LAPORAN TUGAS AKHIR

advertisement
Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Studi
Pada Bab I telah dituliskan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, dan
sistematika penulisan Tugas Akhir. Kemudian di Bab II akan diuraikan mengenai
tinjauan pustaka yang berisi tentang dasar-dasar teori serta penelian-penelitian
sebelumnya yang dijadikan acuan untuk memperkuat hipotesis penelitian.
Setelah mengetahui rumusan masalah yang akan dijadikan fokus kajian maka
selanjutnya pada Bab III akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian, yaitu
pemaparan detail metode penelitian yang digunakan penulis sebagai alat dalam
rangka penyelesaian Tugas Akhir untuk mencapai tujuan penelitian. Setelah
selesai melakukan pengumpulan materi yang diperlukan, maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan pembahasan pada Bab IV. Pada Bab IV ini
dilakukan analisis permasalahan sesuai dengan metodologi yang digunakan
penulis. Pada Bab V akan dituliskan penutup yang berisi kesimpulan hasil
analisis penelitian, dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya maupun hasil
rujukan untuk digunakan pada proyek yang bersangkutan.
2.2 Proyek Multi Years
Menurut Perpres No. 4 Tahun 2015 pasal 52 ayat (2) disebutkan bahwa ”Kontrak
Tahun Jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana
anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN,
Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Provinsi, Bupati/Walikota untuk
pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota. Singkatnya proyek multi years
ini adalah proyek yang waktu pelaksanaannya lebih dari satu tahun, dan proyek
yang akan dijadikan acuan dalam kajian ini adalah proyek Normalisasi Kali
Pesanggrahan Paket 1 yang berada dalam pengawasan Balai Besar Wilayah
Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dan kerjasama dengan Pemerintah
provinsi DKI yang bertugas terkait pembebasan lahan. Proyek ini mulai
dikerjakan di akhir tahun 2011 dan berakhir di tahun 2015. Karena waktu
pelaksanaan melebihi satu tahun anggaran, maka perlu direncanakan dan
diperhatikan perihal perubahan harga pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Perpres Nomor 4
Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana di dalamnya
tercantum rumus penyesuaian harga, tidak dijelaskan secara rinci mengenai tata
cara penggunaan rumus tersebut sehingga seringkali timbul perbedaan pendapat
antara kontraktor dan owner. Oleh karena itu, akhirnya semua kontraktor
diseragamkan dalam hal penggunaan tata cara perhitungan penyesuaian harga.
Kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam
jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan
untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Iman
Soeharto, 2009). Definisi lain mengenai pengertian proyek menurut buku
panduan PMBOK (A Guide to the Project Management Body of Knowledge)
adalah ”suatu usaha sementara yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu
II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
produk atau jasa yang unik”. Dengan kata lain, setiap proyek harus memiliki awal
(start) dan akhir (finish) yang jelas, memiliki sekumpulan aktivitas yang berurutan
di antara dua kejadian tersebut, serta memiliki suatu sasaran tertentu. Sejak dari
awal dimulainya sampai dengan diakhirinya suatu proyek terdapat berbagai fase
yang harus dilalui. Setiap fase mempunyai ciri-ciri yang berbeda baik itu waktu
pelaksanaan dan sumber daya yang dibutuhkan. Secara umum bila dilihat dari
segi perspektif proyek konstruksi terdapat tiga fase yaitu pembuatan konsep
(design), pelaksanaan (execution) dan penutupan (close out), oleh karena itu
untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan adanya manajemen proyek.
Dalam buku Iman Soeharto (2009), Eskalasi merupakan salah satu sub bab
dalam manajemen proyek dan salah satu bagian dari teknik dan metode
perencanaan
dan
menyusun
jadwal.
Penyusunan
eskalasi
hendaknya
direncanakan sejak awal proyek, agar menghasilkan hasil yang optimal.
Merencanakan keadaan masa depan yang ditunjukkan dengan angkan dan
biaya adalah tugas seorang estimator. Dalam hubungan ini, salah satu hal yang
paling sulit adalah yang berkaitan dengan memperkirakan pergerakan atau
perubahan harga barang, upah tenaga kerja dan lain-lain terhadap waktu.
Padahal masalah tersebut besar dampaknya terhadap total biaya proyek, terlebih
untuk proyek yang berlangsung dengan jangka waktu yang relatif lama (3 tahun
atau lebih).
2.3 Pengertian dan Penyebab Eskalasi
2.3.1 Pengertian Eskalasi
Eskalasi adalah penyesuaian harga satuan komponen kontrak yang meliputi
tenaga kerja, bahan konstruksi, energi dan peralatan terhadap nilai kontrak saat
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
penawaran. Menurut Iman Soeharto (2009) menyebutkan bahwa eskalasi dapat
diartikan sebagai provisi atau cadangan pada perkiraan biaya yang dimaksudkan
untuk menutup kenaikan tingkat harga karena waktu. Eskalasi merefleksikan
perubahan – perubahan pada harga yang disebabkan oleh produktivitas dan
teknologi, keadaan pasar seperti permintaan yang tinggi, kekurangan tenaga
kerja, batas keuntungan dan juga merupakan akibat dari inflasi atau perubahan
indeks harga. Perubahan ekonomi dapat menyebabkan perubahan tingkat harga.
Dari beberapa jurnal mengenai eskalasi biaya, untuk memperkirakan eskalasi,
pertama-tama seorang estimator harus mengerti beberapa prinsip eskalasi
berikut ini (Hollmann & Dysert, 2007) :

Eskalasi tidak disebabkan oleh langkah-langkah dari perusahaan
konstruksi ataupun project management pada proyek, melainkan
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi makro, sehingga sebagian besar
(tidak seluruhnya) berada di luar kontrol pelaksana proyek.

Eskalasi bukanlah biaya tak terduga (kotingensi)

Ilmu pengetahuan mengenai eskalasi adalah kemampuan dasar dari
seorang economist dan bukan cost estimator. (namun seorang cost
estimator tetap memiliki kepentingan yang besar untuk mempelajari
mengenai eskalasi).
Meskipun demikian, eskalasi sebenarnya bisa diprediksi. Dan penting untuk
diingat bahwa tambahan biaya akibat pelaksanaan proyek yang buruk adalah
merupakan kontingensi, bukan eskalasi (Hollmann & Dysert, 2007). Hal lain yang
perlu diingat adalah bahwa eskalasi bukanlah akibat dari penambahan biaya
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
akibat manajemen dari lingkup kerja, eskalasi juga bukanlah penambahan biaya
akibat strategi yang digunakan kontraktor pada saat pelaksanaan proyek.
2.3.2 Penyebab Eskalasi
Eskalasi pada proyek multi years disebabkan karena adanya fluktuasi ekonomi
negara yang menyebabkan perubahan harga satuan komponen pekerjaan saat
pelaksanaan proyek. Akibat penyesuaian harga tersebut, pengguna jasa harus
menyediakan dana untuk dibayarkan sebagai penyesuaian harga.
Eskalasi pada umumnya diberikan kepada proyek dengan kontrak multi years.
Berdasarkan Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pasal 92 ayat 1, Penyesuaian harga
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak
berbentuk Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan
yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan
Dokumen Pengadaan;
b. Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan
jelas dalam Dokumen Pengadaan/Lelang;
c. Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal
dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang.
Dalam ketentuan eskalasi ada harga satuan timpang dan non timpang. Harga
satuan timpang yaitu harga dimana nilai harga kontrak melebihi 10% dari Harga
Perkiraan Sendiri (HPS) atau yang biasa disebut Owner Estimate (OE),
sedangkan harga satuan non timpang adalah harga dimana nilai harga kontrak
tidak melibihi 10% dari HPS. Sesuai peraturan yang disebutkan di atas, maka
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
item pekerjaan yang dapat diperhitungkan dalam eskalasi hanya untuk harga
satuan non timpang.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan)
kepada barang lainnya (Inflation Tergeting, 2008). Inflasi disebabkan oleh
berbagai macam hal, yaitu dapat disebabkan oleh jumlah uang yang beredar
meningkat pesat dibandingkan jumlah barang serta jasa yang ditawarkan,
sehingga terjadi kelebihan permintaan, pertambahan hutang pemerintah,
perubahan
regulasi atau
kebijakan
yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah,
melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang menyebabkan hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap rupiah, naiknya biaya produksi (What is Cost
Inflation, 2008), bencana alam yang menyebabkan krisis keuangan, kerusuhan,
dan lain sebagainya.
2.4 Syarat-syarat Eskalasi
Syarat-syarat dalam perhitungan eskalasi atau penyesuaian harga telah diatur
dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pasal 92 ayat 2. Penetapan penggunaan
rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut:
a. Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai
bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;
b. Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan dan Biaya
overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;
II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
c. Penyesuaian
Harga
Satuan
diberlakukan
sesuai
dengan
jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak awal/adendum;
d. Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari
luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal
barang tersebut;
e. Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya
adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13
(tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut ditandatangani;
f.
Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan
Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan
indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi
pekerjaan.
2.5 Penetapan Eskalasi
Dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pasal 92 ayat 3 dijelaskan bahwa
Penyesuaian Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
Hn = Ho ( a+b.Bn/Bo + c.Cn/C0 + d.Dn/Do + ..... )
Keterangan:
Hn
= Harga Satuan Barang/Jasa pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Ho
= Harga Satuan Barang/Jasa pada saat harga penawaran;
a
= Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;
Perihal koefisien tetap atas overhead dalam Peraturan Presiden disebutkan jika
pada saat penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
overhead maka nilai a = 0,15. Tapi pada kasus Proyek Normalisasi Kali
Pesanggrahan telah ditetapkan overhead (a) = 0,1 yang telah disetujui owner
dan kontraktor.
b, c, d = Koefisien komponen Kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja dan
sebagainya;
Penjumlahan a+b+c+d+..... dan seterusnya adalan 1,00.
Bn, Cn, Dn
= Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Bo, Co, Do
=
Indeks
harga
komponen
pada
bulan
ke
12
setelah
penandatangan Kontrak. (pada Proyek Normalisasi Kali Pesanggrahan Paket 1
ditentukan bulan ke-12 pada bulan Oktober 2012).
Catatan:
a. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat
Statistik (BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS,
maka digunakan indeks harga yang disiapkan oleh instansi teknis.
b. Penetapan koefisien komponen Kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri
teknis yang terkait.
Rumusan penyesuaian nilai Kontrak sesuai Perpres Nomor 4 Tahun 2015
ditetapkan sebagai berikut:
Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + ............ dst
Keterangan:
Pn
= Nilai kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan
Hn
= Harga satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah
penyesuaian harga
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
V
= Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan
2.6 Bentuk Penyajian Eskalasi
Penyajian Perhitungan eskalasi dibuat dalam 2 tahap, yaitu tahap perhitungan
koefisien komponen harga satuan atau yang biasa disebut dengan Cost Factor
dan tahap perhitungan penyesuaian harga. Berdasarkan dua rumus di atas,
maka dapat dibuatkan rumus perhitungan parsial yang lebih sederhana untuk
mempermudah dalam pembacaan perhitungan eskalasi yang akan dijelaskan
pada pembahasan.
Data Indeks Harga Perdagangan Besar dari Badan Pusat Statistik diterbitkan tiap
bulan dalam bentuk buletin statistik bulanan, namun untuk mempermudah dalam
pembacaan dapat pula mendapatkan data indeks yang diterbitkan per tahun.
Pada intinya pengajuan perhitungan eskalasi dapat disajikan sesuai dengan
waktu yang diperhitungkan sesuai dengan syarat-syarat eskalasi yang telah
disebutkan di atas.
2.7 Kajian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya Fatoni dkk (2013) mengungkapkan bahwa Proyek Waduk
Jatigede dan Waduk Jatibarang mendapatkan kebijakan tentang penyesuaian
harga dan membandingkan hasil eskalasi berdasarkan simulasi perhitungan
eskalasi pada dua proyek tersebut. Penelitian tersebut lebih menekankan
mengenai aplikasi kebijakan penyesuaian harga pada proyek multi years. Pada
penelitian tersebut, penulis membandingkan dua Proyek dengan metode
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bab II Tinjauan Pustaka
penentuan koefisien komponen kontrak dan penetapan indeks yang berbeda
sehingga menghasilkan nilai eskalasi yang cukup besar perbedaannya.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisa nilai penyesuaian harga item
pekerjaan pada Proyek Waduk Jatigede dan Waduk Jatibarang. Kesimpulan dari
penelitian
ini
yaitu
berdasarkan
simulasi
perhitungan
yang
dilakukan
menghasilkan nilai eskalasi yang perbedaannya cukup besar, penetapan
perhitungan koefisien komponen kontrak menggunakan analisa harga satuan
yang diajukan penyedia jasa, dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) serta
penetapan indeks bersama.
Penelitian
yang
lain,
Devian
(2010)
mengungkapkan
bahwa
proyek
pembangunan Banjir Kanal Timur merupakan proyek milik pemerintah dan
mendapat kebijakan tentang penyesuaian harga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil penyesuaian harga dengan cara pengambilan
indeks harga yang berbeda. Hasil penelitian ini terjadi penurunan nilai
penyusunan harga setelah menggunakan tata cara pengambilan indeks sesuai
dengan surat dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download