Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 48) Friday, July 31, 2015 Kepastian Keempat: Inilah Kesaksian 1 Yoh. 5:10-13 5:10 Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. 5:11 Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. 5:12 Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. 5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. - - - - Setiap orang yang percaya kepada Anak Allah, pasti di dalam dirinya memiliki Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Ini adalah ukuran yang pasti bagi setiap orang percaya. Tidak ada satu pun orang percaya yang tidak memiliki Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Mengapa bisa demikian? Sebab Kesaksian Allah tentang Anak-Nya merupakan suatu ‘sinar terang’ (yang memancarkan sinar terang). Dalam 1 Yoh. 1:5 disebutkan bahwa Allah yang memberi kesaksian adalah Terang. Demikian juga pribadi yang disaksikan oleh Allah, itulah Anak-Nya, juga pribadi Terang (Yoh. 8:12). Jadi, setiap orang percaya yang menerima Kesaksian Allah tentang Anak-Nya pasti memiliki Terang, dan Terang yang ada di dalam dirinya pasti akan memancar sebagai suatu Kesaksian yang benar. Cahaya Terang yang adalah pribadi Allah sendiri, tidak bisa dibendung. Melalui Surat 1 Yohanes ini kita bisa melihat kerinduan Roh Kudus untuk menampilkan setiap orang percaya bagaikan Kaki Dian yang menyala. Kerinduan ini juga diungkap secara langsung oleh Yesus dalam Mat. 5:14-16 → Kamu adalah terang dunia. Dalam Pengajaran Tabernakel, Sinar Terang digambarkan bagai Kaki Dian yang menyala sampai saat kedatangan Mempelai Pria. Dalam perumpamaan kedatangan Tuhan yang tertulis dalam Injil Matius pasal 25, Kesaksian Allah tentang Anak-Nya digambarkan sebagai gadis-gadis yang memiliki ‘pelita’ yang menyala. Pada mereka ada ‘pelita yang menyala’, sama artinya pada mereka ada Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Pelita bisa menyala jika dalam pelita ada minyak. Ada sesuatu yang membuat pelita itu bisa bercahaya, itulah minyak. Baik itu minyak yang ada di dalam pelita, maupun minyak persiapan. Dalam hal kesaksian ini sangat jelas bahwa untuk bisa ‘bersaksi’, maka yang harus kita ‘terima’ adalah PERCAYA kepada Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Percaya berarti menerima kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Menjadi saksi yang bersaksi, dan kesaksiannya benar. Minyak yang ada di dalam pelita (kehidupan orang percaya) adalah Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. Mengenai Minyak untuk lampu Kel. 27:20 - Minyak yang bisa membuat pelita bisa bersinar, ada ukurannya. Dan Allah akan mengenal setiap sinar terang yang dipancarkan oleh pelita hasil dari minyak yang sesuai dengan ukuran Allah. Adapun ukuran minyak untuk lampu adalah: a. Minyak harus terbuat dari buah zaitun yang ditumbuk b. Harus murni atau jernih Melihat ukuran ini, bisa dipastikan kita bangsa kafir tidak mungkin bisa tampil sebagai saksi yang benar. Mengapa? Sebab kehidupan kafir tidak lebih dari zaitun liar (Rom. 11:17). Satu-satunya cara supaya kehidupan ini bisa menghasilkan buah yang bisa dipakai sebagai minyak adalah dengan ‘menerima kemurahan atau Kasih Karunia Allah’. Iman itulah wujud Kasih Karunia Allah. Page - 1 27:20 "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala. 27:20 Maka hendaklah kausuruh segala bani Israel membawa kepadamu minyak buah zait yang ditumbuk serta yang jernih akan minyak pelita, supaya segala pelita itu dapat dipasang oranglah. (Ej. Lama) - - Cabang zaitun yang sejati adalah bangsa Israel (Rom. 11:24), umat pilihan Allah yang kudus. Pokok zaitun yang terdiri dari cabang-cabang yang kudus ini memiliki akar yang kudus, itulah pribadi Allah sendiri (Rom. 11:16). Allah adalah akar dan pokok zaitun yang kudus, akar yang memilih dan menumbuhkan umat-Nya menjadi kehidupan yang bertumbuh dan berbuah. Dari akar dan pokok yang kudus, ada cabang yang kudus dan ada buah yang kudus, itulah Tuhan Yesus Kristus. DIA adalah Kesaksian Allah, DIA adalah buah zaitun murni yang dihasilkan oleh akar yang kudus. Buah semacam inilah yang akan dijadikan sebagai minyak untuk mengisi pelita. Proses menjadi minyak Untuk sampai menjadi minyak dengan mutu yang terbaik yang disebut ‘minyak zaitun tumbuk dan murni’, buah zaitun harus mengalami suatu proses. Yang pertama, zaitun dimasukkan ke dalam tempat pemerasan. Di tempat ini, zaitun dimasukkan ke dalam lumpang dan ditumbuk hingga sangat lembek, atau ada kalanya diinjak-injak (Ima. 24:2). Selanjutnya, buah yang sudah lembek itu dipindahkan ke dalam keranjang penyaring, dan tetesannya disebut minyak ‘perawan’ (Mik. 6:15). Minyak tumbuk yang murni itu kemudian disimpan dalam bejana tembikar, dan daging buah dipindahkan ke tempat pemerasan minyak. Minyak yang keluar dari daging buah itu kemudian didiamkan dalam tempayan atau bejana tembikar sampai menjadi jernih. Semua proses ini telah dialami oleh Yesus dengan tekun, sampai mati di atas kayu salib. Yesus mengalami proses penumbukan dan mengasilkan minyak yang jernih yang menyenangkan hati Allah (tidak ada unsur daging atau dunia sedikit pun). Gambaran dari pohon zaitun dengan buah-buah ini bisa kita dapatkan di dalam ruangan kudus, yaitu Kaki Dian Emas yang menyala. Secara garis besar, kaki dian terdiri dari batang (pokok), kaki (akar), cabang (ranting) dan pelita yang dalam keadaan menyala. Kita sebagai orang percaya yang telah dicangkokkan pada pokok zaitun sejati, harus ‘menerima’ asupan kehidupan atau kesaksian dari akar dan pokok yang kudus, supaya dalam kehidupan kita juga menghasilkan buah, itulah minyak, sehingga kita bisa bercahaya. Dalam Wahyu pasal 11, kehidupan yang memiliki Kesaksian Allah tentang Anak-Nya yang tampil sebagai saksi yang benar, oleh Allah ditampilkan bagaikan pohon zaitun atau kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan. Wah. 11:3-4 Page Nubuatan - Saksi Allah ditampilkan bagaikan pohon zaitun dan kaki dian. Perkataan ‘pohon zaitun’ berarti mereka tampil dalam satu kesatuan bersama Allah. Sebab kata ‘pohon’ berarti mencakup semua bagian yang ada pada pohon, demikian juga kata ‘kaki dian’ berarti tampil dalam penampilan yang utuh bersama Tuhan. - Dalam Kesaksian, yang ditampilkan adalah nubuatan (jabatan sebagai saksi, tugasnya bersaksi, yang disaksikan adalah nubuatan). Firman Allah mengatakan → tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Pet. 1:21). Di sini bisa kita lihat bahwa tanpa menerima Kesaksian Allah, tidak ada seorang pun yang bisa tampil sebagai saksi yang benar. - Setiap nubuatan yang ada di dalam Alkitab menunjuk dan memuncak kepada penampilan Yesus sebagai Raja, Imam Besar, dan Mempelai Pria Surga. Jadi, seorang saksi yang benar adalah dia yang telah menerima Kesaksian Allah tentang Anak-Nya. - Kesaksian atau nubuatan ini harus ditampilkan sambil ‘berkabung’. Sama seperti pelita yang dalam keadaan menyala. Saat pelita menyala, sumbu pelita harus ‘rela dibakar’ dan harus ‘rela menjadi berkurang dan habis’ (berkabung). 2 11:3 Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. 11:4 Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. Berkabung Rela dibakar = Menyangkal diri, mau menanggalkan kehendak daging, dan menerima kehendak Tuhan, sekalipun apa yang dikehendaki Tuhan itu pahit bagi daging, tidak cocok bagi daging, tidak cocok dengan ukuran dunia. Tetapi jika kita mau menerima kehendak Allah, mau dibakar, kita pasti menyala dan kita pasti menang bagaikan seorang ‘raja’. Rela berkurang dan habis = Menghampakan diri. Orang yang menghampakan diri adalah orang yang hanya mencari apa-apa yang berkenan dan menyenangkan hati Tuhan. Dia adalah seorang ‘hamba’ yang dipilih oleh Tuhan, yang menyenangkan hati Tuhan, sebab Allah yang mendukung dengan kesaksian-Nya. Yesus itu Raja, Yesus itu Hamba. Kedudukan Yesus harus dipercaya dan diterima oleh orang percaya. Jika kita menerima Yesus sebagai Raja dan Hamba, percaya kita baru 50%. Masih ada 50% yang lain, yaitu Yesus sebagai Manusia dan sebagai Anak Allah. Menerima Yesus sebagai Raja itu berat. Menerima Yesus sebagai Hamba itu juga berat, tetapi menerima Yesus sebagai Manusia itu lebih berat, apalagi menerima Yesus sebagai Anak Allah, itu jauh lebih berat. Tetapi Allah akan menolong kita. Jika kita mengatakan diri sebagai orang percaya, maka percaya ini diukur dan ukurannya harus sesuai dengan Pintu Gerbang. Apakah jika Yesus datang, kita memiliki iman yang bersinar bagaikan lenan halus yang berkilau-kilauan dan putih bersih? Iman tingkat Pintu Gerbang Selain Yesus adalah Raja dan Hamba, Yesus juga adalah Manusia dan Anak Allah. Jika kedudukan Yesus dengan empat sifat ini ditampilkan dan kita percaya, maka dengan ini pun iman kita masih berada pada tingkat Pintu Gerbang, artinya kita masih bisa masuk lebih dalam dan iman semakin diperteguh atau keluar dari halaman dan menjadi orang murtad. Jadi, pada tingkat pintu gerbang ini masih ada dua kemungkinan, yaitu masuk lebih dalam atau keluar lagi. Orang Kristen pada umumnya berada pada iman tingkat Pintu gerbang. Baik dalam dalam kondisi 25%, 50%, 75% atau 100%, posisinya masih berada pada Pintu Gerbang, yang berarti bisa mendalam (jika sungguh-sungguh) atau bisa keluar dan menyangkal Tuhan dan terhilang untuk selama-lamanya. Iman tingkat Mezbah Kurban Bakaran Percaya Tingkat Kedua adalah Mezbah Kurban Bakaran. Mezbah Kurban Bakaran juga berbicara hal percaya. Pada tingkat ini, percaya dan bertobat. Jika kita sudah menjadi percaya, jangan cepat puas sebab yang harus kita periksa adalah apakah dalam kehidupan kita sebagai orang percaya ini ada pertobatan? Sebab Percaya dan Bertobat adalah dasar dari kesaksian. Jika kehidupan kita tidak bertobat, lalu apa yang akan kita saksikan? Orang yang bertobat dan menerima pengampunan dari Allah, ituah orang selamat. Raja Daud mengatakan itu adalah orang yang paling berbahagia (Rom. 4:6-8). Kebahagiaan dari orang yang menerima pengampunan dari Allah adalah kesaksian yang benar. Pengampunan dari Allah adalah wujud kesaksian Allah dalam kehidupan orang percaya. Pengampunan adalah kebahagiaan yang memancar bagaikan sinar terang. 3 Jika iman pada tingkatan Pintu Gerbang ini ada pada kita, maka kita menjadi orang percaya yang berakar di hati, tetapi sinarnya belum kelihatan. Memang sudah ada akarnya, tetapi itu baru untuk diri sendiri dan belum memancarkan sinar. Tetapi kita sudah masuk dalam ukuran ‘percaya’. Kita sudah memiliki iman dan memiliki kesaksian Allah, tetapi sinar yang ada itu belum memancar. Mengapa? Sebab masih ada yang harus mulai memancar. Page Jadi, percaya pada tingkat Pintu Gerbang adalah ‘menerima’ sifat dan tabiat Tuhan Yesus. Kemudian sifat tabiat Yesus yang ada pada kita ini seharusnya membawa kita pada tingkatan: Iman dan Bertobat. Pada tingkat Iman dan Bertobat ini kita sudah bisa melihat suatu perbedaan orang Kristen secara umum dan orang Kristen bertobat. Anak Tuhan yang bertobat dengan anak Tuhan yang tidak bertobat sangat berbeda. Pada tingkat ‘iman dan bertobat’ kita sudah mulai mengalami pengangkatan. Kerohanian kita lebih tinggi. Iman tingkat Kaki Dian Percaya Tingkat Ketiga adalah ‘Iman dan Kesaksian’. Pada tingkat ini kita mulai bercahaya. Kaki Dian Emas adalah kesaksian dari anak-anak Tuhan. Pada tingkatan ini, iman sudah bisa disinarkan dan dinikmati oleh orang lain. Semua ini bisa terjadi jika yang menjadi dasar adalah teladan Kristus (percaya), kemudian ada tanda pertobatan. Rasul Paulus adalah seorang rasul yang memiliki perkara ini. Dia bersinar. Di dalam kehidupan orang percaya, punya kesaksian. 1. Kesaksian tentang apa yang dia terima dari Tuhan, itulah Pintu Gerbang. 2. Kesaksian tentang apa yang dia alami karena dia menerima sesuatu dari Tuhan, itulah yang bisa disinarkan, itu adalah kesaksian yang harus dimiliki oleh setiap anak Tuhan. Ringkasan Jadi, setiap orang percaya mempunyai Kesaksian Allah tentang Anak-Nya di dalam dirinya. Kesaksian itu bermula dari: 1) Karena dia menerima dan meneladani Tuhan Yesus Kristus. 2) Kesaksian itu adalah perkembangan dari apa yang dia terima dari Tuhan, menjadi pengalaman di dalam hidupnya. Pengalaman pertama adalah pertobatan. 3) Dari kedua perkara di atas, dia bisa menjadi ‘saksi’ yang bercahaya – kaki dian. 4 Menjadi saksi dimulai dari dalam rumah. Istri bisa melihat bagaimana pertobatan dan keubahan suami, demikian sebaliknya, suami bisa melihat bagaimana pertobatan dan keubahan istri. Orang di dalam nikah itu yang bisa melihat terlebih dahulu, sebab pelita harus menyala di dalam rumah terlebih dahulu. Jika suami atau istri menerima Yesus di dalam hati, maka Yesus akan mengerjakan suatu pertobatan dan keubahan. Orang yang ada di dalam rumah kita yang bisa melihat pertobatan dan keubahan kita. Jika di dalam rumah itu baik, maka kesaksian itu pasti meningkat menjadi kota di atas gunung yang bersinar. Menjadi saksi di dalam kota di mana kita berada. Di dalam kampung, di kelurahan, di kecamatan, kita semua tampil menjadi saksi. Jika kesaksian ini bersinar, maka sinar ini akan semakin membesar. Di dalam rumah, cukup menjadi sebuah pelita, tetapi jika menjadi terang di kota, sinarnya harus lebih besar, sebab sinar di kota tidak mungkin pelita, sedikitnya lampu pijar atau lampu mercuri. Jika kesaksian dalam diri kita ini disinarkan, sinar ini tidak akan menjadi kecil. Jika sinar ini ditutup, sinar itu malah padam, tetapi jika kesaksian ini dilanjutkan, itu akan membesar. Kesaksian di kota, jika dilanjutkan akan menjadi terang dunia. Terang dunia adalah matahari, bintang-bintang, dan bulan. Benda-benda terang ini adalah terang yang ada dalam Mempelai Wanita. Dia menjadi terang dunia, inilah kesaksian. Dia akan ditampilkan sebagai ‘tanda besar di langit’. Page Penutup Kesaksian semacam ini harus dimiliki, seperti yang dikatakan oleh Rasul Yohanes ‘Inilah kesaksian’. Dan kita tidak mungkin berada dalam kegelapan. Di dalam rumah tidak gelap, sebab ada pelita. Di dalam kota dan di mana pun kita berada, kita tidak berada dalam kegelapan, sebab ada penerang kota. Bahkan ke mana pun kita pergi, terang dunia ini menerangi. Mari kita terlebih dahulu menerima Yesus seperti yang tertulis di dalam Firman Allah → Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Kita menjadi berkat bagi setiap orang yang ada di sekitar kita. 5 Orang-orang yang berada di sekitar kita akan turut merasakan iman yang ada dalam kita. Itulah iman yang benar. Iman yang benar bagaikan mata air sungai yang mengalir, yang mengalirkan mata air kehidupan . Iman kita menjadi berkat bagi sesama manusia. Iman semacam ini yang mengarah kepada kesaksian yang benar. Page