8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communication
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang
bermakna umum atau bersama-sama.2
Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka:
1.
Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen, komunikasi merupakan suatu
proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui
beragam saluran.3
2.
Menurut Cherry yang dikutip oleh Anwar Arifin, communication is
essentially the relationship set up bay the transmission of stimuli and the
evocation of reponsse.4
3.
Menurut Shannon dan Weaverm yang dikutip oleh wiryanto, mengatakan
bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi.5
Komunikasi mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut:6
1.
Komunikasi sosial
Komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,
kelangsungan hidup, memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan
2
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo, 2004, hal 5
Trenholm, Sarah dan Arthur, Interpersonal Communication, California, Wadsworth Publishing
Company, 1996, hal 4
4
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta, Rajawali Pers, 1995, hal 24
5
ibid
6
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010, hal 5
3
8
9
ketegangan. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat. Pada satu sisi, komuniasi merupaka mekanisme untuk
mensosialisasikan
norma-norma
budaya
masyarakat,
baik
secara
horizontal, dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain ataupun secara
vertical dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya
menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai dengan
suatu kelompok, misalnya laki-laki tidak boleh menangis, tidak bermain
boneka. Oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama
mungkin dipersepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda
kultur, kesalahpahaman hampir tidak dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak
berarti berbeda itu buruk. Kematangan dalam budaya ditandai dengan
toleransi atas perbedaan.
2.
Komunikasi ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikan tersebut menjadi instrument
untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) seseorang. Perasaan
tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal seperti
memberi bunga untuk mengungkapkan rasa saying.
3.
Komunikasi ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual,
yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering
melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang
hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari
10
upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku
simbolik.
4.
Komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu
menginformasikan,
mengajar,
mendorong,
mengubah
sikap
dan
keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan dan juga
menghibur. Semua ini dapat disebut membujuk (bersifat persuasif).
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to
inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara
menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi
yang disampaikan akurat dan layak diketahui.
Sebagai instrument,
komunikasi tidak saja
kita
gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan tersebut. Komunikasi berfungsi
sebagai instrument mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang.
Komunikasi memiliki model yang mrupakan gambaran yang sistematis
dan abstrak. Berfungsi untuk menerangkan potensi-potensi tertentu yang berkaitan
dengan beragam aspek dari suatu proses. Model adalah cara untuk menunjukkan
sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan hubungan
antara unsur-unsur pendukungnya. 7
7
Wiryanto, op.cit ., l 9
11
Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
berkomunikasi, dapat digambarkan dalam beragam model. Model komunikasi
dibuat untuk membantu manusia memahami komunikasi dan menspesifikasi
bentuk-bentuk komunikasi dalam hubungan antar manusia yang berfungsi sebagai
pengorganisasian, penjelasan, heuristic (menjelaskan suatu proses atau system)
dan prediksi.
Beberapa model-model komunikasi yaitu:
1.
Model komunikasi intrapribadi Barnlund
cpr-
cbeh nv -
cpr 0
P
cbeh nv –
cpr +-
D
cbeh nv –
cpr +-
E
cbeh nv –
cpr +
cbeh nv –
cpr +
cbeh nv –
cpr 0
cpr cpu - cpu 0 cpr+
cpr + cpr+
cpr 0 cpr -
Gambar 2.1.1
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
12
keterangan:
P
: Person
D
: Decoding
E
: Encoding
Cpu
: Cues of Public
Cpr
: Cues of private
Cbh nv
: Cues of nonverbal behavior
+, 0, -
: positive, neutral, and negative valensi
Model tersebut menjelaskan bahwa perilaku non verbal individu
bervalensi positif, netral dan negatif, dipengaruhi oleh isyarat-isyarat
pribadi dan publik. Kenyataannya, individu mengalami isyarat (pribadi
atau publik) yang memiliki valensi positif, netral atau negatif. Semua
isyarat setelah di decede akan membentuk (encode) mengenai isyarat
perilaku non verbal baik positif,netral, atau negatif.
2.
Model komunikasi antarpribadi Barnlund
Komunikasi antar pribadi diartikan sebagai pertemuan antara dua, tiga atau
mungkin empat orang, yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur
dan memiliki ciri-ciri, seperti bersifat spontan, tidak berstruktur, terjadi
secara kebetulan, tidak mengejar tujuan yang direncanakan, identitas
keanggotaannya tidak jelas dan terjadi hanya sambil lalu.
13
3.
Model stimulus respons
Model Stimulus-Respons (S-R) adalah model komunikasi yang paling
mendasar dan sederhana, apabila ada aksi maka akan timbul reaksi. Model
ini mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus
yang datang dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang
dimiliki.
Stimulu
s
Respon
Gambar 2.1.3
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
4.
Model matematika Shannon dan Weaver
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan. Pemancar mengubah pesan
menjadi signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah
medium yang digunakan untuk mengirim signal dari pemancar ke
penerima. Suatu konsep yang penting dalam model ini adalah gangguan,
yakni setiap stimulus tambahan dan yang tidak dikehendaki dapat
mengganggu kecermatan pesan. Gangguan ini dapat menyebabkan
kegagalan komunikasi.
14
Information
Source
Transmitler
Message
Receiver
signal
Received
Destination
message
signal
Noise
source
Gambar 2.1.4
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
5.
Model komunikasi Lasswell
Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian
pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan unutk analisis isi.
Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai
analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi
analisis dengan kajian mengenai efek pesan pada khalayak. Model ini
diterapkan pada komunikasi massa.
Who
Says
What
In
Which
Channel
To
Whom
Gambar 2.1.5
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
With
what
effect
15
6.
Model sirkulasi Osgood dan Schramm
Menggambarkan suatu proses yang dinamis. Pesan ditransmisikan melalui
proses encoding dan decoding. Hubungan antara encoding dan decoding
layaknya
sumber
(encoder)
penerima
(decoder)
yang
saling
mempengaruhi satu sama lain. Namun pada tahap berikutnya penerima
(encoder) dan sumber (decoder), interpreter berfungsi ganda sebagai
pengirim dan penerima pesan. Menempatkan sumber dan penerima pada
kedudukan yang sederajat.
Messa
ge
Decoder
Encoder
Interpreter
Interpreter
Encoder
Decoder
Messa
ge
Gambar 2.1.6
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
16
7.
Model Melvin DeFleur
Merupakan model proses komunikasi massa yang dikembangkan dari
proses komunikasi antarpribadi. Model ini merupakan perluasan dari
model Shannon dan Weaver dengan memasukkan unsure piranti media
massa (mass medium device) dan piranti umpan balik (Feedback device).
Sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver) dan sasaran
(destination) merupakan tahapan-tahapan yang terpisah dalam proses
kemunikasi massa.
Sumber dan pemancar merupakan dua fungsi berbeda yang dilakukan oleh
individu. Individu memilih symbol-simbol untuk menyatakan makna
denotatif dan konotatif. Hal itu disampaikan secara verbal atau dituliskan
dalam symbol-simbol tertentu, sehingga berubah menjadi peristiwa yang
dapat kita baca, dengar, atau lihat, serta dapat dipersepsikan sebagai
stimulus oleh khalayak. Sementara fungsi penerima adalah penerima,
menerjemahkan kembali dan mengubah peristiwa informasi menjadi
pesan.
17
Mass
Medium
Device
Source
Transmitter
channel
Receiver
Destination
channel
Source
Transmitter
channel
Receiver
Destination
Feed Back
Device
Gambar 2.1.7
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
8.
Model John W.Rilley dan Mathilda W. Rilley
Proses komunikasi ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk mengkaji
perilaku komunikasi antar manusia. Secara sosiologis, penerima (receiver)
pesan
(message)
yang
disampaikan
oleh
sumber/komunikator
(communicator) tidak secara langsung akan ditanggapi. Tetapi akan
mengendalikan aksi dan reaksi terhadap pesan yang diterima. Faktor yang
berpengaruh terhadap diri penerima adalah kelompok rujukan, yang dalam
struktur sosial yang lebih besar (large social structure). Nilai-nilai yang
dianut penerima berdasarkan norma-norma yang berlaku pada kelompok
18
primer dan kelompok rujukan ini yang berpengaruh terhadap pandangan,
sikap dan perilaku penerima dalam menanggapi pesan yang diterima.
Primary
Group
Primary
Group
Primary
Group
Primary
Group
C
R
Message
Large Social Structure
Large Social Structure
Gambar 2.1.8
Sumber: Ilmu Komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.
9.
Model Maletzke
Menurut model ini, khalayak didalam melakukan perncarian informasi,
disebabkan oleh kebutuhan rasa ingin tahu (need cognition), dan gaya
intuisi seseorang (personal cognition style). Keterpaan media massa dapat
diukur melalui sumber-sumber media massa yang digunakan, curahan
waktu untuk penerimaan pesan media, dan pemakaian jenis pesan.
Tipologi kebutuhan yang dapat dipenuhi media massa adalah kebutuhan
hiburan, hubungan personal, identitas pribadi, dan pengumpulan
informasi.
19
Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga
diuraikan dengan berbagai cara. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada
dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat
manusia. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Komunikasi adalah proses.
2.
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
3.
Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan.
4.
Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
5.
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
6.
Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
7.
Komunikasi bersifat sistematik.
8.
Semakin
mirip
latar
belakang
sosial-budaya
semakin
efektuflah
komunikasi.
9.
Komunikasi bersifat nonsekuensial.
10.
Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional.
11.
Komunikasi bersifat irreversible.
12.
Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
2.2
Definisi Public Relations
Batasan pengertian mengenai public relations, menurut para ahli sampai
saat ini belum ada kesepakatan secara tegas karena disebabkan oleh beragamnya
definisi public relations yang telah dirumuskan baik oleh para pakar maupun
professional public relations didasari perbedaan sudut pandang mereka terhadap
20
pengertian public relations, perbedaan latar belakang misalnya definisi yang
diberikan oleh kalangan akademis perguruan tinggi akan lain bunyinya dengan
apa yang diungkapkan oleh kalangan praktis public relations dan adanya indikasi
baikteoritis maupun praktis bahwa kegiatan public relations itu bersifat dinamika
kehidupan masyarakat yang mengikuti kemajuan jaman8.
Menurut survey yang telah diadakan di Amerika Serikat 2000 orang
terkemuka dalam bidang Public Relations telah mengemukakan definisi mereka
tentang Public Relations. Dari definisi-definisi yang mereka sampaikan
diantaranya terdapat anggapan-anggapan, bahwa Public Relations itu adalah suatu
ilmu, suatu system, fungsi, proses, profesi, metode, kegiatan, dan sebagainya.
Sebuah panitia yang anggotanya terdiri para ahli Public Relations yang
terkenal telah mengambil definisi yang mereka anggap terbaik dari definisidefinisi itu:
a.
Definisi Suhendang dalam bukunya Public Relations Perusahaan
mengatakan Public Relations adalah proses yang continue dari usahausaha management untuk memperoleh good wiil dan pengertian dari para
langganannya,pegawainya dan public umumnya, kedalam dengan
mengadakan analisan dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri,
keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan9.
b.
Definisi Scott M. Cultip, Allen H. Centerr & Glen M. Broom dalam
bukunya yang berjudul Effective Public Relations mengatakan Public
Relations merupakan fungsi manajemen khusus yang membnatu
pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling
pengertian, penerimaan dan kerjasama antar organisasi dan
masyarakatnya, yang melibatkan manajemen problem dan masalah,
membantu manajemen untuk selalumendapat informasi dan merespon
pendapat umum, mendefinisi dan menekankan tanggung jawab
manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat; membantu
8
Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam krisis dan Pemulihan Citra, Jakarta,
Ghalia Indonesia, 1999
9
Kustadi Suhendang, Public Relations Perusahaan, Karya Nusantara, Jakarta, 1073, hal 2
21
manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif,
berfungsi sebagai system peringatan awal untuk membantu
mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan riset serta komunikasi
yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya10.
c.
J.C.Sei del mendefinisikan Public Relations merupakan proses yang
kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan
pengertian dari para langganan, pegawainya dan public pada umumnya;
kedalam mengadakan analisis dan perbaikan-perbaikan terhadap diri
sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan11.
Selain daripada definisi-definisi tersebut diatas baiklah diketahui beberapa
definisi lainnya, Public Relations menurut Jefkins adalah sesuatu yang
merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana , baik itu ke dalam maupun
ke luar , antara satu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian. 12 Public Relations
yang modern adalah suatu rencana tentang kebijaksanaan dan kepemimpinan yang
akan menanamkan kepercayaan publik dan menambah pengertian mereka. 13 Jadi
berdasarkan definisi-definisi tadi terdapatlah didalam Public Relations itu suatu
kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good will kepercayaan,
penghargaan pada dan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat
umumnya. Dalam Public Relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan
hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, usaha untuk
memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan sehingga akan timbul
pendapat umum yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu.
10
Scott M. Cultip, Allen H. Centerr & Glen M. Broom, Effective Public Relations edisi 9, Pearson
Prentice, 2000 hal 5
11
Abdurachman, Dasar – Dasar Public Relations, PT Citra Aditya Bhakti, bandung, 1995, hal 26
12
Frank Jefkins, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 1992, hal 9
13
ibid hal 26
22
Disamping itu, public relations merupakan fungsi strategi dalam
manajemen
yang
melakukan
kegiatan
komunikasi
untuk
menciptakan
pengetahuan pengertian dan penerimaan dari khalayak. Dalam proses penerimaan
khalayak ini, perusahaan harus memperhatikan hubungan yang harmonis dengan
khalayak, seperti sikap terbuka, jujur, konsisten dan tidak mengasingkan diri.
Jadi, seorang Public Relations haruslah memiliki suatu program kerja yang
tujuannya adalah mewujudkan visi misi perusahaan, dan program-program
tersebut nyata sifatnya, serta dapat diukur tingkat keberhasilannya sehingga dapat
dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan program selanjutnya.
2.2.1
Tujuan dan tugas Public Relations
Mengenai tujuan Public Relations di dalam definisi-definisi dan
pengertiannya yang sudah diuraikan, banyak yang menunjukan dengan jelas
tujuan bidang ini. Tugas Public Relations pada dasarnya mendukung tercapai
tujuan organisasi. Karena itu Public Relation harus mampu menyampaikan
informasi dari lembaga atau organisasi kepaqda publiknya secara jujur, sehingga
diantara individu-individu yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut tidak
ada yang merasa dirugikan.
Untuk mencapai tujuan itu, diantaranya ialah mengembangkan good will
dan memperoleh opini publik yang favoriabel atau menciptakan kerjasama
berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai public, kegiatan Public
Relations harus dikerahkan ke dalam dan keluar.
23
Kegiatan-kegiatan yang ditujukan ke dalam disebut internal Publik
Relations dan kegiatan-kegiatan yang ditujukan keluar disebut external Publik
Relations.
a.
Internal Public Relations
Karyawan yakni orang yang bekerja dalam organisasi/lembaga dengan
karakteristik kepentingan berupa kesejahteraan, promosi jabatan atau
penghargaan prestasi kerja, publik pemegang saham yang memiliki
karakteristik kepentingan yang aman, publik pengelolah yang memiliki
kepentingan terhadap peningkatan kinerja organisasi atau lembaga
b.
External Public Relations
Bagi suatu perusahaan hubungan diluar perusahaannya merupakan suatu
keharusan, yang mutlak, sesuai dengan sifatnya, dalam masyarakat modern
tidak akan ada kemungkinan bagi seorang insan biasa hidup menyendiri,
masing-masing akan saling membutuhkan satu sama lain seperti halnya
suatu perusahaan, tidak akan mungkin bisa hidup kalau dia tidak
mendatangkan bahan baku, kemudian menyalurkan dan memasarkan hasil
produksi.
2.2.2
Fungsi dan Peran Public Relations
Tugas utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan
baik antara organisasi/lembaga dengan publiknya, intern dan ekstern, dalam
rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan patisipasi publik
24
dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan
lembaga organisasi.
Disebutkan dua fungsi lain dari Public Relations adalah :
1.
Fungsi konstruktif
Yaitu sebagai ‘perata jalan’ dimana Public Relations merupakan ‘garda’
terdepan yang dibelakangnya terdiri dari ‘rombongan’ tujuan–tujuan
perusahaan.
Ada tujuan marketing, tujuan produksi, tujuan personalia, dan sebagainya.
Peranan Public Relations untuk mempersiapkan mental publik untuk
menerima kebijakan organisasi/lembaga, Public Relations menyiapkan
‘mental’ organisasi/lembaga untuk memahami kepentingan publik, Public
Relations mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk di
rekomendasi kepada manajemen.
Menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian, saling percaya
dan saling membantu terhadap tujuan–tujuan publik organisasi/lembaga
yang diwakilinya. Fungsi ini mendorong Public Relations membuat
aktivitas
ataupun
membuat
kegiatan–kegiatan
yang
terencana,
berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. PR bertindak secara
prefentif (mencegah).
2.
Fungsi Korektif
Fungsi korektif berperan sebagai ‘pemadam kebakaran’. Yaitu apabila
sebuah organisasi/lembaga terjadi masalah–masalah (krisis) dengan
25
publik, maka PR harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya
masalah tersebut. 14
Selain itu sumber lain juga mengatakan bahwa fungsi Public Relations
adalah meliputi :
1.
Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi
2.
Menciptakan
komunikasi dua
arah secara
timbal balik dengan
menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik pada perusahaan.
3.
Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi
untuk kepentingan umum.
4.
Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik
internal maupun eksternal.
Disetiap lembaga atau organisasi ada bagian yang dapat melayani dan
memperjelas sesuatu yang dihadapinya, Public Relations merupakan penghubung
antara lembaga atau organisasi itu dan khalayak atau publik. Cara yang
ditempuhnya adalah dengan menyebarkan press release, atau mengadakan jumpa
pers, baik dengan media cetak maupun media elektonik. PR tersebut akan dapat
mengubah citra publik terhadap lembaga atau organisasi melalui pemberitaan
media massa15.
14
Djanalis Djanaid, Public Relations,Teori dan Oraktek, Malang, PT Indopureles group, 1993, hal
58
15
Dra. Helena Olii, MM & Novi Erlita, S.sos., M.A , Opini Publik 2011:102
26
Peranan Public Relations ini meliputi :
1.
Membentuk citra baru
Menciptakan aktivitas komunikasi secara teratur, berkesinambungan, dan
menggandakan pemakaian saluran komunikasi yang digunakan agar
pengetahuan baru dapat terima oleh masyarakat.
2.
Mempertahankan citra yang sudah terbangun
Mempertahankan citra lebih sulit dari pada membangun citra karena citra
yang ssudah terbangun biasanya akan mengundang pesaing yang
berkompetisi. Untuk mempertahankan citra, yang perlu diperhatikan
adalah pesan yang diberikan tidak terkesan ambisius atau mengundang
konflik.
3.
Memperbaiki citra yang terpuruk
Tindakan yang dapat dilakukan organisasi atau lembaga ketika situasi citra
terpuruk adalah diam. Dan membiarkan opini publik berlalu dan
tergantikan dengan opini publik lainnya. Langkah–langkah yang dapat
ditempuh, misalnya: penggolongan posisi individu kedalam kelompok dan
memilih fokus kegiatan yang bersifat “kemanusiaan”.
4.
Menguatkan citra ketika pesaing lebih kuat
Membuat kesan citra lembaga atau organisasi yang mengesankan dan
memberikan “nilai lebih” pada masyarakat ketika citra lembaga atau
organisasi menurun popularitasnya karena kuatnya persaingan.
5.
Menguatkan atau mempertahankan citra ketika berada di puncak
27
Keberhasilan
komunikasi
dapat
meningkatkan
penjualan.
Ketika
popularitas citra menurun, citra kuat akan menjadi modal jangka pandang
Karena seluruh informasi diarahkan agar konsumen mengetahui dengan
baik produk tertentu, keputusan konsumen membeli berdasarkan
kesadaran mendalam dan faktor – faktor pembentukan citra lebih diteliti.
2.2.3
Stakeholders
Perusahaan memerlukan waktu untuk menentukan Stakeholdernya yang
harus dilayani. Dua tipe stakeholder yang sering ada di dalam sebuah perusahaan
adalah stakeholder internal dan stakeholder eksternal.
Ketika stakeholder telah diteridentifikasi, perusahaan telah memiliki
keuntungan dasar di dalam kompetisi dan dapat meningkatkan pasar dan hasil
yang diinginkan, tiap karyawan memerlukan pengetahuan terhadap berbagai
macam stakeholder, baik langsung maupun tidak. Model evaluasi stakeholder
untuk mengidentifikasi stakeholder yang dimiliki oleh perusahaan. Model tersebut
dibagi ke dalam dua bagian , yaitu ekternal dan internal, tiap bagian tersebut
memiliki tiga komponen, seperti: Pelanggan, Pesaing dan Mitra.
Suatu perusahaan yang tumbuh dan berkembang didalam suatu masyarakat
akan selalu mengadapi tekanan, baik yang berasal dari luar perusahaan itu sendiri
maupun dari dalam. Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubungan yang baik
dengan pihak-pihak tersebut melalui suatu proses komunikasi. Pihak-pihak
tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan PR dan disebut stakeholders.
28
Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada didalam maupun diluar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan.16
Stakeholders dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.
Stakeholders Internal
Unsur-unsur yang berada didalam kendali perusahaan (controllable).
mereka yang terlibat dalam transaksi ekonomi dengan bisnis.
Seperti Pemegang saham, manajemen dan top executive, karyawan, dan
keluarga karyawan.
2.
Stakeholders Eksternal
Unsur-unsur yang berada diluar kendali perusahaan (uncontrollable).
Stakeholder ekternal adalah individu yang membeli produk atau
memberikan jasa yang diberikan sebuah perusahaan. Mereka berada di
luar perusahaan dan memiliki sesuatu untuk diraih dan dirawat sebagai
hasil dari penggunaan produk atau jasa atau yang memiliki hubungan
dengan perusahaan tersebut. Mereka dapat berupa supplier, joint venture
groups, pemakaian akhir atau pesaing.
Mereka merupakan para individu yang memiliki keinginan untuk membeli
produk dan jasa, dan melakukannya dalam proses yang disebut sebagai
pertukaran, yang merupakan pembagian nilai antar dua kelompok. Satu
kelompok akan menawarkan produk atau jasa dengan menukarkan uang,
waktu, energi dan usaha yang dimiliki oleh kelompok lain. Jika nilai yang
diterima sama dengan atau lebih penting dari nilai yang diberikan,
16
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, Pustaka Utama Grafiti, 1994, hal 63
29
pertukaran yang positif akan terjadi. . Umumnya stakeholder eksternal
terdiri atas konsumen, penyalur, pemasok, bank, pemerintah, pesaing,
komunitas, pers.
2.3
Citra
Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.
Citra dipengaruhi oleh banyak faktor diluar kontrol perusahaan17, maka biasanya
bisa menyangkut citra produk, perusahaan, merek, partai, lembaga, orang atau apa
saja yang terbentuk dalam pikiran atau benak seseorang.
Definisi meurut Aaker tentang Citra adalah persepsi mengenai perusahaan
atau merek suatu produk yang ada dibenak konsumen. 18
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur citra 19 .
Pertama adalah merefleksikan citra dalam benak konsumen menurut mereka
sendiri.
1. Pendekatan tidak berstruktur (unstructured approach)
Konsumen bebas menjelaskan citra suatu objek dipikiran dan benak
mereka.
2. pendekatan terstruktur (structured approach).
Peneliti menyajikan dimensi yang jelas, kemudian responden
merespon terhadap dimensi-dimensi yang dinyatakan itu.
17
Philip Kotler, Marketing Management, Pearson Education, 1999, hal 338
Aaker, Perilaku konsumen dan Strategi Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 2002, hal 328
19
Henry Somamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Jogjakarta, hal 124
18
30
Citra merupakan apa yang diinginkan oleh sebagian besar masyarakat
terhadap suatu subyek berdasarkan apa yang telah dipelajari oleh perusahaan dari
hasil komentar, iklan dan dari sumber lain. Kesan yang timbul karena pemahaman
akan suatu kenyataan berasal dari suatu pemahaman dari suatu informasi yang
tidak lengkap akan menghasilkan yang tidak sempurna. Informasi–informasi yang
tidak lengkap sering dapat dipakai oleh pihak–pihak yang tidak senang untuk
menjatuh.
Citra perusahaan adalah persepsi yang berkembang dalam benak publik
mengenai realitas (yang terlihat) dari perusahaan.
Terdapat beberapa jenis citra20 :
-
Citra bayangan (The Mirror Image)
Citra bayangan adalah citra atau pandangan orang dalam perusahaan
mengenai pandangan masyarakat terhadap organisasinya. Citra ini sering
kali tidaklah tepat bahkan hanya sekedar ilusi sebagai akibat dari tidak
memadainya informasi, pengetahuan atau pemahamanyang dimiliki oleh
kalangan dalam organisasi ini mengenai pendapat atau pandangan dari
orang luar.
-
Citra yang berlaku (The Current Image)
Citra yang berlaku adalah citra atau pandangan orang luar mengenai suatu
organisasi, citra yang terbentuk belum tentu sesuai dengan kenyataan.
Citra ini cenderung negative.
-
20
Citra yang diharapkan (The Wish Image)
Frank Jeffkins, Dasar-dasar Publik Relation, Gramedia Pustaka, Jakarta, 1994, hal 332
31
Citra harapan adalah citra yang diinginkan perusahaan. Citra ini tidak
sama dengan citra yang sebenarnya. Citra yang diharapkan lebih baik
daripada citra yang sesungguhnya.
-
Citra perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan.
Bukan hanya citra atas produk dan pelayanannya. Citra ini terbentuk dari
banyak hal seperti sejarah atau kinerja perusahaan, stabilitas keuangan,
kualitas produk.
-
Citra majemuk (The Multiple Image)
Citra majemuk adalah citra yang timbul karena banyaknya jumlah pegawai
(individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi.
-
Citra yang baik dan buruk (Good and Bad Image)
Seorang publik figure dapat menyandang reputasi baik atau buruk.
Keduanya bersumber dari adanya citra–citra yang berlaku yang bersifat
negative atau positif.
Citra merupakan kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan. Kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau
organisasi. Seperti yang diungkapkan Joe Marconi yang dikutip oleh Siswanto
Sutojo 21 mengatakan orang yang memandang satu benda yang sama dapat
mempunyai persepsi yang berlainan terhadap benda itu.
Citra merek adalah citra yang merefleksikan cara konsumen menerima
merek meliputi sebagai berikut: “semua elemen–elemen yang teridentifikasi,
21
Siswanto Sutojo, Membangun Citra Perusahaan, Pustaka Binaman, Jakarta, 2004, hal 2
32
kepribadian produk perasaan dan asosiasi yang ada didalam benak konsumen”.
Faktor – faktor diatas dapat dijelaskan, sebagai berikut :
-
Elemen–elemen yaitu dimensi elemen yang merupakan dimensi penting
dalam mengukur citra merek karena berkaitan dengan bagaimana
konsumen mengingat gambar dan warna logo perusahaan.
-
Kepribadian
produk,
yaitu
kepribadian
yang
dapat
diandalkan,
memberikan kebanggaan yang erat kaitannya dengan pengalaman
konsumen itu sendiri. Mereka yang mempunyai pengalaman yang buruk,
maka perusahaan tidak dapat diandalkan dan tidak memberikan kebanggan
pada saat menggunakannya. Sebaliknya mereka yang mempunyai
pengalaman yang bagus, maka perusahaan dapat diandalkan dan
memberikan
kebanggaan,
yang
memungkinkan
mereka
untuk
menggunakan jasa perusahaan kembali.
-
Perasaan konsumen, yaitu seperti dimensi kepribadian produk diatas,
dimensi perasaan konsumen juga erat kaitannya dengan pengalaman
konsumen. Mereka mempunyai perasaan suka/tidak suka, positif/negative,
berdasarkan pegalaman mereka yang buruk/bagus. Satu pengalaman buruk
saja, maka konsumen dapat mempunyai perasaan negative.
-
Asosiasi konsumen, yaitu konsumen mempunyai asosiasi yang kuat
mengenai hasil dari produk atau jasa perusahaan. Atribut produk ialah
yang menyangkut kategori produk secara umum. Sedangkan untuk atribut
yang tidak terwujud ialah seperti selalu mengikuti kemajuan teknologi.
Gaya hidup mencerminkan pada siapa target market perusahaan.
33
Citra organisasi merupakan suatu filter yang dapat mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap pelayan yang diberikan oleh organisasi. Jika konsumen
mempunyai persepsi yang baik, maka pengalaman buruk suatu perusahaan tidak
akan berakibat fatal. Tetapi sebaliknya, pengalaman buruk yang membuat
hilangnya citra yang positif memerlukan suatu perlindungan.
Sasaran penting dari strategi komunikasi PR adalah untuk menyampaikan
pesan-pesan secara tepat sasaran sehingga mampu menghimpun awareness dari
public dan menumbuhkan citra positif dari konsumen terhadap perusahaan. Citra
yang baik akan menumbuhkan reputasi yang baik pula dari suatu perusahaan. 22
Citra perusahaan terbentuk dari asosiasi antara perusahaan dengan sekumpulan
atribut positif dan negatif.
Citra dapat ditanam dan disebarluaskan lewat segala media komunikasi
yang dimiliki 23 . Media utama yang digunakan untuk mengkomunikasikan citra
adalah:
1.
Lambang (symbol)
Citra dapat diperkuat dengan menggunakan symbol-simbol yang kuat
(perusahaan dapat memiliki simbol)
2.
Media
Citra yang dipilih harus ditampilkan dalam iklan yang menyampaikan
suatu cerita suasana hati, pertanyaan sesuatu yang jelas berbeda dengan
22
23
Firsan Nova, Crisis Public Relations, Grafindo, Jakarta, 2011, hal 303
Kotler, op.cit.,338
34
yang lain. Pesan itu harus tampak di laporan tahunan, brosur dan catalog,
peralatan kantor perusahaan, serta kartu nama.
3.
Suasana
Ruang fisik yang ditempati organisasi merupakan pencipta citra yang kuat
lainnya.
4.
Peristiwa
Suatu perusahaan dapat membangun suatu identitas melalui jenis kegiatan
yang disponsorinya.
2.3.1
Peran Citra Bagi Perusahaan
Peran citra bagi perusahaan, yaitu:24
a.
Citra menceritakan harapan, bersama dengan kampanye pemasar ekternal,
seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut.
Citra yang positif memudahkan bagi organisasi untuk berkomunikasi
secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti dengan
komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui
mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak membuat
komunikasi dari mulut ke mulut berjalan lebih efektif.
b.
Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen.
c.
Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen.
Semua perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra itu
sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Dampak peringkat
24
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, PT Kencana Prenanda Media, Jakarta, 2003,
hal 182
35
citra yang berlainan tersebut terhadap keberhasilan kegiatan bisnis dan
pemasaran produk berlainan. Citra buruk melahirkan dampak yang
negative bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat melemahkan
kemampuan perusahaan bersaing.
2.3.2
Terbentuknya Citra
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto (2002:14), terdapat empat
komponen pembentuk citra antara lain:
1.
Persepsi
Hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses
pemaknaan dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap
rangsangan
berdasarkan
pengalamannya
mengenai
rangsangan.
Kemampuan yang mempersepsi inilah yang dapat melanjutkan proses
pembentukan citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif apabila
informasi yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi
individu.
2.
Kognisi
Suatu keyakinin diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan
timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup
untuk mempengaruhi perkembangan kognisinya.
3.
Motivasi
Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakkan respon seperti yang
diinginkan oleh pemberi rangsangan. Motif adalah keadaan dalam pribadi
36
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatantertentu guna mencapai tujuan.
4.
Sikap
Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi
perupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan berperilaku tetapi
merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu,
sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah
orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang
disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap mengandung aspek evaluative
artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap
juga di perhitungkan atau diubah.
Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam
mengambil keputusan penting. Contoh keputusan tersebut adalah membeli barang
atau jasa yang dihasilkan perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan), dan
merekomendasi produk perusahaan dengan orang lain.
Untuk mengukur citra perusahaan, baik citra positif maupun negatif
diperlukan alat ukur untuk mengetahui citra perusahaan tersebut. Ada empat hal
yang digunakan sebagai alat pengukur pembentukan citra perusahaan positif25:
1.
Kepercayaan: merupakan kesan, dan pendapat atau penilaian positif
khalayak terhadap suatu perusahaan.
25
Rosady Rueslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, PT Raja Garfindo
Persada, Jakarta, 1998, hal 25
37
2.
Realitas: menggambarkan suatu yang realitas, jelas terwujud, dapat diukur,
dan
hasilnya
dapat,
dirasakan
dipertanggung
jawabkan
dengan
perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.
3.
Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan: menggambarkan
keadaan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan publiknya.
4.
Mengikat semua pihak: adanya kesadaran khalayak tentang perusahaan
dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan.
Download