Simulasi Rancangan Pemanas Udara Menggunakan Asap Derry Costhalova Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia [email protected] Abstrak Indonesia adalah penghasil utama kelapa sawit di dunia. Dari proses pengelolaan tandan buah segar di dapatkan limbah tandan kosong sawit yang berlimpah, sehingga bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif yang tak akan habis. Dimulai dengan mengeringkan tandan kosong tersebut di dalam drying yang membutuhkan udara dengan temperatur tinggi. Oleh karena itu peran heat exchanger sangat diperlukan dengan memanfaatkan flue gas boiler sehingga tidak memerlukan listrik atau sejenisnya untuk memanaskan udara. Dengan diketahui desain tube yang diinginkan dan parameter kecepatan, massa laju perpindahan, panjang diameter pipa serta banyaknya pipa yang diperlukan adalah 192 ,255 dan 384 buah pipa. Sehingga didapatkan dimensi heat exchanger adalah 2m x 1,1m x 1,6m, 1,5m x 1,1m x 1,9m dan 1m x 1,1m x 3m dengan penyusunan 16 x 12 pipa, 17 x 15 pipa dan 16 x 24 pipa. Dari ketiga dimensi heat exchanger tersebut didapatkan hasil simulasi menggunakan software SolidWorks Flow Simulation 2012 yang memenuhi kebutuhan untuk dryer yaitu pada pipa dengan panjang 1m, dengan didapatkan data outlet udara sebesar 76.7°C dan volume flow rate udara sebesar 3.17 m3/s. 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan industri di Indonesia berhubungan erat dengan kebutuhan akan adanya sumber daya energi yang salah satunya merupakan energi listrik. Energi listrik tersebut dapat dihasilkan dengan banyak cara, yaitu dengan menggunak suatu alat kerja yang dapat merubah energi kimia menjadi energi mekanik. Bahan bakar yang digunakan antara lain adalah minyak diesel, bensin (gasoline) dan gas. Indonesia adalah negara penghasil utama kelapa sawit dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Luas area kelapa sawit di Indonesia diperkirakan mencapai 7,8 juta ha dan produksi CPO (crude palm oil) pada tahun 2010 tersebut mencapai 19,8 juta ton (Dirjenbun, Deptan, 2011). Dari proses pengelolaan tandan buah segar (fresh fruit bunches) menjadi minyak sawit (crude palm oil) lebih kurang 45%nya akan menjadi limbah padat berupa tempurung (shell), serabut (fiber) dan tandan kosong (empty fruit bunches). Gambar 1 Perbandingan Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit Setengah dari jumlah limbah padat tersebut merupakan tandan kosong. Tandan kosong kelapa sawit atau empty fruit bunch merupakan tangkai buah kelapa yang sudah diambil buahnya. Dari suatu perkebunan kelapa sawit tandan kosong mempunya porsi 21 – 23% dari tandan buah segar yang dihasilkan, dan dalam suatu proses pengolahannya tandan kosong yang dapat dihasilkan mencapai jumlah 6 ton/jam. Bila dikelola dengan baik limbah dari kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batubara. Gambar 2 Perbandingan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia 2. LANDASAN TEORI Prinsip Dasar Alat Penukar Kalor Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung dengan 3 cara, yakni mekanisme perpindahan kalor itu sendiri berlainan adanya. Adapun perpindahan panas itu dapat dilaksanakan dengan : 1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi 2. Secara aliran, yang disebut dengan konveksi 3. Secara gelombang elektromagnet, yang disebut dengan radiasi. Pada umumnya alat penukar kalor menggunakan prinsip perpindahan kalor yang disampaikan pada poin 1 dan 2, yaitu secara konveksi dan konduksi, akan tetapi bisa pula terdapat radiasi. a) Konduksi Konduksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu medium yang tidak bergerak. Proses ini biasanya dikaitkan dengan proses perpindahan Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 panas antara zat padat saja mpadahal proses perpindahan panas antar zat padat dengan udara yang realtif diam dapat dikatan sebagai proses konduksi didalam teknik pengeringan biasa digunakan untuk mengeringkan suatu zat dalam kondisi vakum. b) Konveksi Konveksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu medium yang bergerak. Proses ini lebih sedikit rumit dari proses konduksi karena pada proses konveksi nilai kefisien perpindahan panas tidak dapat diketahui dengan pasti, itu semua karena sifat acak yang cenderung ada dari setiap aliran. Secara umum konveksi terbagi menjadi dua, yaitu konveksi paksa dan konveksi natural. Konveksi paksa merupakan konveksi yang alirannya sengaja dibuat sedangkan konveksi natural merupakan konveksi yang alirannya sudah merupakan siklus alam. c) Radiasi Merupakan proses perpindahan panas yang tidak melibatkan medium apapun. Proses radiasi merupakan proses yang paling banyak digunakan pada proses pengeringan. A. Pengklasifikasian Alat Penukar Kalor Alat penukar kalor dapat diklasifikasikan menurut kriteria berikut ini : 1. Rekuperator dan regenerator. 2. Proses perpindahan panas kontak langsung (direct contact) dan kontak tidak langsung. 3. Geometri dari konstruksi : tubes (pipa-pipa), plates, dan extended surface (permukaan diperluas atau dengan sirip). 4. Mekanisme penukaran panas dimana terjadi perubahan phase, sehingga bisa terdiri dari satu phase dan dua phase. 5. Susunan aliran : parallel flow (aliran sejajar), counter flow (aliran berlawanan), dan cross flow (aliran menyilang). a) Rekuperator dan regenerator. Alat penukar panas konvensional ditunjukkan seperti pada gambar 2.1 yang mana perpindahan panas antara dua fluida itu disebut recuperator karena aliran fluida panas A mendapatkan kembali (recuperate) sejumlah panas dari aliran fluida B. Atau dengan kata lain rekuperator mempunyai jalan aliran yang terpisah untuk setiap fluida yang mana aliran secara serempak melalui penukar panas dengan memindahkan panas antara aliran tersebut. Sedangkan regenerator atau disebut alat penukar panas yang menyimpan panas seperti pada gambar 2.2 yaitu fluida panas dan fluida dingin memiliki jalan lintasan aliran yang sama (matrix) dan matrix ini secara bergantian ditempati oleh kedua fluida tersebut. Fluida panas menyimpan energi termalnya dalam matrix, dan kemudian pada waktu fluida dingin melewati jalan lintasan yang sama maka energi yang disimpan akan diekstraksi dari matrix. Gambar 3 Rekuperator Gambar 4 Regenerator b) Proses Perpindahan Panas Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan di mana terjadi perpindahan kalor dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida lain yang temperaturnya lebih rendah. Dilihat dari proses perpindahan kalor, maka dapat diklasifikasikan secara kontak langsung atau kontak tidak langsung. c) Gemoteri dan Konstruksi Tipe alat penukar kalor sering digambarkan dalam bentuk konstruksinya. Tipe konstruksi utama adalah tubular (pipa), plate, dan extended surface (permukaan yang diperluas). Dibawah ini akan dijelaskan mengenai ketiga bentuk tersebut. Gambar 5 Alat Penukar Kalor Selong dan Pipa Gambar 6 Konstruksi Gasketed Plate Heat Exchanger Gambar 7 Plate fin Exchanger B. Nilai Koefisien Heat Transfer Untuk itu terdapat beberapa pendekatan empiris yang sering digunakan untuk menetukan bilangan Nusselt, berikut adalah beberapa pendekatan – pendekatannya : Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 ℎ = → (1) a) Bilangan Reynolds Bilangan Reynolds adalah bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan gaya inersia terhadap gaya kekentalan (viskos) pada pipa bulat dengan aliran penuh. Dapat dirumuskan sebagai : = = (2) b) Bilangan Prandtl Bilangan Prandtl merupakan bilangan tak berdimensi yang menghubungkan ketebalan relatif antara lapisan batas hidrodinamik dan lapisan batas termal. Pr = = / / = Besarnya perpindahan kalor terjadi pada suatu penampang/saluran yang berbentuk pipa/tabung dapat dinyatakan dengan suhu limbak (bulk temperature) : 1 = . . ∆4 (5) D. Beda suhu rata – rata (Log Mean Temperature Difference) Beda suhu rata –rata log merupakan beda suhu pada satu ujung penukar kalor dikurangi beda suhu pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah daripada perbandingan kedua suhu tersebut. ∆4 (3) = 5678 96:8 ;9567< 96:< ; =>?5678 96:8 ;/567< 96:< ;@ (6) c) Bilangan Nusselt • Persamaan Zukauskas = .⁄/ ! %,'( *+ ) !"# $ *+ , (4) Dengan diketahui bilangan ReDmax adalah 1000 ≤ ReDmax ≤ 2x 106 serta bilangan Prandtl adalah 0,7 ≤ Pr ≤ 500 Tabel Persamaan Zukauskas Gambar 10 profil suhu sejajar dan aliran lawan arah dalam penukar kalor ganda E. Perpindahan Kalor Total 1= 5ℎAB∆4 ; Gambar 8 Kondisi aliran pipa sejajr dan silang C. Perpindahan Kalor Perpindahan panas pada aliran dalam wadah yang berbentuk tabung atau pipa yang mempunyai panjang L digambarkan sebagai berikut: Gambar 9 penampang yang berbentuk tabung Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 (7) 3. METODE PERANCANGAN Dimensi Heat Exchanger : Gambar 13 Bentuk tumpukan pipa Gambar 11 Diagram Alur Prinsip Perancangan Konsep Kerja Konsep kerja alat yang dir rancang dapat dilihat melalui gambar sketsa dibawah ini: 1 fpm = 0,00508 m/s • vudara = v max= 1000 C = 5,08 ⁄ • D = 2 1inch = 0,0508 m • 4D. = 30°C = 303 K • 4DE = 80°C = 353 K • 4F. = 150°C = 423 K • 4FE = 100°C = 373 K • G HI"+" = 4,127 kg/s • LMTD =55,811° Berdasarkan desain awal bentuk heat exchanger adalah bar tube dengan bentuk persegi dan kebutuhan pipa adalah 192 buah untuk panjang pipa 2m, 255 buah untuk panjang 1.5m dan 380 buah untuk panjang pipa 1m. Perhitungan Kecepatan : Berdasarkan ukuran dimensi yang didapat, diketahui bahwa : M.HI"+" = MEHI"+" = M'HI"+" Sehingga : N. O. = NE OE = N' O' Jadi, untuk panjang pipa 2 m : N. O. = NE OE Gambar 12 sketsa konsep kerja alat Dari gambar dapat diketahui kerja alat adalah : 1) Gas buang boiler dialirkan melalui ducting menuju heat exchanger 2) Gas buang tersebut dialirkan menuju pipa yang berada didalam heat exchanger untuk menaikkan suhu udara didalam pipa tersebut 3) Udara yang telah dipanaskan tersebut dialirkan melalui ducting menuju ke alat pengering tandan kosong 4) Gas buang yang telah dipakai memanaskan di alirkan kembali menuju ke cerobong 51,1P3;5,08 OEHI"+" = = 51,1P1,6;OE 16,764 1,76 E⁄ = 9,525 M.XYHZ["\ = MEXYHZ["\ = M'XYHZ["\ N. O. = NE OE 51P1,1;10,16 OEXYHZ["\ = 11,176 2,2 = 52P1,1;OE E⁄ = 5,08 Lalu untuk panjang pipa 1,5 m adalah : N. O. = N' O' 51,1P3;5,08 O'HI"+" = = 51,1P1,9;OE 16,764 2,09 E⁄ = 8,02 M.XYHZ["\ = M'XYHZ["\ N. O. = N' O' Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 51P1,1;10,16 = 51,5P1,1;OE O'XYHZ["\ 11,176 = 1,65 E⁄ = 6,773 Bentuk Keseluruhan : Assembly full Elbow 29" Sambungan pipa 29" Ducting keluaran udara Pipa 29" - 21.9" Pipa 37.2" Elbow 21.9" Sambungan pipa 37.2" Pipa 21.9" 4. PEMODELAN dan SIMULASI Pipa 37.2" - 29" Analisa awal yang digunakan untuk menentukan desain dari heat exchanger tersebut adalah dengan menentukan temperatur yang diinginkan sebagai hasil dengan menggunakan beberapa parameter sebagai berikut : 1. Temperatur flue gas keluar boiler yang sudah diketahui pada saat akan memasuki heat exchanger 2. Temperatur udara masuk dan keluar yang sudah di tentukan sebagai hasil prosesnya Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 3. Diameter tube yang digunakan 4. Kecepatan udara yang memasuki tube tersebut Pemodelan Jenis satuan yang digunakan adalah SI (Satuan Internasional) Gambar 22 kondisi dinding pipa Material Dipakai material untuk heat exchanger yaitu Gambar 19 Satuan Internasional Jenis analisa yang digunakan: Pada tahap ini di tentukan metode atau jenis analisa yang digunakan dalam simulasi. Metode yang digunakan adalah aliran dalam pipa (internal) Gambar 23 material heat exchanger Gambar 20 Aliran dalam pipa Initial Conditions Kondisi awal (Initial Condition) adalah kondisi lingkungan yang disimulasikan dengan kondisi T = 35 °C; P = 101325 Pa Jenis Fluida Fluida yang digunakan yaitu udara dan steam. Gambar 24 kondisi lingkungan Gambar 21 Jenis fluida Meshing Kondisi Dinding Pipa Dalam melakukan analisa dryer kita menentukan kondisi dinding pipa dan jenis kondisi thermodinamika, tetapi dalam analisa ini kondisi dinding diabaikan. Untuk mendapatkan keakuratan dan juga kecepatan dalam menganalisa fluida maka diperlukan pengaturan meshing. Dalam analisa ini, pengaturan meshing ditentukan menjadi level 3 untuk menyesuaikan dengan kemampuan komputer mengolah data dan mendapatkan waktu analisa yang cepat. Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 Grafik debit keluaran udara pipa 1m Pipa 1.5m : Gambar 25 pengaturan meshing Data dan Simulasi Tempertur Dari hasil kalkulasi Flow Simulation, didapat hasil visualisasi distribusi temperatur pada heat exchanger seperti berikut : Pipa 1m : Gambar 27 simulasi pipa 1.5m Gambar 26 simulasi pipa 1m Data simulasi pipa 1.5m dalam excel Data simulasi pipa 1m dalam excel Grafik inlet outlet pipa 1.5m Grafik inlet outlet pipa 1m Grafik debit keluaran udara pipa 1.5m Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013 Pipa 2m : Gambar 28 simulasi pipa 2m Data simulasi pipa 2m dalam excel sehingga masih dapat diterima karena lebih kecil dari batas maksimal untuk dryer. 3. Pada pipa dengan panjang 1.5m didapatkan outlet udara sebesar 65°C dan volume flow rate udara 2.82 m3/s, tidak dapat digunakan karena outlet udara tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan untuk dryer sedangkan volume flow rate udara masih dapat diterima. 4. Pada pipa dengan panjang 2m didapatkan outlet udara sebesar 52.1°C dan volume flow rate udara 4.4 m3/s, sama sekali tidak dapat digunakan karena kedua data yang didapat tidak sesuai dengan kebutuhan dryer. Saran Metode perancangan ini dibuat berdasarkan perhitungan lanjut untuk mendapatkan dimensi heat exchanger, namun untuk mengetahui tingkat kenaikan suhu sesuai dengan perhitungan atau 50°C bisa dilakukan dengan simulasi perancangan heat exchanger ini. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Ir. Agung Subagio Dipl. Ing. selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu memberikan pengarahan, diskusi dan bimbingan, Ridian, Osman dan Iqbal yang telah ikut membantu dalam pembuatan jurnal ini dan seluruh teman-teman angkatan 2010. DAFTAR ACUAN Grafik inlet outlet pipa 2m Grafik debit keluaran udara pipa 2m 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Hasil perancangan dan simulasi menunjukkan bahwa : 1. Dari ketiga hasil simulasi menggunakan software SolidWorks Flow Simulation 2012 didapatkan bahwa data yang sesuai untuk kebutuhan dryer adalah pada panjang pipa 1m dengan dimensi 1.1 x 3m, didapatkan outlet udara sebesar 76.7°C serta outlet flue gas 101.6°C. 2. Pada pipa dengan panjang 1m didapatkan pula volume flow rate udara sebesar 3.17 m3/s 1. Incropera, F.P., Dewitt, D. P., Bergman T.L., Lavine, A.S. 2007. Fundamentals Heat and Mass Transfer (6th ed.). 2. Kakac, Hongtan. 1997. Heat Exchanger Selection, Rating, and Thermal Design. CRC Press, United States of America 3. Holman, J.P. 2002. Heat Transfer. Mc Graw Hill, Singapore 4. Cokorda Prapti, Andreas Yulian Novenatus, Kemampuan Heat Exchanger Dalam Pelepasan Kalor Pada Mesin Alat Berat 5. Imansyah I.H, 2004. Fundamentals of Heat Transfer 6. Indra Permata K, Studi Pemanfaatan Biomassa Limbah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Di Kalimantan Selatan, Surabaya, Indonesia 7. Perry, R.H., Green, D.W 2007 Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, Eight Edition 8. Grimm, Nils R. , Rosaler, Robert C., Handbook of Air Conditioning System Design/Carrier, Fourth Edition, New York, MC. 9. Aditya Indra B., Andi Nata, Anindio Prabu, Ignatus Maria H.K, (2011) Empty Fruit Bunch Dryer, Jakarta, Indonesia 10. Kenneth J. Bell, 1983.Types of Heat Exchanger and Their Applications, Heat Exchanger Design Book, United StatesTextitles. 11. Bryne, R.C, Tubular Exchanger Manufacturers Association, Inc. Tarry Town, New York 10591 Simulasi rancangan..., Derry Costhalova, FT UI, 2013