perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Obesitas adalah keadaan akumulasi lemak dalam tubuh yang abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (WHO, 2000). Obesitas merupakan cermin dari ketidakseimbangan antara ambilan energi dengan keluaran energi karena adanya ambilan yang melebihi keluaran sehingga mengakibatkan penimbunan dalam jaringan lemak (Sjarif, 2002). WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan epidemi global, prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Berdasarkan data Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun di Amerika Serikat yaitu dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 20032004 (CDC, 2009; Yanovski dkk, 2007). Angka obesitas penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti DI Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalensi nasional (Kartika dan Siti, 2013). Hasil penelitian di beberapa kota menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas. Hasil penelitian di Yogyakarta menunjukkan adanya peningkatan prevalensi hampir dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak sekolah di Yogyakarta pada tahun 1999 sebesar 8,0%, meningkat menjadi 12,3% pada tahun 2004 (Julia dkk, 2008). Obesitas terjadi karena berbagai faktor penyebab yang kompleks antara lain genetik, pola makan, aktivitas fisik dan faktor-faktor sosial budaya (Nammi dkk, 2004). Remaja memiliki kerentanan lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak untuk mengalami obesitas. Hal ini disebabkan remaja menghabiskan waktu untuk aktivitas statis lebih lama daripada anak-anak (Huriyati dkk, 2004). Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja yang mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat dewasa (Guo dan Chumlea, 1999). Selain itu, stigma obesitas juga membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada remaja, termasuk peningkatan risiko depresi karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat badan mereka (Puhl dan Latner, 2007). Remaja obesitas sepanjang hidupnya juga berisiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis kanker (CDC, 2012). commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penyakit serius merupakan salah satu komplikasi obesitas pada remaja. Distribusi lemak regional khususnya pada tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor yang baik untuk mengidentifikasi komplikasi obesitas seperti hipertensi, diabetes, obstructif sleep apneu, dan penyakit kardiovaskuler (Martinho dkk, 2008). Dalam penelitiannya, Bigaard dkk (2005) dan Wang (2003) menunjukkan bahwa ukuran distribusi lemak pinggang (lingkar pinggang) berkorelasi baik dengan total lemak tubuh, serta berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan hipertensi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa distribusi lemak memiliki hubungan dengan komplikasi. Distribusi lemak dan potensinya sebagai prediktor komplikasi pada obesitas perlu untuk digali lebih lanjut mengingat distribusi lemak dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik untuk obesitas. Berbeda dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), disamping popularitas dan kemudahannya sebagai alat antropometris, IMT memiliki beberapa kelemahan yaitu penghitungannya tidak menunjukkan variasi distribusi lemak yang secara alamiah berbeda antar individu dan populasi (Walton dkk, 1995). Distribusi lemak leher (lingkar leher) merupakan cara pengukuran yang baru-baru ini dikembangkan karena dianggap lebih mudah dan tidak terpengaruh oleh budaya, musim maupun perubahan besarnya perut postprandial (Hatipoglu dkk, 2010). Beberapa studi yang dilakukan pada orang dewasa dan anak-anak, lingkar leher telah teruji berkorelasi baik dengan IMT, dan menjadi perangkat yang sederhana dan efektif untuk mengidentifikasi obesitas secara individual (Bencommit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Noun dkk, 2001). Selain itu, lingkar leher menggambarkan distribusi lemak tubuh yang dianggap berperan sebagai prediktor komplikasi pada obesitas. Beberapa penelitian pada anak-anak dan dewasa menunjukkan bahwa lingkar leher berpotensi sebagai kriteria diagnosis dan prediktor komplikasi pada obesitas. Akan tetapi masih sangat minim informasi tentang potensi lingkar leher sebagai kriteria diagnosis obesitas pada remaja dimana remaja memiliki kerentanan lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara lingkar leher dengan obesitas pada remaja. Lingkar leher diharapkan memiliki hubungan yang signifikan dengan obesitas pada remaja sehingga dapat digunakan untuk menentukan remaja dengan berat badan lebih dan obesitas. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara lingkar leher dengan obesitas pada remaja? Tujuan Penelitian Tujuan umum Menganalisis hubungan antara lingkar leher dengan obesitas pada remaja. Tujuan khusus Mendapatkan data ukuran lingkar leher pada remaja obese di Surakarta. Mendapatkan titik potong ukuran lingkar leher terhadap remaja obese di Surakarta. Manfaat Penelitian Manfaat bidang akademik commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Diharapkan dapat memberikan masukan kepada civitas akademika berupa informasi bahwa ukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis obesitas pada remaja. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. Manfaat bidang pelayanan Mendapatkan alat skrining berupa pengukuran lingkar leher sebagai prediktor obesitas pada remaja. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penyusunan protokol tetap (protap) pelayanan dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada remaja. Manfaat bidang kedokteran keluarga Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi dokter keluarga sebagai pemberi pelayananan primer yang berparadigma sehat dalam upaya promotif dan preventif seputar permasalahan obesitas yang sejalan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif secara profesional, holistik, dan komprehensif. commit to user