MM, M.Kes., PAK
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S. commit
Prof.
NIP. 196107171986011001
NIP. 194803131976101001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Intan Agria Ratnaningtyas
NIM
: S541008048
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Obesitas dan
Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Januari 2012
Yang membuat pernyataan,
Intan Agria Ratnaningtyas
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi
Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi”.
Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mencapai derajat magister kesehatan program studi magister
kedokteran keluarga minat utama pendidikan profesi kesehatan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tesis ini tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat.
Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr., MM, M.Kes., PAK, selaku Ketua
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing pertama yang
sabar dan penuh tanggung jawab.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, SpOk, selaku pembimbing kedua yang sabar
dan penuh tanggung jawab.
6. Seluruh Dosen, karyawan dan karyawati Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret
yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini.
7. Kepala sekolah SMAN 2 Ngawi yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk mengadakan penelitian di SMAN 2 Ngawi.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat
Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret
yang selalu
bersama dalam suka maupun duka.
9. Siswa SMAN 2 Ngawi yang bersedia menjadi responden.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada
Bapak atau Ibu, Saudara atau Saudari. Amin.
Surakarta,
November 2011
Penulis
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
ABSTRAK ......................................................................................................
xv
ABSTRACT ...................................................................................................
xvi
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ………………………………………………….
1. Obesitas ............................................................................
commit to user
vii
7
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sindrom Pra Menstruasi (Premenstrual Syndrome) ……..
16
3. Prestasi Belajar ..................................................................
23
4. Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan
Prestasi Belajar ...................................................................
30
B. Penelitian Yang Relevan ……………………………………
33
C. Kerangka Berpikir …………………………………………..
36
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………
37
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian …………………………………
38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….
38
C. Populasi Penelitian ………………………………………….
38
D. Sampel Penelitian …………………………………………..
38
E. Rancangan Penelitian ……………………………………….
40
F. Variabel Penelitian ………………………………………….
40
G. Definisi Operasional Variabel ………………………………
41
H. Instrumen Penelitian ………………………………………
43
I.
Teknik Pengumpulan Data ………………………………….
46
J.
Teknik Analisis Data .............................................................
47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……………………………………………...
49
B. Analisis Data ………………………………………………..
54
C. Pembahasan …………………………………………………
57
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………..
commit to user
62
viii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V.
digilib.uns.ac.id
PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………
63
B. Implikasi …………………………………………………….
64
C. Saran ………………………………………………………...
64
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
66
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ......................................................................
36
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian..................................................................
40
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Untuk Mengetahui
Status Obes …………………………………………………….
51
Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Pra Menstruasi ………………….
51
Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar …………………………..
52
Gambar 4.4. Korelasi Siswa Yang Mengalami Obes dan Tidak Obes Dengan
Prestasi Belajar…….…………………………………………….
54
Gambar 4.5. Korelasi Siswa Yang Mengalami Sindrom Pra Menstruasi
Dan Yang Tidak Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dengan
Prestasi Belajar ...........................................................................
commit to user
x
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003) ..................................
12
Tabel 2.2. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO Untuk Orang Asia Dewasa..
13
Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum
Uji Reliabilitas ……………………………………………………
45
Tabel 3.2. Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar .........................
46
Tabel 3.3. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Setelah
Uji Reliabilitas ……………………………………………………
46
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian ……………………………….
50
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi
Belajar dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar …….
53
Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linier GandaTentang Hubungan
Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar
Dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar ……………
commit to user
xi
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
ACOG
= American College of Obstetric and Ginecology
BB
= Berat Badan
BBR
= Berat Badan Relatif
BMI
= Body Mass Index
CO2
= Carbondioksida
CI
= Confident Interval
GMAT
= Graduate Management Admission Test
GRE
= Graduate Record Examination
IMT
= Indeks Massa Tubuh
IMTAK
= Iman dan Takwa
IPTEK
= Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IQ
= Intelligence Quotient
PMS
= Pre Menstrual Syndrome
SMAN
= Sekolah Menengah Atas Negeri
SPAF
= Shortened Premenstrual Assesment Form
SPSS
= Statistical Products and Solution Sevices
TB
= Tinggi Badan
TPA
=Tes Potensi Akademik
WHO
= World Health Organization
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Ke Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan
Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi
Lampiran 4. Tes Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi (IQ)
Lampiran 5. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Sebelum Uji
Reliabilitas
Lampiran 6. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas
Lampiran 7. Kunci Jawaban Test Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi
(IQ)
Lampiran 8. Skoring Dari TPA (Test Potensi Akademik)
Lampiran 9. Nilai Konversi TPA, GMAT/GRE, dan IQ
Lampiran 10. Skoring Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas
Lampiran 11. Skoring Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas
Lampiran 12. Lembar Jawaban Tes Potensi Akademik
Lampiran 13. Data Untuk Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar
Lampiran 14. Hasil Pengumpulan Data
Lampiran 15. Reliability
Lampiran 16. Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS
Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 18. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Penelitian
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMAN 2
Ngawi
Lampiran 21. Lembar Konsultasi Pembimbing
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. Hubungan Obesitas Dan Sindrom
Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi. Tesis.
Komisi Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, Komisi
Pembimbing II : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, SpOk. Pascasarjana Program
Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Obesitas dan sindrom pra menstruasi termasuk faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar. Siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai
prestasi akademik yang lebih rendah. Sindrom pra menstruasi bisa cukup parah
sehingga memiliki pengaruh negatif pada prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan
prestasi belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan desain penelitian
cross sectional. Populasi sumbernya adalah siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI,
selama bulan Agustus 2011 sampai dengan Januari 2012. Teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sampling, Diperoleh jumlah sampel sebanyak 85
siswa. Pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan, mikritois, rapor,
dan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
obesitas (IMT ≥ 25) dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa
obes memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak
obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah
mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi, inteligensi, dan motivasi belajar.
Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi
belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Terdapat hubungan
negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik
signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi
belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra
menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah
mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara
substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar,
karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
Simpulan penelitian ini mendukung hipotesis bahwa ada hubungan
negatif antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, dengan
mengontrol inteligensi dan motivasi belajar. Dengan demikian untuk
meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan mengatasi permasalahan
pada obesitas dan sindrom pra menstruasi.
Kata Kunci : Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi Belajar
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. The Relationship Between Obesity
and Pre-Menstrual Syndrome and Learning Achievement among Students of
SMAN 2 Ngawi. Thesis. The First Commision Mentor : Prof. Bhisma Murti,
dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, The Second Supervisor : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK,
SpOk. Graduate Mastery Program Family Medicine, the main interest of Health
Proffesions Education University Sebelas Maret Surakarta.
Learning achievement is affected by internal and external factors. Obesity
and pre-menstrual syndrome belong to internal factor affecting the learning
achievement. The obese students who do less physical activity have lower
academic achievement. Premenstrual symptom can be severe enough that affects
negatively the learning achievement. This study aimed to analyze the relationship
of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement.
This was an analytic-observational study used cross sectional approach.
The source population was the female students of SMAN (Public Senior High
School) 2 of Ngawi in the XI grade, from August 2011 to January 2012. The
sampling technique used was simple random sampling. The sample consisted of
85 students. The data collection was done using weight, micritoice, report, and
questionnaire. The data analysis was done using a linear regression.
The result showed that there was a negative statistically significant
relationship between obesity (IMT ≥ 25) and learning achievement. The obese
student has learning achievement of 1.20 point lower than the non-obese student
(IMT < 25) (b = -1.20, 95% CI, -2.13 to – 0.28). Such the coefficient had
controlled the effect of pre-menstrual syndrome, intelligence, and learning
motivation. Substantively, insignificant between obesity and learning
achievement, because very small differences in academic achievement There is a
negative statistically significant relationship between pre-menstrual syndrome and
learning achievement. The student with pre-menstrual syndrome learning
achievement of 0.56 point lower than the one with no pre-menstrual syndrome (b
= -0.56, 95% CI, -1.27 to 0.14). Such the coefficient had controlled the effect of
obesity, intelligence, and learning motivation. Substantively, insignificant the
relationship between pre-menstrual syndrome and learning achievement, because
very small differences in academic achievement.
In, conclusion, this study supports the hypothesis that there is a negative
relationship of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement.
Thus, improving the learning achievement can be done by coping with the
problems of obesity and pre-menstrual syndrome.
Keywords: Obesity, Pre-menstrual Syndrome, Learning Achievement
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan sosial ekonomi yang meliputi pengetahuan, sikap, perilaku
hidup, gaya hidup dan konsumsi makan serta peningkatan faktor pendapatan,
mampu mempengaruhi perubahan dalam hal pemilihan jenis makanan dan jumlah
makanan yang dikonsumsi (Sjarif, 2003).
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang jauh melebihi kebutuhan (psychobiological cues for eating)
sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk
fungsi tubuh (Suandi, 2007).
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan terdapat 2,3 miliar
orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih pada 2015. Sebanyak 700 juta
diantaranya tergolong obes. Angka tahun 2005 memperlihatkan 1,6 milyar dewasa
dengan berat badan berlebih dan 400 juta tergolong obes (Adinda, 2009).
Semakin hari semakin banyak orang Indonesia yang menderita kegemukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI)
tahun 2004, diketahui sebanyak 20,18% dari penduduk dewasa (25 tahun ke atas)
di Indonesia menderita obesitas, dan lebih dari setengahnya (11,02 %) adalah
kaum wanita (Femina, 2011).
Data obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan data obesitas di
seluruh penduduk. Namun, kejadian obesitas pada orang dewasa yang tinggal di
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
ibukota propinsi pada tahun 1996/1997 melalui survei nasional menunjukkan
bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (≥18 tahun) mengalami overweight dan
6,8% mengalami obesitas, pada wanita 10,5% mengalami overweight dan 13,5%
obesitas (Atmarita, 2005).
Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome) merupakan kumpulan
gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita,
gejala biasanya timbul 6 – 10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
menstruasi dimulai (Halbreich et al., 2007).
Sindrom pra menstruasi mempengaruhi jutaan wanita selama tahun
reproduktifnya. Gangguan ini di tandai dengan timbulnya gejala selama fase luteal
siklus menstruasi. Gejala ini terutama muncul antara umur 25-35 tahun. Gejala
akan menurun secara cepat sesuai dengan berlangsungnya menstruasi, sekitar 85%
wanita menstruasi melaporkan mempunyai satu atau lebih gejala premenstrual dan
2- 10% melaporkan gejala yang mengganggu hidup (Dickerson et al., 2003).
Di Amerika, gejala Sindrom pra menstruasi berefek pada 75% wanita usia
reproduktif dan terkadang berlangsung sepanjang hidupnya. Hampir 30% wanita
mengalami Sindrom pra menstruasi sekitar 10% mengalami gejala sangat parah
(Morena, 2006). Gejala premenstrual dirasakan lebih dari 80 persen wanita usia
reproduktif. Gejala merupakan hal yang normal berhubungan dengan fungsi
ovarium (Mortola, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Corney & Stanton (1991) yang disitasi oleh
Lu (2000), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara barat
dengan negara asia, seperti Indonesia kejadian Sindrom pra menstruasi sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
rendah antara 23-24% sedangkan Negara barat seperti Inggris dan Yugoslavia
lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73% dilaporkan dari negara-negara
barat, gejala-gejala perubahan emosional telah dialami oleh 88% wanita,
sementara gejala fisik tercatat 69%. Di Indonesia prevalensi Sindrom pra
menstruasi pada siswa SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat
dan 60,8% mengalami gejala ringan (Christiany, 2006).
Sebanyak 80% wanita dengan Sindrom pra menstruasi melaporkan
berkurangnya produktifitas kerja selama sekitar satu minggu per bulan akibat
gejala premenstruasi, dan lebih jauh lagi wanita dengan Sindrom pra menstruasi
memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi akibat premenstuasi (Halbreich
et al., 2007).
Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung
dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit
yang dicapai pada suatu saat, hasil tes dapat dilihat secara nyata dan dapat dicapai
oleh individu pada saat tertentu, (Winkal 1991, disitasi oleh Syah 2004).
Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali
artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri faktor non sosial dan faktor sosial.
Sedangkan faktor internal terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis (Ahmadi
dan Supriyono, 2004).
SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten
Ngawi. Sekolah ini banyak menghasilkan generasi penerus Ngawi yang tangguh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
dan berpotensi untuk membangun kota Ngawi (Wikipedia, 2011). Sekolah ini
terletak di jalan A. Yani Klitik Geneng, Ngawi (SMAN 2 Ngawi, 2010).
Ada keterkaitan antara
obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan
negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa
obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik
yang lebih rendah (Byrd, 2007).
Sindrom pra menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap
keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa
cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari yang
berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja
atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar
siswa SMAN 2 Ngawi.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Apakah ada hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar pada siswa
SMAN 2 Ngawi?
2.
Apakah ada hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar
pada siswa SMAN 2 Ngawi?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
3.
Apakah ada hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan
prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi?
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Menganalisis
hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi
dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar siswa
SMAN 2 Ngawi.
b.
Mengetahui hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi
belajar siswa SMAN 2 Ngawi.
c.
Mengetahui hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi
dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
a.
Penelitian ini digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam bidang
ilmu kesehatan dan pendidikan.
b.
Bagi peneliti lainnya, dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan
penelitian lanjutan tentang obesitas, sindrom pra menstruasi dan prestasi
belajar pada kelompok masyarakat lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Siswa
Diharapkan hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat serta
menambah wawasan kepada siswa tentang obesitas dan sindrom pra
menstruasi hubungannya dengan prestasi belajar. Sehingga siswa dapat
mengatasi permasalahan tersebut agar tidak mengganggu prestasi
belajarnya.
b.
Bagi Sekolah, Guru, Orang tua dan Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
sekolah, guru, orang tua dan masyarakat supaya memahami tentang
dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar
siswa, sehingga lebih peduli dan melakukan intervensi terhadap dampak
obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa.
c.
Bagi Peneliti
Dapat dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi
penulis serta dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan teori-teori baru
sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi atau mengantisipasi
dampak obesitas dan
sindrom
pra menstruasi yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Obesitas
a.
Definisi Obesitas
Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu od adalah akibat
dari, sedang esum diartikan sebagai makan. Jadi obesitas adalah akibat
dari makan. Secara definisi obesitas adalah suatu keadaan dimana
ditemukan kelebihan lemak dalam tubuh. Seorang dikatakan obesitas bila
lemak dalam tubuh berakumulasi lebih dari 20 persen diatas jumlah
normal. Bila lemak berlebih itu antara 10-20 persen diatas jumlah
normal, keadaan ini disebut overweight atau kelebihan berat badan
(Wiramihardja, 2004).
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan terjadinya kelainan
yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan (WHO, 2000).
Seseorang disebut menderita obesitas bila memiliki berat badan lebih
15% pada anak laki-laki dan 20% pada anak perempuan bila
dibandingkan dengan berat badan normal (Sediaoetama, 2000)
Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang digunakan untuk
menyatakan kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya
mempunyai pengertian yang tidak sama. Kata obesitas berasal dari
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
bahasa Latin yang mempunyai arti makan berlebihan, tetapi untuk saat
ini obesitas atau gemuk didefinisikan sebagai suatu kelainan atau
penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan
dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan
jaringan lemak atau jaringan non lemak. (Sjarif, 2003).
b.
Etiologi dan Patologi Obesitas
Menurut Sjarif (2003), berdasarkan etiologinya, maka pada
umumnya kejadian obesitas dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1) Obesitas primer
Obesitas primer disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi
masukan
makanan,
yaitu
masukan
makanan
berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan.
2) Obesitas sekunder
Obesitas sekunder disebabkan oleh adanya penyakit/kelainan
seperti adanya kelainan kongenital dan kelainan endokrin seperti
sindrom Cushing, sindrom Turner dan sindrom Down.
Menurut hukum termodinamika, energi yang masuk ke dalam
suatu sistem dikurangi energi yang keluar dari sistem sama dengan
energi yang disimpan dalam sistem tersebut. Bila hukum ini
diterapkan dalam tubuh manusia, maka hal di atas identik dengan
masukan energi makanan yang lebih besar dari energi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
digunakan tubuh merupakan kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk lemak tubuh (Sjarif, 2003).
Asupan energi yang tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan, sedangkan rendahnya keluaran energi disebabkan
oleh rendahnya metabolisme tubuh, rendahnya aktivitas fisik dan
efek termogenis makanan. Efek termogenis makanan ditentukan oleh
komposisi makanan. Lemak memberikan efek termogenis lebih
rendah dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Sjarif, 2003).
Struktur tubuh manusia tersusun oleh air 60-65 persen, protein
15-18 persen, lemak 10-28 persen, mineral 6 persen, karbohidrat 1,5
persen dan sedikit vitamin. Lemak terbagi dalam lemak esensial dan
lemak simpanan. Kisaran persentase lemak pada pria normal adalah
10-18 persen dari berat badan dan pada wanita normal adalah 18-27
persen dari berat badan. Bila keseimbangan energi terganggu, baik
itu karena defisit atau karena surplus energi, yang berubah adalah
lemak simpanan energi. Tubuh akan menyimpan kelebihan energi
dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen cadangan energi dari
karbohidrat tersimpan dalam hati dan otot, namun kemampuan otot
dan hati terbatas, sedang kemampuan tubuh dalam menampung
lemak simpanan sangat besar (Wiramihardja, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
c.
Penyebab Obesitas
Menurut Purwati, et.al (2002), ada beberapa faktor utama yang
menyebabkan obesitas, antara lain :
1) Faktor Genetik.
Faktor genetik yang dimaksud adalah faktor keturunan dari
orang tuanya.
2) Faktor Psikologik
Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku
bahkan mungkin perilaku yang salah. Manifestasi stres seseorang
juga berbeda-beda, ada yang justru nafsu makannya meningkat dan
merasa lapar terus, tapi ada yang sebaliknya tidak nafsu makan.
Seseorang yang ”rajin makan” cenderung lari ke makanan jika
mengalami tekanan, apalagi jika tidak diimbangi dengan aktivitas
fisik,tentunya akan menimbulkan obes.
3) Pola hidup yang kurang tepat.
Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus dalam waktu relatif
lama akan menjadi suatu pola hidup. Kebiasaan kurang baik yang
dapat menimbulkan kegemukan antara lain : makan berlebihan,
makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak
teratur, salah memilih dan mengolah makanan, kebiasaan ngemil
makanan ringan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
4) Kurang melakukan aktifitas fisik.
5) Faktor lain yang dapat menjadi pemicu kegemukan antara lain :
metabolisme basal yang lambat, peranan enzim tubuh, peranan
hormon.
d.
Kriteria Obesitas
Ada beberapa cara pengukuran lemak tubuh, baik dengan cara
langsung maupun tak langsung. Pengukuran antropometrik salah satu
cara pengukuran lemak tak langsung dapat dilakukan dengan cara body
mass index, berat badan relatif (BBR) dan skin fold. Dari ketiga jenis
pengukuran antropometrik ini, BMI yang paling tinggi berkorelasi
dengan jumlah lemak tubuh (Samsirun et al., (1994).
BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah
suatu parameter yang banyak digunakan untuk mengukur lemak dalam
tubuh. Dengan mengukur BMI/IMT maka dapat ditentukan kelebihan
berat badan seseorang. Keterbatasan BMI/IMT adalah tidak dapat
digunakan bagi : bayi, anak-anak dalam masa pertumbuhan, wanita
hamil, orang yang sangat berotot, contohnya atlet.
Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam
meter kuadrat (IMT=kg/m²). Klasifikasi yang ditetapkan oleh World
Health Organization (WHO) tahun 2000, nilai IMT >30 kg/m²
menunjukkan obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan tahap
pra-obes. Karena adanya perbedaan ras antar bangsa, maka untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
wilayah Asia Pasifik termasuk Indonesia telah memiliki klasifikasi
kriteria obesitas tersendiri. Nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan
obesitas I dan nilai IMT 23,0-24,9 kg/m² menunjukkan tahap beresiko
(pra-obes) (Soegondo, 2003).
Rumus Penghitungan BMI/IMT adalah sebagai berikut :
䱀ra 逸
Berat Badan Kg
Tinggi Badan m
Tabel 2.1 Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003)
Clasification
Underweight
BMI (Kg/m2)
<18.5
Normal range
18.5-24.9
Overweight
> 25.0
Pre Obese
25.0 -29.9
Obese clas I
30.0-34.9
Obese clas II
35.0-39.9
Obese clas III
> 40.0
Sumber Data : WHO (2000)
Risk of comorbidities
Low, but risk other clinical
Problem
Average
Increased
Moderate
Severe
Very severe
Karena postur tubuh orang Asia berbeda dengan orang barat atau
Amerika yang cenderung mempunyai BMI/IMT tinggi, maka untuk
Negara orang Asia, WHO menentukan standar BMI untuk orang Asia,
seperti dilihat dalam tabel 2.2. (Wiramihardja, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Tabel 2.2. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO Untuk Orang Asia
Dewasa
Clasification
BMI (Kg/m2)
Risk of comorbidities
Underweight <18.5
Low, but risk other clinical Problem
Normal
18.5-22.9
Average
range
Overweight
> 23.0
Pre Obese
23.0 -24.9
Increased
Obese clas I
25.0-29.9
Moderate
Obese clas II > 30.0
Severe
Sumber Data : Wiramihardja (2004)
Hal yang penting dicermati bahwa batas BMI untuk obesitas
menurut baku WHO adalah 30, tetapi menurut baku Asia dikatakan obes
jika BMI lebih dari 25. Hal ini sangat penting peranannya karena
berhubungan erat dengan faktor risiko yang terjadi.
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi dari
standar baku Asia, berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian
beberapa negara berkembang.
e.
Dampak Obesitas
Hasil Penelitian membuktikan bahwa kegemukan menimbulkan
banyak masalah dan memperbesar risiko terserang penyakit degenerative
(penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat
seluler yang meluas ke jaringan yang sama).
Dampak yang sering menyertai penderita obesitas, antara lain :
1) Penyakit jantung koroner (kardiovaskuler)
Overweight
dan
obesitas
pada
anak-anak
menyebabkan
peningkatan tekanan darah, kolesterol, radang sendi, diabetes tipe II,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
penyakit jantung empedu, asma depresi, cemas dan terisolasi dari
teman sebaya (Satcher et al., 2005)
2) Diabetes mellitus tipe-2
Mekanisme lain yang menjelaskan penurunan fungsi kognitif
pada obesitas adalah terganggunya hantaran reseptor insulin, kadar
leptin di otak rendah, dan berubahnya metabolisme glukosa. Tingkat
leptin yang rendah didalam otak akan mengakibatkan kemunduran
dalam proses kognitif dan mengingat (Farr et al., 2006). Secara
fisiologis
hiperinsulinemia
metabolisme
glukosa
dan
berhubungan
hantaran
dengan
insulin.
Hal
gangguan
ini
akan
mempengaruhi beberapa bagian otak, termasuk yang terkait dalam
perencanaan
dan
organisasi
misalnya
lobus
frontalis
dan
hippocampus, bagian otak ini merupakan bagian dari tugas desain
blok.
3) Obstructive sleep apneu
Peningkatan
BMI
berkaitan
dengan
peningkatan
risiko
obsructive apnea pada anak dan remaja (Amin et al., 2002). Sering
dijumpai pada anak obesitas dengan tidur mengorok. Penyebabnya
adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut.
Keadaan tersebut dapat mengganggu pergerakan dinding dada dan
diagfragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola
ventilasi paru-paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan.
Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2.
Selain itu penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah
yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang
mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan
tidur gelisah, sehingga keesokan harinya cenderung mengantuk dan
hipoventilasi.
Loke (2002) mengatakan bahwa anak obesitas mempunyai
gangguan tidur yaitu sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan
tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas
tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari,
dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya
ingat dan fungsi belajar.
4) Gangguan ortopedik
Obesitas juga memiliki risiko penyakit sendi pada ekstremitas
bawah. Penyakit ortopedik yang dapat terjadi adalah vara tibia
bilateral (tungkai yang melengkung, sehingga menyebabkan nyeri
lutut dan mengganggu mobilitas). Lebih jauh lagi, penyakit tersebut
mengganggu
kemampuan
berolahraga,
sehingga
menciptakan
lingkaran setan yang memperburuk obesitas dan penyakit sendi
(Loke, 2002).
5) Pseudomotor serebri
Pseudotumor serebri
akibat
peningkatan
ringan
tekanan
intrakranial pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
paru-paru
yang menyebabkan peningkatan
kadar CO2 dan
memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan
lapangan pandang perifer dan iritabilitas.
6) Nilai ekonomis.
Sampai saat ini di Indonesia dan negaranegara berkembang yang
lain belum tersedia data tentang besarnya nilai ekonomi dari
obesitas, akan tetapi dari berbagai studi diketahui bahwa obesitas
merupakan salah satu komponen terbesar dan budget nasional di
bidang kesehatan (WHO, 2000).
7) Konsekuensi psikososial
Obesitas
dapat
menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi
psikososial yang signifikan. Anak-anak dan remaja yang mengalami
obesitas dapat mengalami prasangka dan diskriminasi. Pada remaja
putri yang obes dan kelebihan berat badan merasa malu karena berat
badan mereka, merasa tidak modis, merasa rendah diri sehingga
menarik diri dari pergaulan (WHO, 2000).
2.
Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome)
a.
Definisi Sindrom pra menstruasi
American College of Obstetricians and Gynecologists, telah
mengusulkan definisi Sindrom pra menstruasi yang lebih ketat yang
mensyaratkan paling sedikit satu gejala dari daftar gejala emosional dan
fisik yang dialami oleh wanita selama lima hari sebelum menstruasi dan
mengalami remisi dalam empat hari setelah dimulainya menstruasi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
dengan tidak ada kekambuhan paling tidak hingga hari ke tiga belas
siklus, dalam setiap siklus pada tiga siklus menstruasi terdahulu
(Halbreich et al., 2007).
Menurut Dickerson et al. (2003), Premenstrual syndrome adalah
suatu gangguan siklus menstruasi pada wanita muda dan usia
pertengahan, yang ditandai dengan gejala emosional dan fisik secara
konsisten yang muncul saat fase luteal siklus menstruasi. Sindrom ini
lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi, dalam kondisi normal, seharusnya
menstruasi tidak sampai menyebabkan perubahan pada mental serta
mengganggu fungsi fisik wanita.
Premenstrual syndrome ialah kumpulan gejala yang mempunyai
karakteristk berupa perubahan tingkah laku dan gejala fisik, terjadi secara
berulang tiap kali pada fase luteal (Mortola, 2000). Jadi premenstrual
merupakan kumpulan gejala fisik, emosional dan perilaku yang terjadi
pada minggu-minggu menjelang menstruasi (Simon dan Edwin, 2003).
Dalam
keadaan
normal,
menstruasi
tidak
seharusnya
sampai
mengganggu fungsi mental dan fisik wanita, namun demikian adanya
fluktuasi hormonal dalam siklus menstruasi membawa efek pada
beberapa wanita
b.
Etiologi Sindrom pra menstruasi
Etiologi dari Sindrom pra menstruasi belum dapat diketahui dengan
pasti, mungkin bisa komplek dan multifaktor. Peran dari hormon ovarium
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
adalah belum jelas, tetapi tanda-tanda sering meningkat saat ovulasi
tertekan. Perubahan dalam tingkat hormon mungkin pengaruh dari pusat
aksi neorotransmitter yaitu serotinin, tetapi sirkulasi tingkat hormon seks
adalah normal pada wanita dengan Premenstrual syndrome. Beberapa
fakta memberi kesan pada perubahan sensitif dari progesteron terdapat
pada wanita dengan defesiensi serotinin, defesiensi prostaglandin, dan
faktor genetik (Dickerson et al.,2003).
Penyebab premenstrual syindrome ini masih kontroversi, beberapa
ahli mengatakan penyebabnya karena faktor lain, termasuk karena
rendahnya masukan kombinasi dari seng dan tembaga, tidak normalnya
fungsi serotinin, defisiensi progesteron, beberapa neurotransmitters,
bahan gizi seperti vitamin E, kalsium, asam linoleat dan magnesium
(Connolly, 2001). Kekurangan vitamin, kalsium, magnesium, seng dan
tembaga serta progesteron merupakan faktor risiko untuk terjadinya
premenstrual syndrome.
c.
Gejala Sindrom pra menstruasi
Sekitar 100 gejala diidentifikasikan sebagai gejala PMS. Secara garis
besar gejala premenstrual syndrome menurut Dickerson et al. (2003) dan
Simon dan Edwin (2003) terbagi dalam :
1) Gejala fisik
Payudara bengkak dan keras, perut terasa sebah, konstipasi dan
diare, jerawat, sakit atau nyeri kepala, alkohol intolerens, retensi
cairan, berat badan naik, kekakuan atau ketegangan, kurang nafsu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
makan dan muntah, jantung berdebar, nyeri perut dan kembung,
penambahan berat badan, ekstrimitas bengkak, nausea, nyeri otot dan
sendi.
2) Gejala emosional atau psikologis
Depresi, tiba-tiba cemas dan panik, ganguan tidur (insomnia),
mudah tersinggung, mudah marah, curiga, delusi dan halusinasi (jika
gejala sangat berat dapat merupakan gangguan psikologis),
iritabilitas, menangis dan sedih, cemas, tegang, perubahan perasaan,
kurangnya konsentrasi, bingung, pelupa, kurang istirahat menyendiri
dan penurunan kepercayaan diri.
3) Gejala mental dan tingkah laku
Perubahan emosi, konsentrasi tidak stabil dan beberapa memori
hilang, marah dengan orang lain, cemas, cenderung mudah mendapat
kecelakaan, letargi dan kelelahan, perubahan minat berhubungan
sexual kecanduan makanan tertentu dan makan berlebihan.
d.
Diagnosis Sindrom pra menstruasi
American
College
of
Obstetric
and
Ginecology
(ACOG)
merekomendasikan kriteria diagnosa yang dikembangkan oleh University
of California at San Diego dan National Institute of Mental Health yaitu
SPAF (Conolly, 2001). The Premenstrual Shortened Form (SPAF) yaitu
kriteria diagnosa dengan penilaian sederhana yang terdiri dari 10 item.
Wanita ditanya tanda-tanda yang dialami menjelang haid antara lain :
1) Payudara tegang, nyeri dan bengkak,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
2) Malas dan tidak bergairah,
3) Merasa tertekan,
4) Mudah tersinggung dan marah,
5) Sedih, depresi,
6)
Nyeri otot,
7) Berat badan naik,
8) Merasa tidak enak badan, tidak nyaman atau nyeri abdomen,
9) Bengkak atau terjadi retensi cairan,
10) Merasa gemuk (mengembung).
Masing-masing item mempunyai nilai maksimal 6, terentang pada
gejala yang tidak dirasakan sampai gejala yang sangat berat (Simon dan
Edwin, 2003).
Diagnosa premenstrual syndrome dapat ditegakkan kalau wanita
mengalami paling sedikit 5 dari tanda dalam SPAF dalam derajat 5, salah
satunya harus nomor 2, 3, 4 dan 5 atau sama dengan skore ≥ 30 (Simon
dan Edwin, 2003).
e.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sindrom pra menstruasi
Beberapa dari hasil penelitian mengungkapkan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi premenstrual syndrome, adalah :
1) Usia
Keluhan premenstrual syndrome lebih banyak dirasakan pada
wanita muda, biasanya dimulai sekitar pertengahan 20 tahunan, 88
persen melaporkan gejala premenstrual syndrome sedang sampai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
berat. Pada beberapa kasus, wanita mulai mencari pertolongan
pengobatan ketika berumur 30 tahun. (Simon dan Edwin, 2003).
Studi lain melaporkan adanya perbedaan gejala premenstrual
syndrome pada wanita dibawah 40 tahun dengan wanita diatas 40
tahun. Kelompok wanita dibawah 40 tahun mempunyai gejala
premenstrual syndrome berupa gangguan dalam kehidupan sosial,
kurangnya aktivitas dan mudah tersinggung sedang pada kelompok
wanita diatas 40 tahun mengeluhkan gejala gangguan tidur dan
insomnia (Kuan et al., 2004).
2) Stress
Peranan stress pada wanita dengan premenstrual syndrome
adalah memperberat gejala premenstrual syndrome yang berdampak
pada perubahan suasana hati dan gejala fisik (Beck et al., 1990).
3) Genetik
Penelitian terhadap wanita kembar mempunyai kontribusi yang
signifikan terhadap premenstrual syndrome (Freeman, 2007).
4) Obesitas
Pada wanita obesitas terjadi peningkatan kadar serotinin.
Ketidaknormalan serotinin dalam neurotransmitter berhubungan
dengan depresi, marah, tersinggungg (Dickerson et al., 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
5) Nutrisi
Defisiensi yang berkaitan dengan rendahnya konsumsi kalsium
dan magnesium berhubungan dengan rasa tidak nyaman saat
mentsruasi (Daugherty, 1998).
6) Siklus menstruasi
Beberapa studi tidak secara konsisten menerangkan adanya
abnormalitas sekresi hormon ovarium selama fase luteal. Perubahan
kadar hormonal pada fase luteal ini menjadi penyebab terjadinya
premenstrual syndrome (Dickerson et al., 2003).
7) Perubahan hormonal
Perubahan kadar hormon mempengaruhi neurotransmitter
seperti serotinin. Berkaitan dengan peningkatan sensitivitas terhadap
progesteron pada wanita dengan defisiensi serotonin (Dickerson, et
al., 2003).
8) Penggunaan KB hormonal
Dosis
rendah
pil
kombinasi
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan gejala premenstrual syndrome (Shoupe dan Daniel,
2000). Penelitian lain mengungkapkan pemberian kontrasepsi oral
tidak bermanfaat menurunkan gejala PMS. Beberapa wanita justru
melaporkan gejala yang memburuk setelah minum kontrasepsi oral
(Simon dan Edwin, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
3.
Prestasi Belajar
a.
Definisi Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan. Selama belajar
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan,
panca indera, otak dan bagian tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek
kejiwaan, seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya
(Sukmadinata, 2008).
Pengertian prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar yang dilihat dari nilai ketuntasan belajar pada akhir
semester (SK Dirjen Mandikdasmen no 12/2008).
Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung
dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil
konkrit yang dicapai pada suatu saat. Hasil tes dapat dilihat secara nyata
dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa
biasanya dituangkan dalam bentuk skor atau angka dalam rapor yang
diberikan
setiap
akhir
semester
atau
triwulan
sebagai
bentuk
pengungkapan kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang siswa
(Winkal 1991, dalam Syah 2004).
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
dalam diri individu dan ada pula faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar
tersebut adalah faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri
dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu.
Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam individu,
meliputi:
1) Faktor fisik (Kesehatan)
Kesehatan jasmanani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar, bila seseorang selalu tidak sehat dapat
mengakibatkan
tidak
bergairah
untuk
belajar.
Pemeliharaan
kesehatan sangat penting bagi setiap siswa, agar pikiran selalu segar
dan
bersemangat
dalam
melaksanakan
kegiatan
belajar
(Sukmadinata, 2008).
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar
karena ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya
hilang, kurang semangat dan pikiran terganggu. Karena hal-hal
tersebut, maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang. Saraf
otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak
yang langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan,
hasil pemikiran atau lukisan menjadi lemah juga (Ahmadi dan
Supriyono, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Hadi (2004) mengatakan bahwa individu yang obesitas
mempunyai kemampuan yang rendah dari sistem jantung, paru-paru
dan pembuluh darah dalam mengalirkan oksigen dan zat gizi ke
sekelompok otot saat melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari
dalam waktu yang lama.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis terdiri dari :
a)
Inteligensi
Secara klasik intelligence quotient (IQ) merupakan hasil
bagi umur mental (mental age) dan umur kronologis
(chronological age), yang kemudian dikalikan dengan angka
100 (Tim Psiko Kuantum, 2003).
Mental age adalah suatu tipe angka yang menyatakan
perkembangan mental yang berkaitan dengan tingkat usia yang
dicapai oleh seorang anak. Sedangkan chronological age adalah
ukuran umur ataupun kedewasaan seseorang berdasarkan jumlah
tahun yang telah dilampauinya sejak lahir (Tim Psiko Kuantum,
2003).
IQ rata-rata didefinisikan dengan nilai 100, hal ini berarti
nilai di bawah 100 menunjukkan IQ di bawah normal,
sedangkan nilai di atas 100 berarti seseorang mempunyai IQ di
atas nilai rata-rata (Tim Psiko Kuantum, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Aspek inteligensi ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik,
umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.
Sebaliknya individu yang inteligensinya rendah cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar sehingga prestasi belajar
rendah (Sukmadinata, 2008).
b) Sikap
Sikap yaitu gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif
maupun negatif (Syah, 2004).
c)
Bakat (aptitude)
Bakat yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
(Syah, 2004).
d) Minat
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2004).
e)
Motivasi belajar
Motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia
ataupun hewan) yang mendorong untuk berbuat tertentu (Syah,
2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Syah (2005) menyatakan bahwa motivasi belajar dapat
dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan
tindakan belajar, seperti: perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya
terhadap
materi
tersebut,
misalnya
untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar, yang berupa: pujian, penghargaan, hukuman,
peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua dan guru.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal
maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya
siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi
pelajaran baik di institusi pendidikan maupun di rumah.
Syah (2005) menambahkan bahwa dalam perspektif
kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi intrinsik karena lebih murni dan tidak bergantung pada
dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi
dan dorongan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk
masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat
dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan
dari orangtua dan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu, meliputi:
1) Faktor non sosial
Faktor non sosial termasuk didalamnya adalah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, lingkungan rumah dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan (Syah, 2004).
Keadaan sekolah tempat belajat turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar, fasilitas,
keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan tata tertib, semua ini
turut mempengaruhi keberhasilan anak (Sukmadinata, 2008).
2) Faktor sosial
Faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama
manusia), baik manusia itu hadir maupun tidak langsung hadir.
Kehadiran orang atau orang lain banyak sekali mengganggu belajar.
Kehadiran tidak langsung seperti potret, suara nyanyian lewat radio,
tape
juga
merupakan
representasi
dari
seseorang
sehingga
mengganggu konsentrasi, perhatian tidak tertuju penuh kepada halhal yang dipelajari (Suryabrata, 2004).
Faktor sosial yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar adalah :
a)
Orang tua
Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan
akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kekurangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
kasih sayang, sikap keras dan kejam, acuh tak acuh akan
menimbulkan
emosional
insequrity
sehingga
anak
akan
mengalami kesulitan belajar. Bimbingan atau contoh dari orang
tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Belajar
memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan
tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak (Ahmadi dan
Supriyono, 2004).
Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan
belajar anaknya. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi,
mempunyai pandangan yang lebih tinggi terhadap kemajuan
prestasi anaknya. Pola asuh orang tua yang memeliki pendidikan
cukup berbeda dengan pola asuh orang tua yang kurang
berpendidikan.
b) Suasana rumah atau keluarga
Suasana yang sangat gaduh/ramai akan mengganggu
konsentrasi anak sehingga sulit belajar. Hendaknya suasana
rumah dibuat menyenangkan, tenteram, damai, harmonis agar
anak betah tinggal di rumah dan akan terjadi kemajuan belajar
(Ahmadi dan Supriyono, 2004).
c)
Keadaan ekonomi keluarga
Lochner (2005) menyatakan bahwa keluarga dengan
penghasilan rendah tidak dapat membeli buku-buku untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
anaknya sehingga anak kurang membaca dan prestasi belajarnya
kurang memuaskan.
Sebaliknya keadaan ekonomi yang berlebihan akan menjadi
segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang.
Mungkin juga anak dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua
tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah
sehingga juga akan menghambat kemajuan belajar (Ahmadi dan
Supriyono, 2004).
d) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar
(Sukmadinata, 2008).
4.
Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar
Menurut Henry (2006) bahwa obesitas dapat mempengaruhi prestasi
belajar selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat aktifitas, pengetahuan dan
asupan gizi.
Penyakit yang disebabkan oleh obesitas adalah sulit bernapas saat tidur,
mendengkur dan tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher.
Kualitas tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari,
dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat
dan fungsi belajar (Loke, 2002).
Peningkatan BMI berkaitan dengan peningkatan risiko obstructive apnea
pada anak dan remaja (Amin et al., 2002). Mekanisme lain yang menjelaskan
penurunan fungsi kognitif pada obesitas adalah terganggunya hantaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
reseptor insulin, kadar leptin di otak rendah, dan berubahnya metabolisme
glukosa. Tingkat leptin yang rendah di dalam otak akan mengakibatkan
kemunduran dalam proses kognitif dan mengingat (Farr et al., 2006). Secara
fisiologis hiperinsulinemia berhubungan dengan gangguan metabolisme
glukosa dan hantaran insulin yang mana hal ini akan mempengaruhi beberapa
bagian otak, termasuk yang terkait dalam perencanaan dan organisasi
misalnya lobus frontalis dan hippocampus.
Penelitian yang dilakukan oleh Heskethi et al. (2004), remaja obesitas
mempunyai harga diri yang rendah sehingga meningkatkan perasaan sedih,
kesepian dan gemetar. Anak yang obesitas sering menderita satu atau lebih
kondisi penyakit yang kronis, sehingga berhubungan kuat dengan morbiditas
psikososial. Efek gangguan psikososial menyebabkan isolasi sosial,
diskriminasi dan masalah dalam kelompok. Hal ini akan mempengaruhi
motivasi anak untuk belajar yang akhirnya menyebabkan penurunan prestasi
belajar anak.
Straus mendapatkan anak perempuan dengan obesitas secara bermakna
menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah pada awal remaja.
Anak dengan obesitas yang mengalami penurunan tingkat percaya diri ini
menunjukkan secara bermakna pada peningkatan rasa sedih (sadness),
kesendirian (loneliness), dan kecemasan (nervousness), dan berperilaku risiko
tinggi seperti merokok dan konsumsi alkohol (Straus, 2006).
Ada keterkaitan antara obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan
negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik
yang lebih rendah (Byrd, 2007).
Sindrom Pra Menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap
keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual
bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas seharihari yang berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi,
prestasi kerja atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et
al., 2007).
Beberapa dampak Sindrom Pra Menstruasi yang dihubungkan dengan
prestasi belajar meliputi : siswa yang mengalami Sindrom Pra Menstruasi
sering tidak mengikuti proses belajar di kelas, tidak ikut ujian atau mendapat
skore grade lebih rendah, dan gejala Sindrom Pra Menstruasi lebih parah
selama waktu ujian berlangsung (Tenkir et al, 2002).
Dari beberapa penyelidikan telah terbukti bahwa wanita lebih mudah
mengalami berbagai jenis persoalan sebelum dan selama masa haid. Pada
masa ini banyak wanita mengalami kecelakaan dan mengalami kemunduran
prestasi di sekolah, sedangkan dari pihak kepolisian didapatkan data
meningkatnya kejahatan dan bunuh diri selama masa itu (Cherry, 1999).
Sebagaimana diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua variabel independen dalam penelitian
ini, yaitu obesitas dan sindrom pra menstruasi pada dasarnya merupakan
komponen yang termasuk faktor internal, yaitu faktor fisik (kesehatan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
B. Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa penelitian lain yang mengidentifikasi hubungan antar
variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu : obesitas, sindrom pra menstruasi dan
prestasi belajar, diantaranya :
1.
Penelitian oleh Nizamudin (2010), yang berjudul : “Hubungan Antara Indeks
Massa Tubuh Dan Tingkat Kematangan Sosial Dengan Prestasi Belajar Pada
Anak (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 002 Dan 004 Tenggarong
Kabupaten Kutai Kartanegara)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan korelasional dengan desain cross sectional. Hasil yang
diperoleh yaitu : ada hubungan yang negatif dan signifikan antara indeks
massa tubuh dengan prestasi belajar (r = - 0,28; p = 0,031), ada hubungan
yang positif dan signifikan antara tingkat kematangan soaial dengan prestasi
belajar (r = 0,33; p = 0,001), ada hubungan yang positif dan signifikan antara
indeks massa tubuh dan tingkat kematangan sosial dengan prestasi belajar (r
= 0,38; p = 0,001), prestasi belajar anak non obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan prestasi belajar anak obesitas (r = 0,38; p = 0,028).
2.
Penelitian oleh Mulidiah (2008), yang berjudul : “Hubungan Obesitas Dengan
Kualitas Hidup Remaja Pada Siswa SMP Di Kota Yogyakarta”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain cross sectional.
Hasil yang diperoleh adalah : Prevalensi obesitas pada siswa SMP pada
populasi penelitian ini adalah 13,54%. Rata-rata kualitas hidup remaja yang
mengalami obesitas lebih rendah (rata-rata [SD] skor total, 73,05 [7,56])
dibandingkan dengan indeks massa tubuh (IMT) normal, 79,16 (10,94),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
dengan p<0,001. Dibandingkan dengan IMT normal dan overweight, rata-rata
kualitas hidup remaja yang mengalami obesitas lebih rendah baik pada fungsi
fisik maupun fungsi psikososial (emosional, sosial dan fungsi sekolah).
Faktor lain yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah umur (p=0,004)
dan jenis kelamin (p=0,008).
3.
Penelitian oleh Sulastri (2009), dengan judul : “Obesitas Dan Prestasi Belajar
Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Kota Yogyakarta”. Jenis
penelitian ini adalah observasional, dengan rancangan cross-sectional. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah : terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi
belajar antara siswa obes dan tidak obes, dengan nilai koefisien regresi = 1,46 dan nilai R² sebesar 0,0803 (8,03%). Hasil analisis multivariat antara
status obesitas dengan prestasi belajar memiliki hubungan bermakna yang
dapat dilihat dari nilai CI 95%, dari koefisien regresi = -2,81 sampai 0,10 dan
p=0,03. Prestasi belajar siswa yang mengalami obesitas cenderung lebih
rendah bila dibandingkan dengan siswa yang tidak obes.
4.
Penelitian oleh Zaitun (2008), yang berjudul : “Prestasi Belajar Pada Siswa
Yang Mengalami Premenstrual Syndrome Di SMA Muhammadiyah
Cirebon”. Metode yang digunakan adalah Rancangan unmatched case control
study. Hasil yang diperoleh adalah : Proporsi prestasi belajar rendah lebih
besar pada kelompok siswa yang mengalami premenstrual syndrome daripada
siswa yang tidak mengalami premenstrual syndrome.
5.
Penelitian oleh Puspitorini (2006), yang berjudul : “Obesitas Sebagai Faktor
Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Akademi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Kebidanan Pemkab Kudus”. Metode yang digunakan adalah cross sectional.
Hasil yang diperoleh adalah : Uji chi-square for trend didapatkan hasil ada
kenaikan OR tiap tingkatan katagori BMI, normal OR=1,72 (CI 95%=0,84
hingga 3,57), overweight OR=3,96 (CI 95%=1,62 hingga 9,80), dan
obes=9,78 (CI 95%=3,53 hingga 27,94). Begitu juga variabel umur
menunjukkan peningkatan pada tiap tingkatan katagori umur. Dewasa Madya
OR=1,08 (CI 95% =0,63 hingga 1,86), dewasa tua OR=2,66 (CI 95%=1,24
hingga 5,76). Ada hubungan yang bermakna antara body mass index dengan
kejadian premenstrual syndrome,dimana semakin tinggi katagori body mass
index maka semakin banyak keluhan premenstrual syndrome.
6.
Penelitian oleh Setyowati (2005), yang berjudul : “Kadar Hemoglobin dan
Prestasi Belajar Pada Remaja Putri Di Sekolah Menengah Umum (SMU) Dan
Madrasah Aliyah (MA) Kota Magelang”. Metode yang digunakan adalah
cross sectional. Hasil yang didapat adalah terdapat hubungan antara kadar Hb
akan meningkatkan prestasi belajar (p < 0,05), setiap kenaikan satu point
kadar Hb akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,834 (p < 0,05).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
C. Kerangka Berpikir
Sindrom Pra
Menstruasi
Obesitas
Diabetes
mellitus
Tipe-2
Gangguan
reseptor
insulin, kadar
leptin di otak
rendah,
berubahnya
metabolisme
glukosa
Penurunan
fungsi
kognitif dan
mengingat
Konsekuensi
Psikososial
Obstructive
Sleep Apneu
Obstrukif
lemak
berlebihan di
leher
Kepercayaan
diri dan harga
diri rendah
1. Sedih
2. Kesendirian/
kesepian
3. Kecemasan
4. Gemetar
Sulit bernapas
saat tidur,
mendengkur,
terdesak
Kualitas
tidur buruk
Mengantuk siang
hari, berkurangnya
daya konsentrasi,
daya ingat dan fungsi
belajar
1. Inteligensi (IQ)
2. Motivasi belajar
1. Sikap
2. Bakat
3. Minat
1. Sering tidak
mengikuti proses
belajar di kelas
2. Tidak mengikuti
ujian
3. Skore grade lebih
rendah
4. Gejala sindrom pra
menstruasi lebih
parah saat ujian
Faktor non sosial
Prestasi
Belajar
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
commit to user
Faktor sosial :
1. Orang tua
2. Suasana rumah
3. Keadaan ekonomi
4. Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
D. Hipotesis Penelitian
1.
Siswa obes memiliki prestasi belajar lebih rendah dibandingkan dengan
siswa yang tidak obes.
2.
Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar
yang lebih rendah dibandingkan siswa yang tidak mengalami sindrom pra
menstruasi.
3.
Siswa yang mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi memiliki
prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang tidak
mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, yang meneliti hubungan atau
pengaruh suatu variabel pada populasi. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan desain cross sectional (studi potong lintang).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMAN 2 Ngawi pada bulan Agustus tahun 2011
sampai dengan Januari tahun 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua siswa putri di SMA.
Populasi sumber dalam penelitian ini adalah siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI.
D. Sampel Penelitian
1.
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
random sampling, yaitu pencuplikan random sederhana (simple random
sampling).
2.
Besar Sampel
Sebuah model analisis berganda melibatkan 5 variabel independen, maka
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
ukuran sampel yang dibutuhkan adalah sekitar 5 kali (15-20) subjek, yaitu 75
hingga 100 subjek penelitian (Murti, 2010).
Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen dan 2 variabel
perancu. Variabel perancu termasuk dalam variabel independen. Maka ukuran
sampel yang dibutuhkan paling tidak sebanyak 60-80 sampel. Dalam
penelitian ini menggunakan 85 sampel sebagai subjek penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
E. Rancangan Penelitian
Populasi Sasaran
Semua siswa putri SMA
Populasi Sumber
Siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI
Simple Random
Sampling
Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel Penelitian :
Prestasi Belajar
Obesitas
Sindrom Pra Menstruasi
Intelegensi
Motivasi Belajar
Analisis Data Regresi
Linier Ganda
Interpretasi Data
dan Kesimpulan
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
F. Variabel Penelitian
1.
2.
Variabel Bebas
a.
Obesitas
b.
Sindrom Pra Menstruasi
Variabel Terikat
a.
Prestasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
3.
Variabel Perancu
a.
Inteligensi
b.
Motivasi belajar
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
1.
Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya kelainan yang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000).
Alat ukur
: Timbangan berat badan untuk berat badan, dan
mikrotois untuk tinggi badan
Skala pengukuran
: Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah
menjadi dikotomik
Hasil pengukuran
2.
:
Obes
: IMT ≥ 25 kg/m²
Tidak obes
: IMT < 25 kg/ m²
Sindrom Pra Menstruasi adalah kumpulan gejala yang mempunyai
karakteristik berupa perubahan tingkah laku, emosi dan fisik secara priodik
pada fase luteal siklus menstruasi (Dickerson et al., 2003). Menggunakan
SPAF (Shortened Premenstrual Assesment Form) terdiri dari 10 item gejala
sindrom pra mesntruasi, masing-masing
item diberi skor 1-6, mulai dari
gejala yang tidak terasa sampai yang ekstrim. Jadi skor berkisar antara 10
sampai dengan 60. Dikategorikan ya jika skor 30-60 dan tidak jika skor 1029.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Alat ukur
: Kuesioner yang memiliki validitas dan reliabilitas
tinggi
dari
SPAF
(Shortened
Premenstrual
Assessment Form).
Skala pengukuran
: Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah
menjadi dikotomik.
Hasil pengukuran
3.
:
Mengalami sindrom pra menstruasi
: skor 30-60
Tidak mengalami sindrom pra menstruasi
: skor 10-29
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan proses belajar siswa berdasarkan
nilai ketuntasan belajar pada akhir semester (SK Dirjen Mandikdasmen no
12/2008). Cara mengukur dengan menelaah laporan hasil belajar (rapor).
4.
Alat ukur
: Laporan hasil belajar siswa (rapor)
Skala pengukuran
: Kontinu
Hasil pengukuran
: Nilai rapor siswa dari 17 mata pelajaran.
Inteligensi adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk pemecahan
masalah-masalah sesuai dengan aspek kecerdasan. Pengukuran IQ ini
menggunakan tes potensi akademik yang diadopsi dari Iskandar (2004) dan
Wijanarko (2009).
Alat ukur
: Tes potensi akademik
Skala pengukuran
: Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah
menjadi dikotomik
Hasil pengukuran
:
Di bawah rata-rata
: < 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Di atas rata-rata
5.
: ≥ 100
Motivasi belajar adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun
hewan) yang mendorong untuk berbuat tertentu (Syah, 2004). Diukur
menggunakan kuesioner yang sudah baku yang dibuat oleh Abdullah (1977)
dalam Azwar (2004), berisi daftar pernyataan yang berjumlah 38, setelah
dilakukan reliabilitas, terdapat 3 pernyataan yang tidak reliabel, sehingga
jumlah pernyataan yang reliabel terdiri dari 35 pernyataan, yang disertai
alternatif jawaban tentang motivasi belajar kepada subjek penelitian untuk
diisi kemudian dinilai menggunakan skor dengan skala 1 sampai 4. Skor
merupakan jawaban subjek penelitian dengan rentang 35 sampai dengan 140.
Hasil pengukurannya dibedakan dengan menggunakan median atau persentil
50%, didapatkan skor 87,5.
Alat ukur
: Kuesioner baku yang diadopsi dari Abdullah
(1977) dalam Azwar (2004).
Skala pengukuran
: Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah
menjadi dikotomik.
Hasil pengukuran
:
Motivasi rendah
: skor < 87,5
Motivasi tinggi
: skor ≥ 87,5
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
pengisian identitas dan data umum. Instrumen yang digunakan untuk mengukur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
obesitas adalah alat pengukur berat badan dengan menggunakan timbangan injak
digital dengan ketelitian 0,1 kg dan alat pengukur tinggi badan menggunakan
mikrotois dengan ketelitian 0,1 cm. Dengan menggunakan rumus IMT dari WHO
(2000), maka bila didapatkan IMT ≥ 25, maka dikategorikan sebagai obesitas,
sedangkan bila IMT < 25 dikategorikan tidak obesitas.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sindrom pra menstruasi
menggunakan SPAF (Shortened Premenstrual Assessment Form), merupakan
panduan yang lebih simpel tetapi mempunyai reliabilitas dan validitas yang tinggi.
Dikembangkan oleh Halbreich dan University of California at Diego, yang terdiri
dari 10 item pertanyaan. Masing-masing item diberi skor dari 1 untuk tidak ada
perubahan dari biasanya, sampai 6 untuk perubahan yang sangat ekstrim.
Untuk melihat prestasi belajar, menggunakan data sekunder yaitu buku
laporan hasil belajar (rapor). Di dalam rapor ini terdapat 17 mata pelajaran.
Untuk mengukur inteligensi siswa pada penelitian ini menggunakan tes
potensi akademik yang diadopsi dari Iskandar (2004) dan Wijanarko (2009).
Dalam tes potensi akademik disini terdapat 70 item pertanyaan yang terdiri dari 4
sub tes, yaitu : verbal, kuantitatif atau number, logika (penalaran), dan spatial.
Untuk jawaban benar memperoleh nilai 1 dan untuk jawaban salah memperoleh
nilai 0.
Untuk mengukur motivasi belajar, pada penelitian ini menggunakan alat
bantu kuesioner baku yang disusun oleh Abdullah (1977) dalam Azwar (2004).
Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi alat
ukur dalam penggunannya. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
adalah reliabilitas belah-paroh (split half reliability) menggunakan alpha
cronbach. Kuesioner diujikan kepada 20 siswa kelas XI SMAN II Ngawi yang
tidak menjadi subjek penelitian. Siswa tersebut memiliki karakteristik yang sama
dengan subjek penelitian. Didapatkan koefisien reliabilitas kuesioner ini adalah
sebesar rxx=0,92.
Item pernyataan kuesioner tentang motivasi belajar baku yang diadopsi dari
Abdullah dalam Azwar (2004), terdiri dari 38 item pernyataan. Pernyataanpernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan
yang bersifat positif, apabila memilih jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 4,
alternatif jawaban “Setuju” (S) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2,
“Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1. Kuesioner yang bersifat negatif
apabila responden memilih jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, alternatif
jawaban “Setuju” (S) diberi skor 2, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 3, “Sangat
Tidak Setuju” (STS) diberi skor 4. Jumlah keseluruhan menunjukkan tingkat
motivasi belajar dari subjek penelitian.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji
Reliabilitas
Motivasi Belajar
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
No. Item
No. Item
1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 17, 20, 21,
2, 5, 6, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 22, 24, 25,
23, 28, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38.
26, 27, 29, 31, 34.
Sumber Data : Azwar (2004)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar
Item Pernyataan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 16, 17, 18,
21, 22, 23, 25, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34, 35, 37, 38
Korelasi Item-Total (r)
r > 0.20
26, 27, 36
Data Primer : November (2011)
Alpha Cronbach
0.92
r ≤ 0.20
Setelah dilakukan reliabilitas, didapatkan hasil bahwa ada 3 item pernyataan
yang tidak reliabel, yaitu nomor 26, 27, dan 36. Sehingga 3 item pernyataan
tersebut dihilangkan. Sehingga didapatkan kisi-kisi item pernyataan kuesioner
motivasi belajar yang sudah reliabel sebanyak 35 item pernyataan.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji
Reliabilitas
Motivasi Belajar
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
No. Item
No. Item
1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 17, 20, 21,
2, 5, 6, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 22, 24, 25,
23, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 35.
27, 28, 32.
Data Primer : November (2011)
I.
Teknik Pengumpulan Data
Pengukuran antropometri BB dan TB dilaksanakan sebelum atau sesudah
siswa mengisi kuesioner.
Subyek diminta mengisi kuesioner tentang sindrom pra menstruasi. Di dalam
instrumen penelitian tersebut subyek diminta untuk mengisi identitas, dan setiap
instrumen yang telah diisi oleh subyek, akan diberikan kode subyek untuk
mencegah tertukarnya data. Keselurahan data merupakan data primer.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Setelah mengisi kuesioner tentang sindrom pra menstruasi, subyek juga
diminta mengisi kuesioner tentang motivasi belajar. Kemudian untuk mengetahui
tingkat inteligensinya, subyek melakukan tes potensi akademik. Keseluruhan data
ini juga merupakan data primer.
Data tentang prestasi belajar dapat diperoleh dari data sekunder, yaitu buku
laporan hasil belajar (rapor), yang diperoleh dari sekolah.
J.
Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan, ditabulasi, dikonversi dan disusun dalam skala
yang ditentukan, dientri dan selanjutnya dianalisis dengan bantuan program
computer SPSS 17. Metode analisis data meliputi teknik regresi untuk analisis
multivariat. Analisis multivariat digunakan untuk menguji hipotesis ketiga
mengenai hubungan simultan kedua variabel independent dengan variabel
dependent. Hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap
prestasi belajar, dengan mengontrol variabel intelegenssi dan motivasi belajar,
dianalisis dengan menggunakan model regresi linier ganda.
Rumus regresi linier ganda:
Y逸
1 1
2 2
3 3
Dimana :
Y
= Prestasi belajar (skor)
X1
= Status obesitas (0 : obes, 1 : tidak obes)
commit to user
4 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
X2
= Sindrom pra menstruasi (0 : mengalami sindrom pra menstruasi,
1 : tidak mengalami sindrom pra menstruasi)
X3
= Inteligensi atau IQ ( 0 : di bawah rata-rata, 1 : di atas rata-rata)
X4
= Motivasi belajar ( 0 : motivasi rendah, 1 : motivasi tinggi)
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1.
Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2011 sampai
dengan Januari tahun 2012 di SMAN 2 Ngawi, kelas XI. SMA Negeri 2
Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten Ngawi. Sekolah
ini banyak menghasilkan generasi penerus Ngawi yang tangguh dan
berpotensi untuk membangun kota Ngawi. Sekolah ini terletak di jalan A.
Yani Klitik Geneng, Ngawi.
Visi dari SMAN 2 Ngawi yaitu Berbudaya dan berkepribadian yang
terbentuk melalui pendewasaan IMTAK dan IPTEK yang kompetitif,
berwawasan global berperilaku Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan cara pengukuran tinggi badan dan berat
badan serta pengisian kuesioner. Besar sampel yang diambil sebanyak 85
sebagai subjek penelitian yang diambil secara acak.
Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan pengujian awal terhadap
instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian,
yaitu kuesioner tentang motivasi belajar. Pengujian instrumen adalah uji data
primer, yaitu uji reliabilitas. Kuesioner diujikan kepada 20 siswa kelas XI
SMAN II Ngawi yang tidak menjadi subjek penelitian. Siswa tersebut
memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
50
Deskripsi Data Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah obesitas dan sindrom pra
menstruasi. Variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel
perancunya adalah inteligensi dan motivasi belajar.
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian
Variabel
Status Obesitas (IMT)
Sindrom pra menstruasi
Prestasi belajar
Data Primer : November (2011)
Mean
19,75
24,44
82,58
Standar Deviasi
3,48
7,37
1,54
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa rata-rata dari status obesitas
menurut indeks massa tubuh dalam penelitian ini adalah 19,75. Angka ini
dikategorikan sebagai tidak obes. Adapun rata-rata dari skor sindrom pra
menstruasi adalah 24,44. Angka ini dikategorikan tidak mengalami sindrom
pra menstruasi. Sedangkan rata-rata dari prestasi belajarnya adalah 82,58.
Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi siswa yang
mengalami obesitas menurut indeks massa tubuh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Untuk
Mengetahui Status Obes
Pada gambar 4.1, menunjukkan indeks massa tubuh 85 siswa. Indeks
massa tubuh yang terendah adalah 15, sedangkan yang tertinggi adalah 31,
dan mediannya adalah 18,7.
Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi siswa yang
mengalami sindrom pra menstruasi.
commitFrekuensi
to user Sindrom Pra Menstruasi
Gambar 4.2. Distribusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Pada gambar 4.2., menunjukkan skor sindrom pra menstruasi 85 siswa.
Skor yang terendah adalah 11, sedangkan skor yang tertinggi adalah 46, dan
mediannya adalah 24.
Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi prestasi belajar
siswa.
Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Pada gambar 4.3. di atas, menunjukkan prestasi belajar 85 siswa. Prestasi
belajar terendah adalah 79,1, sedangkan yang tertinggi adalah 86, dan
mediannya adalah 82,37.
Distribusi frekuensi obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi
belajar dengan mengontrol inteligensi dan motivasi belajar, didapatkan hasil
seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi
Belajar dengan Mengontrol Inteligensi dan Motivasi Belajar
Variabel
Jumlah (n)
Prosentase (%)
Status Obes
Tidak obes (IMT < 25)
74
87,06 %
Obes (IMT ≥ 25)
11
12,94 %
Total
85
100 %
Sindrom pra menstruasi
Tidak
62
72,94 %
Ya
23
27,06 %
Total
85
100 %
Inteligensi
Rendah (< 100)
2
2,35 %
Tinggi (≥ 100)
83
97,65 %
Total
85
100 %
Motivasi Belajar
Rendah
4
4,71 %
Tinggi
81
95,29 %
Total
85
100 %
Data Primer : November (2011)
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa, dari 85 sampel, siswa, yang
tidak obes (IMT < 25) berjumlah 74 siswa, sedangkan siswa yang mengalami
obes (IMT ≥ 25) berjumlah 11 siswa. Siswa yang tidak mengalami sindrom
pra menstruasi berjumlah 62 siswa, sedangkan siswa yang mengalami
sindrom pra menstruasi berjumlah 23 siswa. Siswa yang inteligensinya
rendah berjumlah 2 siswa, sedangkan siswa yang inteligensinya tinggi
berjumlah 83 siswa. Siswa yang motivasinya rendah berjumlah 4 siswa,
sedangkan siswa yang motivasinya tinggi berjumlah 81 siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
B. ANALISIS DATA
1.
Analisis Bivariat
Gambar di bawah ini menunjukkan tentang jumlah siswa yang
mengalami obes (IMT ≥ 25) dan tidak obes (IMT < 25) yang dihubungkan
dengan prestasi belajarnya.
Gambar 4.4. Korelasi Siswa Yang Mengalami Obes dan Tidak Obes
Dengan Prestasi Belajar
Pada gambar 4.4., menunjukkan terdapat korelasi negatif antara status
obes dengan prestasi belajar. Siswa yang obes (IMT≥25) cenderung memiliki
prestasi belajar yang lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT<25).
Gambar di bawah ini menunjukkan tentang jumlah siswa yang
mengalami sindrom pra menstruasi dan yang tidak mengalami sindrom pra
menstruasi yang dihubungkan dengan prestasi belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Gambar 4.5. Korelasi Siswa Yang Mengalami Sindrom Pra Menstruasi
Dan Yang Tidak Mengalami Sindrom Pra Menstruasi
Dengan Prestasi Belajar
Pada gambar 4.5., menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara
sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar. Siswa yang memiliki skor
sindrom pra menstruasi tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih
rendah daripada siswa yang memiliki skor sindrom pra menstruasi rendah.
2.
Analisis Multivariat
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
multivariat, yang menggunakan teknik regresi linier ganda. Model regresi
linier ganda digunakan untuk menentukan bentuk hubungan linier antar
variabel dan juga mengetahui kontribusi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Tabel 4.3. berikut ini menyajikan hasil analisis regresi linier ganda
hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
dengan mengontrol variabel perancu, yaitu inteligensi dan motivasi belajar.
Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linier GandaTentang Hubungan Obesitas
dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Dengan
Mengontrol Inteligensi dan Motivasi Belajar
Variabel
Koefisien
p
CI 95%
Independen
Regresi (b)
Batas
Batas Atas
Bawah
Status Obesitas
-1,20
0,012
-2,13
-0,28
(IMT)
Sindrom Pra
-0,56
0,116
-1,27
0,14
Menstruasi
Inteligensi
2,52
0,016
0,47
4,56
Motivasi Belajar
1,51
0,044
0,04
2,98
N Observasi = 85
Nilai R² = 14,6 %
p = 0,002
Data Primer : November (2011)
Adapun hasil analisis mulitivariat dalam penelitian ini, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Tabel 4.3. tentang hasil analisis regresi linier ganda, menunjukkan
terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan prestasi belajar yang secara
statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki prestasi belajar 1,20
point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI
95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh
sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara
substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena
perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56
point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra
menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah
mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan
secara substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan
prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
Dari analisis data dalam penelitian ini, hasil perhitungan menunjukkan R²
sebesar 14,6 %. Artinya status obesitas dan sindrom pra menstruasi, setelah
dikontrol dengan inteligensi dan motivasi belajar memberikan kontribusi
sebesar 14,6% terhadap prestasi belajar. Secara komplemen dapat diketahui
bahwa 85,4% pengaruh terhadap prestasi belajar disebabkan oleh faktorfaktor lain.
C. PEMBAHASAN
Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal atau faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri meliputi :
faktor fisik (kesehatan), faktor psikologis (inteligensi, sikap, bakat, minat,
motivasi belajar). Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar individu,
meliputi : faktor non sosial (gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
siswa, lingkungan rumah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan) (Syah, 2004), dan faktor sosial, meliputi : orang tua,
suasana rumah atau keluarga, keadaan ekonomi keluarga, masyarakat (Ahmadi
dan Supriyono, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Dalam penelitian ini, terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan
prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki
prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25)
(b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol
pengaruh sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan
secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena
perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Byrd (2007), yang berjudul “The
Impact of Physical Activity and Obesity on Academic Achievement Among
Elementary Students”,
ada keterkaitan antara
obesitas dan tingkat prestasi
belajar. Hubungan negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi
akademik, yaitu siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai
prestasi akademik yang lebih rendah.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2009), yang berjudul
“Obesitas Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Kota
Yogyakarta”, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi
belajar antara siswa obes dan tidak obes, dimana prestasi belajar siswa yang
mengalami obesitas cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang
tidak obes. Terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar antara siswa obes
dan tidak obes, dengan nilai koefisien regresi = -1,46 dan nilai R² sebesar 0,0803
(8,03%). Hasil analisis multivariat antara status obesitas dengan prestasi belajar
memiliki hubungan bermakna yang dapat dilihat dari nilai CI 95%, dari koefisien
regresi = -2,81 sampai 0,10 dan p=0,03.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2010), yang berjudul
“Hubungan Antara Obesitas Dengan Body Image Dan Prestasi Belajar Pada Anak
Di Empat Sekolah Dasar Swasta Jember (Studi Kasus Di Sd Al-Furqan, Al-Amin,
Muhamadiyah I, Sdk Aletheia)”, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara
obesitas dengan citra tubuh (p = 0,000). Sedangkan hasil melalui analisis regresi
logistik ganda menunjukkan bahwa ada hubungan antara obesitas dan prestasi
belajar (p = 0,000) dan hubungan antara body image dan prestasi akademik
(p=0,000).
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2008), yang berjudul
“Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Prestasi Belajar pada Murid
Sekolah Dasar”, didapatkan hasil bahwa: Hasil uji Chi Square pada tingkat
kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
dengan prestasi belajar (p = 0.001), tetapi IMT (obese dan non obese) tidak
mempunyai hubungan dengan prestasi belajar (p = 0.264). Obesitas lebih banyak
dijumpai pada anak laki-laki. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi
belajar. IMT bukan merupakan faktor risiko yang bermakna untuk prestasi belajar.
Dalam penelitian ini , menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, yang secara statistik signifikan.
Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56
point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi
(b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol
pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena
perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
Sindrom Pra Menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap
keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa
cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari yang
berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja
atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zaitun (2008), yang berjudul :
“Prestasi Belajar Pada Siswa Yang Mengalami Premenstrual Syndrome Di SMA
Muhammadiyah Cirebon”, didapatkan hasil bahwa proporsi prestasi belajar
rendah lebih besar pada kelompok siswa yang mengalami premenstrual syndrome
daripada kelompok siswa yang tidak mengalami premenstrual syndrome.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2010), yang berjudul:
“Pengaruh Premenstrual Syndrome Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Program Studi D III Kebidanan Di Stikes A Yani Yogyakarta”, didapatkan hasil
bahwa: terdapat perubahan fisik, perubahan psikologis, dan perubahan perilaku
pada mahasiswi yang menderita premenstrual syndrome, namun dengan motivasi
mahasiswi yang tinggi menyebabkan prestasi belajar pada mahasiswi sebagian
besar sangat memuaskan.
Sebagaimana diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua variabel independen dalam penelitian ini,
yaitu obesitas dan sindrom pra menstruasi, yang pada dasarnya merupakan
komponen yang termasuk faktor internal, yaitu faktor fisik atau faktor kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Variabel perancu yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel
inteligensi dan motivasi belajar.
Aspek inteligensi ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
Seseorang yang memiliki inteligensi baik, umumnya mudah belajar dan hasilnya
cenderung baik. Sebaliknya individu yang inteligensinya rendah cenderung
mengalami
kesukaran
dalam
belajar
sehingga
prestasi
belajar
rendah
(Sukmadinata, 2008).
Motivasi merupakan hal dan keadaan yang yang dapat mendorong
melakukan tindakan belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi akan
menyebabkan
kurang
bersemangatnya
siswa
dalam
melakukan
proses
pembelajaran materi-materi pelajaran baik di institusi pendidikan maupun di
rumah, yang menyebabkan prestasi juga rendah (Syah, 2005).
Dalam analisis regresi linier ganda, pengaruh variabel intelegensi dan
motivasi belajar sudah dikendalikan. Hasil R² sebesar 14,6 %, menunjukkan
bahwa status obesitas dan sindrom pra menstruasi, setelah dikontrol dengan
inteligensi dan motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 14,6% terhadap
prestasi belajar. Secara komplemen dapat diketahui bahwa 85,4% pengaruh
terhadap prestasi belajar disebabkan oleh faktor-faktor lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Beberapa keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dapat
dikemukakan seperti di bawah ini.
1.
Pada variabel obesitas, pembagiannya menurut indeks massa tubuh, yaitu
IMT < 25 dan IMT ≥ 25. Dalam hal ini, anak dengan berat badan kurang juga
dikategorikan sama dengan anak dengan berat badan normal. Kesimpulan
mungkin berbeda apabila kedua kelompok tersebut dibedakan.
2.
Sampel yang digunakan tidak cukup besar untuk mendeteksi faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar. Kalau ukuran sampel ditingkatkan,
maka pengaruh faktor-faktor yang semula kurang signifikan, mungkin saja
menjadi signifikan.
3.
Pengambilan data dilakukan melalui angket tertutup yang kemungkinan besar
bisa menyebabkan bias, misalnya responden yang tidak jujur, asal menjawab,
dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hasil analisis terhadap data penelitian ini memberikan kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan prestasi belajar yang secara
statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki prestasi belajar 1,20
point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI
95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh
sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar (Tabel 4.3).
Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi
belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
2.
Terdapat hubungan negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi
belajar, yang secara statistik signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra
menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa
yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27
hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas,
inteligensi, dan motivasi belajar (Tabel 4.3). Sedangkan secara substantif
tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena
perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil.
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
B. IMPLIKASI
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara obesitas dan sindrom
pra menstruasi dengan prestasi belajar.
1.
Implikasi Teori
Berdasarkan teori, obesitas, sindrom pra menstruasi, intelegensi, dan
motivasi belajar merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar siswa.
2.
Implikasi Praktis
Implikasinya
bagi sekolah, guru, orang tua dan masyarakat adalah
memahami tentang dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap
prestasi belajar siswa, sehingga lebih peduli dan melakukan intervensi
terhadap dampak negatif dari obesitas dan sindrom pra menstruasi yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Walaupun mengalami obesitas dan
sindrom pra menstruasi, prestasi belajar siswa diharapkan tidak menurun.
Sedangkan implikasi bagi siswa sendiri adalah agar siswa dapat mengatasi
gangguan pada obesitas dan sindrom pra menstruasi agar tidak mempengaruhi
prestasi belajarnya.
C. SARAN
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan
penelitian yang telah dilakukan :
1.
Bagi Institusi
Melalui pelaksanaan Bimbingan Konseling dan Usaha Kesehatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Sekolah, sebaiknya memberikan pelayanan dan penyuluhan bagi siswa yang
mengalami obesitas seperti : menganjurkan diet sehat dengan kandungan
lemak dan kalori yang seimbang untuk penurunan berat badan, meningkatkan
aktivitas fisik seperti jalan kaki atau naik sepeda ke sekolah, melakukan
kegiatan rutin jalan santai bersama dengan seluruh siswa dan guru, agar
menumbuhkan kesadaran untuk hidup sehat, menambahkan program latihan
rutin bagi siswa yang mengalami obesitas sebagai ekstra kurikuler. Selain itu
juga memberikan pelayanan bagi siswa putri yang mengalami sindrom pra
menstruasi untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi yaitu dengan
melakukan perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang
dimakan, memperbanyak mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak,
mengurangi jumlah garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari
kafein.
2.
Bagi siswa
Adanya kerjasama yang baik dari siswa yang mengalami obesitas dan
sindrom pra menstruasi untuk menambah wawasan tentang keadaan yang
dialami, sehingga bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi agar tidak
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
3.
Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian untuk
meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
commit to user
Download