ABSTRAK Sejak berlakunya UUPA pengertian jual beli tanah bukan suatu perjanjian seperti dalam Pasal 1457 Jo. 1458 KUHPerdata, melainkan perbuatan hukum pemindahan hak untuk selama-lamanya yang sifatnya tunai artinya perbuatan hukum untuk memindahkan hak penguasaan atas tanah pada pihak lain. Salah satu cara membeli tanah adalah melalui lelang pada BUPLN terhadap tanah yang dijaminkan pada Bank BPD Cabang Sukabumi. Dalam jual beli para pihak, yaitu penjual dan pembeli tidak berhadapan, melainkan yang berhadapan adalah pemegang lelang dengan BUPLN, di samping itu dasar peralihan hak atas tanah kepada pemegang lelang tidak dibuktikan dengan akta jual beli tanah melainkan dibuktikan melalui Risalah Lelang sebagai pembuktiannya. Dengan demikian terdapat permasalahan yang menarik untuk dianalisis, yaitu tentang keabsahan jual beli tanah melalui pelelangan umum yang dilaksanakan oleh BUPLN dihubungkan dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli dalam perjanjian jual beli dan kekuatan hukum Risalah Lelang sebagai bukti adanya jual beli dihubungkan dengan Akta jual Beli yang dibuat PPAT dalam hal jual beli tanah. Permasalahan tersebut di atas dianalisis dengan menggunakan metode penelitian melalui pendekatan Yuridis Normatif dan Deskriptif Analisis, yaitu metode penelitian dengan cara menguji dan mengkaji peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 49 Tahun Prp 1960 tentang BUPLN dan dengan meninjau Putusan Mahkamah Agung Nomor 848/Pdt/1999. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa keabsahan jual beli tanah melalui pelelangan umum yang dilaksanakan oleh BUPLN dihubungkan dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli dalam perjanjian jual beli, yaitu pada dasarnya para pihak terikat pada asas-asas perjanjian sebagaimana yang diatur dalam KUHPerdata, namun dalam perkembangannya terjadi pergeseran terhadap asas-asas perjanjian tersebut yang mengubah karakter perjanjian itu didalamnya kedudukan kreditur yang semula sama dengan debitur, dalam hubungan perdata, menjadi lebih bersifat publik. Kekuatan hukum risalah lelang sebagai bukti adanya jual beli dihubungkan dengan akta jual beli yang dibuat PPAT dalam hal jual beli tanah, yaitu Risalah Lelang termasuk kategori akta otentik, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 165 HIR dan Pasal 285 RBG, sehingga risalah lelang tersebut mempunyai kekuatan pembuktian lahir, kekuatan pembuktian formal dan kekuatan pembuktian materiil, yang dapat berfungsi sebagai dasar peralihan hak atas tanah (balik nama), bukti bagi pembeli sebagai akta jual beli, yang merupakan bukti sah bahwa ia telah melakukan pembelian, sehingga pelaksanaan jual beli tanah tidak diperlukan Akta Jual Beli dari Notaris/PPAT.