Strategi Pembelian Strategi Pembelian (purchasing strategy) berhubungan dengan memperoleh bahan baku, bagian-bagian, dan persediaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi operasi. Strategi membeli sangatlah penting karena material-material dan komponen-komponen yang dibeli dari pemasok terdiri dari 50% dari total biaya produksi di perusahaan manufaktur. Pilihan dasar pembelian adalah multiple ,sole, dan parallel sourcing. Pada multiple sourcing, perusahaan pembeli memesan bagian khusus dari beberapa pemasok. Multiple sourcing telah secara tradisional dianggap superior ke pendekatan pembelian yang lain karena (1) memaksa para pemasok untuk bersaing untuk bisnis dari pembeli yang penting, dengan demikian akan mengurangi biaya-biaya pembelian, dan (2) jika satu pemasok tidak dapat mengirim, maka dapat menggunakan pemasok yang lain, dengan demikian bagianbagian dan persediaan terjamin akan selalu ada saat dibutuhkan. Multiple sourcing telah menjadi salah satu cara dari perusahaan pembeli untuk mengawasi hubungan dengan para pemasoknya. Selama para pemasoknya dapat memberikan bukti bahwa mereka dapat menemukan produk yang sesuai dengan spesifikasi, mereka akan tetap ada dalam daftar milik pembeli dari pemasok yang disetujui untuk bagian-bagian khusus dan persediaan. Tapi biasanya praktik penyetujuan tawaran terendah sering membahayakan kualitas. W. Edward Deming, seorang konsultan manajemen ternama, sangat merekomendasikan sole sourcing sebagai satu-satunya cara yang dapat dikendalikan untuk memperoleh pemasok berkualitas tinggi. Sole sourcing hanya mengandalkan pada satu pemasok untuk bagian khusus. Deming prihatin mengenai mendesain kualitas dalam sebuah produk merupakan tahap paling awal dalam pengembangan, Deming menentang mengenai bahwa pembeli sebaiknya bekerja lebih dekat dengan pemasok pada semua tahapan. Hal ini mengurangi biaya dan waktu yang dihabiskan pada desain produk dan juga akan meningkatkan kualitas. Selain itu juga akan mempermudah pembelian dalam proses produksi perusahaan dengan menggunakan konsep JustIn-Time (JIT) dimana bagian-bagian yang dibeli akan tiba saat dibutuhkan daripada dengan cara menyimpan persediaan. Konsep dari sole sourcing selangkah lebih maju dalam JIT II, dimana wakil dari penjual bertempat di samping lantai pabrik perusahaan pembeli, mengikuti status rapat produksi, mengunjungi lab R&D, dan menganalisis ramalan penjualan perusahaan pembeli. Di dalam kantor ini lah pemasok kemudian menulis pesanan penjualan dimana perusahaan pembeli ditagih. JIT II yang dikembangkan oleh Lance Dixon di Bose Corporation ini juga digunakan pada IBM, Honeywell, dan Ingersoll-Rand. Sole sourcing mengurangi biaya transaksi dan membangun kualitas dengan memiliki pembeli dan pemasok yang bekerja secara bersama-sama sebagai partner, daripada sebagai musuh. Dengan sole sourcing, banyak perusahaan yang akan memiliki hubungan yang panjang dengan sedikit pemasok. Penelitian menemukan bahwa kolaborasi pembeli-pemasok dan menyelesaikan masalah bersama-sama dengan kedua belah pihak yang terlibat menghasilkan perkembangan dalam kemampuan kompetitif, kualitas yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, dan penjadwalan yang lebih baik. Tapi sole sourcing juga memiliki keterbatasan. Jika satu pemasok tidak dapat mengirimkan satu bagian, pembeli tidak memiliki alternatife lain kecuali menunda produksi. Multiple supplier dapat memberikan informasi yang lebih baik mengenai teknologi baru dan kemampuan kinerja pada pembeli. Keterbatasan pada sole sourcing ini menghasilkan pengembangan yang disebut parallel sourcing. Pada parallel sourcing, dua pemasok merupakan sole sourcing dari dua bagian yang berbeda, tapi mereka juga merupakan backup pemasok untuk bagian satu sama lain. Jika satu pemasok tidak dapat menyediakan semua bagian tepat waktu, pemasok lain dapat diminta untuk menyediakan bagian tersebut. Penggunaan internet meningkat dalam keperluan untuk menemukan sumber-sumber persediaan dan menjaga agar persediaan tetap terisi. Penelitian menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis internet dapat menurunkan biaya administrasi dan biaya pembelian. Strategi Logistik Strategi logistik (logistics strategy) berkaitan dengan aliran produk ke dalam dan ke luar proses manufaktur. Tiga trend yang berkaitan dengan startegi ini adalah sentralisasi (centralization), outsourcing, dan penggunaan internet. Untuk memperoleh sinergi logistikal melewati unit-unit bisnis, perusahaan mulai memusatkan logistik dalam grup perusahaan pusat. Grup logistik yang terpusat ini biasanya terdiri dari para ahli dengan keahlian di mode transportasi yang berbeda seperti kereta atau truk. Mereka bekerja untuk mengumpulkan volume pengiriman melewati seluruh perusahaan untuk memperoleh kontrak yang lebih baik dengan perusahaan pengirim. Banyak perusahaan menemukan bahwa logistik outsourcing mengurangi biaya-biaya dan meningkatkan waktu pengiriman. Perusahaan juga menggunakan internet untuk mempermudah sistem logistikal mereka. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi manajemen sumber daya manusia (Human Resource Management/HRM strategy) merujuk pada persoalan apakah sebuah perusahaan sebaiknya merekrut banyak karyawan dengan keterampilan rendah yang menerima bayaran rendah, melakukan pekerjaan yang berulang-ulang, dan keluar dari perusahaan setelah waktu yang singkat atau merekrut karyawan terampil yang menerima bayaran relatif tinggi dan melakukan pelatihan untuk berpartisipasi dalam self-managing work teams. Semakin meningkatknya kompleksitas sebuah pekerjaan, lebih cocok untuk dikerjakan dalam tim, terutama dalam kasus usaha pengembangan produk yang inovatif. Perusahaan multinasional meningkatkan penggunaan self-managing work teams di cabang luar negeri maupun saat beroperasi di negaranya sendiri. Penelitian menyatakan bahwa penggunaan tim kerja meningkatkan kualitas dan produktivitas maupun untuk kepuasan dan komitmen para karyawan yang lebih tinggi. Perusahaan-perusahaan mengikuti sebuah strategi kompetitif dari diferensiasi melalui penggunaan input yang berkualitas tinggi dari bawahan dan rekan dalam penilaian kinerja yang lebih hebat dan luas daripada perusahaan mengikuti strategi-strategi bisnis yang lain. Banyak perusahaan menemukan bahwa memiliki kekuatan pekerja yang bermacammacam (diverse workforce) bisa menjadi sebuah keuntungan kompetitif. Penelitian mengungkapkan bahwa perusahaan dengan tingkat keanekaragaman rasial yang tinggi mengikuti strategi pertumbuhan memiliki produktivitas paling tinggi daripada perusahaan yang tingkat keanekaragaman rasialnya lebih rendah. Strategi Teknologi Informasi Perusahaan meningkatkan penggunaan strategi teknologi informasi (information technology strategy) untuk memberikan keuntungan kompetitif pada unit bisnis. Walaupun saat ini teknologi informasi sudah menyatu dengan banyak perusahaan sehingga tidak lagi menawarkan keuntungan kompetitif pada perusahaan, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia terus melanjutkan pembiayaan lebih dari $2 triliun tiap tahun pada teknologi informasi. Perusahaan multinasional menemukan bahwa memiliki intranet yang canggih mengizinkan karyawan untuk berlatih follow-the-sun management, dimana anggota tim proyek yang tinggal di suatu negara dapat menyerahkan perkerjaan mereka pada anggota tim di negara lain saat memulai hari kerja. Dengan demikian shift malam menjadi tidak dibutuhkan lagi. Perkembangan dari software terjemahan instan juga dapat membantu para karyawan untuk melakukan komunikasi secara online dengan rekan kerja di negara lain yang menggunakan bahasa yang berbeda. Banyak perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk mempererat hubungan dengan pelanggan dan pemasoknya melalui ekstranet yang canggih. Dengan demikian penggunaan teknologi informasi melalui ekstranet mempermudah perusahaan untuk membeli sumber daya dari luar daripada membuatnya sendiri.