BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Entrepreneurship Seorang pakar ekonomi yang tinggal di Vienna, Joseph Schumpeter, memperkenalkan definisi modern dari entrepreneur (wiraswasta), yaitu: seseorang yang merusak tatanan ekonomi yang telah terbentuk, dengan cara memperkenalkan suatu produk atau layanan yang baru, memperkenalkan suatu metode atau teknik produksi yang baru, membuat suatu bentuk organisasi yang baru, atau dengan mengeksplorasi suatu bahan mentah / material yang baru. Dimana orang tersebut untuk melakukan proses / usaha tersebut akan membentuk suatu jenis bisnis atau usaha (entrepreneurship) yang baru untuk mencapainya (Bygrave, 2007 : 1). Definisi umum (standar) dari entrepreneur, menurut Bygrave (2007 : 2), adalah seseorang yang mendapati sebuah peluang dan membangun sebuah organisasi untuk memaksimalkan peluang tersebut. Selanjutnya, proses kewirausahawan (entrepreneurship) tersebut melibatkan semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan mewujudkan peluang dan membangun organisasi untuk mencapainya. Dimana dalam proses tersebut, dibutuhkan: 1. Penelitian market dan pelanggan; 2. Inovasi produk dan layanan (service); 3. Pembentukan team; 4. Menemukan dan mengatur sumber daya; 28 29 5. Kepemimpinan, dan lain sebagainya. Menurut Jeffry Timmons (Bygrave, 2007 : 56), terdapat 3 komponen utama untuk menjadi entrepreneurship yang sukses. Ketiga komponen tersebut adalah: kesempatan, seorang wirausahawan (atau team manajemen, bila perusahaan venture), dan sumber daya untuk memulai membangun perusahaan dan membuatnya berkembang. Hubungan ketiga komponen tersebut digambarkan Timmons sebagai berikut (2.1): Uncertainty Opportunity Entrepreneur Fits & Gaps Business plan Uncertainty Uncertainty Resources GAMBAR 2.1. Basic Timmons Framework 2.2. Market Kotler (2007 : 7) mendefinisikan sebuah market adalah suatu bagian (set) dari pembeli yang potensial dan aktual (pada saat itu) dari sebuah produk. Dimana 30 pembeli tersebut memiliki kebutuhan yang spesifik atau keinginan tertentu yang dapat dipenuhi melalui hubungan pertukaran. 2.3. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pelanggan Seorang marketer (pemasar) harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggannya dan juga tempat / lokasi di dalam pasar, dimana mereka dapat beroperasi. Menurut Kotler (2007 : 6), konsep yang paling mendasari pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah kondisi merasa berkekurangan. Kondisi kekurangan tersebut termasuk kebutuhan dasar fisik seperti makanan, pakaian, kehangatan, dan keamanan; kebutuhan sosial untukrasa kasih sayang serta memiliki; dan kebutuhan individu untuk mendapatkan pengetahuan dan mengekspresikan diri. Semua jenis kebutuhan tersebut tidak diciptakan oleh para pemasar. Tetapi merupakan bagian dasar dari perilaku manusia. Keinginan adalah bentuk dari kebutuhan manusia yang dibentuk melalui budaya dan kepribadian masing-masing individu. Keinginan seseorang dibentuk melalui masyarakat sekitarnya dan digambarkan sebagai syarat / objek yang dapat memberikan kepuasan. Apabila dilatar belakangi dengan kemampuan membeli, keinginan tersebut menjadi sebuah tuntutan. Melalui keinginan dan sumber daya, masyarakat menuntut produk yang dapat memberikan manfaat dan nilai kepuasan yang maksimal. 31 2.4. Nilai dan Kepuasan Pelanggan Pelanggan umumnya menghadapi penawaran produk maupun jasa yang sangat luas dan beraneka ragam. Pelanggan akan membandingkan berbagai produk atau jasa tersebut dengan berbagai tawaran yang ada di pasar dan membeli sesuai dengan keinginannya. Pelanggan yang puas akan membeli lagi produk yang bersangkutan danmenceritakan kepuasannya kepada orang lain. Sedangkan pelanggan yang tidak puas sering kali berpindah ke pesaing dan menyebarkan pengalaman buruk yang dialaminya kepada orang lain. Kotler (2009 : 7) menyebutkan bahwa pemasar harus berhati-hati dalam menetapkan tingkat kepuasan pelanggan. Jika tingkat kepuasan yang diterapkan terlalu rendah, maka akan memuaskan bagi pelanggan yang membelinya, tetapi gagal dalam menarik pelanggan lebih banyak. Sedangkan jika terlalu tinggi, pelanggan akan banyak yang kecewa karena tidak sesuai dengan harapan yang diinginkannya. Nilai dan kepuasan pelanggan adalah blok bangunan kunci untuk mengembangkan dan mengelola hubungan dengan pelanggan. 2.5. Jasa Pengertian jasa menurut Kotler (2004: 276) adalah aktivitas atau keuntungan yang dapat ditawarkan seseorang kepada orang lain, dimana bentuk penawarannya tidak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Penyedia jasa umumnya mengunakan suatu perangkat atau alat untuk melakukan suatu operasi kepada pelanggan atau terhadap barang atau kepemilikian pelanggan. Dimana pelanggan lebih mengutamakan keuntungan / 32 manfaat dari jasa, dari pada memiliki perangkat atau alat yang digunakan untuk melakukannya. Peranan jasa akan berakhir bila telah menyelesaikan tugas tertentu yang ingin dilakukan pelanggan. 2.6. Era Ekonomi Baru Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Adhikara (2005 : 175), Ekonomi Baru (New Economy) atau juga yang dikenal sebagai Ekonomi Digital (Digital Economy), Ekonomi Internet (Internet Economy) atau Ekonomi Jaring (Web Economy), adalah suatu era yang ditandai dengan penggunaan teknologi canggih dan internet di segala bidang, perdagangan tanpa kenal ruang dan waktu. Dalam ekonomi baru, jaringan digital dan infrastruktur komunikasi menyediakan sarana sehingga memungkinkan setiap orang dan organisasi berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama dan mencari informasi. Dimana kecepatan merupakan elemen yang penting untuk segalanya. Ciri-ciri ekonomi baru adalah sebagai berikut: 1. Akses informasi tiada batas; 2. Pasar global yang terus berkembang; 3. Bisnis dilakukan lebih cepat dari sebelumnya dan dalam 24 jam sehari – 7 hari seminggu – 365 hari per tahun; 4. Keinginan peningkatan pendapatan dari Perusahaan Multi Nasional melalui globalisasi; 5. Internet memungkinkan konsumen sedunia mempunyai informasi yang sama pada saat yang sama, sehingga mereka bisa langsung 33 membandingkan produk dan harga dan bertransaksi hanya dengan mengklik mouse; 6. Privatisasi diiringi deregulasi meningkatkan persaingan pasar; 7. Pengembangan teknologi komunikasi data dan suara meningkatkan harapan akan pelayanan konsumen dan membuka berbagai peluang. Melalui pemanfaatan teknologi pada ekonomi baru ini, kebutuhan konsumen mengalami perubahaan, yang dipertajam atau diperlemah oleh teknologi, sebagai berikut: 1. Keinginan akan keunikan, personifikasi, dan layanan sesuai keinginan pembeli (customization); 2. Keinginan untuk berinteraksi sosial; 3. Keinginan untuk keragaman dan pilihan saluran, akses anytime anywhere; 4. Keinginan akan nilai kompetitif, bagaimana perusahaan menghadapi harapan yang lebih tinggi dari para konsumen untuk nilai dan layanan; 5. Keinginan untuk membuat pilihan yang lebih baik karena informasi semakin mudah dan banyak. Pada bisnis konversional / fisik, segmentasi pasar umumnya dikategorikan menurut Geografi, Demografi, Psychosocial, dan Cognitive – Affective – Behavioral. Namun beberapa riset terhadap konsumen menunjukkan bahwa kini pada Ekonomi Baru, terlebih pada masyarakat yang banyak menggunakan internet menunjukkan hal yang berbeda. Wharton Virtual Test Market menunjukkan bahwa segmentasi online yang paling penting tidak didasarkan pada faktor demografis, tetapi faktor-faktor seperti pengalaman online, wired lifestyle, tekanan waktu, dan pembelian berdasarkan katalog. 34 Segmentasi pengguna internet pada era ekonomi baru, menurut McKinsey & Mega Matrix, dapat digolongkan dalam kelompok konsumen sebagai berikut: 1. Connectors, mereka yang menggunakan internet untuk berhubungan dan berkomunikasi. Mereka lebih banyak berhubungan dengan merek offline; 2. Samplers, pengguna ringan yang mencoba banyak domain; 3. Simplifiers, menggunakan internet untuk membuat hidup mereka lebih efisien, sehingga mereka menuntut kemudahaan yang maximal; 4. Routines, pengguna ringan. 2.7. Analisa SWOT SWOT adalah singkatan dari kata-kata Strength (kekuatan perusahaan) Weaknesses (kelemahan perusahaan), Opportunities (peluang bisnis) dan Threats (hambatan untuk mencapai tujuan). Menurut Freddy Rangkuti (2003), analisis SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunites), namun pada sisi yang lain secara bersamaan berusaha meminimalkan kelemahan (Weeknesses) dan ancaman (Threats). Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor yang disebutkan: 1. Peluang adalah faktor atau kondisi yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan; 2. Ancaman adalah faktor atau kondisi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan; 35 3. Kekuatan adalah sumber daya, kemampuan atau berbagai kelebihan lain yang dimiliki perusahaan terhadap pesaing; 4. Kelemahan adalah keterbatasan atau hambatan dari sumber daya, kemampuan dan kapabilitas yang menghambat kinerja efektif perusahaan. Matriks SWOT memetakan atau menggambarkan secara jelas posisi dari peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Weaknesses (W) Strengths (S) Opportunities (O) Strategi SO: Strategi WO Mendukung Strategi Mendukung Strategi Turn Around Threats (T) Strategi ST: Strategi WT Mendukung Strategi Mendukung Strategi Diversifikasi Difensif GAMBAR 2.2. Matriks SWOT 2.8. Porter’s 5 Forces Porter’s 5 Forces adalah analysis tools (perangkat analisa) atau kerangka kerja untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael Porter dari Sekolah Bisnis Universitas Harvard pada tahun 1979. 36 sumber: Michael E. Porter GAMBAR 2.3. The Five Forces Porter menyatakan bahwa di industri, baik domestik maupun internasional, kompetisi terbentuk secara alami dalam 5 tekanan kompetitif, yaitu: ancaman pendatang baru (potential entrants), ancaman produk pengganti (potential substitutes), daya tawar pemasok (power of suppliers), daya tawar konsumen (power of buyers), dan ancaman dari pesaing (competitive rivalry). Lima tekanan tersebut menunjukan saling ketertarikan pasar. Porter merujuk kelima tekanan ini sebagai lingkungan mikro (microenvirontment). Semakin tinggi intensitas persaingan dalam suatu industri, maka dapat dikatakan sebagai kondisi yang ketidakberuntungan. Perpaduan tidak menguntungkan, dari tekanan-tekanan seperti atau sebagai yang telah disebutkan menentukan potensi keuntungan kompetitif dalam suatu industri. Tujuan akhir dari penggunaan Porter’s 5 Forces adalah untuk menemukan posisi dari bisnis unit di dalam industri, dimana perusahaan bisa mempertahankan 37 diri menghadapi tekanan kompetitif yang ada. Pemahaman / pengetahuan mengenai sumber dari tekanan kompetitif akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan posisi bisnis dalam industri, dan menjelaskan area dimana peluang dan tantangan dapat didaya gunakan. Selain itu, Michael Porter juga mendefiniskan 3 daya saing bisnis yang utama, yaitu: 1. Cost leadership; 2. Differentiation; 3. Focus. Cost leadership adalah daya saing atau kompetisi berdasarkan biaya pengeluaran ter-rendah dari suatu produksi barang maupun jasa. Dimana tidak berhubungan langsung dengan harga yang dikenakan (dijual), melainkan fokus pada meminimalisir atau mengefektifkan biaya pengeluaran yang diakibatkan dari produksi. Differentiation adalah daya saing atau kompetisi yang menawarkan produk / jasa yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing. Yang dimaksudkan dengan lebih baik adalah penilaian pelanggan secara keseluruhan terhadap produk dan kesediaan pelanggan untuk membeli dengan harga premium untuk produk / jasa yang ditawarkan. Focus adalah daya saing atau kompetisi berdasarkan keahlian atau spesialisasi dalam suatu bidang area tertentu dan umumnya terbatas untuk penawaran pada market tertentu. 38 2.9. Bisnis Model Menurut Osterwalder (2010 : 14), bisnis model mendeskripsikan hubungan yang rational, bagaimana sebuah organisasi membuat, menyalurkan, dan menangkap nilai (value). Selanjutnya Osterwalder menawarkan sebuah konsep model / framework yang disebut sebagai Business Model Canvas. Dimana didalamnya terdapat 9 blok model bisnis, yaitu: 1. Customer Segments mendefinisikan kelompok orang atau organisasi yang ingin dicapai atau dilayani oleh bisnis; 2. Value Propositions mendeskripsikan produk atau layanan yang memiliki nilai tambah bagi segmen pelanggan tertentu; 3. Channels mendeskripsikan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan bertemu dengan segmen pelanggannya, untuk dapat mengirimvalue proposition perusahaan; 4. Customer Relationship mendeskripsikan jenis hubungan yang dibangun oleh perusahaan dengan segmen pelanggan tertentunya; 5. Revenue Streams menunjukkan kas masuk yang didapat perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan; 39 6. Key Resources mendeskripsikan asset terpenting yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat menjalankan bisnis; 7. Key Activities mendeskripsikan aktivitas atau kegiatan terpenting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk membuat bisnis ini berjalan; 8. Key Partnerships mendeskripsikan jaringan pemasok dan rekanan yang dibutuhkan untuk membuat bisnis ini berjalan; 9. Cost Structure mendeskripsikan seluruh biaya penguaran yang muncul akibat operasional dari model bisnis. Berikut ini adalah beberapa pola atau model yang umum dilakukan dalam sebuah bisnis: 1. Unbundling Business Model Konsep ini memiliki 3 jenis tipe bisnis, yaitu: bisnis customer relationship (CR), bisnis inovasi produk, dan bisnis infrastruktur. Setiap tipe memiliki bentuk ekonomi, persaingan dan budaya yang berbeda-beda. Ketigatiganya berada di dalam satu perusahaan dan dipisahkan dalam bentuk entiti masing-masing, dimana ditujukan untuk menghindari konflik atau perdagangan yang tidak sehat; 2. The Long Tail Bisnis model ini bertujuan untuk menjual sedikit untuk mendapatkan banyak. Bisnis ini fokus menawarkan bermacam-macam produk niche, 40 yang mana penjualannya umumnya tidak teratur / jarang. Bisnis ini membutuhkan biaya penyimpanan yang rendah dan lokasi yang konstant, untuk selalu siap menawarkan produk niche ke pelanggannya; 3. Multi-sided Platfroms mempertemukan 2 atau lebih segmen pasar yang berbeda tetapi saling tergantung satu dengan yang lainnya.Platform ini baru dapat bernilai apabila kedua segmen pasar tersebut hadir bersama-sama. Platform ini memfasilitasi interaksi antara kedua segmen pasar tersebut. Multi-sided platform dapat bertumbuh kembang dengan semakin banyaknya pengguna yang bergabung, atau dinamakan sebagai network effect; 4. Free Business Model Dalam bisnis model ini paling tidak terdapat 1 buah segmen pasar yang mendapatkan keuntungan penawaran yang bebas biaya (free-of-charge). Pelanggan yang gratis adalah pelanggan yang dibiayai dari segmen pasar yang berbeda atau dari bagian lain bisnis dari bisnis model ini; 5. Open Business Model Bisnis model ini membuat value dengan berkolaborasi dengan rekanan (partner) dari luar perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengadopsi ide dari pihak luar untuk dilakukan didalam perusahaan atau sebaliknya dengan menawarkan ide dari dalam perusahaan untuk dilakukan oleh pihak luar. 41 2.10. Transportasi Menurut kamus Webster’s New Collegiate Dictionary (1977 : 1242), transportasi didefinisikan sebagai suatu tindakan, proses, atau hal memindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Menurut Morlok (1978), transportasi diartikan sebagai pengangkutan barang atau manusia dari tempat asalkegiatan transportasi ke tempat tujuan dimana kegiatan transportasi diakhiri. Sistem transportasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk menggerakkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain (Morlok, 1995 : 93). Jaringan adalah suatu konsep matematis yang dapat digunakan untuk menerangkan secara kuantitatif sistem transportasi dan sistem yang lain yang mempunyai karakteristik ruang. Jaringan transportasi terutama terdiri dari simpul (node) dan ruas (link). Simpul mewakili suatu titik tertentu pada ruang, sedangkan ruas adalah garis yang menghubungkan titik-titik tadi. Simpul dan ruas diatas dapat dimaksudkan dengan terminal, ruas jalan dan persimpangan (Morlok, 1995 : 94) Jasa transportasi dilakukan karena nilai yang diangkut tersebut akan lebih tinggi ketempat tujuan. Nilai yang diberikan oleh kegiatan transportasi adalah nilai tempat (placeutility) dan nilai waktu (time utility) yang bersifat permintaan turunan (derived demand)(Manheim, 1979, Morlok, 1978).Kanafani (1983) menyatakan bahwa kebutuhan akantransportasi untuk mengatasi interaksi aktivitas sosial dan ekonomi yang menyebar dalamsuatu wilayah. Alasan orang melakukan perjalanan tidak ada habisnya seperti kebutuhanakan barang dan 42 kebutuhan perjalanan akan rekreasi. Komoditas barang perlu dikirim darisatu tempat ke tempat yang lain merupakan suatu alasan untuk tujuan ekonomi. 2.11. Sistem Informasi Berikut ini adalah definisi-definisi dari sistem informasi yang dihimpun dari berbagai sumber: Menurut penjelasan Lucas (1993 : 4), sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan informasi. Menurut Wilkinson (1993 : 4), sistem informasi adalah suatu kerangka kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan. Menurut Steven Alter (1996), sistem informasi adalah sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk menangkap, mencari, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang dipergunakan dalam satu atau lebih proses. Menurut Turban, Rainer dan Potter (2001 : 17), sistem informasi adalah mengambil / mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa dan menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Menurut Laudon (2003 : 8), sistem informasi adalah sekumpulan komponen-komponen yang saling terhubung yang bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk 43 mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan mengontrol atau mengendalikan suatu organisasi. Sistem informasi dapat berisi informasi mengenai orang-orang, tempattempat, dan hal-hal di dalam organisasi atau komunitas tersebut. Informasi yang dimaksudkan di sini berarti data yang telah dibentuk menjadi suatu bentuk yang dapat dimengerti bagi orang-orang yang memerlukannya. Data merupakan faktafakta mentah yang dikumpulkan dari dalam komunitas maupun organisasi, sebelum dibentuk menjadi sesuatu yang dapat dimengerti. Terdapat 3 kegiatan di dalam sebuah sistem informasi, yaitu: 1. Input, yaitu mengambil atau mengumpulkan data-data mentah dari dalam komunitas atau organisasi dan dari lingkungan di luarnya; 2. Proses, yaitu mengubah data-data mentah tersebut menjadi bentuk yang lebih dapat dimengerti; 3. Output, mengirimkan informasi yang telah mengalami proses kepada orang-orang yang akan menggunakannya atau kepada kegiatan di mana informasi tersebut akan digunakan.