perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan OLEH : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan OLEH : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI Disusun Oleh : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan Nama Pembimbing I Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D Tanda tangan NIP. 195510211994121001 Pembimbing II Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK NIP. 194811051981111001 Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Prof. Dr. Didik G. Tamtomo, dr., MM, M.Kes., PAK commit to user NIP. 194803131976101001 ii Tanggal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN OBESITAS DAN SINDROM PRA MENSTRUASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMAN 2 NGAWI Disusun Oleh : INTAN AGRIA RATNANINGTYAS S541008048 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal : 9 Januari 2012 Dewan Penguji Jabatan Nama Tanda tangan Ketua Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 196611081990032001 Sekretaris Ir. Ruben Dharmawan, dr. Ph.D NIP. 195111201986011001 Anggota Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D NIP. 195510211994121001 Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, Sp.OK NIP. 194811051981111001 Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Mengetahui, Direktur PPS UNS to Dr. userDidik G. Tamtomo, dr, MM, M.Kes., PAK Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S. commit Prof. NIP. 196107171986011001 NIP. 194803131976101001 iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Nama : Intan Agria Ratnaningtyas NIM : S541008048 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut. Surakarta, Januari 2012 Yang membuat pernyataan, Intan Agria Ratnaningtyas commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister kesehatan program studi magister kedokteran keluarga minat utama pendidikan profesi kesehatan. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasehat-nasehat. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs., M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr., MM, M.Kes., PAK, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing pertama yang sabar dan penuh tanggung jawab. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, SpOk, selaku pembimbing kedua yang sabar dan penuh tanggung jawab. 6. Seluruh Dosen, karyawan dan karyawati Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret yang telah membantu dalam penyusunan Tesis ini. 7. Kepala sekolah SMAN 2 Ngawi yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMAN 2 Ngawi. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret yang selalu bersama dalam suka maupun duka. 9. Siswa SMAN 2 Ngawi yang bersedia menjadi responden. Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semoga Allah SWT memberikan balasan yang melimpah kepada Bapak atau Ibu, Saudara atau Saudari. Amin. Surakarta, November 2011 Penulis commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii PERNYATAAN .............................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii ABSTRAK ...................................................................................................... xv ABSTRACT ................................................................................................... xvi BAB I. BAB II. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori …………………………………………………. 1. Obesitas ............................................................................ commit to user vii 7 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Sindrom Pra Menstruasi (Premenstrual Syndrome) …….. 16 3. Prestasi Belajar .................................................................. 23 4. Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar ................................................................... 30 B. Penelitian Yang Relevan …………………………………… 33 C. Kerangka Berpikir ………………………………………….. 36 D. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 37 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ………………………………… 38 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………. 38 C. Populasi Penelitian …………………………………………. 38 D. Sampel Penelitian ………………………………………….. 38 E. Rancangan Penelitian ………………………………………. 40 F. Variabel Penelitian …………………………………………. 40 G. Definisi Operasional Variabel ……………………………… 41 H. Instrumen Penelitian ……………………………………… 43 I. Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 46 J. Teknik Analisis Data ............................................................. 47 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……………………………………………... 49 B. Analisis Data ……………………………………………….. 54 C. Pembahasan ………………………………………………… 57 D. Keterbatasan Penelitian …………………………………….. commit to user 62 viii perpustakaan.uns.ac.id BAB V. digilib.uns.ac.id PENUTUP A. Simpulan …………………………………………………… 63 B. Implikasi ……………………………………………………. 64 C. Saran ………………………………………………………... 64 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66 DAFTAR LAMPIRAN commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36 Gambar 3.1. Rancangan Penelitian.................................................................. 40 Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Untuk Mengetahui Status Obes ……………………………………………………. 51 Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Pra Menstruasi …………………. 51 Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ………………………….. 52 Gambar 4.4. Korelasi Siswa Yang Mengalami Obes dan Tidak Obes Dengan Prestasi Belajar…….……………………………………………. 54 Gambar 4.5. Korelasi Siswa Yang Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dan Yang Tidak Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar ........................................................................... commit to user x 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003) .................................. 12 Tabel 2.2. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO Untuk Orang Asia Dewasa.. 13 Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas …………………………………………………… 45 Tabel 3.2. Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ......................... 46 Tabel 3.3. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas …………………………………………………… 46 Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian ………………………………. 50 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi Belajar dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar ……. 53 Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linier GandaTentang Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Dengan Mengontrol Intelegensi dan Motivasi Belajar …………… commit to user xi 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN ACOG = American College of Obstetric and Ginecology BB = Berat Badan BBR = Berat Badan Relatif BMI = Body Mass Index CO2 = Carbondioksida CI = Confident Interval GMAT = Graduate Management Admission Test GRE = Graduate Record Examination IMT = Indeks Massa Tubuh IMTAK = Iman dan Takwa IPTEK = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IQ = Intelligence Quotient PMS = Pre Menstrual Syndrome SMAN = Sekolah Menengah Atas Negeri SPAF = Shortened Premenstrual Assesment Form SPSS = Statistical Products and Solution Sevices TB = Tinggi Badan TPA =Tes Potensi Akademik WHO = World Health Organization commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Ke Responden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi Lampiran 4. Tes Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi (IQ) Lampiran 5. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas Lampiran 6. Kuesioner Untuk Mengukur Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas Lampiran 7. Kunci Jawaban Test Potensi Akademik Untuk Mengukur Intelegensi (IQ) Lampiran 8. Skoring Dari TPA (Test Potensi Akademik) Lampiran 9. Nilai Konversi TPA, GMAT/GRE, dan IQ Lampiran 10. Skoring Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas Lampiran 11. Skoring Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas Lampiran 12. Lembar Jawaban Tes Potensi Akademik Lampiran 13. Data Untuk Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar Lampiran 14. Hasil Pengumpulan Data Lampiran 15. Reliability Lampiran 16. Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS Lampiran 17. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 18. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Penelitian commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di SMAN 2 Ngawi Lampiran 21. Lembar Konsultasi Pembimbing commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. Hubungan Obesitas Dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa SMAN 2 Ngawi. Tesis. Komisi Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, Komisi Pembimbing II : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, SpOk. Pascasarjana Program Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Obesitas dan sindrom pra menstruasi termasuk faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar. Siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah. Sindrom pra menstruasi bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Populasi sumbernya adalah siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI, selama bulan Agustus 2011 sampai dengan Januari 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, Diperoleh jumlah sampel sebanyak 85 siswa. Pengumpulan data menggunakan timbangan berat badan, mikritois, rapor, dan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara obesitas (IMT ≥ 25) dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Terdapat hubungan negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Simpulan penelitian ini mendukung hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, dengan mengontrol inteligensi dan motivasi belajar. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan mengatasi permasalahan pada obesitas dan sindrom pra menstruasi. Kata Kunci : Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi Belajar commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Intan Agria Ratnaningtyas. S541008048. 2012. The Relationship Between Obesity and Pre-Menstrual Syndrome and Learning Achievement among Students of SMAN 2 Ngawi. Thesis. The First Commision Mentor : Prof. Bhisma Murti, dr.,MPH, M.Sc.,Ph.D, The Second Supervisor : Putu Suriyasa, dr.,MS, PKK, SpOk. Graduate Mastery Program Family Medicine, the main interest of Health Proffesions Education University Sebelas Maret Surakarta. Learning achievement is affected by internal and external factors. Obesity and pre-menstrual syndrome belong to internal factor affecting the learning achievement. The obese students who do less physical activity have lower academic achievement. Premenstrual symptom can be severe enough that affects negatively the learning achievement. This study aimed to analyze the relationship of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement. This was an analytic-observational study used cross sectional approach. The source population was the female students of SMAN (Public Senior High School) 2 of Ngawi in the XI grade, from August 2011 to January 2012. The sampling technique used was simple random sampling. The sample consisted of 85 students. The data collection was done using weight, micritoice, report, and questionnaire. The data analysis was done using a linear regression. The result showed that there was a negative statistically significant relationship between obesity (IMT ≥ 25) and learning achievement. The obese student has learning achievement of 1.20 point lower than the non-obese student (IMT < 25) (b = -1.20, 95% CI, -2.13 to – 0.28). Such the coefficient had controlled the effect of pre-menstrual syndrome, intelligence, and learning motivation. Substantively, insignificant between obesity and learning achievement, because very small differences in academic achievement There is a negative statistically significant relationship between pre-menstrual syndrome and learning achievement. The student with pre-menstrual syndrome learning achievement of 0.56 point lower than the one with no pre-menstrual syndrome (b = -0.56, 95% CI, -1.27 to 0.14). Such the coefficient had controlled the effect of obesity, intelligence, and learning motivation. Substantively, insignificant the relationship between pre-menstrual syndrome and learning achievement, because very small differences in academic achievement. In, conclusion, this study supports the hypothesis that there is a negative relationship of obesity and pre-menstrual syndrome to learning achievement. Thus, improving the learning achievement can be done by coping with the problems of obesity and pre-menstrual syndrome. Keywords: Obesity, Pre-menstrual Syndrome, Learning Achievement commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan sosial ekonomi yang meliputi pengetahuan, sikap, perilaku hidup, gaya hidup dan konsumsi makan serta peningkatan faktor pendapatan, mampu mempengaruhi perubahan dalam hal pemilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Sjarif, 2003). Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan (psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Suandi, 2007). Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan terdapat 2,3 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih pada 2015. Sebanyak 700 juta diantaranya tergolong obes. Angka tahun 2005 memperlihatkan 1,6 milyar dewasa dengan berat badan berlebih dan 400 juta tergolong obes (Adinda, 2009). Semakin hari semakin banyak orang Indonesia yang menderita kegemukan. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004, diketahui sebanyak 20,18% dari penduduk dewasa (25 tahun ke atas) di Indonesia menderita obesitas, dan lebih dari setengahnya (11,02 %) adalah kaum wanita (Femina, 2011). Data obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan data obesitas di seluruh penduduk. Namun, kejadian obesitas pada orang dewasa yang tinggal di commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 ibukota propinsi pada tahun 1996/1997 melalui survei nasional menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (≥18 tahun) mengalami overweight dan 6,8% mengalami obesitas, pada wanita 10,5% mengalami overweight dan 13,5% obesitas (Atmarita, 2005). Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita, gejala biasanya timbul 6 – 10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai (Halbreich et al., 2007). Sindrom pra menstruasi mempengaruhi jutaan wanita selama tahun reproduktifnya. Gangguan ini di tandai dengan timbulnya gejala selama fase luteal siklus menstruasi. Gejala ini terutama muncul antara umur 25-35 tahun. Gejala akan menurun secara cepat sesuai dengan berlangsungnya menstruasi, sekitar 85% wanita menstruasi melaporkan mempunyai satu atau lebih gejala premenstrual dan 2- 10% melaporkan gejala yang mengganggu hidup (Dickerson et al., 2003). Di Amerika, gejala Sindrom pra menstruasi berefek pada 75% wanita usia reproduktif dan terkadang berlangsung sepanjang hidupnya. Hampir 30% wanita mengalami Sindrom pra menstruasi sekitar 10% mengalami gejala sangat parah (Morena, 2006). Gejala premenstrual dirasakan lebih dari 80 persen wanita usia reproduktif. Gejala merupakan hal yang normal berhubungan dengan fungsi ovarium (Mortola, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Corney & Stanton (1991) yang disitasi oleh Lu (2000), mengatakan ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara barat dengan negara asia, seperti Indonesia kejadian Sindrom pra menstruasi sangat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 rendah antara 23-24% sedangkan Negara barat seperti Inggris dan Yugoslavia lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73% dilaporkan dari negara-negara barat, gejala-gejala perubahan emosional telah dialami oleh 88% wanita, sementara gejala fisik tercatat 69%. Di Indonesia prevalensi Sindrom pra menstruasi pada siswa SMA di Surabaya adalah 39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan (Christiany, 2006). Sebanyak 80% wanita dengan Sindrom pra menstruasi melaporkan berkurangnya produktifitas kerja selama sekitar satu minggu per bulan akibat gejala premenstruasi, dan lebih jauh lagi wanita dengan Sindrom pra menstruasi memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi akibat premenstuasi (Halbreich et al., 2007). Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit yang dicapai pada suatu saat, hasil tes dapat dilihat secara nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu, (Winkal 1991, disitasi oleh Syah 2004). Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri faktor non sosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor internal terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis (Ahmadi dan Supriyono, 2004). SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten Ngawi. Sekolah ini banyak menghasilkan generasi penerus Ngawi yang tangguh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 dan berpotensi untuk membangun kota Ngawi (Wikipedia, 2011). Sekolah ini terletak di jalan A. Yani Klitik Geneng, Ngawi (SMAN 2 Ngawi, 2010). Ada keterkaitan antara obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah (Byrd, 2007). Sindrom pra menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi. B. Perumusan Masalah Dari uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi? 2. Apakah ada hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi? commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 3. Apakah ada hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara obesitas dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi. b. Mengetahui hubungan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar siswa SMAN 2 Ngawi. c. Mengetahui hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar pada siswa SMAN 2 Ngawi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam bidang ilmu kesehatan dan pendidikan. b. Bagi peneliti lainnya, dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lanjutan tentang obesitas, sindrom pra menstruasi dan prestasi belajar pada kelompok masyarakat lainnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Diharapkan hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan kepada siswa tentang obesitas dan sindrom pra menstruasi hubungannya dengan prestasi belajar. Sehingga siswa dapat mengatasi permasalahan tersebut agar tidak mengganggu prestasi belajarnya. b. Bagi Sekolah, Guru, Orang tua dan Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, orang tua dan masyarakat supaya memahami tentang dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa, sehingga lebih peduli dan melakukan intervensi terhadap dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa. c. Bagi Peneliti Dapat dijadikan pengalaman dan menambah pengetahuan bagi penulis serta dapat dijadikan acuan untuk mendapatkan teori-teori baru sehingga dapat diaplikasikan untuk mengurangi atau mengantisipasi dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Obesitas a. Definisi Obesitas Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu od adalah akibat dari, sedang esum diartikan sebagai makan. Jadi obesitas adalah akibat dari makan. Secara definisi obesitas adalah suatu keadaan dimana ditemukan kelebihan lemak dalam tubuh. Seorang dikatakan obesitas bila lemak dalam tubuh berakumulasi lebih dari 20 persen diatas jumlah normal. Bila lemak berlebih itu antara 10-20 persen diatas jumlah normal, keadaan ini disebut overweight atau kelebihan berat badan (Wiramihardja, 2004). Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan terjadinya kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000). Seseorang disebut menderita obesitas bila memiliki berat badan lebih 15% pada anak laki-laki dan 20% pada anak perempuan bila dibandingkan dengan berat badan normal (Sediaoetama, 2000) Obesitas dan overweight adalah dua istilah yang digunakan untuk menyatakan kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai pengertian yang tidak sama. Kata obesitas berasal dari commit to user 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 bahasa Latin yang mempunyai arti makan berlebihan, tetapi untuk saat ini obesitas atau gemuk didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non lemak. (Sjarif, 2003). b. Etiologi dan Patologi Obesitas Menurut Sjarif (2003), berdasarkan etiologinya, maka pada umumnya kejadian obesitas dibagi dalam 2 bagian yaitu: 1) Obesitas primer Obesitas primer disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan. 2) Obesitas sekunder Obesitas sekunder disebabkan oleh adanya penyakit/kelainan seperti adanya kelainan kongenital dan kelainan endokrin seperti sindrom Cushing, sindrom Turner dan sindrom Down. Menurut hukum termodinamika, energi yang masuk ke dalam suatu sistem dikurangi energi yang keluar dari sistem sama dengan energi yang disimpan dalam sistem tersebut. Bila hukum ini diterapkan dalam tubuh manusia, maka hal di atas identik dengan masukan energi makanan yang lebih besar dari energi yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 digunakan tubuh merupakan kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk lemak tubuh (Sjarif, 2003). Asupan energi yang tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan rendahnya keluaran energi disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, rendahnya aktivitas fisik dan efek termogenis makanan. Efek termogenis makanan ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberikan efek termogenis lebih rendah dibandingkan dengan karbohidrat dan protein (Sjarif, 2003). Struktur tubuh manusia tersusun oleh air 60-65 persen, protein 15-18 persen, lemak 10-28 persen, mineral 6 persen, karbohidrat 1,5 persen dan sedikit vitamin. Lemak terbagi dalam lemak esensial dan lemak simpanan. Kisaran persentase lemak pada pria normal adalah 10-18 persen dari berat badan dan pada wanita normal adalah 18-27 persen dari berat badan. Bila keseimbangan energi terganggu, baik itu karena defisit atau karena surplus energi, yang berubah adalah lemak simpanan energi. Tubuh akan menyimpan kelebihan energi dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen cadangan energi dari karbohidrat tersimpan dalam hati dan otot, namun kemampuan otot dan hati terbatas, sedang kemampuan tubuh dalam menampung lemak simpanan sangat besar (Wiramihardja, 2004). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 c. Penyebab Obesitas Menurut Purwati, et.al (2002), ada beberapa faktor utama yang menyebabkan obesitas, antara lain : 1) Faktor Genetik. Faktor genetik yang dimaksud adalah faktor keturunan dari orang tuanya. 2) Faktor Psikologik Emosi seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku bahkan mungkin perilaku yang salah. Manifestasi stres seseorang juga berbeda-beda, ada yang justru nafsu makannya meningkat dan merasa lapar terus, tapi ada yang sebaliknya tidak nafsu makan. Seseorang yang ”rajin makan” cenderung lari ke makanan jika mengalami tekanan, apalagi jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik,tentunya akan menimbulkan obes. 3) Pola hidup yang kurang tepat. Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus dalam waktu relatif lama akan menjadi suatu pola hidup. Kebiasaan kurang baik yang dapat menimbulkan kegemukan antara lain : makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur, salah memilih dan mengolah makanan, kebiasaan ngemil makanan ringan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 4) Kurang melakukan aktifitas fisik. 5) Faktor lain yang dapat menjadi pemicu kegemukan antara lain : metabolisme basal yang lambat, peranan enzim tubuh, peranan hormon. d. Kriteria Obesitas Ada beberapa cara pengukuran lemak tubuh, baik dengan cara langsung maupun tak langsung. Pengukuran antropometrik salah satu cara pengukuran lemak tak langsung dapat dilakukan dengan cara body mass index, berat badan relatif (BBR) dan skin fold. Dari ketiga jenis pengukuran antropometrik ini, BMI yang paling tinggi berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh (Samsirun et al., (1994). BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah suatu parameter yang banyak digunakan untuk mengukur lemak dalam tubuh. Dengan mengukur BMI/IMT maka dapat ditentukan kelebihan berat badan seseorang. Keterbatasan BMI/IMT adalah tidak dapat digunakan bagi : bayi, anak-anak dalam masa pertumbuhan, wanita hamil, orang yang sangat berotot, contohnya atlet. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (IMT=kg/m²). Klasifikasi yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2000, nilai IMT >30 kg/m² menunjukkan obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan tahap pra-obes. Karena adanya perbedaan ras antar bangsa, maka untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 wilayah Asia Pasifik termasuk Indonesia telah memiliki klasifikasi kriteria obesitas tersendiri. Nilai IMT 25-29,9 kg/m² menunjukkan obesitas I dan nilai IMT 23,0-24,9 kg/m² menunjukkan tahap beresiko (pra-obes) (Soegondo, 2003). Rumus Penghitungan BMI/IMT adalah sebagai berikut : 䱀ra 逸 Berat Badan Kg Tinggi Badan m Tabel 2.1 Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO (2003) Clasification Underweight BMI (Kg/m2) <18.5 Normal range 18.5-24.9 Overweight > 25.0 Pre Obese 25.0 -29.9 Obese clas I 30.0-34.9 Obese clas II 35.0-39.9 Obese clas III > 40.0 Sumber Data : WHO (2000) Risk of comorbidities Low, but risk other clinical Problem Average Increased Moderate Severe Very severe Karena postur tubuh orang Asia berbeda dengan orang barat atau Amerika yang cenderung mempunyai BMI/IMT tinggi, maka untuk Negara orang Asia, WHO menentukan standar BMI untuk orang Asia, seperti dilihat dalam tabel 2.2. (Wiramihardja, 2004). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Tabel 2.2. Klasifikasi BMI/IMT Menurut WHO Untuk Orang Asia Dewasa Clasification BMI (Kg/m2) Risk of comorbidities Underweight <18.5 Low, but risk other clinical Problem Normal 18.5-22.9 Average range Overweight > 23.0 Pre Obese 23.0 -24.9 Increased Obese clas I 25.0-29.9 Moderate Obese clas II > 30.0 Severe Sumber Data : Wiramihardja (2004) Hal yang penting dicermati bahwa batas BMI untuk obesitas menurut baku WHO adalah 30, tetapi menurut baku Asia dikatakan obes jika BMI lebih dari 25. Hal ini sangat penting peranannya karena berhubungan erat dengan faktor risiko yang terjadi. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi dari standar baku Asia, berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian beberapa negara berkembang. e. Dampak Obesitas Hasil Penelitian membuktikan bahwa kegemukan menimbulkan banyak masalah dan memperbesar risiko terserang penyakit degenerative (penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat seluler yang meluas ke jaringan yang sama). Dampak yang sering menyertai penderita obesitas, antara lain : 1) Penyakit jantung koroner (kardiovaskuler) Overweight dan obesitas pada anak-anak menyebabkan peningkatan tekanan darah, kolesterol, radang sendi, diabetes tipe II, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 penyakit jantung empedu, asma depresi, cemas dan terisolasi dari teman sebaya (Satcher et al., 2005) 2) Diabetes mellitus tipe-2 Mekanisme lain yang menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada obesitas adalah terganggunya hantaran reseptor insulin, kadar leptin di otak rendah, dan berubahnya metabolisme glukosa. Tingkat leptin yang rendah didalam otak akan mengakibatkan kemunduran dalam proses kognitif dan mengingat (Farr et al., 2006). Secara fisiologis hiperinsulinemia metabolisme glukosa dan berhubungan hantaran dengan insulin. Hal gangguan ini akan mempengaruhi beberapa bagian otak, termasuk yang terkait dalam perencanaan dan organisasi misalnya lobus frontalis dan hippocampus, bagian otak ini merupakan bagian dari tugas desain blok. 3) Obstructive sleep apneu Peningkatan BMI berkaitan dengan peningkatan risiko obsructive apnea pada anak dan remaja (Amin et al., 2002). Sering dijumpai pada anak obesitas dengan tidur mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut. Keadaan tersebut dapat mengganggu pergerakan dinding dada dan diagfragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru-paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2. Selain itu penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Loke (2002) mengatakan bahwa anak obesitas mempunyai gangguan tidur yaitu sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar. 4) Gangguan ortopedik Obesitas juga memiliki risiko penyakit sendi pada ekstremitas bawah. Penyakit ortopedik yang dapat terjadi adalah vara tibia bilateral (tungkai yang melengkung, sehingga menyebabkan nyeri lutut dan mengganggu mobilitas). Lebih jauh lagi, penyakit tersebut mengganggu kemampuan berolahraga, sehingga menciptakan lingkaran setan yang memperburuk obesitas dan penyakit sendi (Loke, 2002). 5) Pseudomotor serebri Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 paru-paru yang menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas. 6) Nilai ekonomis. Sampai saat ini di Indonesia dan negaranegara berkembang yang lain belum tersedia data tentang besarnya nilai ekonomi dari obesitas, akan tetapi dari berbagai studi diketahui bahwa obesitas merupakan salah satu komponen terbesar dan budget nasional di bidang kesehatan (WHO, 2000). 7) Konsekuensi psikososial Obesitas dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi psikososial yang signifikan. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas dapat mengalami prasangka dan diskriminasi. Pada remaja putri yang obes dan kelebihan berat badan merasa malu karena berat badan mereka, merasa tidak modis, merasa rendah diri sehingga menarik diri dari pergaulan (WHO, 2000). 2. Sindrom pra menstruasi (premenstrual syndrome) a. Definisi Sindrom pra menstruasi American College of Obstetricians and Gynecologists, telah mengusulkan definisi Sindrom pra menstruasi yang lebih ketat yang mensyaratkan paling sedikit satu gejala dari daftar gejala emosional dan fisik yang dialami oleh wanita selama lima hari sebelum menstruasi dan mengalami remisi dalam empat hari setelah dimulainya menstruasi, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 dengan tidak ada kekambuhan paling tidak hingga hari ke tiga belas siklus, dalam setiap siklus pada tiga siklus menstruasi terdahulu (Halbreich et al., 2007). Menurut Dickerson et al. (2003), Premenstrual syndrome adalah suatu gangguan siklus menstruasi pada wanita muda dan usia pertengahan, yang ditandai dengan gejala emosional dan fisik secara konsisten yang muncul saat fase luteal siklus menstruasi. Sindrom ini lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasi, dalam kondisi normal, seharusnya menstruasi tidak sampai menyebabkan perubahan pada mental serta mengganggu fungsi fisik wanita. Premenstrual syndrome ialah kumpulan gejala yang mempunyai karakteristk berupa perubahan tingkah laku dan gejala fisik, terjadi secara berulang tiap kali pada fase luteal (Mortola, 2000). Jadi premenstrual merupakan kumpulan gejala fisik, emosional dan perilaku yang terjadi pada minggu-minggu menjelang menstruasi (Simon dan Edwin, 2003). Dalam keadaan normal, menstruasi tidak seharusnya sampai mengganggu fungsi mental dan fisik wanita, namun demikian adanya fluktuasi hormonal dalam siklus menstruasi membawa efek pada beberapa wanita b. Etiologi Sindrom pra menstruasi Etiologi dari Sindrom pra menstruasi belum dapat diketahui dengan pasti, mungkin bisa komplek dan multifaktor. Peran dari hormon ovarium commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 adalah belum jelas, tetapi tanda-tanda sering meningkat saat ovulasi tertekan. Perubahan dalam tingkat hormon mungkin pengaruh dari pusat aksi neorotransmitter yaitu serotinin, tetapi sirkulasi tingkat hormon seks adalah normal pada wanita dengan Premenstrual syndrome. Beberapa fakta memberi kesan pada perubahan sensitif dari progesteron terdapat pada wanita dengan defesiensi serotinin, defesiensi prostaglandin, dan faktor genetik (Dickerson et al.,2003). Penyebab premenstrual syindrome ini masih kontroversi, beberapa ahli mengatakan penyebabnya karena faktor lain, termasuk karena rendahnya masukan kombinasi dari seng dan tembaga, tidak normalnya fungsi serotinin, defisiensi progesteron, beberapa neurotransmitters, bahan gizi seperti vitamin E, kalsium, asam linoleat dan magnesium (Connolly, 2001). Kekurangan vitamin, kalsium, magnesium, seng dan tembaga serta progesteron merupakan faktor risiko untuk terjadinya premenstrual syndrome. c. Gejala Sindrom pra menstruasi Sekitar 100 gejala diidentifikasikan sebagai gejala PMS. Secara garis besar gejala premenstrual syndrome menurut Dickerson et al. (2003) dan Simon dan Edwin (2003) terbagi dalam : 1) Gejala fisik Payudara bengkak dan keras, perut terasa sebah, konstipasi dan diare, jerawat, sakit atau nyeri kepala, alkohol intolerens, retensi cairan, berat badan naik, kekakuan atau ketegangan, kurang nafsu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 makan dan muntah, jantung berdebar, nyeri perut dan kembung, penambahan berat badan, ekstrimitas bengkak, nausea, nyeri otot dan sendi. 2) Gejala emosional atau psikologis Depresi, tiba-tiba cemas dan panik, ganguan tidur (insomnia), mudah tersinggung, mudah marah, curiga, delusi dan halusinasi (jika gejala sangat berat dapat merupakan gangguan psikologis), iritabilitas, menangis dan sedih, cemas, tegang, perubahan perasaan, kurangnya konsentrasi, bingung, pelupa, kurang istirahat menyendiri dan penurunan kepercayaan diri. 3) Gejala mental dan tingkah laku Perubahan emosi, konsentrasi tidak stabil dan beberapa memori hilang, marah dengan orang lain, cemas, cenderung mudah mendapat kecelakaan, letargi dan kelelahan, perubahan minat berhubungan sexual kecanduan makanan tertentu dan makan berlebihan. d. Diagnosis Sindrom pra menstruasi American College of Obstetric and Ginecology (ACOG) merekomendasikan kriteria diagnosa yang dikembangkan oleh University of California at San Diego dan National Institute of Mental Health yaitu SPAF (Conolly, 2001). The Premenstrual Shortened Form (SPAF) yaitu kriteria diagnosa dengan penilaian sederhana yang terdiri dari 10 item. Wanita ditanya tanda-tanda yang dialami menjelang haid antara lain : 1) Payudara tegang, nyeri dan bengkak, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 2) Malas dan tidak bergairah, 3) Merasa tertekan, 4) Mudah tersinggung dan marah, 5) Sedih, depresi, 6) Nyeri otot, 7) Berat badan naik, 8) Merasa tidak enak badan, tidak nyaman atau nyeri abdomen, 9) Bengkak atau terjadi retensi cairan, 10) Merasa gemuk (mengembung). Masing-masing item mempunyai nilai maksimal 6, terentang pada gejala yang tidak dirasakan sampai gejala yang sangat berat (Simon dan Edwin, 2003). Diagnosa premenstrual syndrome dapat ditegakkan kalau wanita mengalami paling sedikit 5 dari tanda dalam SPAF dalam derajat 5, salah satunya harus nomor 2, 3, 4 dan 5 atau sama dengan skore ≥ 30 (Simon dan Edwin, 2003). e. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sindrom pra menstruasi Beberapa dari hasil penelitian mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi premenstrual syndrome, adalah : 1) Usia Keluhan premenstrual syndrome lebih banyak dirasakan pada wanita muda, biasanya dimulai sekitar pertengahan 20 tahunan, 88 persen melaporkan gejala premenstrual syndrome sedang sampai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 berat. Pada beberapa kasus, wanita mulai mencari pertolongan pengobatan ketika berumur 30 tahun. (Simon dan Edwin, 2003). Studi lain melaporkan adanya perbedaan gejala premenstrual syndrome pada wanita dibawah 40 tahun dengan wanita diatas 40 tahun. Kelompok wanita dibawah 40 tahun mempunyai gejala premenstrual syndrome berupa gangguan dalam kehidupan sosial, kurangnya aktivitas dan mudah tersinggung sedang pada kelompok wanita diatas 40 tahun mengeluhkan gejala gangguan tidur dan insomnia (Kuan et al., 2004). 2) Stress Peranan stress pada wanita dengan premenstrual syndrome adalah memperberat gejala premenstrual syndrome yang berdampak pada perubahan suasana hati dan gejala fisik (Beck et al., 1990). 3) Genetik Penelitian terhadap wanita kembar mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap premenstrual syndrome (Freeman, 2007). 4) Obesitas Pada wanita obesitas terjadi peningkatan kadar serotinin. Ketidaknormalan serotinin dalam neurotransmitter berhubungan dengan depresi, marah, tersinggungg (Dickerson et al., 2003). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 5) Nutrisi Defisiensi yang berkaitan dengan rendahnya konsumsi kalsium dan magnesium berhubungan dengan rasa tidak nyaman saat mentsruasi (Daugherty, 1998). 6) Siklus menstruasi Beberapa studi tidak secara konsisten menerangkan adanya abnormalitas sekresi hormon ovarium selama fase luteal. Perubahan kadar hormonal pada fase luteal ini menjadi penyebab terjadinya premenstrual syndrome (Dickerson et al., 2003). 7) Perubahan hormonal Perubahan kadar hormon mempengaruhi neurotransmitter seperti serotinin. Berkaitan dengan peningkatan sensitivitas terhadap progesteron pada wanita dengan defisiensi serotonin (Dickerson, et al., 2003). 8) Penggunaan KB hormonal Dosis rendah pil kombinasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala premenstrual syndrome (Shoupe dan Daniel, 2000). Penelitian lain mengungkapkan pemberian kontrasepsi oral tidak bermanfaat menurunkan gejala PMS. Beberapa wanita justru melaporkan gejala yang memburuk setelah minum kontrasepsi oral (Simon dan Edwin, 2003). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 3. Prestasi Belajar a. Definisi Prestasi Belajar Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan. Selama belajar mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental dan, panca indera, otak dan bagian tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan, seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya (Sukmadinata, 2008). Pengertian prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar yang dilihat dari nilai ketuntasan belajar pada akhir semester (SK Dirjen Mandikdasmen no 12/2008). Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur langsung dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan sebagai hasil konkrit yang dicapai pada suatu saat. Hasil tes dapat dilihat secara nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu. Prestasi belajar siswa biasanya dituangkan dalam bentuk skor atau angka dalam rapor yang diberikan setiap akhir semester atau triwulan sebagai bentuk pengungkapan kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang siswa (Winkal 1991, dalam Syah 2004). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 dalam diri individu dan ada pula faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar tersebut adalah faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam individu, meliputi: 1) Faktor fisik (Kesehatan) Kesehatan jasmanani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang selalu tidak sehat dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap siswa, agar pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar (Sukmadinata, 2008). Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar karena ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat dan pikiran terganggu. Karena hal-hal tersebut, maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang. Saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak yang langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran atau lukisan menjadi lemah juga (Ahmadi dan Supriyono, 2004). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 Hadi (2004) mengatakan bahwa individu yang obesitas mempunyai kemampuan yang rendah dari sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam mengalirkan oksigen dan zat gizi ke sekelompok otot saat melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari dalam waktu yang lama. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis terdiri dari : a) Inteligensi Secara klasik intelligence quotient (IQ) merupakan hasil bagi umur mental (mental age) dan umur kronologis (chronological age), yang kemudian dikalikan dengan angka 100 (Tim Psiko Kuantum, 2003). Mental age adalah suatu tipe angka yang menyatakan perkembangan mental yang berkaitan dengan tingkat usia yang dicapai oleh seorang anak. Sedangkan chronological age adalah ukuran umur ataupun kedewasaan seseorang berdasarkan jumlah tahun yang telah dilampauinya sejak lahir (Tim Psiko Kuantum, 2003). IQ rata-rata didefinisikan dengan nilai 100, hal ini berarti nilai di bawah 100 menunjukkan IQ di bawah normal, sedangkan nilai di atas 100 berarti seseorang mempunyai IQ di atas nilai rata-rata (Tim Psiko Kuantum, 2003). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 Aspek inteligensi ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik, umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya individu yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar sehingga prestasi belajar rendah (Sukmadinata, 2008). b) Sikap Sikap yaitu gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif (Syah, 2004). c) Bakat (aptitude) Bakat yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2004). d) Minat Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2004). e) Motivasi belajar Motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorong untuk berbuat tertentu (Syah, 2004). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 Syah (2005) menyatakan bahwa motivasi belajar dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar, seperti: perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, yang berupa: pujian, penghargaan, hukuman, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua dan guru. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di institusi pendidikan maupun di rumah. Syah (2005) menambahkan bahwa dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu, meliputi: 1) Faktor non sosial Faktor non sosial termasuk didalamnya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, lingkungan rumah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan (Syah, 2004). Keadaan sekolah tempat belajat turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajar, fasilitas, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas dan tata tertib, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan anak (Sukmadinata, 2008). 2) Faktor sosial Faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu hadir maupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang lain banyak sekali mengganggu belajar. Kehadiran tidak langsung seperti potret, suara nyanyian lewat radio, tape juga merupakan representasi dari seseorang sehingga mengganggu konsentrasi, perhatian tidak tertuju penuh kepada halhal yang dipelajari (Suryabrata, 2004). Faktor sosial yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar adalah : a) Orang tua Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kekurangan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 kasih sayang, sikap keras dan kejam, acuh tak acuh akan menimbulkan emosional insequrity sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. Bimbingan atau contoh dari orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak (Ahmadi dan Supriyono, 2004). Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar anaknya. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi, mempunyai pandangan yang lebih tinggi terhadap kemajuan prestasi anaknya. Pola asuh orang tua yang memeliki pendidikan cukup berbeda dengan pola asuh orang tua yang kurang berpendidikan. b) Suasana rumah atau keluarga Suasana yang sangat gaduh/ramai akan mengganggu konsentrasi anak sehingga sulit belajar. Hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tenteram, damai, harmonis agar anak betah tinggal di rumah dan akan terjadi kemajuan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004). c) Keadaan ekonomi keluarga Lochner (2005) menyatakan bahwa keluarga dengan penghasilan rendah tidak dapat membeli buku-buku untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 anaknya sehingga anak kurang membaca dan prestasi belajarnya kurang memuaskan. Sebaliknya keadaan ekonomi yang berlebihan akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga anak dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah sehingga juga akan menghambat kemajuan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004). d) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar (Sukmadinata, 2008). 4. Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Menurut Henry (2006) bahwa obesitas dapat mempengaruhi prestasi belajar selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat aktifitas, pengetahuan dan asupan gizi. Penyakit yang disebabkan oleh obesitas adalah sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan tersedak akibat obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas tidur yang buruk sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan efek neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar (Loke, 2002). Peningkatan BMI berkaitan dengan peningkatan risiko obstructive apnea pada anak dan remaja (Amin et al., 2002). Mekanisme lain yang menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada obesitas adalah terganggunya hantaran commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 reseptor insulin, kadar leptin di otak rendah, dan berubahnya metabolisme glukosa. Tingkat leptin yang rendah di dalam otak akan mengakibatkan kemunduran dalam proses kognitif dan mengingat (Farr et al., 2006). Secara fisiologis hiperinsulinemia berhubungan dengan gangguan metabolisme glukosa dan hantaran insulin yang mana hal ini akan mempengaruhi beberapa bagian otak, termasuk yang terkait dalam perencanaan dan organisasi misalnya lobus frontalis dan hippocampus. Penelitian yang dilakukan oleh Heskethi et al. (2004), remaja obesitas mempunyai harga diri yang rendah sehingga meningkatkan perasaan sedih, kesepian dan gemetar. Anak yang obesitas sering menderita satu atau lebih kondisi penyakit yang kronis, sehingga berhubungan kuat dengan morbiditas psikososial. Efek gangguan psikososial menyebabkan isolasi sosial, diskriminasi dan masalah dalam kelompok. Hal ini akan mempengaruhi motivasi anak untuk belajar yang akhirnya menyebabkan penurunan prestasi belajar anak. Straus mendapatkan anak perempuan dengan obesitas secara bermakna menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah pada awal remaja. Anak dengan obesitas yang mengalami penurunan tingkat percaya diri ini menunjukkan secara bermakna pada peningkatan rasa sedih (sadness), kesendirian (loneliness), dan kecemasan (nervousness), dan berperilaku risiko tinggi seperti merokok dan konsumsi alkohol (Straus, 2006). Ada keterkaitan antara obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah (Byrd, 2007). Sindrom Pra Menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas seharihari yang berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007). Beberapa dampak Sindrom Pra Menstruasi yang dihubungkan dengan prestasi belajar meliputi : siswa yang mengalami Sindrom Pra Menstruasi sering tidak mengikuti proses belajar di kelas, tidak ikut ujian atau mendapat skore grade lebih rendah, dan gejala Sindrom Pra Menstruasi lebih parah selama waktu ujian berlangsung (Tenkir et al, 2002). Dari beberapa penyelidikan telah terbukti bahwa wanita lebih mudah mengalami berbagai jenis persoalan sebelum dan selama masa haid. Pada masa ini banyak wanita mengalami kecelakaan dan mengalami kemunduran prestasi di sekolah, sedangkan dari pihak kepolisian didapatkan data meningkatnya kejahatan dan bunuh diri selama masa itu (Cherry, 1999). Sebagaimana diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua variabel independen dalam penelitian ini, yaitu obesitas dan sindrom pra menstruasi pada dasarnya merupakan komponen yang termasuk faktor internal, yaitu faktor fisik (kesehatan). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 B. Penelitian Yang Relevan Ada beberapa penelitian lain yang mengidentifikasi hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu : obesitas, sindrom pra menstruasi dan prestasi belajar, diantaranya : 1. Penelitian oleh Nizamudin (2010), yang berjudul : “Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Tingkat Kematangan Sosial Dengan Prestasi Belajar Pada Anak (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 002 Dan 004 Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional dengan desain cross sectional. Hasil yang diperoleh yaitu : ada hubungan yang negatif dan signifikan antara indeks massa tubuh dengan prestasi belajar (r = - 0,28; p = 0,031), ada hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat kematangan soaial dengan prestasi belajar (r = 0,33; p = 0,001), ada hubungan yang positif dan signifikan antara indeks massa tubuh dan tingkat kematangan sosial dengan prestasi belajar (r = 0,38; p = 0,001), prestasi belajar anak non obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar anak obesitas (r = 0,38; p = 0,028). 2. Penelitian oleh Mulidiah (2008), yang berjudul : “Hubungan Obesitas Dengan Kualitas Hidup Remaja Pada Siswa SMP Di Kota Yogyakarta”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain cross sectional. Hasil yang diperoleh adalah : Prevalensi obesitas pada siswa SMP pada populasi penelitian ini adalah 13,54%. Rata-rata kualitas hidup remaja yang mengalami obesitas lebih rendah (rata-rata [SD] skor total, 73,05 [7,56]) dibandingkan dengan indeks massa tubuh (IMT) normal, 79,16 (10,94), commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 dengan p<0,001. Dibandingkan dengan IMT normal dan overweight, rata-rata kualitas hidup remaja yang mengalami obesitas lebih rendah baik pada fungsi fisik maupun fungsi psikososial (emosional, sosial dan fungsi sekolah). Faktor lain yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah umur (p=0,004) dan jenis kelamin (p=0,008). 3. Penelitian oleh Sulastri (2009), dengan judul : “Obesitas Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Kota Yogyakarta”. Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan rancangan cross-sectional. Hasil penelitian yang diperoleh adalah : terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar antara siswa obes dan tidak obes, dengan nilai koefisien regresi = 1,46 dan nilai R² sebesar 0,0803 (8,03%). Hasil analisis multivariat antara status obesitas dengan prestasi belajar memiliki hubungan bermakna yang dapat dilihat dari nilai CI 95%, dari koefisien regresi = -2,81 sampai 0,10 dan p=0,03. Prestasi belajar siswa yang mengalami obesitas cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang tidak obes. 4. Penelitian oleh Zaitun (2008), yang berjudul : “Prestasi Belajar Pada Siswa Yang Mengalami Premenstrual Syndrome Di SMA Muhammadiyah Cirebon”. Metode yang digunakan adalah Rancangan unmatched case control study. Hasil yang diperoleh adalah : Proporsi prestasi belajar rendah lebih besar pada kelompok siswa yang mengalami premenstrual syndrome daripada siswa yang tidak mengalami premenstrual syndrome. 5. Penelitian oleh Puspitorini (2006), yang berjudul : “Obesitas Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Akademi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 Kebidanan Pemkab Kudus”. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil yang diperoleh adalah : Uji chi-square for trend didapatkan hasil ada kenaikan OR tiap tingkatan katagori BMI, normal OR=1,72 (CI 95%=0,84 hingga 3,57), overweight OR=3,96 (CI 95%=1,62 hingga 9,80), dan obes=9,78 (CI 95%=3,53 hingga 27,94). Begitu juga variabel umur menunjukkan peningkatan pada tiap tingkatan katagori umur. Dewasa Madya OR=1,08 (CI 95% =0,63 hingga 1,86), dewasa tua OR=2,66 (CI 95%=1,24 hingga 5,76). Ada hubungan yang bermakna antara body mass index dengan kejadian premenstrual syndrome,dimana semakin tinggi katagori body mass index maka semakin banyak keluhan premenstrual syndrome. 6. Penelitian oleh Setyowati (2005), yang berjudul : “Kadar Hemoglobin dan Prestasi Belajar Pada Remaja Putri Di Sekolah Menengah Umum (SMU) Dan Madrasah Aliyah (MA) Kota Magelang”. Metode yang digunakan adalah cross sectional. Hasil yang didapat adalah terdapat hubungan antara kadar Hb akan meningkatkan prestasi belajar (p < 0,05), setiap kenaikan satu point kadar Hb akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,834 (p < 0,05). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 C. Kerangka Berpikir Sindrom Pra Menstruasi Obesitas Diabetes mellitus Tipe-2 Gangguan reseptor insulin, kadar leptin di otak rendah, berubahnya metabolisme glukosa Penurunan fungsi kognitif dan mengingat Konsekuensi Psikososial Obstructive Sleep Apneu Obstrukif lemak berlebihan di leher Kepercayaan diri dan harga diri rendah 1. Sedih 2. Kesendirian/ kesepian 3. Kecemasan 4. Gemetar Sulit bernapas saat tidur, mendengkur, terdesak Kualitas tidur buruk Mengantuk siang hari, berkurangnya daya konsentrasi, daya ingat dan fungsi belajar 1. Inteligensi (IQ) 2. Motivasi belajar 1. Sikap 2. Bakat 3. Minat 1. Sering tidak mengikuti proses belajar di kelas 2. Tidak mengikuti ujian 3. Skore grade lebih rendah 4. Gejala sindrom pra menstruasi lebih parah saat ujian Faktor non sosial Prestasi Belajar Gambar 2.1. Kerangka Berpikir commit to user Faktor sosial : 1. Orang tua 2. Suasana rumah 3. Keadaan ekonomi 4. Masyarakat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 37 Keterangan : Diteliti Tidak diteliti D. Hipotesis Penelitian 1. Siswa obes memiliki prestasi belajar lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang tidak obes. 2. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi. 3. Siswa yang mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang tidak mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, yang meneliti hubungan atau pengaruh suatu variabel pada populasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain cross sectional (studi potong lintang). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 2 Ngawi pada bulan Agustus tahun 2011 sampai dengan Januari tahun 2012. C. Populasi Penelitian Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua siswa putri di SMA. Populasi sumber dalam penelitian ini adalah siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI. D. Sampel Penelitian 1. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling, yaitu pencuplikan random sederhana (simple random sampling). 2. Besar Sampel Sebuah model analisis berganda melibatkan 5 variabel independen, maka commit to user 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 ukuran sampel yang dibutuhkan adalah sekitar 5 kali (15-20) subjek, yaitu 75 hingga 100 subjek penelitian (Murti, 2010). Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen dan 2 variabel perancu. Variabel perancu termasuk dalam variabel independen. Maka ukuran sampel yang dibutuhkan paling tidak sebanyak 60-80 sampel. Dalam penelitian ini menggunakan 85 sampel sebagai subjek penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 E. Rancangan Penelitian Populasi Sasaran Semua siswa putri SMA Populasi Sumber Siswa putri SMAN 2 Ngawi kelas XI Simple Random Sampling Sampel 1. 2. 3. 4. 5. Variabel Penelitian : Prestasi Belajar Obesitas Sindrom Pra Menstruasi Intelegensi Motivasi Belajar Analisis Data Regresi Linier Ganda Interpretasi Data dan Kesimpulan Gambar 3.1. Rancangan Penelitian F. Variabel Penelitian 1. 2. Variabel Bebas a. Obesitas b. Sindrom Pra Menstruasi Variabel Terikat a. Prestasi belajar commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 3. Variabel Perancu a. Inteligensi b. Motivasi belajar G. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Obesitas adalah suatu keadaan terjadinya kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000). Alat ukur : Timbangan berat badan untuk berat badan, dan mikrotois untuk tinggi badan Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah menjadi dikotomik Hasil pengukuran 2. : Obes : IMT ≥ 25 kg/m² Tidak obes : IMT < 25 kg/ m² Sindrom Pra Menstruasi adalah kumpulan gejala yang mempunyai karakteristik berupa perubahan tingkah laku, emosi dan fisik secara priodik pada fase luteal siklus menstruasi (Dickerson et al., 2003). Menggunakan SPAF (Shortened Premenstrual Assesment Form) terdiri dari 10 item gejala sindrom pra mesntruasi, masing-masing item diberi skor 1-6, mulai dari gejala yang tidak terasa sampai yang ekstrim. Jadi skor berkisar antara 10 sampai dengan 60. Dikategorikan ya jika skor 30-60 dan tidak jika skor 1029. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 Alat ukur : Kuesioner yang memiliki validitas dan reliabilitas tinggi dari SPAF (Shortened Premenstrual Assessment Form). Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah menjadi dikotomik. Hasil pengukuran 3. : Mengalami sindrom pra menstruasi : skor 30-60 Tidak mengalami sindrom pra menstruasi : skor 10-29 Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan proses belajar siswa berdasarkan nilai ketuntasan belajar pada akhir semester (SK Dirjen Mandikdasmen no 12/2008). Cara mengukur dengan menelaah laporan hasil belajar (rapor). 4. Alat ukur : Laporan hasil belajar siswa (rapor) Skala pengukuran : Kontinu Hasil pengukuran : Nilai rapor siswa dari 17 mata pelajaran. Inteligensi adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk pemecahan masalah-masalah sesuai dengan aspek kecerdasan. Pengukuran IQ ini menggunakan tes potensi akademik yang diadopsi dari Iskandar (2004) dan Wijanarko (2009). Alat ukur : Tes potensi akademik Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah menjadi dikotomik Hasil pengukuran : Di bawah rata-rata : < 100 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 Di atas rata-rata 5. : ≥ 100 Motivasi belajar adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorong untuk berbuat tertentu (Syah, 2004). Diukur menggunakan kuesioner yang sudah baku yang dibuat oleh Abdullah (1977) dalam Azwar (2004), berisi daftar pernyataan yang berjumlah 38, setelah dilakukan reliabilitas, terdapat 3 pernyataan yang tidak reliabel, sehingga jumlah pernyataan yang reliabel terdiri dari 35 pernyataan, yang disertai alternatif jawaban tentang motivasi belajar kepada subjek penelitian untuk diisi kemudian dinilai menggunakan skor dengan skala 1 sampai 4. Skor merupakan jawaban subjek penelitian dengan rentang 35 sampai dengan 140. Hasil pengukurannya dibedakan dengan menggunakan median atau persentil 50%, didapatkan skor 87,5. Alat ukur : Kuesioner baku yang diadopsi dari Abdullah (1977) dalam Azwar (2004). Skala pengukuran : Kontinu, dalam analisis data, kontinu diubah menjadi dikotomik. Hasil pengukuran : Motivasi rendah : skor < 87,5 Motivasi tinggi : skor ≥ 87,5 H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pengisian identitas dan data umum. Instrumen yang digunakan untuk mengukur commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 obesitas adalah alat pengukur berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg dan alat pengukur tinggi badan menggunakan mikrotois dengan ketelitian 0,1 cm. Dengan menggunakan rumus IMT dari WHO (2000), maka bila didapatkan IMT ≥ 25, maka dikategorikan sebagai obesitas, sedangkan bila IMT < 25 dikategorikan tidak obesitas. Instrumen yang digunakan untuk mengukur sindrom pra menstruasi menggunakan SPAF (Shortened Premenstrual Assessment Form), merupakan panduan yang lebih simpel tetapi mempunyai reliabilitas dan validitas yang tinggi. Dikembangkan oleh Halbreich dan University of California at Diego, yang terdiri dari 10 item pertanyaan. Masing-masing item diberi skor dari 1 untuk tidak ada perubahan dari biasanya, sampai 6 untuk perubahan yang sangat ekstrim. Untuk melihat prestasi belajar, menggunakan data sekunder yaitu buku laporan hasil belajar (rapor). Di dalam rapor ini terdapat 17 mata pelajaran. Untuk mengukur inteligensi siswa pada penelitian ini menggunakan tes potensi akademik yang diadopsi dari Iskandar (2004) dan Wijanarko (2009). Dalam tes potensi akademik disini terdapat 70 item pertanyaan yang terdiri dari 4 sub tes, yaitu : verbal, kuantitatif atau number, logika (penalaran), dan spatial. Untuk jawaban benar memperoleh nilai 1 dan untuk jawaban salah memperoleh nilai 0. Untuk mengukur motivasi belajar, pada penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner baku yang disusun oleh Abdullah (1977) dalam Azwar (2004). Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam penggunannya. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 adalah reliabilitas belah-paroh (split half reliability) menggunakan alpha cronbach. Kuesioner diujikan kepada 20 siswa kelas XI SMAN II Ngawi yang tidak menjadi subjek penelitian. Siswa tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Didapatkan koefisien reliabilitas kuesioner ini adalah sebesar rxx=0,92. Item pernyataan kuesioner tentang motivasi belajar baku yang diadopsi dari Abdullah dalam Azwar (2004), terdiri dari 38 item pernyataan. Pernyataanpernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, apabila memilih jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 4, alternatif jawaban “Setuju” (S) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1. Kuesioner yang bersifat negatif apabila responden memilih jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, alternatif jawaban “Setuju” (S) diberi skor 2, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 3, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 4. Jumlah keseluruhan menunjukkan tingkat motivasi belajar dari subjek penelitian. Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Pernyataan Positif Pernyataan Negatif No. Item No. Item 1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 17, 20, 21, 2, 5, 6, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 22, 24, 25, 23, 28, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38. 26, 27, 29, 31, 34. Sumber Data : Azwar (2004) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Item Pernyataan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38 Korelasi Item-Total (r) r > 0.20 26, 27, 36 Data Primer : November (2011) Alpha Cronbach 0.92 r ≤ 0.20 Setelah dilakukan reliabilitas, didapatkan hasil bahwa ada 3 item pernyataan yang tidak reliabel, yaitu nomor 26, 27, dan 36. Sehingga 3 item pernyataan tersebut dihilangkan. Sehingga didapatkan kisi-kisi item pernyataan kuesioner motivasi belajar yang sudah reliabel sebanyak 35 item pernyataan. Tabel 3.3. Kisi-kisi Item Pernyataan Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Pernyataan Positif Pernyataan Negatif No. Item No. Item 1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 13, 14, 17, 20, 21, 2, 5, 6, 11, 12, 15, 16, 18, 19, 22, 24, 25, 23, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 35. 27, 28, 32. Data Primer : November (2011) I. Teknik Pengumpulan Data Pengukuran antropometri BB dan TB dilaksanakan sebelum atau sesudah siswa mengisi kuesioner. Subyek diminta mengisi kuesioner tentang sindrom pra menstruasi. Di dalam instrumen penelitian tersebut subyek diminta untuk mengisi identitas, dan setiap instrumen yang telah diisi oleh subyek, akan diberikan kode subyek untuk mencegah tertukarnya data. Keselurahan data merupakan data primer. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Setelah mengisi kuesioner tentang sindrom pra menstruasi, subyek juga diminta mengisi kuesioner tentang motivasi belajar. Kemudian untuk mengetahui tingkat inteligensinya, subyek melakukan tes potensi akademik. Keseluruhan data ini juga merupakan data primer. Data tentang prestasi belajar dapat diperoleh dari data sekunder, yaitu buku laporan hasil belajar (rapor), yang diperoleh dari sekolah. J. Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan, ditabulasi, dikonversi dan disusun dalam skala yang ditentukan, dientri dan selanjutnya dianalisis dengan bantuan program computer SPSS 17. Metode analisis data meliputi teknik regresi untuk analisis multivariat. Analisis multivariat digunakan untuk menguji hipotesis ketiga mengenai hubungan simultan kedua variabel independent dengan variabel dependent. Hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar, dengan mengontrol variabel intelegenssi dan motivasi belajar, dianalisis dengan menggunakan model regresi linier ganda. Rumus regresi linier ganda: Y逸 1 1 2 2 3 3 Dimana : Y = Prestasi belajar (skor) X1 = Status obesitas (0 : obes, 1 : tidak obes) commit to user 4 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 X2 = Sindrom pra menstruasi (0 : mengalami sindrom pra menstruasi, 1 : tidak mengalami sindrom pra menstruasi) X3 = Inteligensi atau IQ ( 0 : di bawah rata-rata, 1 : di atas rata-rata) X4 = Motivasi belajar ( 0 : motivasi rendah, 1 : motivasi tinggi) a = Konstanta b = Koefisien regresi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2011 sampai dengan Januari tahun 2012 di SMAN 2 Ngawi, kelas XI. SMA Negeri 2 Ngawi adalah salah satu sekolah negeri favorit di Kabupaten Ngawi. Sekolah ini banyak menghasilkan generasi penerus Ngawi yang tangguh dan berpotensi untuk membangun kota Ngawi. Sekolah ini terletak di jalan A. Yani Klitik Geneng, Ngawi. Visi dari SMAN 2 Ngawi yaitu Berbudaya dan berkepribadian yang terbentuk melalui pendewasaan IMTAK dan IPTEK yang kompetitif, berwawasan global berperilaku Indonesia. Penelitian dilakukan dengan cara pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pengisian kuesioner. Besar sampel yang diambil sebanyak 85 sebagai subjek penelitian yang diambil secara acak. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan pengujian awal terhadap instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian, yaitu kuesioner tentang motivasi belajar. Pengujian instrumen adalah uji data primer, yaitu uji reliabilitas. Kuesioner diujikan kepada 20 siswa kelas XI SMAN II Ngawi yang tidak menjadi subjek penelitian. Siswa tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. commit to user 49 perpustakaan.uns.ac.id 2. digilib.uns.ac.id 50 Deskripsi Data Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah obesitas dan sindrom pra menstruasi. Variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel perancunya adalah inteligensi dan motivasi belajar. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Penelitian Variabel Status Obesitas (IMT) Sindrom pra menstruasi Prestasi belajar Data Primer : November (2011) Mean 19,75 24,44 82,58 Standar Deviasi 3,48 7,37 1,54 Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa rata-rata dari status obesitas menurut indeks massa tubuh dalam penelitian ini adalah 19,75. Angka ini dikategorikan sebagai tidak obes. Adapun rata-rata dari skor sindrom pra menstruasi adalah 24,44. Angka ini dikategorikan tidak mengalami sindrom pra menstruasi. Sedangkan rata-rata dari prestasi belajarnya adalah 82,58. Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi siswa yang mengalami obesitas menurut indeks massa tubuh. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh Untuk Mengetahui Status Obes Pada gambar 4.1, menunjukkan indeks massa tubuh 85 siswa. Indeks massa tubuh yang terendah adalah 15, sedangkan yang tertinggi adalah 31, dan mediannya adalah 18,7. Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi. commitFrekuensi to user Sindrom Pra Menstruasi Gambar 4.2. Distribusi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 Pada gambar 4.2., menunjukkan skor sindrom pra menstruasi 85 siswa. Skor yang terendah adalah 11, sedangkan skor yang tertinggi adalah 46, dan mediannya adalah 24. Gambar di bawah ini menunjukkan distribusi frekuensi prestasi belajar siswa. Gambar 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Pada gambar 4.3. di atas, menunjukkan prestasi belajar 85 siswa. Prestasi belajar terendah adalah 79,1, sedangkan yang tertinggi adalah 86, dan mediannya adalah 82,37. Distribusi frekuensi obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar dengan mengontrol inteligensi dan motivasi belajar, didapatkan hasil seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Obesitas, Sindrom Pra Menstruasi, Prestasi Belajar dengan Mengontrol Inteligensi dan Motivasi Belajar Variabel Jumlah (n) Prosentase (%) Status Obes Tidak obes (IMT < 25) 74 87,06 % Obes (IMT ≥ 25) 11 12,94 % Total 85 100 % Sindrom pra menstruasi Tidak 62 72,94 % Ya 23 27,06 % Total 85 100 % Inteligensi Rendah (< 100) 2 2,35 % Tinggi (≥ 100) 83 97,65 % Total 85 100 % Motivasi Belajar Rendah 4 4,71 % Tinggi 81 95,29 % Total 85 100 % Data Primer : November (2011) Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa, dari 85 sampel, siswa, yang tidak obes (IMT < 25) berjumlah 74 siswa, sedangkan siswa yang mengalami obes (IMT ≥ 25) berjumlah 11 siswa. Siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi berjumlah 62 siswa, sedangkan siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi berjumlah 23 siswa. Siswa yang inteligensinya rendah berjumlah 2 siswa, sedangkan siswa yang inteligensinya tinggi berjumlah 83 siswa. Siswa yang motivasinya rendah berjumlah 4 siswa, sedangkan siswa yang motivasinya tinggi berjumlah 81 siswa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 B. ANALISIS DATA 1. Analisis Bivariat Gambar di bawah ini menunjukkan tentang jumlah siswa yang mengalami obes (IMT ≥ 25) dan tidak obes (IMT < 25) yang dihubungkan dengan prestasi belajarnya. Gambar 4.4. Korelasi Siswa Yang Mengalami Obes dan Tidak Obes Dengan Prestasi Belajar Pada gambar 4.4., menunjukkan terdapat korelasi negatif antara status obes dengan prestasi belajar. Siswa yang obes (IMT≥25) cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT<25). Gambar di bawah ini menunjukkan tentang jumlah siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi dan yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi yang dihubungkan dengan prestasi belajarnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 55 Gambar 4.5. Korelasi Siswa Yang Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dan Yang Tidak Mengalami Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Pada gambar 4.5., menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar. Siswa yang memiliki skor sindrom pra menstruasi tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih rendah daripada siswa yang memiliki skor sindrom pra menstruasi rendah. 2. Analisis Multivariat Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariat, yang menggunakan teknik regresi linier ganda. Model regresi linier ganda digunakan untuk menentukan bentuk hubungan linier antar variabel dan juga mengetahui kontribusi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.3. berikut ini menyajikan hasil analisis regresi linier ganda hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 dengan mengontrol variabel perancu, yaitu inteligensi dan motivasi belajar. Tabel 4.3. Hasil Analisis Regresi Linier GandaTentang Hubungan Obesitas dan Sindrom Pra Menstruasi Dengan Prestasi Belajar Dengan Mengontrol Inteligensi dan Motivasi Belajar Variabel Koefisien p CI 95% Independen Regresi (b) Batas Batas Atas Bawah Status Obesitas -1,20 0,012 -2,13 -0,28 (IMT) Sindrom Pra -0,56 0,116 -1,27 0,14 Menstruasi Inteligensi 2,52 0,016 0,47 4,56 Motivasi Belajar 1,51 0,044 0,04 2,98 N Observasi = 85 Nilai R² = 14,6 % p = 0,002 Data Primer : November (2011) Adapun hasil analisis mulitivariat dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.3. tentang hasil analisis regresi linier ganda, menunjukkan terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik signifikan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Dari analisis data dalam penelitian ini, hasil perhitungan menunjukkan R² sebesar 14,6 %. Artinya status obesitas dan sindrom pra menstruasi, setelah dikontrol dengan inteligensi dan motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 14,6% terhadap prestasi belajar. Secara komplemen dapat diketahui bahwa 85,4% pengaruh terhadap prestasi belajar disebabkan oleh faktorfaktor lain. C. PEMBAHASAN Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri meliputi : faktor fisik (kesehatan), faktor psikologis (inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi belajar). Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar individu, meliputi : faktor non sosial (gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, lingkungan rumah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan) (Syah, 2004), dan faktor sosial, meliputi : orang tua, suasana rumah atau keluarga, keadaan ekonomi keluarga, masyarakat (Ahmadi dan Supriyono, 2004). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 Dalam penelitian ini, terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Byrd (2007), yang berjudul “The Impact of Physical Activity and Obesity on Academic Achievement Among Elementary Students”, ada keterkaitan antara obesitas dan tingkat prestasi belajar. Hubungan negatif telah ditemukan antara obesitas dengan prestasi akademik, yaitu siswa obesitas yang kurang melakukan aktifitas fisik mempunyai prestasi akademik yang lebih rendah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2009), yang berjudul “Obesitas Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Kota Yogyakarta”, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar antara siswa obes dan tidak obes, dimana prestasi belajar siswa yang mengalami obesitas cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan siswa yang tidak obes. Terdapat perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar antara siswa obes dan tidak obes, dengan nilai koefisien regresi = -1,46 dan nilai R² sebesar 0,0803 (8,03%). Hasil analisis multivariat antara status obesitas dengan prestasi belajar memiliki hubungan bermakna yang dapat dilihat dari nilai CI 95%, dari koefisien regresi = -2,81 sampai 0,10 dan p=0,03. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (2010), yang berjudul “Hubungan Antara Obesitas Dengan Body Image Dan Prestasi Belajar Pada Anak Di Empat Sekolah Dasar Swasta Jember (Studi Kasus Di Sd Al-Furqan, Al-Amin, Muhamadiyah I, Sdk Aletheia)”, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara obesitas dengan citra tubuh (p = 0,000). Sedangkan hasil melalui analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa ada hubungan antara obesitas dan prestasi belajar (p = 0,000) dan hubungan antara body image dan prestasi akademik (p=0,000). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah (2008), yang berjudul “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Prestasi Belajar pada Murid Sekolah Dasar”, didapatkan hasil bahwa: Hasil uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar (p = 0.001), tetapi IMT (obese dan non obese) tidak mempunyai hubungan dengan prestasi belajar (p = 0.264). Obesitas lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar. IMT bukan merupakan faktor risiko yang bermakna untuk prestasi belajar. Dalam penelitian ini , menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, yang secara statistik signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar. Sedangkan secara substantif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. Sindrom Pra Menstruasi secara tidak langsung berperan terhadap keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajarnya. Gejala premenstrual bisa cukup parah sehingga memiliki pengaruh negatif pada aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan anggota keluarga, fungsi sosial dan pribadi, prestasi kerja atau prestasi belajar, aktivitas keluarga dan sosial (Halbreich et al., 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zaitun (2008), yang berjudul : “Prestasi Belajar Pada Siswa Yang Mengalami Premenstrual Syndrome Di SMA Muhammadiyah Cirebon”, didapatkan hasil bahwa proporsi prestasi belajar rendah lebih besar pada kelompok siswa yang mengalami premenstrual syndrome daripada kelompok siswa yang tidak mengalami premenstrual syndrome. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2010), yang berjudul: “Pengaruh Premenstrual Syndrome Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Di Stikes A Yani Yogyakarta”, didapatkan hasil bahwa: terdapat perubahan fisik, perubahan psikologis, dan perubahan perilaku pada mahasiswi yang menderita premenstrual syndrome, namun dengan motivasi mahasiswi yang tinggi menyebabkan prestasi belajar pada mahasiswi sebagian besar sangat memuaskan. Sebagaimana diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kedua variabel independen dalam penelitian ini, yaitu obesitas dan sindrom pra menstruasi, yang pada dasarnya merupakan komponen yang termasuk faktor internal, yaitu faktor fisik atau faktor kesehatan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 Variabel perancu yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel inteligensi dan motivasi belajar. Aspek inteligensi ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik, umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya individu yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar sehingga prestasi belajar rendah (Sukmadinata, 2008). Motivasi merupakan hal dan keadaan yang yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di institusi pendidikan maupun di rumah, yang menyebabkan prestasi juga rendah (Syah, 2005). Dalam analisis regresi linier ganda, pengaruh variabel intelegensi dan motivasi belajar sudah dikendalikan. Hasil R² sebesar 14,6 %, menunjukkan bahwa status obesitas dan sindrom pra menstruasi, setelah dikontrol dengan inteligensi dan motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 14,6% terhadap prestasi belajar. Secara komplemen dapat diketahui bahwa 85,4% pengaruh terhadap prestasi belajar disebabkan oleh faktor-faktor lain. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 D. KETERBATASAN PENELITIAN Beberapa keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan seperti di bawah ini. 1. Pada variabel obesitas, pembagiannya menurut indeks massa tubuh, yaitu IMT < 25 dan IMT ≥ 25. Dalam hal ini, anak dengan berat badan kurang juga dikategorikan sama dengan anak dengan berat badan normal. Kesimpulan mungkin berbeda apabila kedua kelompok tersebut dibedakan. 2. Sampel yang digunakan tidak cukup besar untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Kalau ukuran sampel ditingkatkan, maka pengaruh faktor-faktor yang semula kurang signifikan, mungkin saja menjadi signifikan. 3. Pengambilan data dilakukan melalui angket tertutup yang kemungkinan besar bisa menyebabkan bias, misalnya responden yang tidak jujur, asal menjawab, dan sebagainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 63 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil analisis terhadap data penelitian ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan negatif antara obesitas dengan prestasi belajar yang secara statistik signifikan. Siswa obes (IMT ≥ 25) memiliki prestasi belajar 1,20 point lebih rendah daripada siswa yang tidak obes (IMT < 25) (b = -1,20, CI 95% -2,13 hingga -0,28). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh sindrom pra menstruasi , inteligensi, dan motivasi belajar (Tabel 4.3). Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara obesitas dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. 2. Terdapat hubungan negatif antara sindrom pra mensruasi dengan pretasi belajar, yang secara statistik signifikan. Siswa yang mengalami sindrom pra menstruasi memiliki prestasi belajar 0,56 point lebih rendah daripada siswa yang tidak mengalami sindrom pra menstruasi (b = -0,56, CI 95% -1,27 hingga 0,14). Koefisien tersebut sudah mengontrol pengaruh obesitas, inteligensi, dan motivasi belajar (Tabel 4.3). Sedangkan secara substantif tidak signifikan antara sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar, karena perbedaan prestasi belajarnya sangat kecil. 63 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 B. IMPLIKASI Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara obesitas dan sindrom pra menstruasi dengan prestasi belajar. 1. Implikasi Teori Berdasarkan teori, obesitas, sindrom pra menstruasi, intelegensi, dan motivasi belajar merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. 2. Implikasi Praktis Implikasinya bagi sekolah, guru, orang tua dan masyarakat adalah memahami tentang dampak obesitas dan sindrom pra menstruasi terhadap prestasi belajar siswa, sehingga lebih peduli dan melakukan intervensi terhadap dampak negatif dari obesitas dan sindrom pra menstruasi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Walaupun mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi, prestasi belajar siswa diharapkan tidak menurun. Sedangkan implikasi bagi siswa sendiri adalah agar siswa dapat mengatasi gangguan pada obesitas dan sindrom pra menstruasi agar tidak mempengaruhi prestasi belajarnya. C. SARAN Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan : 1. Bagi Institusi Melalui pelaksanaan Bimbingan Konseling dan Usaha Kesehatan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 65 Sekolah, sebaiknya memberikan pelayanan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami obesitas seperti : menganjurkan diet sehat dengan kandungan lemak dan kalori yang seimbang untuk penurunan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik seperti jalan kaki atau naik sepeda ke sekolah, melakukan kegiatan rutin jalan santai bersama dengan seluruh siswa dan guru, agar menumbuhkan kesadaran untuk hidup sehat, menambahkan program latihan rutin bagi siswa yang mengalami obesitas sebagai ekstra kurikuler. Selain itu juga memberikan pelayanan bagi siswa putri yang mengalami sindrom pra menstruasi untuk mengurangi gejala sindrom pra menstruasi yaitu dengan melakukan perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang dimakan, memperbanyak mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari kafein. 2. Bagi siswa Adanya kerjasama yang baik dari siswa yang mengalami obesitas dan sindrom pra menstruasi untuk menambah wawasan tentang keadaan yang dialami, sehingga bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi agar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. commit to user