BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri seluler di Indonesia mengalami perkembangan pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan penggunaan telepon genggam dan dikeluarkannya UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, penyelenggara jasa telekomunikasi meliputi 3 hal yaitu: (1) Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, (2) Penyelenggaraan jasa telekomunikasi, dan (3) Penyelenggaraan telekomunikasi khusus.Menurut UU tersebut, BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta dan Koperasi dapat menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi. Sedangkan penyelenggara telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh perorangan, instansi pemerintah dan badan hukum selain penyelenggara jaraingan dan atau jasa telekomunikasi. Saat ini di Indonesia terdapat 4 operator seluler yang berbasis GSM yaitu, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia. Telkomsel memiliki produk SIM Card Parabayar dengan merek SimPATI, Kartu AS, dan LOOP; Indosat memiliki IM3 dan Mentari; XL Axiata memiliki XL, Axis, dan Hauraa; Hutchison 3 Indonesia memiliki 3 (Tri). Menurut survey Top Brand Index Tahun 2011 kategori SIM Card GSM Prabayar1, tiga besar Top Brand dipimpin oleh Simpati, IM3 dan XL Prabayar, sedangkan 3 (Tri) berada di urutan keenam dengan top brand index sebesar 1,8%. Sama halnya di tahun 2012, Simpati masih memimpin pasar operator seluler kategori GSM Prabayar disusul dengan IM3 dan XL. Sedangkan 3 (Tri) mengalami penurunan peringkat di paling akhir dengan top brand index sebesar 3,0%. Bisnis telekomunikasi seluler merupakan bisnis yang padat teknologi, padat modal, padat karya serta memiliki kontribusi sektoral tertinggi nomor tiga perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 yang sebesar 6,5% disumbang oleh sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 1%. Model bisnis yang rumit dan teknologi yang berkembang cepat membuat industri 1 Majalah Marketing 3 Februari 2011. Top Brand Index. Hal. 66. http://bit.ly/1MZ78Di diakses tanggal 19 Juni 2015 1 telekomunikasi seluler cenderung beresiko tinggi karena apabila perusahaan salah membaca tren teknologi, hukuman pasar menanti2. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut perusahaan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menarik konsumen. Konsep komunikasi pemasaran merupakan hal mendasar yang harus dikuasai perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup penyelenggara jasa telekomunikasi seluler. Kesuksesan komunikasi pemasaran sebuah perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya media yang digunakan, pesan yang disampaikan, intensitas dan frekuensi penyajian. Fragmentasi pasar dan paradigma pemasaran kini bergeser dari pemasaran massal ke program pemasaran terfokus yang dirancang untuk membangun hubungan lebih dekat dengan pelanggan pada segmen lebih sempit. Hal tersebut menyebabkan perusahaan harus memikirkan kembali peran dari berbagai media dan alat bauran promosinya. Perusahaan perlu memiliki rencana yang tersusun secara sistematis dalam jangka waktu tertentu untuk menjadi bahan acuan yang mencakup media, pesan, intensitas dan frekuensi demi mencapai target audience secara efektif. Rencana tersebut dapat diwujudkan melalui penyusunan integrated marketing communication (IMC) oleh perusahaan. IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan, adalah jalur yag potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang. IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan3. Sejatinya pemasaran produk tidak hanya terbatas sampai peningkatan penjualan, tetapi juga penanaman merek (brand) dalam benak konsumen. Produk adalah komoditi yang dipasarkan sedangkan brand adalah mindset yang ditanamkan di benak konsumen. Brand memiliki makna khusus untuk konsumen, makna tersebut sebagian berasal dari pengalaman konsumen terhadap merek, tetapi utamanya makna 2 Klentheng Hawani. 2012. Tantangan Berat Industri Seluler (di) Indonesia. http://indotelcommunity.com/tantangan-berat-industri-seluler-di-indonesia.html diakses tanggal 18 Maret 2015 3 Terrence A. Shimp. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hal 24 2 tersebut berasal dari bagaimana merek diposisikan dan disajikan kepada konsumen melalui IMC4. Butuh waktu lama dan strategi yang matang agar merek tersebut diketahui (awareness) dan melekat dalam benak konsumen (top of mind). Disinilah persaingan semakin ketat antar produsen untuk merebut top of mind konsumen terhadap sebuah merek. Persaingan tersebut memunculkan kreativitas dalam kegiatan komunikasi pemasaran yang memunculkan ketertarikan target pasar. Kegiatan branding tidak hanya memberi nama sebuah produk kemudian menyebarkan ke seluruh target pasar bahwa produk tersebut telah dibuat oleh perusahaan tertentu, tetapi juga membutuhkan keterlibatan jangka panjang dari perusahaan, sumber daya dan kemampuan yang tinggi5. Salah satu kegiatan yang dinilai cukup efektif untuk melakukan branding adalah melalui aktivitas brand activation. Brand activation merupakan suatu bagian dari kegiatan pemasaran yang dilakukan untuk menarik hati konsumen dengan menghadirkan interaksi dan pengalaman secara nyata antara merek dan pelanggan6. Aktivitas brand activation perlu dilakukan karena secara fundamental, brand activation berkontribusi membangun kepercayaan antara pelanggan, masyarakat dan merek (yaitu perusahaan) dimana kepercayaan menjadi salah satu faktor kunci untuk menciptakan loyalitas antara konsumen dengan merek (brand loyalty)7. Brand activation bukanlah sebuah metode pemasaran yang baru di Indonesia. Telah banyak perusahaan Indonesia yang memasukkan aktivitas brand activation dalam program komunikasi pemasaran yang disusunnya. Mulai dari perusahaan produsen kaos, sabun cuci, produk minuman dan makanan, kendaraan, hingga kosmetik. Apalagi ditambah dengan pesatnya penggunaan media sosial di era digital ini, aktivitas brand activation menjadi semakin beragam. Perusahaan penyedia jasa operator seluler 4 Larry Percy. 2008. Strategic Integrated Marketing Communication. United Kingdom: Butterworth-Heinemann. Hal. 33 5 Jean-Noel Kapferer. 2012. The New Strategic Brand Management : Advanced Insights and Strategic Thinking. UK : Kogan Page Limited. Hal. 31 6 Dyah Hasto Palupi. 2014. Rahasia Kesuksesan Brand Activation. http://mix.co.id/headline/rahasia-kesuksesan-brand-activation/ diakses tanggal 5 Maret 2015 7 Paul Morel, et. al. 2002. Brand Activation (Makalah). http://www.brandchannel.com/images/papers/starskyInsight_feb2002.pdf diakses tanggal 4 April 2015. Hal.10 3 merupakan salah satu yang paling gencar menyelenggarakan aktivitas brand activation untuk mengelola hubungan antara perusahaan dengan konsumen. Salah satu perusahaan yang menggunakan brand activation sebagai aktivitas komunikasi pemasarannya di Indonesia adalah PT Hutchison 3 Indonesia yang membawahi merek 3 (Tri). Persaingan dalam pasar telekomunikasi seluler yang semakin ketat serta penggunaan media pemasaran yang monoton, membuat perusahaan melakukan aktivitas brand activation sebagai media pemasaran untuk berkomunikasi dengan konsumen dan pasar target. Aktivitas brand activation yang dilakukan oleh 3 (Tri) dapat dikatakan berbeda dari aktivitas brand activation yang dilakukan oleh operator telekomunikasi lainnya. Telkomsel, XL, dan Indosat yang telah lebih dulu bermain dalam pasar operator telekomunikasi seluler di Indonesia tentu telah melakukan beberapa aktivitas brand activation sebelumnya. Meskipun demikian, aktivitas brand activation untuk kategori event pertunjukan dengan panggung hiburan, tiga operator tersebut lebih mengandalkan kegiatan konser musik dengan penyanyi terkenal. Misalnya saja, Telkomsel menyelenggarakan konser “From Telkomsel with Love” dalam rangka memperingati hari Valentine tahun 2012 lalu; kemudian XL dengan konser “Rp 1 Bisa” pada tahun 2013; dan Indosat menyelenggarakan festival musik rock Indosat IM3 Java Rockin’land (JRL) pada tahun 2013. PT Hutchison 3 Indonesia menggelar sebuah pertunjukan bertajuk “3030 Show”. “3030 Show” merupakan sebuah pertunjukan yang menyajikan visualisasi 3 (Tri) dan ekosistemnya melalui analogi image masa depan. "3030 Show" memiliki tagline "Masa Depan Dimulai Saat ini" memadukan seni musik, tari, dan teater. Seni tersebut dikolaborasikan dengan kecanggihan teknologi masa kini sehingga menghasilkan sebuah pertunjukan yang berbeda. “3030 Show” merupakan aktivitas brand activation pertama yang dilakukan oleh Tri sejak beroperasi di Indonesia pada tahun 2007 lalu. Menurut publikasi yang dilansir media massa online, aktivitas brand activation tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan brand awareness. Survei yang dilakukan oleh 3 (Tri) di semester satu tahun 2014 menunjukkan jumlah pelanggan 3 (Tri) mengalami kenaikan dibanding tahun 2012 dan 2013. 3 (Tri) mengklaim, kenaikan jumlah pelanggan tersebut salah satunya disebabkan oleh aktivitas brand activation “3030 Show”. Selain itu, menurut survei Top Brand Index Award kategori operator seluler GSM juga mengalami kenaikan di tahun 2013 dengan TBI 4 sebesar 6,8%; tahun 2014 sebesar 8,9%; dan di tahun 2015 sebesar 9,0%. Survei tersebut didasarkan pada top of mind share, top of market share dan top of commitment share. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti brand activation “3030 Show” sebagai program integrated marketing communication PT Hutchison 3 Indonesia dalam upaya peningkatan brand awareness mulai dari perencanaan, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi. B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah “Bagaimana brand activation ‘3030 Show’ sebagai program integrated marketing communication dilakukan PT Hutchison 3 Indonesia dalam upaya peningkatan brand awareness?” C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan deskripsi secara lengkap mengenai brand activation“3030 Show”sebagai program integrated marketing communication PT Hutchison 3 Indonesia dalam upaya peningkatan brand awareness mulai dari tahap perencanaan, proses kreatif, tahap pelaksanaan, hingga tahap monitoring dan evaluasi. 2. Untuk memetakan faktor-faktor yang mempengaruhi brand activation “3030 Show” sebagai program integrated marketing communication PT Hutchison 3 Indonesia dalam upaya peningkatan brand awareness. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara akademis, penelitian ini memberikan manfaat bagi ilmu komunikasi khususnya yang berhubungan dengan komunikasi pemasaran dan brand activation. 2. Secara praktis, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai aktivitas brand activation “3030 Show” kepada pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Menjadi referensi bagi penelitian di masa depan yang sejenis. 5 E. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Brand Activation Perubahan teknologi dan sosial yang kompleks mendorong pergeseran pandangan terhadap media. Kemunculan media baru yang memiliki teknologi tinggi, membuat pemasar dan pemilik merek harus menentukan strategi yang tepat untuk melakukan aktivitas komunikasi pemasaran. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi merek, sebagai sarana rasional memperkenalkan merek, membantu membangun ikatan emosional yang kuat antara konsumen dengan merek, serta membantu pembelian kembali merek. Konsep pemasaran saat in mengusung tren baru komunikasi pemasaran yang lebih fleksibel untuk mengomunikasikan pesan secara konsisten melalui berbagai macam media yang dirasa efektif bagi pemasar sebagai alat komunikasi pemasaran. Konsep pemasaran tidak lagi bergantung pada persuasi, tetapi juga partisipasi. Merek saat ini lebih penting untuk memposisikan diri sebagai ‘teman terpercaya’ dimana konsumen telah memiliki pengalaman interaksi dengan merek tersebut8. Salah satu metode yang saat ini dirasa cukup efektif untuk membangun interaksi tersebut adalah brand activation. Melalui interaksi dalam kegiatan brand activation, konsumen dapat memahami merek secara lebih baik dan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan mereka9. Implikasinya, hubungan antara merek dan pelanggannya tidak dalam jangka pendek melainkan jangka panjang. Menurut Schmitt dalam bukunya yang bejudul Experiential Marketing: How to Get Customers to Sense, Feel, Think, Act, Relate, brand activation merupakan alat pemasaran dengan pemberian suatu pengalaman kepada konsumen, memperlakukan konsumsi yang berbasis emosional dan rasional sebagai suatu pengalaman holistik. Brand activation didefinisikan sebagai aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendekatkan merek dengan konsumen melalui 8 Edhy Aruman. 2014. 5 Revolusi Pengubah Model Manajemen Merek. http://mix.co.id/headline/5-revolusi-pengubah-model-manajemen-merek/ diakses tanggal 27 Maret 2015 9 Uyung Sulaksana. 2003. Integrated Marketing Communication: Teks dan Kasus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 67 6 kegiatan atau aktivitas yang membangun interaksi dua arah antara konsumen dengan merek. Interaksi tersebut akan menciptakan pengalaman langsung yang dapat membuat konsumen memahami merek secara lebih baik dan menerima merek sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dalam aktivitas brand activation terjadi sebuah proses mengaktivasi konsumen dengan menggabungkan sumber komunikasi yang tersedia melalui cara yag kreatif10. Aktivitas pemasaran dimana produsen memberitahu konsumen mengenai apa yang ada dalam pikiran produsen mengenai produk telah hilang. Konsumen saat ini secara mandiri memiliki pendapat sendiri yang dibangun berdasarkan pengalaman mereka berinteraksi dengan merek. Hal tersebut mencerminkan fenomena bahwa terdapat kebutuhan untuk menghubungkan emosional merek dengan konsumen pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan dengan cara yang benar, sehingga memotivasi komitmen konsumen11. Menurut Brandbase12, “brand activation is the seamless integration of all available communication means in a creative platform in order to activate consumers”. Dilihat dari definisi tersebut, maka brand activation dapat menggunakan segala macam media yang diintegrasikan untuk mengaktivasi merek. Mengaktivasi berarti melakukan interaksi dan memberikan stimuli terhadap ketertarikan (interest), uji coba (trial), dan kesetiaan (loyalty) terhadap merek13. Brand activation membuat konsumen tertarik melalui upaya atau kegiatan yang memungkinkan konsumen menggunakan produk atau mengalami layanan. Dengan cara ini, nilai-nilai yang terkandung dalam merek diinteraksikan, atau dikenali keberadaannya menghubungkan nilai tersebut oleh konsumen, kemudian konsumen dengan kehidupannya sehingga mampu meninggalkan kesan yang kuat. Kegiatan brand activation dapat mencipatakan 10 Rashid Saeed, et.al. 2015. Brand Activation: A Theoritical Perspective. Journal of Marketing and Consumer Research, An International Peer-reiewed Journal Vol 13. Hal. 95 11 Edhy Aruman. 2014. Brand Activation Dulu dan Sekarang. http://mix.co.id/headline/brandactivation-dulu-dan-sekarang/ diakses tanggal 27 Maret 2015 12 Brandbase adalah sebuah advertising agency yang berbasis di Belanda dan memiliki fokus pada program-program brand activation. 13 Brandbase. n.d. Theory: What is Brandactivation?. http://www.brandactivation.nl/blog/en/theory diakses tanggal 2 Juli 2015. 7 konsumen yang mampu menceritakan dan merekomendasikan merek kepada orang lain karena telah mengalami interaksi langsung dengan merek14. Brand activation memiliki kemampuan untuk meningkatkan kembali brand awareness konsumen terhadap suatu merek dan membentuk persepsi yang lebih nyata kedalam benak konsumen terhadap suatu merek15. Interaksi yang terbangun membuat kesadaran merek semakin melekat sehingga menawarkan pengalaman yang memengaruhi proses pembelian. Dalam suatu aktivitas brand activation, aktivitas on ground menjadi media aktivitas paling lengkap untuk menyentuh seluruh panca indera, sehingga konsumen dapat merasakan, berpikir, turut melakukan kegiatan dan membuat relasi antara brand dengan gaya hidupnya, misalnya, menyelenggarakan event dengan tema tertentu yang menggabungkan ide-ide kreatif dengan teknologi masa kini16. Meskipun aktivitas on ground menjadi media kampanye paling efektif, aktivitas brand activation juga membutuhkan media-media lainnya sebagai pendukung yang saling terintegrasi. Misalnya, menciptakan online activation yang kreatif dan interaktif, agar konsumen yang melihat secara online dapat turut merasakan apa yang terjadi di on ground, selain itu didukung pula oleh aktivitas PR, serta media iklan lainnya yang terintegrasi dalam rencana IMC. Penciptaan sebuah aktivitas brand activation yang efektif dan menimbulkan hasil yang maksimal, tentu tidak terlepas dari serangkaian proses perencanaan, implementasi, pengawasan dan evaluasi. Proses-proses tersebut merupakan pengembangan dari aktivitas brand activation itu sendiri yang terdiri sebagai berikut, 14 Edhy Aruman. 2014. Brand Activation, Bukan Hanya Experiential Marketing. http://mix.co.id/headline/brand-activation-bukan-hanya-experiential-marketing/ diakses tanggal 27 Maret 2015 15 E. Shanklin & R. Kuzma. 1992. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: PT. Pustaka Karya. Hal. 31 16 Dyah Hasto Palupi. Loc. Cit 8 a. Perencanaan 1) Tujuan Brand activation Proses perencanaan yang pertama yaitu memahami dan menentukan tujuan dari brand activation yang akan diselenggarakan. Menurut Richard Andrew, Activation Director di Celsius Creative Communications, tujuan brand activation adalah memberikan media ‘experience’ dari pesan brand yang sudah disampaikan dalam aktivitas. Apabila selama ini target yang sama sudah bisa melihat dan mendengar pesan merek tersebut, maka menurut Richard, tugas dari brand activation yang seharusnya bisa memberikan bobot experience secara langsung pada para target tadi17. Selain itu, melalui brand activation sebuah merek dapat mengalami peningkatan brand equity yang merupakan indikator kesuksesan sebuah merek dalam pasar. Interaksi yang terjadi secara langsung antara konsumen dengan merek dalam kegiatan brand activation menimbulkan transfer nilai-nilai sebuah merek dalam benak konsumen menjadi lebih efektif. 2) Strategi Brand Activation Proses perencanaan yang kedua meliputi penyusunan strategi brand activation. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi brand activation adalah sebagai berikut, a) Mengidentifikasi Target Audience Identifikasi target audience adalah mengidentifikasi pasar yang ingin dituju atau dengan kata lain melakukan segmentasi pasar dan pembidikan pasar. Pemasar saat ini melakukan pendekatan pemasaran target karena jenis pemasaran yang lebih membantu dalam mengenali peluang-peluang pasar dan pemasaran yang efektif18. 17 Ibid. M. Suyanto. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: ANDI. Hal. 4 18 9 Variabel segmentasi utama untuk memasarkan produk konsumen adalah geografis, demografis, psikografis, perilaku, dan manfaat produk19. Variabel perilaku dan manfaat bersifat sebagai informasi tambahan agar informasi yang didapat semakin dalam. Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit gografis yang berbeda, misalnya, wiayah, negara, negara bagian, provinsi, kota, dan kepulauan. Segmentasi demografis adalah pengelompokan pasar berdasarkan variabel-variabel pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, jumlah penduduk, usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial20. Segmentasi psikorafis adalah mengelompokkan pasar dalam variabel gaya hidup, nilai, dan kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang-orang menonjol dari suatu kelas sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh gaya hidup, sehingga barang yang dibeli oleh orang-orang tersebut menunjukkan gaya hidupnya21 b) Mencari wawasan konsumen (consumer insight) Pencarian mengenai wawasan konsumen (consumer insight) merupakan hal penting untuk memahami arti hubungan perusahaan dengan pelanggannya. Consumer insight memungkinkan untuk melakukan identifikasi pelanggan yang paling menguntungkan ataupun calon pelanggan potensial, untuk selanjutnya mengambil kebijakan terhadap mereka. Definisi consumer insight yaitu kapabilitas organisasi, atau perusahaan, dalam mempelajari dan memahami pelanggan agar dapat memenuhi kebutuhannya sehingga tercipta situasi yang saling menguntungkan, baik untuk pelanggan itu sendiri maupun perusahaan yang bersangkutan. Melalui consumer insight, interaksi yang konsisten 19 Ibid. Hal. 5 Ibid. Hal. 7 21 Ibid. Hal. 13 20 10 dengan pelanggan di bidang pemasaran, penjualan dan pelayanan, dapat terintegrasi di seluruh delivery channel22. Proses mencari consumer insight dilakukan melalui tiga tahap yaitu, (1) tahap pertama, pengumpulan dan analisis data. Teknologi terkini pada pengumpulan dan analisis data telah mempertajam consumer insight, memungkinkan pemasaran interaktif pada inbound calls, menghasilkan keakuratan data dan memberikan informasi yang lebih spesifik. (2) tahap kedua, optimalisasi dan manajemen aktivitas. Investasi pada tahap ini melibatkan optimalisasi, khususnya resolusi dari transaksi/pertukaran antara keinginan pelanggan dan tujuan perusahaan, serta simulasi kinerja finansial dari aktivitas pemasaran, penjualan dan pelayanan. (3) tahap ketiga, personalisasi. Personalisasi menangkap perhatian pelanggan dengan melibatkan mereka dalam dialog yang menghasilkan nilai yang maksimal bagi pelanggan dan brand consultant dan perusahaan. Amalia E. Maulana, seorang ethnographer mengatakan bahwa pengertian insight dalam konteks psikologi adalah mencari tahu secara lebih mendalam mengenai latar belakang dan faktor-faktor yang mendorong perbuatan, pemikiran, dan perilaku seseorang23. Terdapat tiga unsur yang terkandung dalam pengertian insight tersebut, yaitu24, (1) unsur deep, yaitu kedalaman pemahaman materi (2) unsur complex, yaitu mencakup kompleksitas dari masalah yang dibahas 22 Fortune Indonesia. 2013. Meningkatkan Profit Melalui Consumer Insight. http://fortuneindo.com/read/blog/meningkatkan-profit-melalui-consumer-insight/ diakses tanggal 1 April 2015 23 Amalia E. Maulana. 2009. Consumer Insights Via Ethnography. Jakarta: Erlangga. Hal. 115. 24 Ibid. Hal.26 11 (3) unsur sudden, yaitu sesuatu yang dimengerti secara tiba-tiba. Consumer insight akan membuat upaya untuk menjual sebuah merek menjadi lebih mudah, dengan catatan bahwa merek tersebut dapat menjawab insight dari konsumen, melalui keuntungan yang ditawarkannya. Cara terbaik untuk mendapatkan consumer insight adalah dengan berada sedekat mungkin dengan konsumen kita, berdiskusi dengan mereka (interviewing) dan atau mengamati apa yang mereka lakukan (observing). Perusahaan secara berkala harus selalu memeriksa dan mendengarkan hal apa saja yang diinginkan oleh para konsumen agar dapat terus menjaga tingkat kepuasan mereka. Sebab, lewat interaksi yang konsisten dengan para konsumen nantinya akan membuahkan hasil yang maksimal dalam aktivitas pemasaran, penjualan dan pelayanan dari merek yang ditawarkan. c) Menentukan Tema Langkah selanjutnya setelah mendapatkan consumer insight yaitu menggabungkan kumpulan wawasan tersebut kedalam sebuah ide kegiatan yang bisa menarik dan melibatkan konsumen dalam kegiatan tersebut secara langsung. Tema besar yang diciptakan menjadi dasar berbagai bentuk komunikasi pemasaran yang akan dilaksanakan. Setelah menentukan satu tema besar, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu menyusun bentuk-bentuk aktivitas kreatif yang memenuhi unsur interaktivitas dan mampu melibatkan konsumen. d) Menentukan saluran komunikasi Saluran komunikasi pada langkah ini merupakan satu kesatuan dari promotion mix dan bagian dari proses perencanaan program IMC. Brand activation akan memilih media promosi yang sesuai dengan kebutuhannya. Prioritas utama dalam menentukan saluran komunikasi dapat dilakukan dengan membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk setiap jenis saluran komunikasi. Misalnya biaya iklan dan efektivitas 12 dalam menjangkau target pembeli pada masing-masing saluran komunikasi. Penggunaan saluran komunikasi untuk mendukung program brand activation tidak tebatas pada jenis alat dan media selama media tersebut dapat menghasilkan efek maksimal. Perancangan media plan yang efektif diharapkan mampu menyeimbangkan tujuan-tujuan yang mungkin bertentangan25. b. Implementasi Brand Activation Brand activation adalah salah satu cara untuk mengkomunikasikan merek kepada target marketnya dengan cara “menghidupkan” suatu merek, sehingga dapat mendekatkan merek tersebut kepada target konsumennya melalui suatu brand experience. Empat aspek untuk mengaktivasi sebuah merek26 yaitu, 1) Produk dan layanan Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Suatu produk adalah kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk didalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merek ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya27. Menurut Kotler (2002) produk dapat dibedakan dari wujudnya28 yaitu, a) Barang. Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. 25 Uyung Sulaksana. Op., Cit.,. Hal. 35. Paul Morel et.al. Op., Cit.,. Hal. 6-9. 27 William J Stanton.1996.Prinsip Pemasaran (terjemahan) Edisi 7 Jilid 1. Jakarta:Erlangga. Hal. 22. 28 Philip Kotler & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta: Erlangga.Hal. 451 26 13 b) Jasa. Jasa merupakan aktivitas, manfaat dan kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. Melalui kegiatan brand activation, produk dan layanan ditawarkan melalui positioning merek yang disampaikan melalui media yang telah ditentukan sebelumnya. Konsumen kemudian akan mengenali merek sebagai bagian dari perusahaan. Brand activation tidak hanya membuat konsumen untuk sekedar membeli produk namun juga mengedukasi konsumen mengenai nilai-nilai yang dibawa oleh merek produk tersebut. 2) Sumber daya manusia Salah satu titik persentuhan merek dengan konsumen yang paling penting adalah karyawan. Karyawan harus merefleksikan identitas produk yang diinginkan dan juga memiliki relevansi dengan pembeli. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pelatihan yang intens. Karyawan diharapkan untuk selalu aktif dan tertarik pada segala sesuatu yang terjadi pada merek. Perusahaan dapat menjadikan karyawannya sebagai duta merek yang terpercaya. Karyawan ini akan menjadi pendukung yang paling vokal, pasalnya, mereka bersentuhan langsung dengan perusahaan dan basis pelanggan di lingkungannya. Karyawan dianggap mampu menerapkan word of mouth marketing. Hal yang paling penting untuk dilakukan demi membangun duta merek adalah dengan mengembangkan budaya brand ambassador dalam lingkup internal. Maksudnya adalah, agar karyawan terbiasa untuk memperkenalkan merek di manapun dan kapanpun. 3) Identitas Identitas merek sebagai seperangkat asosiasi merek yang unik yang diciptakan oleh para penyusun strategi merek. Asosiasi-asosiasi ini mencerminkan kedudukan suatu merek dan merupakan suatu janji kepada pelanggan dari anggota organisasi. Identitas merek akan membantu kemantapan hubungan diantara merek dan pelanggan melalui proposisi 14 nilai yang melibatkan manfaat fungsional, manfaat emosional atau ekspresi diri29. Identitas merupakan pendahuluan dari citra. Identitas merek dikirimkan bersamaan dengan sumber-sumber informasi yang lain dan kemudian melalui media komunikasi sinyal-sinyal ini dikirimkan kepada konsumen. Sinyal-sinyal ini diperlakukan sebagai stimulus dan diserap (apperception) oleh indera dan ditafsirkan oleh konsumen. Proses penafsirannya dilakukan dengan mengasosiasikan dengan pengalaman masa lalu dan kemudian diartikan. Proses inilah yang disebut sebagai persepsi30. Berdasarkan persepsi konsumen inilah citra merek terbentuk. Merek paling mudah dikenali dari identitas fisiknya yang berbentuk visual seperti nama merek, tagline, penyajian gafis merek maupun penyajian dalam bentuk audio seperti jingle. Melalui aktivitas brand activation, penanaman identitas merek dalam benak konsumen dapat dilakukan secara efektif digabungkan dengan tema aktivitas dan dipublikasikan melalui berbagai media komunikasi. Penciptaan identitas khusus untuk aktivitas brand activation seperti maskot juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk memudahkan konsumen dalam mengingat merek. 4) Komunikasi Komunikasi merupakan hal yang paling krusial bagi perusahaan dalam memasarkan produk sekaligus membuat merek lebih dekat dengan konsumen. Dalam kegiatan aktivitas brand activation, komunikasi memegang peranan esensial untuk menyampaikan pesan utama, terlebih lagi agar aspek produk dan layanan; sumber daya manusia; dan identitas dapat menghasilkan efek maksimal bergantung pada proses komunikasi. 29 A.B Susanto & Himawan Wijanarko. 2004. Power Branding Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: Quantum Bisnis dan Manajemen. Hal. 79 30 The Jakarta Consulting Group. Nama dan Identitas Merek. http://www.jakartaconsulting.com/publications/articles/brand-marketing/nama-dan-identitasmerek diakses tanggal 5 April 2015 15 c. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring dilakukan dengan mengumpulkan data secara rutin dan mengukur kemajuan atas objektif program, apakah program tersebut berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dan layanan yang diberikan oleh pemasar. Kegiatan evaluasi merupakan penggunaan metode penelitian untuk secara sistematis menginvestigasi efektivitas program. Evaluasi berguna untuk menilai kontribusi program terhadap perubahan (efektivitas program) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi). Dalam pelaksanaan aktivitas brand activation, kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Evaluasi membutuhkan data yang didapat dari hasil kegiatan monitoring selama aktivitas berlangsung. Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan evaluasi tidak hanya dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar. Tujuan dari evaluasi adalah evaluasi efektifitas dan cost effectiveness. Menurut Brown31, kegiatan brand activation memiliki tiga tahap untuk mewujudkan pengalaman terhadap merek yaitu, a. Pertama, undangan yang ditujukan kepada target audience untuk mengambil suatu kepentingan dari sebuah pengalaman yang ingin diberikan suatu merek. Undangan ini dapat menggunakan media massa tradisional atau pemasaran langsung untuk memaksimalkan kesadaran pengalaman. Integrasi dan koordinasi dengan alat komunikasi lain yang penting untuk memastikan bahwa pesan tersampaikan secara konsisten, agar kegiatan brand activation tersebut memiliki dampak yang mencapai lebih luas dari sekedar orang-orang yang hadir. b. Kedua, pengalaman itu sendiri. Pada tahap ini, penonton menanggapi secara emosional keterlibatan mereka dengan merek. Karena itu, diperlukan 31 Guy Masterman & Emma H Wood. 2006. Innovative Marketing Communications: strategies for the event industry. Oxford:Elsevier Butterworth-Heinemann. Hal.218 16 kesigapan pribadi untuk memberikan nilai lebih dan interaktif secara kreatif, biasanya dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pemasaran langsung, promosi penjualan, website dan kegiatan itu sendiri. Dari sisi kreativitas acara, sebuah pemahaman yang mendalam tentang karakteristik dan preferensi sasaran diperlukan sebelum proses kreatif dapat dimulai. Konsep acara sejatinya dibangun berdasarkan atas pemahaman pelanggan dan karakteristik merek. Dengan kata lain, dalam membuat acara, di satu sisi harus sesuai dengan keseluruhan strategi positioning merek dan aktivitas komunikasi, di sisi lainnya untuk memberikan pengalaman yang unik dan menarik untuk kelompok sasaran. Tahap ini pentig karena begitu suatu peristiwa menghasilkan pengalaman yang luar biasa bagi seseorang, akan menghasilkan lebih dari mulut ke mulut dan perhatian media. c. Ketiga, komunikasi yang bersifat kontinyu. Untuk memaksimalkan pengalaman kepada target audience primer maupun sekunder, komunikasi harus tetap dilakukan baik melalui public relations, aktivitas melalui media secara terpadu dan pemasaran lanjutan. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kembali memori yang sudah tertanam di benak orang-orang yang terlibat dalam perstiwa itu. Ingatan pengalaman positif atau negatif positif akan membangkitkan seseorang untuk bercerita kepada yang lain. 2. Integrated Marketing Communication Pemasaran merupakan salah satu elemen krusial dalam perusahaan yang menjadi jembatan antara konsumen dengan produsen. Pemasaran tersusun dari urutan-urutan kegiatan yang saling berkaitan erat dan bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain32. 32 Freddy Rangkuti. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 19. 17 Dalam pemasaran juga dikenal Bauran Pemasaran (Marketing Mix) yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan guna mencapai tujuan pemasaran. Bauran pemasaran menggunakan formula 4P (product, place, promotion, price) digagas oleh McCharty (1996). Hingga saat ini konsep tersebut terus mengalami pengembangan seiring dengan pasar target yang besifat dinamis. Wilayah keputusan strategi dalam 4P dapat dikelompokkan sebagai berikut33: 1) Produk (Product) Wilayah produk berkaitan dengan menyusun produk yang benar untuk suatu pasar target. Penawaran produk bisa melibatkan barang, jasa, atau campuran dari keduanya. Hal yang paling penting dalam menyusun produk adalah kepuasan pelanggan. Lebih lanjut lagi, merek, kemasan dan garansi termasuk dalam keputusan penyusunan produk. 2) Tempat (Place) Tempat berkaitan dengan semua keputusan dalam membawa produk ke wilayah pasar target. Produk dibawa sampai ke pasar target melalui saluran distribusi, yaitu sekumpulan perusahaan atau individu yang berpartisipasi dalam aliran produk dari produsen hingga konsumen. 3) Promosi (Promotion) Promosi berkaitan engan memberi tahu pasar target dalam saluran distribusi mengenai produk. Promosi ditujukan untuk mendapatkan pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang telah ada. Promosi mencakup penjualan personal, massal, dan promosi penjualan. 4) Harga (Price) Penentuan harga sebuah produk harus mempertimbangkan jenis kompetisi dalam pasar target dan biaya keseluruhan bauran pemasaran. Pemasar harus memperkirakan reaksi pelanggan atas harga-harga yang akan ditawarkan. Selain itu, pemasar harus mengetahui praktik-praktik mengenai 33 Joseph P. Cannon, et.al. 2008. Basic Marketing, A Global-Managerial Approach. New York: McGraw Hill. Hal 44. 18 markup, diskon, dan jenis-jenis penjualan lain agar upaya perencanaan tidak sia-sia. Untuk mewujudkan kegiatan pemasaran yang lebih efektif dan berkualitas tentu diperlukan sebuah strategi komunikasi pemasaran yang sesuai dengan tujuan pemasaran sebuah perusahaan. Komunikasi pemasaran memegang peranan penting yang menjadi penentu kesuksesan program pemasaran. Komunikasi pemasaran termasuk dalam formula 4P yaitu faktor promosi. Adapun tujuan komunikasi pemasaran34 adalah untuk: 1) Memperkenalkan produk/merek dengan berbagai keunggulannya. 2) Membangkitkan perasaan suka oleh pasar target terhadap produk/merek. 3) Membangun keyakinan konsumen terhadap produk/merek. 4) Menempatkan produk/merek pada urutan pertamadalam benak konsumen dibandingkan dengan produk/merek lain (top of mind). Komunikasi pemasaran dapat diwujudkan dengan berbagai cara misalnya menerbitkan buletin khusus untuk pelanggan yang dinilai potensial; menerbitkan brosur; melakukan survei sebagai alat evaluasi produk; membuat slogan atau tagline yang kemudian menjadi identitas sebuah produk/merek; mengembangkan situs; mengirim email kepada pelanggan potensial; memberlakukan diskon atau promo dan lain sebagainya. a. Definisi IMC Dalam dunia komunikasi pemasaran telah terjadi perubahan yang sangat drastis yang ditandai dengan semakin pintarnya konsumen dan semakin luasnya sistem komunikasi. Sebagai konsekuensinya, seorang pemasar harus mengembangkan suatu konsep strategi komunikasi yang lebih terintegrasi. Konsep yang paling terkenal dalam dunia komunikasi saat ini adalah Integrated Marketing Communication (IMC). IMC pertama kali digagas oleh American Association of Advertising Agencies (the Four As) pada tahun 1989 mendefinisikan IMC sebagai sebuah 34 Riyeke Ustadiyanto dan Silvia Ratna Ariani. 2002. Strategi Serangan Internet Marketing. Yogyakarta: ANDI. Hal 160 19 konsep perencanaan komunikasi yang mengakui nilai tambah suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peranan strategis dari berbagai disiplin komunikasi (periklanan, promosi penjualan, direct response, public relations) dan mengombinasikan berbagai disiplin tersebut agar tercipta komunikasi yang jelas, konsisten, dan pengaruh yang maksimal35. Definisi lain dituliskan oleh beberapa tokoh36 seperti, Keegan (1992) menjelaskan IMC sebagai koordinasi strategis dari pesan-pesan untuk memengaruhi khalayak. Don Schultz (1993) kemudian menulis buku berjudul “Integrated Marketing Communication” dimana buku tersebut merupakan buku pertama yang membahas tentang IMC. Schultz mendefinisikan IMC sebagai cara baru melihat komunikasi pemasaran, dimana biasanya khalayak hanya melihat sebagian saja seperti periklanan, public relations, promosi penjualan, pembelian, komunikasi karyawan, dan sebagainya. Pickton & Broderick (2001) menilai bahwa keputusan IMC harus terfokus pada komunikasi pemasaran yang menawarkan keuntungan besar bagi stakeholders, karena stakeholders memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup sebuah produk. Kotler (2003) berpendapat IMC adalah cara melihat proses pemasaran dari sudut pandang pelanggan, dimana perusahaan menitikberatkan pelanggan untuk menyusun sebuah pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan. Gurau (2008) menjelaskan bahwa IMC tidak seharusnya hanya dilihat sebagai pesan yang belum diinformasikan kemudian ditransmisikan melalui saluran komunikasi, tetapi lebih kepada koordinasi yang kompleks dari informasi yang ditransmisikan kepada target audience melalui saluran-saluran yang saling melengkapi. Dari berbagai definisi yang telah disebutkan sebelumnya, dapat dilihat bahwa IMC bukan sekedar ‘alat’ tetapi sebuah proses perencanaan. IMC adalah gabungan dari berbagai perangkat, kesempatan, fungsi dan sumber daya dari komunikasi pemasaran ke dalam satu atau lebih program untuk 35 Sugiarto, dkk. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuisitas & Perilaku Merk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 188 36 Kingsley Omeihe. 2013. Integrated Marketing Communication.https://www.academia.edu/5104253/Integrated_Marketing_Communications_T he_New_Paradigm diakses tanggal 17 Maret 2015. Hal. 1 20 menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan dan stakeholders lainnya dengan mengontrol secara strategis atau mengirimkan pesan yang persuasif secara berulang-ulang dan mendorong pelanggan lebih dekat dengan produk/merek. IMC merupakan segala hal mengenai perencanaan dengan tujuan mengirimkan pesan secara konsisten. IMC yang efektif akan mendorong hubungan kuat dengan pelanggan melalui program-progam yang dapat menyampaikan tujuan komunikasi pemasaran secara optimal kepada target audience. Hal paling mendasar dari IMC adalah komunikasi yang menjadi landasan hubungan antara merek dengan pelanggan (brand relationship). b. Perkembangan IMC Perkembangan IMC dipengaruhi oleh berbagai macam tren pemasaran, pertumbuhan segmentasi dan fragmentasi pasar, pertumbuhan fragmentasi media, saluran komunikasi, dan penjualan langsung. Harus diakui, perkembangan teknologi informasi telah mempercepat gerakan ke arah pemasaran tersegmentasi. Teknologi informasi saat ini makin memudahkan pemasar mendapatkan informasi tentang kebutuhan konsumen secara detail pada tingkatan individu dan rumah tangga. Teknologi baru juga menyediakan cara baru berkomunikasi untuk menjangkau segmen pelanggan yang lebih kecil dengan pesan yang lebih disesuaikan. Pergeseran dari pemasaran massal ke pemasaran tersegmentasi berdampak dramatis pada komunikasi pemasaran. Sama seperti pemasaran massal yang memunculkan generasi baru komunikasi melalui media massa, pergeseran ke arah pemasaran satu satu melahirkan generasi baru komunikasi yang lebih khusus dan bertarget37. Disinilah IMC memainkan peran pentingnya untuk menjangkau pasar target yang bersegmen. Kemajuan teknologi yang sedang dialami publik global saat ini mengubah aplikasi dan praktik teori IMC dari sekedar pilihan alternatif, menjadi kebutuhan utama pemasar. 37 Edhy Aruman. 2014. Berpikir Out of the Box dalam Penentuan Target Komunikasi. http://mix.co.id/headline/berpikir-box-dalam-penentuan-target-komunikasi/ diakses tanggal 26 Maret 2015 21 Lingkungan komunikasi baru yang terus berkembang akibat kemajuan teknologi ini membuat pemasar harus memikirkan kembali peran dari berbagai media dan alat bauran promosinya. Selama bertahun-tahun, iklan melalui media massa mendominasi bauran promosi perusahaan produk konsumen, tetapi dominasi mereka kini mengalami penurunan38. Sedangkan IMC, tidak hanya terfokus pada iklan dan promosi, karena IMC melibatkan komunikasi dengan target audience dan pelayanan yang lebih baik. Perusahaan saat ini tidak lagi menjadikan keuntungan dari sisi penjualan sebagai capaian utama perusahaan, melainkan hubungan dan penanaman nilai-nilai yang dibawa oleh merek terhadap konsumen. IMC bukanlah sebuah konsep baru, tetapi integrasi poin-poin dari aktivitas promosi yang membuatnya menjadi lebih baru karena mengusung pesan yang memiliki target strategis, dikemas dengan lebih interaktif, serta mengandung konsistensi dari strategi komunikasi pemasar39. Selain itu efek yang ditimbulkan dianggap maksimal karena fokus utama IMC adalah kedekatan antara perusahaan dengan konsumen. Pada dasarnya, pemasar yang membutuhkan IMC adalah pemasar yang memiliki cakupan pasar yang lebih besar dan membutuhkan program komunikasi pemasaran yang lebih baik. Misalnya, target audience yang lebih beragam, produk yang berteknologi tinggi atau merupakan hasil inovasi termutkahir dan memiliki distribusi yang terbatas40. Semakin kompleks pasar yang dimiliki sebuah perusahaan, IMC menjadi lebih dibutuhkan sebagai solusi pemasaran. c. Proses Perencanaan IMC Untuk menyusun IMC yang efektif dan efisien, diperlukan lima langkah proses perencanaan strategis yaitu41, 1) Mengidentifikasi dan menyeleksi target audience yang potensial 38 Don E. Schultz, et.al. 2011. The Evolution of Integrated Marketing Communications: The Costumer-driven Marketplace. New York: Routledge. Hal. 4 39 Larry Percy. Op., Cit.,. Hal. 29 40 Ibid. Hal 23 41 Ibid. Hal.26 22 2) Menetapkan bagaimana target audience tersebut mambuat keputusan pembelian produk dan merek 3) Menyusun bagaimana merek akan diposisikan di pasar dengan komunikasi pemasaran, kemudian memilih keuntungan-keuntungan untuk mendukung posisi yang sudah ditetapkan 4) Merumuskan tujuan komunikasi 5) Mengidentifikasi media yang potensial dan konsisten dengan tujuan komunikasi untuk mengoptimalisasikan pengiriman pesan dan pengolahan pesan. Selama proses perencanaan tersebut, pemasar harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan berbagai macam saluran promosi yang akan digunakan agar mencapai tujuan dari komunikasi pemasaran, serta mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan untuk keseluruhan program yang akan dijalankan. Proses awal IMC yaitu penentuan posisi (positioning) merek dalam pasar secara spesifik sebagai penentu arah komunikasi pemasaran. Positioning mengidentifikasi hubungan antara merek dan kebutuhan pasar sehingga nantinya akan terbangun awareness (pengetahuan) dalam benak konsumen terhadap sebuah merek. Brand awareness yang kuat terhadap sebuah merek merupakan keuntungan untuk meningkatkan brand attitude (sikap konsumen terhadap sebuah merek). Brand attitude menjadi pilar penting keberhasilan merek di pasar dan mengarahkan terbentuknya brand equity (nilai tambah terhadap merek) yang kuat. Disinilah IMC memiliki peran untuk membangun sebuah merek dengan penentuan posisi dan diikuti distribusi pesan yang konsisten dengan saluran komunikasi terpilih. Selain membangun merek, IMC juga memiliki peran untuk menguatkan perusahaan sebagai badan usaha yang memiliki kekuatan hukum, bukan sekedar organisasi. Perusahaan memiliki identitas, citra, dan reputasi yang dipandang berbeda oleh setiap konsumen dalam pasar. IMC memiliki peran penting bagi perusahaan sebagai perantara agar konsumen memiliki pandangan yang sama terhadap identitas, citra, dan reputasi perusahaan 23 melalui pesan-pesan yang secara konsisten terkandung dalam program IMC perusahaan. d. Komponen IMC Larry Percy dalam bukunya yang berjudul “Strategic Integrated Marketing Communication” mengelompokkan komponen-komponen IMC yang terdiri dari traditional advertising, traditional promotion, new media and other IMC options, direct marketing and channels marketing. 1) Traditional Advertising (Periklanan Tradisional) Pesan yang disampaikan melalui iklan dalam IMC dimaksudkan untuk mengubah pikiran konsumen terhadap merek yang diiklankan. Hal tersebut membangun dan meningkatkan awareness target audience, serta sikap positif terhadap merek. Maka dari itu, tujuan utama dari traditional advertising yaitu membangun brand awareness dan brand attitude. Tipe periklanan tradisional meliputi: consumer-oriented brand advertising (COBA), retail advertising, B2B advertising, dan corporate image advertising. 2) Traditional Promotion (Promosi Tradisional) Pesan yang disampaikan melalui promosi secara strategis dimaksudkan untuk mengarahkan pada penjualan dan penggunaan merek dalam jangka pendek. Promosi dan periklanan dapat digunakan bersamasama untuk memaksimalkan efektivitas IMC. Pesan dalam promosi harus diintegrasikan dengan program lainnya karena berkaitan dengan keputusan pembelian oleh konsumen. Tipe promosi tradisional meliputi: consumer promotion, retail promotion, dan trade promotion. 3) New Media and other IMC Options (Media Baru dan pilihan IMC Lainnya) Cara-cara baru untuk menarik konsumen menimbulkan penyesuaian iklan yang dibuat sedemikian rupa dengan media yang beraneka ragam. Periklanan dalam konteks ini, menggabungkan cara-cara baru yang inovatif dalam mengirimkan pesan. Perlu dicatat, bahwa tren pemasaran saat ini, sebagian besar melibatkan media yang tidak tradisional, 24 misalnya dengan melakukan product placements, beriklan melalui video games, atau melibatkan konsumen dalam kontes dan permainan. New Media meliputi internet dan mobile marketing; sedangkan pilihan IMC lainnya yaitu sponsorships and event marketing, brand activation, product placement, packaging, trade shows and fairs (pameran), penjualan personal, public relations, dan buzz marketing. 4) Direct Marketing and Channels Marketing Direct marketing adalah sebuah sistem pemasaran akuntabel yang menggunakan satu atau lebih media komunikasi untuk menimbulkan respon dari konsumen. Komunikasi tersebut merupakan proses interaktif dimana tanggapan dari pembeli dicatat dalam database untuk mengumpulkan profil pelanggan yang potensial dan memberikan informasi pemasaran yang penting untuk target yang lebih efisien. Channels marketing adalah istilah yang mengacu pada komunikasi pemasaran diarahkan untuk membantu pemasar di semua tingkat perdagangan. Dua komponen yang mendasar dari cahnnels marketing adalah co-op advertising (pengaturan antara pemasar dan retailer dalam penjualan) dan tactical marketing (taktik yang akan digunakan untuk mengimplementasikan rencana strategis). Dalam IMC, alat dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi sering disebut sebagai bauran promosi (promotional mix). Secara tradisional, bauran promosi termasuk empat elemen: periklanan (advertising), penjualan promosi (sales promotion), publikasi atau hubungan masyarakat (public relations), dan penjualan personal (personal selling)42. Meskipun demikian, saat ini bauran promosi terus mengalami perkembangan seiring dengan beragamnya media dan disesuaikan dengan kebutuhan pemasar. 42 George E Belch & Michael E Belch. 2004. Advertising and promotion: An Integrated Marketing Communications Perspective(6th Edition). Boston: McGraw-Hill. Hal. 16. 25 Bagan 1.1 Media dalam IMC ATL IMC Integrated Marketing Communication TTL BTL Sumber: Materi Workshop “Journalist Class M-150 Bisa!” Event Lomba Visual 2014 oleh CEO Syafa’at Marcomm, Andika Dwijatmiko. Diakses dari http://www.slideshare.net/andikadwijatmiko/journalistclass-m-150 TVC Radio Billboard Tabloid Magazine Newspaper etc. Social Media Brand Activation etc. Poster Brochure Direct Mail Event Sponsorship Sampling Consumer Promotion Trade Marketing Visual Merchandising Bagan diatas menunjukkan bahwa dalam perencanaan IMC, terdapat tiga jenis media, yang pertama media above the line (ATL), through the line (TTL), dan below the line (BTL). Istilah line yang digunakan pada awalnya merujuk pada kategorisasi dalam neraca keuangan untuk membedakan budget yang dibutuhkan, kemudian banyak tulisan menjelaskan perbedaan ATL dan BTL sebagai berikut, 26 Tabel 1.1 Perbedaan Media Above the Line dan Below the Line Above the Line Below the Line Target audience luas. Target audience terbatas. Menggunakan media untuk menjelaskan konsep atau ide, tidak ada interaksi langsung dengan target audience (komunikasi bersifat satu arah). Menggunakan media yang memberikan kesempatan kepada target audience untuk merasakan, menyentuh atau berinteraksi, bahkan melakukan aksi pembelian. Televisi, radio, majalah, surat kabar, billboard. Event, Sponsorship, Sampling, Point-of-Sale (POS) materials, Consumer promotion, Trade promotion, dll. Sumber : Amalia E. Maulana. 2008. The End of the Line. http://bit.ly/1Ihma4w (dikutip dengan sedikit perubahan) Perkembangan media saat ini yang menyebabkan kemunculan media baru dengan basis teknologi tinggi membuat batas antara ATL dan BTL semakin kabur. Media komunikasi pemasaran tidak lagi eksklusif karena menggabungkan ATL dan BTL, misalnya iklan sebuah brand di majalah yang sekaligus memberikan produk aslinya, ataupun penyelenggaraan event yang dipublikasikan melalui iklan radio dan televisi. Hal tersebut menimbulkan wilayah abu-abu yang mendorong timbulnya istilah baru Through the Line (TTL) yang memiliki arti ‘cakupan dari ujung satu ke ujung yang lain’. TTL menggunakan media gabungan baik ATL dan BTL dalam melaksanakan kegiatannya. 3. Brand Awareness Merek menjadi salah satu komponen penting bagi perusahaan. Merek tidak hanya mencerminkan suatu produk, tetapi juga mempunyai dimensi lain yang mampu membedakannya dari produk yang lain dan didesain untuk memenuhi kebutuhan yang sama43. Menurut American Marketing Communication (AMA), merek (brand)adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari 43 Kevin Lane Keller, Hans Mandalas (ed). 2012. Apa Itu Merek? Kenapa Merek Itu Penting?(1). http://www.marketing.co.id/kevin-keller-apa-itu-merek-kenapa-merek-itu-penting-1/ diakses 23 Maret 2015 27 semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa pesaing. Merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat. Merek adalah sebuah harapan terhadap janji yang diberikan oleh pemasar terhadap konsumen44. Janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu terhadap konsumen. Lebih lanjut lagi, perusahaan harus dapat meningkatkan keunggulan merek yang dimilikinya demi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Disinilah manajemen merek menjadi hal krusial yang harus dilakukan perusahaan dengan lingkungan pemasaran yang semakin dinamis akibat perubahan konsumen, segmentasi pasar, strategi pemasaran yang semakin kompetitif, dan regulasi pemerintah. Perubahan teknologi dan sosial yang kompleks, keterkaitan global, serta kekuatan institusional yang berubah menjadi kekuasaaan individu membuat perusahaan pemasar menyusun strategi manajemen brand yang efektif. Merek saat ini lebih diutamakan untuk memposisikan diri sebagai teman terpercaya agar mampu menguatkan hubungan dengan konsumen. Orientasi penjualan pun berubah, tidak lagi sebatas kuantitas penjualan produk yang dihasilkan produsen, tetapi pelayanan yang bertujuan untuk menciptakan kepuasan dan mempertahankan loyalitas konsumen. Maka dari itu, hal yang harus diperhatikan pemasar dalam mengelola merek adalah bagaimana dapat menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang ada. Aktivitas menarik pelanggan baru terdiri dari subaktivitas meningkatkan brand awareness, memperjelas identitas merek, dan meyakinkan pelanggan bahwa produk/layanan yang ditawarkan memiliki nilai yang tinggi45. Sedangkan aktivitas mempertahankan pelanggan yang ada terdiri dari aktivitas memperkuat hubungan dengan para pelanggan, membangun komunitas di antara para pelanggan dan membuat para pelanggan menjadi duta merek tertentu. 44 A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko. Op., Cit.,. Hal 15 Agus W. Suhadi. 2005.Effective Branding Konsep dan Aplikasi Pengembangan Merek yang Sehat dan Kuat.Jakarta: Quantum Bisnis dan Manajemen. Hal. 15 45 28 Pada tahap awal mengelola merek, brand awareness merupakan hasil pengenalan sebuah brand. Brand awareness dapat diartikan sebagai kesadaran konsumen terhadap sebuah brand, seberapa jauh konsumen mengingat dan mengenal suatu merek. Apabila brand awareness telah tercapai, maka aktivitas mempertahankan dan menjalin hubungan yang baik dengan konsumen akan lebih mudah untuk diwujudkan. Brand awareness dapat diciptakan dengan cara melakukan pendekatan kepada konsumen dengan terpaan informasi mengenai merek dengan frekuensi yang lebih sering, sehingga merek tersebut disadari, diakui, dan menempati ruang tertentu dalam benak konsumen serta menciptakan asosiasi yang kuat antara merek dengan kategori produk dan situasi penggunaan produk yang sesuai dengan merek tersebut46. Tingkat kesadaran konsumen dalam penciptaan brand awareness terbagi menjadi empat bagian dapat digambarkan dengan piramida brand awareness sebagai berikut47: Bagan 1.2 Piramida Brand awareness Top of Mind Brand Recall Brand recognition Unaware of brand Sumber: David A. Aaker (dalam Durianto, Sugiarto, dan Budiman). 2004. Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar. Hal.7 46 Kevin Lane Keller. 1998. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice-Hall. Hal.87. 47 Sugiarto,dkk. Op. Cit., Hal. 55. 29 a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. b. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal kesadaran merek. Di mana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) adalah pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall). d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen terhadap suatu kategori produk. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Brand awareness yang terbentuk dalam benak konsumen dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu depthbrand awareness dan breadthbrand awareness. Depthbrand awareness mengacu pada seberapa mudah konsumen dapat mengingat atau mengenali merek dan kemungkinan untuk selalu muncul kembali dalam ingatan konsumen. Breadthbrand awareness mengacu pada rentang pembelian dan bermacam-macam situasi konsumsi yang membuat merek tersebut muncul dalam ingatan konsumen48. Upaya membangun atau meningkatkan brand awareness memerlukan strategi yang tepat. Handi Irawan D, seorang Chairman Frontier Consulting Group, mengatakan brand awareness merupakan kunci awal kesuksesan sebuah merek dalam pasar. Strategi untuk meningkatkan brand awareness dapat dijelaskan sebagai berikut49, a. Pemasar perlu memahami tools yang dibutuhkan untuk meningkatkan awareness. Tools tersebut secara umum bisa dikelompokkan karena adanya 48 Kevin Lane Keller. n.d. Building Customer-Based Brand Equity : What makes a strong brand? How do you build a strong brand?. http://www.brandsandbranding.co.za/building-customer-based-brand-equity-what-makes-astrong-brand-how-do-you-build-a-strong-brand/ diakses tanggal 26 Maret 2015 49 Anonim. 2011. Banyak Cara Mendongkrak Awareness. http://www.marketing.co.id/banyakcara-mendongkrak-awareness/ diakses tanggal 26 Maret 2015 30 komunikasi. Misalnya, media komunikasi yang digunakan, frekuensi komunikasi, serta konsistensi pesan yang dikomunikasikan. b. Pemakaian produk oleh konsumen berhubungan dengan pangsa pasar. Jika pangsa pasar sebuah merek tinggi, berarti awareness dari merek tersebut juga tinggi. c. Word of mouth dari konsumen yang sudah mencoba menggunakan merek. Menjadikan konsumen agar menceritakan dan merekomendasikan merek merupakan hal penting untuk meningkatkan brandawareness, karena pesan yang disampaikan menjadi lebih intens. Dari ketiga sumber peningkatan brand awareness tersebut, tentunya perlu dilakukan penciptaan positioning yang baik sebagi dasar penciptaan strategi. Menekankan bahwa produk dari merek tersebut adalah unik dan memiliki brand image yang relevan terhadap motivasi pembelian oleh calon konsumen merupakan hal mendasar yang harus dilakukan pemasar. Untuk itu, pembentukan brand awareness juga tidak lepas dari strategi IMC memiliki rencana komunikasi pemasaran dengan pesan yang konsisten dan media yang lebih beragam. Menurut Eugenia dari Frontier Consulting Group50, brand awareness diukur melalui dua hal, yaitu brand recognition (kemampuan konsumen untuk mengenali merek dengan petunjuk merek itu sendiri) dan brand recall (kemampuan konsumen untuk mengingat merek dengan petunjuk kategori produk, situasi pembelian, ataupun pemakaian). Dalam analisis brand recall, semakin banyak merek yang mampu diingat oleh konsumen, maka kompetisi merek di benak konsumen akan semakin tinggi, dan peluang sebuah merek untuk dipilih atau dibeli akan semakin kecil. Top of mind merupakan salah satu parameter yang sangat kuat untuk mengukur kekuatan merek di benak konsumen sebagai merek yang paling diingat. Meskipun demikian, parameter top of mind bukan menjadi satu-satunya parameter yang tepat dalam menentukan performa merek. Hal tersebut 50 Intan Eugenia. 2015. Unlocking Insight of Brand Awareness Analysis. www.frontier.co.id/unlocking-insight-of-brand-awareness-analysis.html diakses pada 21 Juni 2015 31 tergantung pada level of competitiveness dan consumer decision making process. Misalnya, untuk kategori produk dengan banyak merek di pasar, maka pengukuran yang tepat adalah brand recall, apalagi jika kategori tersebut memiliki level of involvement yang tinggi seperti produk otomotif atau elektronik, dimana konsumen membutuhkan perbandingan lebih dari satu merek sebelum melakukan keputusan pembelian. Level of competitiveness dapat diketahui dari banyaknya merek yang mampu disebutkan secara spontan oleh responden. Dalam data survei dikenal adanya istilah total multi responses, yaitu total persentase dari semua jawaban responden yang memungkinkan dipilih lebih dari satu jawaban. Jika dilakukan analisa,total multi responses dari brand awareness akan mengindikasikan ketat atau tidaknya kompetisi di kategori tersebut. Selain itu, dapat juga dilihat dari analisis distribusi respon atau presentase akan diketahui merek mana yang mendominasi Pengukuran brand awareness biasanya dilakukan oleh perusahaan secara rutin untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap sebuah merek dalam pasar. Hanya menyebutkan merek sebuah produk, tidak menjamin brand awareness tinggi. Kesadaran terhadap merek akan diutamakan saat konsumen melakukan keputusan pembelian, karena tidak setiap konsumen hafal detail sebuah merek, terkadang mereka hanya membutuhkan kemasan (citra visual) untuk mengidentifikasi sebuah merek51. Lebih lanjut lagi, brand awareness tidak hanya sebatas tingginya recognition dan recall target pasar pada sebuah merek, tetapi perlu usaha yang berkesinambungan untuk pemeliharaan jangka panjang. 4. Aktivitas Brand Activation “3030 Show” sebagai Program Integrated Marketing Communication PT Hutchison 3 Indonesia dalam Upaya Peningkatan Brand Awareness Bisnis persaingan penyedia jasa operator seluler di Indonesia semakin ketat seiring dengan penggunaan telepon seluler yang seolah mengalami perubahan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Penetrasi selular 51 Larry Percy. Op. Cit., Hal. 93 32 mencapai hampir 100% dan dianggap mendekati titik jenuh. Meskipun demikian, pasar di industri telekomunikasi khususnya seluler masih mempunyai ruang untuk berkembang. Pada tahun 2014, industri operator selular diprediksi mampu tumbuh 7-8%52. Perkembangan tersebut setidaknya didukung dengan rencana operator yang terus meningkatkan layanan data untuk meningkatkan jaringan infrastruktur agar layanan tersebut dapat dinikmati di seluruh Indonesia. PT Hutchison 3 Indonesia sebagai salah satu penyedia jasa seluler bersaing dengan tiga operator besar GSM lainnya. Ketiga operator tersebut telah lebih dulu hadir di Indonesia menjadi penyedia jasa seluler sejak tahun 1990-an, sedangkan PT Hutchison 3 Indonesia baru hadir di Indonesia pada tahun 2002. PT Hutchison 3 Indonesia berada dalam siklus hidup produk growth yang berarti masih terus berkembang dalam persaingan pasar bisnis penyedia jasa operator seluler di Indonesia. PT Hutchison 3 Indonesia terus melakukan rangkaian inovasi diantaranya dengan meluncurkan berbagai layanan produk yang diharapkan mampu menyajikan pengalaman berbeda dan memenuhi kebutuhan pasar53. Pendekatan kepada konsumen untuk menjalin dan memelihara hubungan juga dilakukan oleh perusahaan, salah satunya dengan menyelenggarakan sebuah aktivitas brand activation bertajuk “3030 Show”. PT Hutchison 3 Indonesia memilih aktivitas brand activation sebagai program integrated marketing communication dalam upaya peningkatan brand awareness konsumen. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, brand awareness merupakan kunci awal kesuksesan sebuah merek dalam pasar. Brand activation adalah salah satu alat pemasaran yang menggunakan berbagai macam media dan terintegrasi dalam program IMC. “3030 Show” mengambil tema besar masa depan yang serba digital. Tema digital merupakan tema yang akrab dengan masyarakat di tengah era 52 Herning Banirestu. 2014. Telkomsel Makin Intens Menggarap Broadband dan Digital Business. Diakses dari http://swa.co.id/business-strategy/telkomsel-makin-intens-menggarap-broadbanddan-digital-business tanggal 1 Mei 2015 53 Gunawan Hendra. 2013. HCPT Berubah Menjadi PT Hutchison 3 Indonesia. Diakses dari http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/04/10/hcpt-berubah-menjadi-pt-hutchison-3indonesia tanggal 2 Mei 2015 33 kemajuan teknologi saat ini. Pengambilan tema yang tidak asing dengan target audience membuat mereka lebih tertarik untuk berpartisipasi dalam aktivitas brand activation. Pertunjukan treatrikal yang ditampilkan dalam aktivitas brand activation “3030 Show” menjadi modal utama PT Hutchison 3 Indonesia dalam menyampaikan informasi sekaligus mengedukasi target audience mengenai layanan produk yang dimiliki 3 (Tri) Indonesia. Selain itu, berbagai booth yang didirikan di luar tenda pertunjukan membuat target audience dapat mencoba layanan produk atau membeli produk yang sebelumnya telah disampaikan saat pertunjukan. Hal tersebut membangun pengalaman interaksi antara konsumen dengan merek sehingga persepsi yang lebih nyata terhadap produk dapat terbentuk brand awareness dalam benak konsumen. 34 F. KERANGKA KONSEP Konsep-konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Brand activation merupakan upaya komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendekatkan merek dengan pasar target melalui kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan mereka berinteraksi secara langsung dan memiliki pengalaman dengan merek tersebut54. Mengaktivasi berarti melakukan interaksi dan memberikan stimuli terhadap ketertarikan (interest), uji coba (trial), dan kesetiaan (loyalty) terhadap merek55. Aktivitas brand activation menggabungkan strategi kreatif untuk aktivitas on ground dan media-media lainnya lainnya sebagai pendukung yang terintegrasi dengan menggunakan pendekatan experiential marketing. Tujuan brand activation adalah memberikan media untuk mendapatkan pengalaman dari pesan merek yang sudah disampaikan dalam aktivitas sebelumnya56. Melalui interaksi dalam aktivitas brand activation, konsumen dapat memahami merek secara lebih baik dan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan mereka agar tercipta hubungan jangka panjang antara konsumen dengan merek. Dimensi penelitian ini adalah aktivitas brand activation mulai dari proses perencanaan yang terdiri dari penetapan tujuan dan strategi (penetapan target audience, pencarian consumer insight, penentuan tema dan media); implementasi; hingga monitoring dan evaluasi. Brand activation meliputi empat aspek untuk mengaktivasi sebuah merek, yaitu produk dan layanan; sumber daya manusia, identitas, dan komunikasi57. Sedangkan untuk mewujudkan pengalaman terhadap merek, brand activation memilik tiga tahap, yaitu undangan kepada target audience, pengalaman yang ditawarkan, serta komunikasi yang bersifat kontinyu58. 54 Rashid Saeed,et.al. Loc., Cit. Brandbase. Loc., Cit. 56 Dyah Hasto Palupi. Loc. Cit. 57 Paul Morel et.al. Loc., Cit. 58 Guy Masterman & Emma H Wood. Loc., Cit. 55 35 Brand activation merupakan salah satu perwujudan media through the line yang termasuk dalam komponen integrated marketing communication59. Through the line merupakan istilah baru dalam komunikasi pemasaran yang memiliki arti ‘cakupan dari satu ujung ke ujung yang lain’. Media yang digunakan dalam brand activation bisa berupa gabungan dari media above the line maupun below the line yang saling terintegrasi untuk mencapai tujuan brand activation, maka dari itu, brand activation masuk dalam kategori media through the line60. Integrated Marketing Communication merupakan rencana komprehensif perusahaan yang terdiri dari berbagai perangkat, kesempatan, fungsi dan sumber daya dari komunikasi pemasaran ke dalam satu atau lebih program. Tujuan IMC adalah untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan dan stakeholders lainnya secara strategis; mengirimkan pesan yang persuasif secara berulang-ulang; dan mendorong pelanggan lebih dekat dengan merek. IMC bersifat lebih fleksibel untuk mengomunikasikan pesan secara konsisten melalui berbagai macam media yang dirasa efektif oleh perusahaan61. Untuk menyusun IMC yang efektif dan efisien, diperlukan lima langkah strategis yaitu, mengidentifikasi target audience, menentukan positioning, merumuskan tujuan komunikasi, dan menyusun media plan62. Brand awareness adalah kesadaran konsumen terhadap sebuah brand, seberapa jauh konsumen mengingat dan mengenal suatu merek. Kesadaran konsumen dalam konsep brand awareness terbagi dalam empat tingkatan, yaitu unaware of brand, brand recognition, brand recall, dan top of mind63. Brand awareness dapat diciptakan dengan cara melakukan pendekatan kepada konsumen dengan terpaan informasi merek, sehingga merek tersebut disadari, diakui, dan menempati ruang tertentu dalam benak konsumen serta menciptakan asosiasi yang kuat antara merek dengan kategori produk dan situasi penggunaan produk yang sesuai dengan merek tersebut64. 59 Andika Dwijatmiko. Loc., Cit. Amalia E. Maulana. 2008. The End of the Line: Mengakhiri Istilah ATL vs BTL.http://amaliamaulana.com/popular-article/the-end-of-the-line-mengakhiri-penggunaanistilah-atl-vs-btl/diakses tanggal 5 Juli 2015 61 Kingsley Omeihe. Loc. Cit. 62 Larry Percy. Loc., Cit. 63 Darmadi Durianto, et.al. 2004. Brand Equity Ten Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal.7 64 Kevin Lane Keller. Loc., Cit. 60 36 G. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan deskripsi secara lengkap mengenai aktivitas brand activation “3030 Show” sebagai program integrated marketing communication yang dilakukan oleh PT Hutchison 3 Indonesia. Fokus penelitian adalah mencari data mengenai brand activation “3030 Show” sebagai bagian dari program IMC yang dilakukan PT Hutchison 3 Indonesia mulai dari tahap perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendekripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Tipe penelitian deskriptif didasarkan pada pertanyaan dasar “bagaimana”. Temuan-temuan dari penelitian deskriptif dinilai lebih luas dan lebih terinci karena tidak hanya terbatas pada masalah itu saja, tetapi juga variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah tersebut . Karakteristik-karakteristik yang terkandung dalam metode penelitian deskriptif yaitu, (1) penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas dan dilakukan secara cermat; (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan; (3) tidak adanya uji hipotesis . Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa, karena metode penelitian deskriptif hanya bergerak untuk mengamati sebuah kejadian. Metode ini tidak berusahan menjelaskan penyebab hubungan satu variabel dengan variabel yang lain. Dengan kata lain, deskriptif merupakan metode yang menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan . Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai brand activation “3030 Show” sebagai 37 bagian dari program IMC yang dilakukan PT Hutchison 3 Indonesia mulai dari tahap perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas brand activation “3030 Show” sebagai program IMC yang dilakukan oleh PT Hutchison 3 Indonesia tanggal 1 Juli 2013 - 28 Oktober 2014 di beberapa kota besar di Indonesia. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendukung penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan dua cara yaitu, a. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan suatu diskusi terarah diantara peneliti dan responden menyangkut masalah yang diteliti dengan pertanyaan terbuka dengan menggunakan teknik-teknik probing (mengorek jawaban responden agar terarah pada tujuan penelitian). Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu, No. Nama Posisi Waktu 1. Arum K. Prasodjo Senior Public Relations PT 10 Agustus 2015; Hutchison 3 Indonesia 13 Agustus 2015; 18 Agustus 2015 2. Uchi Sabirin Managing Director Visicita Imaji Semesta PT 28 Agustus 2015 b. Studi Dokumen Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data dan teori menggunakan sumber cetak (buku, majalah, tabloid, suratkabar, newsletter, press release) dan sumber digital (rekaman video, suara, dan internet) serta sumber lain yang dapat menunjang penelitian. Studi dokumen dilakukan karena acara tersebut telah selesai dilaksanakan sehingga pengambilan data yang memungkinkan adalah dengan menggunakan dokumen pasca kegiatan. 38 3. Teknik Analisis Data Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti akan membaca, mensitesis, dan mengkategorikan data-data. Selanjutnya, dari pengamatan yang dilakukan akan dijelaskan melalui laporan yang menguraikan secara deskriptif data-data yang telah diperoleh. Penyajian data secara deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui serta lebih memahami seperti apa brand activation “3030” Show oleh PT Hutchison 3 Indonesia sebagai program IMC dalam upaya peningkatan brand awareness dan bagaimana kegiatan tersebut direncanakan, dilaksanakan, serta faktor yang mempengaruhi. Evaluasi terhadap brand activation “3030” Show oleh PT Hutchison 3 Indonesia sebagai program IMC dalam upaya peningkatan brand awareness juga akan dilakukan. Evaluasi ini terkait dengan apakah brand activation “3030 Show” dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi telah sesuai dengan teori yang ada. Selain itu, melalui evaluasi ini dapat diketahui pula brand activation sebagai program IMC telah menjalankan perannya dalam upaya peningkatan brand awareness. Setelah penyajian data deskriptif dan evaluatif dilakukan, peneliti akan memaparkan kesimpulan dengan tujuan untuk lebih mempertegas hasil penelitian ini, sehingga inti penelitian dapat ditangkap dengan jelas. 39