BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perdagangan hampir di semua komoditi. Perkembangan teknologi yang digunakan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan informasi yang semakin cepat menjadikan suatu perusahaan untuk dapat terus bersaing mempertahankan eksistensinya. Dengan kondisi tersebut menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan pembenahan di segala bidang. Begitu pula halnya pada industri. Kompleksnya perkembangan trend pada permasalahan industri juga layak menjadi perhatian, sebab hal ini merupakan dampak dari krisis ekonomi global dewasa ini. Salah satunya adalah hutang luar negen. Bantuan antar pemerintah dalam bentuk hutang luar negeri menjadi sebuah pilihan rasional negara miskin dibandingkan hutang dari pihak swasta melalui bank intemasional yang lebih bersifat komersial dengan bunga yang relatif tinggi. Terdapat tiga ciri bantuan asing yang menyebabkan negara miskin lebih tertarik untuk mendapatkannya dibandingkan dengan mencari investasi swasta asing, yaitu: 1. Bantuan asing tersebut dapat digunakan untuk pembangunan sarana sosial yang secara ekonomi dianggap kurang menguntungkan bagi investor. 2. Bantuan asing lebih mudah dikontrol oleh pemerintah untuk menjamin kepastian penggunaannya sesuai tujuan pemerintah. 1 2 3. Bantuan asing dapat diperoleh dari donor dalam berbagai bentuk dan berbagai syarat yang dapat dinegosiasikan dibandingkan dengan investasi swasta serta yang tak kalah pentingnya tingkat bunga yang jauh lebih rendah. Namun kenyataan yang ada menunjukkan bahwa dengan tingkat bunga yang rendah tersebut, negara miskin masih mengalami kesulitan untuk membayar hutang luar negeri. Behan hutang luar negeri semakin lama semakin besar dan menjadi ciri tersendiri bagi pembangunan pada negara dunia ketiga. Bantuan luar negeri dan investasi swasta asing sebenarnya merupakan sebuah sinergi karena sebagian besar bantuan asing membawa keuntungan komersial bagi perusahaan yang berada di negara donor. Berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh negara miskin sebagian besar menggunakan tenaga ahli dan teknologi yang juga berasal dari negara donor. Dalam melaksanakan strategi untuk memenangkan persamgan, banyak sekali kendala yang dihadapi perusahaan. Salah satu di antaranya adalah kebutuhan pendanaan. Keterbatasan sumber daya perusahaan dan keterbatasan akses kepada perbankan untuk perolehan tambahan dana merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh perusahaan. Penambahan modal dari para pendiri atau pinjaman dari pihak ketiga hanyalah merupakan solusi sementara karena adanya keterbatasan dari pihak-pihak tersebut untuk menyuntikan dana seiring dengan makin berkembangnya perusahaan. Untuk itu Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public). Dengan go public berarti perusahaan tersebut menawarkan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam permodalan perusahaan. Sebagai akibatnya, pemilik saham perusahaan dapat ikut menentukan kebijaksanaan 3 pengelolaan perusahaan yaitu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau PT, kekuasaan tertinggi perusahaan ada dalam RUPS. Pemegang saham dapat menentukan untuk menarik modalnya atau mengganti manajemen perusahaan apabila mereka tidak puas dengan kinerja manajemen perusahaan. Untuk itu perusahaan yang go public dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaannya Lebih khusus kinerja keuangannya. Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuranukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Ukuran yang lazim dipakai dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio finansial. Pada industri perbankan, rasio fmansial yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank umum, seperti telah ditetapkan dalam surat ketetapan BI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity yang dikenal dengan rasio CAMEL. Namun ukuran kinerja menggunakan analisa rasio tersebut mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Oleh karena itu, metode EVA dan MVA adalah alat ukur kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Karena merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi serta dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan. 4 Sebuah perusabaan konsultan dari New York Stern Steward & Co. pada tahun 1980-an menyatakan bahwa "Economic Added Value is the financial performance that comes closer than any other to capturing the true economic profit ofan enterprise. EVA also is the performance measure most directly linked to the creation ofshareholder wealth over time." EVA atau nilai tambah ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusabaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana (Wibowo, 2005: 3). Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisa perbandingan dengan perusabaan sejenis ataupun membuat analisa kecenderungan (Trend). EVA adalah ukuran nilai tambab ekonomis yang dibasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas manajemen dalam tahun berjala.n, dan dalam hal ini sangat berbeda dengan laba akutansi. EVA mencoba mengukur nilai tambab (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan, karena biaya modal menggambarkan risiko perusahaan. EVA akan sesuai dengan kepentingan para investor. Maka manajer akan berpikir dan bertinda.k seperti para investor, yaitu memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga value creation oleh perusahaan dapat dimaksima1kan. Perusahaan berbasil menciptakan nilai bagi pemilik: modal ditandai dengan nilai EVA yang positif karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal. Tetapi apabila nilai EVA negatif, maka menunjukkan nilai perusabaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendab dati biaya modal. Secara sederhana apabila EVA > 0, 5 pengembalian lebih rendah dari biaya modal. Secara sederhana apabila EVA > 0, maka telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan, sementara apabila EVA= 0, menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya apabila EVA < 0, maka menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana. Salah satu kekuatan terbesar EVA adalah kaitan langsungnya dengan harga saham. Banyak literatur dan penelitian menyebutkan bahwa semakin banyak perusahaan-perusahaan besar menggunakan ukuran kinerja EVA sebagai prinsip penuntun dalam kebijakan perusahaan mereka. Sering EVA dianggap sebagai satu ukuran sederhana yang memberikan gambaran yang sebenarnya dari penciptaan kekayaan pemilik saham (Truly, 1998). Hasil penelitian meyatakan bahwa implementasi EVA memicu meningkatkan harga saham (Burkette & Hedley, 1997) dan menuntun manajer-manajemya berlaku sebagai pemilik saham. Fakta menunjukkan bahwa di Amerika Serikat ada korelasi positif antara naiknya EVA suatu perusahaan terhadap harga saham dari perusahaan yang bersangkutan. Coca cola misalnya, pada Agustus 1993 harga sahamnya meningkat menjadi US$ 42 dari hanya US$ 4 beberapa tahun sebelumnya setelah mengadopsi konsep EVA. (Usahawan, No 12 I 1993) Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA membantu para manajer membuat keputusan investasi yang lebih baik, mengidentiflkasi kesempatan-kesempatan untuk peningkatan kinerja dan mempertimbangkan benefit jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan. Lebih lanjut studi· studi menyebutkan bahwa EVA adalah suatu ukuran dari kualitas keputusan manajerial (Lehn and Mahkija, 1996), juga sebagai indikator dari pertumbuhan nilai perusahaan pada masa yang datang (Fisher, 1995). 6 Sedangkan MV A menurut Stern Steward & Co. adalah "the difference between the market value of a company (both equity and debt) and the capital lenders and shareholders have entrusted to it over the years in the form of loans, retained earnings, and paid-in capital. As such, MVA is a measure of the difference between "cash in" (what investors have contributed) and "cash out" (what they could get by selling at today 's prices). " MVA yang diperkenalkan oleh Stem dan Steward merupakan konsep penilaian kinerja perusahaan berdasarkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang listed di pasar modal. Menurut (Mirza dan Imbuh, 1999), MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan nilai buku perlembar saham dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Pemilihan industri perbankan sebagai obyek penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa industri perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, disamping industri-industri lain seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti dan lain-lain. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran (Ardiani, 2007:1-2). 1.2 Rumusan Masalah Berdasar uraian di atas, permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah : Bagaimanak.ah pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada industri perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia? 7 1.3 Tujuan Penetitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada industri perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan yang go public di Indonesia. 2. Memberikan masukan dan informasi kepada para pemegang saham tentang bagaimana kinerja perusahaannya dan membantu calon investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan yang go public. 1.5 Ruang Lingkup Untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas, malca pada penelitian ini dibatasi hanya pada industri perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan dan laporan lainnya yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia melalui website resmi bursa yaitu Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) untuk periode 2007-2009.