Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapua) Abstract Statue tomb at the site of Manuba ancient grave at Mallusetasi District in Barru Residence. The problem of this research is the background and functions statue tomb using at the ancient grave surrounding. This researcrch uses qualitative research method. Tomb means sign, sometimes made of stone, wood and other material in various styles and forms. One of the form is statue. The using of statue tomb is for a symbol of the dead people and their social status. Keyword: Tomb, Statue, Grave Latar Belakang Perhatian terhadap penyelidikan obyek-obyek kepurbakalaan Islam di Sulawesi Selatan dimulai pada tahun 1948 ketika Dinas Purbakala mengadakan peninjauan terhadap peninggalan-peninggalan Islam berupa makam-makam di Bontobiraeng, Tamalate, Tallo, dan Watang Lamuru. Mereka tertarik akan adanya kubur-kubur batu, nisan-nisan yang berukuran serta mempunyai corak yang mengingatkan kita pada bentuk keris dan kadang-kadang menunjukkan tonjolan dan ukiran-ukiran yang mengandung anasir-anasir megalitik (Tjandrasasmita, 1992:119). Berbicara tentang makam tidak terlepas dari unsur-unsur yang menjadi pendukungnya. Makam dilihat dari ilmu bangun dapat dibagi menjadi tiga unsur yang saling melengkapi yaitu jirat, nisan dan cungkup. Jirat merupakan bagian dasar yang mempunyai bentuk dasar segi empat dengan berbagai variasi. Jirat sering dilengkapi dengan pola hias terutama pada bagian pinggirnya. Adakalanya ragam hias tersebut ditempatkan pada bagian atas yang rata. Di bagian puncaknya yaitu bagian utara selatan diletakkan nisan batu,kayu atau logam. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 39 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Di Indonesia makam-makam Islam pada umumnya dilengkapi dengan suatu tanda yang disebut nisan. Nisan merupakan salah satu bukti aktivitas manusia di masa lampau yang mengandung pengertian tanda. Nisan adakalanya dibuat dari batu, kayu dan bahan-bahan lainnya dalam berbagai gaya dan bentuk. Salah satu bentuk nisan itu adalah nisan arca. Di Sulawesi Selatan nisan dalam bentuk arca ditemukan dalam Kompleks Makam Kuno Laiya di Kambiolangi, Kompleks Makam Kuno Go’lotok di Desa Boroko, Kompleks Makam Kuno Tumpang di Desa Mataram Kecamatan Anggeraja yang semuanya masuk dalam wilayah Kabupaten Jeneponto, nisan arca dapat ditemukan pada kompleks Makam Karaeng Sengnge di Desa Beroang Kecamatan Tamalate. Nisan dalam bentuk arca juga ditemukan di Kompleks Makam Kuno Manuba, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Menurut ajaran Islam, masjid dan makam kuno tidak dibenarkan adanya ornamen dekoratif maupun konstruktif yang menampilkan bentuk makhluk hidup, seperti binatang dan manusia, namun kenyataannya masjid dan makam kuno peninggalan Islam di Indonesia masih banyak ditemukan yang ornamen dekoratifnya menampilkan makhluk hidup baik dalam bentuk distilir, seperti kera pada masjid Mantingan di Jepara maupun yang ditampilkan secara nyata seperti yang nampak pada situs makam kuno Manuba. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan beberapa keunikan pada Kompleks Makam Manuba, terutama pada bentuk nisannya yang menyerupai bentuk manusia yang lazim disebut nisan arca. Kompleks makam Manuba secara fisik menampilkan kesan sederhana dibandingkan dengan kompleks-kompleks makam yang ada di daerah lain. Di pandang dari segi arah orientasi makam (utara selatan) kuat bukti bahwa nisan yang ada pada kompleks makam tersebut memperlihatkan adanya unsur-unsur lokal atau kepercayaan tertentu sebelum Islam dianut masyarakat setempat. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut di atas adapun permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa latar belakang pemakaian nisan arca pada kompleks makam Manuba? 2. Apa fungsi nisan arca pada kompleks makam Manuba? 40 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Tujuan Penelitian Berkaitan dengan pertanyaan pada rumusan masalah tersebut di atas maka adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang pemakaian nisan arca pada kompleks Makam Manuba 2. Untuk mengetahui fungsi nisan arca pada kompleks makam Manuba. Kerangka Teori Beberapa peninggalan kepurbakalaan Islam yang banyak tersebar di Sulawesi Selatan yang berupa kompleks makam raja-raja beserta pengikutnya dapat dikatakan sebagian besar terletak di atas gunung, bukit, atau tempat-tempat ketinggian lainnya. Hal ini merupakan suatu pencerminan bahwa masyarakat penganut Islam masih melanjutkan tradisi dan tata cara yang berasal dari masa sebelumnya sebagai kesinambungan budaya. Keberadaan bangunan makam tersebut dalam konteks kebudayaan merupakan bagian kecil keseluruhan budaya yang ada. Dalam konteks ini maka peninggalan Islam tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai keterkaitan fase kebudayaan sebelumnya. Makam dalam wujud arsitekturnya adalah contoh bagaimana unsur-unsur pra Islam masih jelas dan unsur tradisi prasejarah menduduki eksistensi dalam pola kebudayaan Islam (Ambary, 1986:141). Bentuk-bentuk nisan arca akan memberikan kesinambungan budaya yang berkenaan dengan religi pra Islam sampai masa Islam. Islam pada umumnya dipengaruhi oleh budaya atau tradisi setempat, seperti yang Nampak di Kompleks Makam Manuba, hasil budaya yang bercorak Islam menunjukkan unsur-unsur pra Islam yang berbau megalitik, terutama nisan kubur yang berbentuk arca dan menhir. Arca adalah suatu benda yang dibuat oleh manusia dengan sengaja dan karena itu pembuatannya adalah untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau sesuai dengan tujuan tertentu. Karena itu terkait dengan makna-makna dan oleh fungsi-fungsi (Sedyawati, 1977:213). Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 41 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Metode Penelitian Metode pengumpulan data meliputi (1) studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur berupa buku-buku, majalah, jurnal dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan obyek kajian (2) observasi yaitu melalukan pengamatan di lapangan dan mencatat semua yang diamati, penggambaran dan pemotretan (3) wawancara dilakukan terhadap informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Metode pengolahan data meliputi deskripsi dan analisis. Deskripsi dilakukan untuk mendapatkan penggambaran temuan. Analisis digunakan untuk mengidentifikasi temuan, kategorisasi, dan pemaknaan simbol bendabenda arkeologi yang ditemukan. Penalaran yang digunakan adalah penalaran induktif yaitu melakukan pengamatan terhadap temuan kemudian menarik kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Kabupaten Daerah Tingkat II Barru merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang berlokasi di pesisir pantai barat wilayah Sulawesi Selatan. Letak astronomis Kabupaten Barru adalah pada 1190,5’ hingga 1200,45 BT dan 40 hingga 50 LS meliputi daerah dataran rendah dan ketinggian. Batas-batas Kabupaten Barru adalah sebagai berikut: Sebelah utara dengan Kota Pare-Pare, sebelah timur Kabupaten Soppeng, sebelah selatan Kabupaten Pangkep dan Maros dan sebelah barat Selat Makassar. Situs makam kuno Manuba terletak di Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Makam-makam kuno yang ada di Desa Manuba terbagi atas dua kompleks yaitu terletak di Dusun Pallae dan Dusun Allakkang. Data arkeologi yang terdapat pada situs makam kuno Manuba berdasarkan hasil survei adalah nisan menhir, nisan bentuk gada, bangunan makam berjirat ganda, nisan bentuk phallus dan nisan arca. Yang akan dibahas di sini adalah nisan arca. Berikut uraian temuan dan keadaan situs pada kedua kompleks makam tersebut. 1. Situs Makam Kuno Pallae Situs makam kuno Pallae terletak di Dusun Pallae Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi. Situs ini berada pada ketinggian 5-10 m di atas permukaan laut. Luas situs secara keseluruhan kira-kira 1800 m2 dimana jumlah makam 265 buah, baik 42 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru yang berukuran besar maupun yang berukuran kecil. Peninggalan-peninggalan yang terdapat dalam situs ini antara lain bangunan makam berjirat ganda yang terbuat dari batu, sejumlah nisan dalam bentuk gada, menhir, mahkota serta sebuah nisan dalam bentuk arca. Adapun ciri-ciri nisan arca yang terdapat pada situs tersebut adalah bentuk fisik nisan arca adalah silindrik (bulat panjang), bentuk muka bulat, roman muka kaku, dagu agak lonjong, mata berupa goresan menyerupai daun (lubang), hidung mancung, mulut berupa garis tipis dan panjang, telinga panjang,memakai kalung berbentuk tasbih, pada alat vitalnya memakai penutup berbentuk segi empat. Kedua tangan terletak di atas perut dalam posisi silang menyerupai orang shalat memakai topi terkesan memakai pakaian. Adapun ukurannya dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Deskripsi makam panjang 130 cm, lebar makam 67 cm, panjang jirat sisi utara 90 cm, panjang jirat sisi selatan 90 cm, tinggi jirat sisi utara 12 cm, tebal jirat sisi utara 17cm, panjang jirat sisi timur 54 cm, tinggi jirat sisi timur 65 cm, tebal jirat sisi timur 15 cm. b. Deskripsi nisan Bentuk nisan, nisan arca, tinggi nisan arca 97 cm, garis tengah kepala nisan arca 24 cm, garis tengah dada nisan arca 20 cm, garis tengah pinggul nisan arca 24 cm, lingkar topi 80 cm, lingkar kepala 72 cm, lingkar bahu 76 cm, lingkar pinggang 75 cm, lingkar pinggul 74 cm. Nisan arca yang terdapat pada situs ini sudah mengalami kerusakan. Hal ini dapat kita lihat pada bagian belakang dari nisan arca yang terdapat lubang, telinga sebelah kiri hilang (aus) mata sebelah kiri sudah tidak jelas lagi. 2. Situs Makam Kuno Allakkang Situs makam kuno Allakkang terletak di Dusun Allakkang Desa Manuba Kecamatan Mallusetasi. Situs ini terletak kira-kira satu kilometer dari situs makam kuno Pallae. Situs ini berada pada ketinggian 5-10 m di atas permukaan laut. Luas situs secara keseluruhan 1500 m2. Peninggalan-peninggalan yang terdapat pada situs ini adalah nisan berbentuk gada, tombak, menhir, phallus, dan arca. Ciri-ciri nisan arca adalah bentuk kepala sampai pinggul, bentuk fisik nisan arca adalah segi empat panjang, bentuk muka bulat, roman muka kaku, mata berupa Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 43 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru garis tipis dan panjang, telinga panjang, memakai topi haji, memakai kalung tasbih dan kedua tangan terletak di atas perut dalam posisi silang menyerupai orang shalat terkesan memakai pakaian. Adapun ukurannya dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Deskripsi makam: panjang jirat sisi utara 140 cm, panjang sisi selatan 140 cm, panjang jirat sisi barat 85 cm, tebal jirat sisi selatan 15 cm, tebal jirat sisi barat 15 cm. b. Deskripsi Nisan Bentuk nisan, nisan arca, tinggi nisan arca 110 cm, garis tengah kepala nisan arca 26 cm, lebar dada nisan arca 26 cm, lingkar topi 80 cm, lingkar kepala 80 cm, lingkar leher 65 cm, lingkar bahu 90 cm, lingkar pinggang 85 cm, lingkar pinggul 90 cm. Nisan arca yang terdapat pada situs makam Allakang ini mengalami kerusakan. Hal ini dapat kita lihat pada bagian belakang nisan arca penuh dengan lumut, kepala bagian belakang retak, kedua mata tak jelas, ujung hidung hilang. Nisan arca yang terdapat pada makam kuno Manuba terbuat dari batu andesit. Jenis batu ini yang menjadi bahan utama pembuatan nisan arca, batu adalah bahan alam yang mudah didapatkan di mana-mana. Di samping itu batu mempunyai daya tahan yang besar dibandingkan dengan bahan lainnya seperti, tanduk dan kayu. Batu yang digunakan pada situs tersebut diambil cukup jauh dari lokasi situs. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat mengatakan bahwa bahan utama nisan tersebut diambil cukup jauh dari lokasi situs. Sebelum pembuatan nisan dilakukan terlebih dahulu kita harus mencari bongkahan batu yang cukup besar. Setelah mendapatkan batu yang dimaksud kemudian mereka beramai-ramai mengangkut batu tersebut. Setelah itu dilakukan pembuatan nisan sesuai dengan bentuk dan keinginan dari pemesan nisan tersebut. Dengan mengetahui tata cara pembuatan nisan maka kuat dugaan bahwa orang yang dimakamkan pada situs tersebut adalah mereka yang mempunyai status sosial yang tinggi dalam masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dalam pembuatan nisan arca yang tentunya waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Hal seperti ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh para bangsawan dan keturunannya. 44 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Latar Belakang Pemakaian Nisan Arca pada Kompleks Makam Manuba Salah satu hasil seni rupa jaman pra Islam (megalitik) yang cukup menonjol di Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya adalah seni pahat patung, baik yang terbuat dari kayu maupun batu. Patung-patung ini ada yang menyerupai manusia, binatang ataupun gabungan antara keduanya dalam berbagai macam gaya dan style. Salah satu bentuk patung yang akhir-akhir ini semakin banyak ditemukan pada kompleks pemakaman raja-raja atau kompleks makam Islam adalah dalam bentuk nisan yang biasa disebut nisan arca. Nisan arca yang terdapat pada situs Makam Manuba bentuknya sederhana dan memperlihatkan corak tradisi megalitik. Untuk mengungkapkan latar belakang pemakaian nisan arca pada kompleks makam tersebut dapat diketahui dengan melihat persamaan dan hubungannya dengan tinggalan prasejarah. Hal ini dapat dilihat pada arca megalitik Sulawesi Tengah. Arca megalitik di Sulawesi Tengah dapat dikatakan sebagai arca menhir dengan bentuk badan yang bulat panjang, bagian puncaknya dipahatkan kepala manusia dengan tangan digambarkan sederhana di samping badannya. Muka dari arca megalit dilukiskan dalam bentuk primitif dan kaku. Biasanya mata digambarkan berbentuk bulat dan oval. Hidungnya pesek, mata bulat dan diantara dahi dan kepala terdapat semacam tali bonto. Arca megalit ini rupanya sangat erat hubungannya dengan pemujaan nenek moyang yaitu dianggap merupakan personifikasi dari nenek moyang yang telah meninggal sekaligus merupakan obyek dan pemujaan arwah (Sukendar, 1977:79). Pemujaan nenek moyang dapat kita lihat dalam masyarakat Toraja, dimana terdapat patung-patung yang dianggap sebagai patung perwujudan dari arwah leluhur. Patung-patung ini diberi nama tau-tau. Meskipun tau-tau selalu dihubungkan dengan peristiwa kematian, tetapi tidak semua lapisan masyarakat Toraja bisa dibuatkan patung karena menyangkut status dan tingkah sosial dari si mati. Jadi yang dibuatkan patung hanyalah golongan bangsawan tinggi dan bangsawan menengah yaitu Tana Bulaan dan Tana Bassi ( Kadir, 1977:92). Penggunaan patung sebagai nisan dimaksudkan sebagai perwujudan orang yang telah dimakamkan. Tradisi prasejarah berupa kepercayaan adanya roh-roh kekuatan gaib yang diwujudkan dalam bentuk patung sederhana, masih nampak diterapkan setelah masuknya Islam. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 45 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Kesenian prasejarah ada yang berkembang sampai masuknya Islam, namun kadang-kadang sudah mengalami perubahan fungsi dan nilai sebagai contoh salah satunya dengan didapatkannya patung manusia yang berfungsi sebagai nisan pada makam Islam (Mulia, 1977:629). Fungsi Nisan Arca Pada Kompleks Makam Manuba Fungsi nisan pada masa Islam adalah sebagai tanda yang diletakkan di atas makam. Kebiasaan ini tidak dilarang dalam ajaran Islam kecuali tampilan ornamen berbentuk makhluk hidup. Tetapi pada periode awal perkembangan Islam di Indonesia, hal ini tidak dapat dihindari sebab merupakan kelanjutan dari tradisi pra Islam, seperti halnya yang terdapat pada situs makam kuno Manuba. Persoalan tentang asal mula nisan terdapat dua versi. Ada yang mengatakan berasal dari Arab seiring dengan kedatangan Islam dan ada pula beberapa pendapat yang menyatakan bahwa merupakan lanjutan dari masa sebelumnya (pra Islam). Tetapi bila dilihat dari segi fungsi, nisan tentunya tidak terlepas dari kaitannya dengan prinsip Islam itu sendiri sebagai tanda. Namun dalam masa Islam tanda berkaitan dengan orang yang sudah mati misalnya dalam bentuk perwujudan baik secara kongkrit maupun secara simbolis saja. Dengan kedatangan Islam tentunya ada percampuran (akulturasi) baik segi bentuk, jenis dan kadang-kadang dari segi fungsional merupakan asimilasi antara tradisi pra Islam di Indonesia tidak hanya sampai pada batas pengertian itu tetapi kadang-kadang secara abstrak fungsi nisan lebih dari itu. Selain berfungsi sebagai tanda, nisan arca juga dapat mengungkapkan bagaimana stratifikasi sosial yang dimakamkan, dilihat dari tipologi dan karakternya. Hal ini dapat kita lihat pada kompleks makam Manuba dimana makam-makam yang terdapat pada kompleks tersebut yang menggunakan nisan arca adalah makam para raja yang mempunyai status sosial yang cukup tinggi. Seorang raja tidak hanya sebagai kepala pemerintahan saja akan tetapi sering dianggap sebagai pemberi keselamatan, olehnya itu rakyatnya patut sujud dan menyembah sebagai seorang dewata. Secara umum nisan dapat diartikan sebagai simbol atau identitas bagi orang yang meninggal dunia yang sengaja dibuat oleh manusia. Sebagai pelengkap utama sebuah bangunan makam, nisan juga berfungsi sebagai tempat menuliskan nama, angka tahun 46 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru bagi yang meninggal dunia. Nisan dalam penampilannya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori umum yaitu nisan berbentuk pipih dan nisan berbentuk silindris. Kedua kategori umum ini memiliki beberapa tipe mulai dari yang sederhana sampai ke bentuk yang sangat kompleks. Dalam interpretasi biasanya kedua kategori nisan ini merupakan simbol genitalia manusia yang apabila dirunut lebih jauh merupakan salah satu wujud konsep keduaan atau dualistis yang berkembang sejak jaman prasejarah. Dengan demikian maka intrusi ide budaya prasejarah masih memperlihatkan eksistensinyadengan kuat karena kedua kategori nisan ini sangat universal sifatnya dan terlihat pada semua penampilan nisan di Sulawesi Selatan. Dari bentuk nisan dapat diketahui jenis kelamin yang dikuburkan. Nisan yang berbentuk pipih biasanya digunakan oleh wanita, sedangkan nisan yang berbentuk atau yang menyerupai bentuk dasar kubus digunakan oleh pria. Tinggi rendah nisan juga menunjukkan ciri tersendiri. Bila nisan berukuran tinggi maka yang dimakamkan adalah orang tua atau dewasa. Apabila nisannya rendah menunjukkan bahwa yang meninggal tersebut masih anak-anak ini dapat dijumpai pada pemakaman orang-orang Bajau di Kalimantan Selatan dan di daerah Nusa Tenggara (Nurhakim, 1990:83). Dengan melihat uraian-uraian terdahulu dan membandingkannya dengan temuan yang terlebih dahulu ada maka kesimpulannya adalah bahwa latar belakang penggunaan nisan arca, makna simbolis dan fungsi arca adalah sebagai tanda penguburan dan sebagai lambang perwujudan yang telah meninggal. Selain itu juga sebagai lambang status sosial yang dimakamkan. Nisan arca juga dianggap sebagai lanjutan kepercayaan prasejarah yang berfungsi sebagai penolak bahaya atau roh-roh jahat yang mengancam arwah. Adanya kecenderungan memberikan bentuk nisan arca adalah dimaksudkan juga sebagai penghargaan atas jasa-jasa orang yang telah meninggal tersebut sewaktu masih hidup, sehingga untuk mengenangnya masyarakat memberikan bentuk nisan yang seperti itu. Dengan melihat keletakan pada kedua situs tersebut yang terletak pada daerah ketinggian mengingatkan kita tradisi bangunan pada masa prasejarah (gunung) merupakan tempat bersemayam roh dan arwah leluhur. Konsepsi ini merupakan pandangan yang muncul dari masa megalitik dan pengaruhnya berlanjut pada masa berikutnya sampai masa Islam. Keletakan situs makam Manuba sangat memungkinkan adanya suatu kepercayaan masyarakat yang menganggap gunung sebagai tempat suci, tempat bersemayam para Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 47 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru dewa dan roh-roh nenek moyang. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono (1973: 78) yang mengatakan bahwa roh nenek moyang itu tempatnya jauh di sana, biasanya digambarkan di atas dunia ini, juga di atas gunung guna menunjukkan yang di atas itu, tidak jarang sebuah menhir didirikan di atas sebuah bangunan berundak-undak yang melambangkan tingkatantingkatan yang harus dilalui guna mencapai tempat yang tertinggi. Adakalanya menhir itu tidak dinyatakan, cukup didirikan punden berundak yang mana sering pula dinyatakan dengan patung-patung. Sumber kepercayaan tersebut di atas melahirkan asumsi dalam masyarakat setempat bahwa semakin tinggi penempatan suatu makam (di puncak bukit), terutama pemimpin kerajaan, tokoh masyarakat atau golongan terkemuka yang dianggap berjasa, semakin mudah rohnya mencapai surga serta mengontrol keturunannya atau orang-orang yang ditinggalkan. Dengan adanya kepercayaan masyarakat setempat yang bersifat religius menunjukkan suatu kompleksitas dan eksistensi dunia atas tempat arwah nenek moyang menetap dengan dunia bawah tempat manusia hidup. Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa penempatan makam pada daerah ketinggian, dilatarbelakangi oleh kepercayaan adanya kehidupan sesudah mati yang hakekatnya adalah pemujaan kepada arwah leluhur. Bentuk-bentuk nisan arca yang terdapat pada kompleks makam Manuba yang menggunakan nisan arca adalah sederhana dengan ragam hias tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas motif daun-daunan dan bunga. Penggunaan hiasan flora dipakai sejak jaman sebelum Islam dan berlanjut secara terus menerus sampai masa sekarang ini. Adapun arti simbolik dari flora yaitu perlambangan kesucian dan simbol kehidupan. Pada masa prasejarah pola hias ini digambarkan pada nekara, moko dan lukisan gua di Sulawesi Selatan (Bintarti, 1987:282). Selain bentuknya yang sederhana bentuk proporsi badan nisan arca adalah seimbang antara kepala, leher, badan dan kaki. Ekspresi wajah menggambarkan seorang tokoh agama yang sekaligus sebagai seorang raja. Hal ini terlihat pada bentuk arca secara keseluruhan. Kepala memakai topi (serban) sebagai simbol bagi seorang penyebar agama Islam. Sikap arca digambarkan dalam posisi berdiri, kemungkinan besar selain sebagai 48 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru seorang raja juga adalah seorang penyebar agama. Seorang penyebar agama dalam melaksanakan tugasnya untuk menyebarkan agama senantiasa akan berdiri. Penggunaan kalung berbentuk tasbih kemungkinan disebabkan pada saat beliau masih hidup dalam menyebarkan agama, beliau menggunakan tasbih sehingga setelah meninggal masyarakat memberi kalung pada bagian leher dalam bentuk menyerupai tasbih. Sikap tangan arca adalah terletak di atas perut menggambarkan orang yang melaksanakan shalat. Kuat dugaan bahwa orang yang dimakamkan adalah tokoh agama. Kesimpulan Latar belakang pemakaian nisan arca adalah adanya kepercayaan pada masa lampau yang erat kaitannya dengan pemujaan terhadap arwah leluhur yang menganggap bahwa arca tersebut merupakan personifikasi nenek moyang yang telah meninggal. Untuk menghormati arwah leluhur yang telah meninggal maka dibuat nisan arca yang bentuknya menyerupai orang tersebut. Fungsi nisan arca adalah sebagai tanda, nisan ini juga dapat mengungkapkan stratifikasi sosial yang dimakamkan. Hal ini dapat kita lihat pada kompleks-kompleks makam yang menggunakan nisan arca, dimana orang-orang yang dimakamkan yang menggunakan nisan arca adalah golongan kaum bangsawan di daerah tersebut. Selain itu nisan juga berfungsi sebagai simbol atau identitas bagi yang meninggal. Patung mBis besar Tameng Asmat (dokumentasi Balai Arkeologi Jayapura 2009) Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 49 Bau Mene Nisan Arca Situs Makam Kuno Manuba Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Daftar Pustaka Ambary, Hasan Muarif. 1986. Unsur Tradisi Pra Islam pada System Pemakaman Islam di Indonesia”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Bintarti, D.D. 1987. “ Seni hias Prasejarah Suatu Tinjauan Etnografi”. Diskusi Ilmiah Arkeologi II. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Kadir, Harun. 1977. “Aspek Megalitik di Tana Toraja”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi I. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Mulia, Rumbi. 1977. “ Beberapa catatan Tentang Arca-arca yang disebut Tipe Arca Polinesia”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi I. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Nurhakim. 1990. “Tinjauan Tipologi Nisan Pada Makam Islam Kuno di Indonesia”, Analisis Hasil Penelitian Arkeologi I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sedyawati, Edi. 1977. “ Pemerincian Unsur Analisa Seni Arca”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi I. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Soekmono, R. 1973. “ Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I”. Yogyakarta: Kanisius. Sukendar, Haris, 1977. “ Tinjauan Tentang Tradisi Megalitik di Sulawesi Tengah”. Pertemuan Ilmiah Arkeologi I. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Tjandrasasmita, Uka. 1992. “ Riwayat penyelidikan Kepurbakalaan Islam di Indonesia”. 50 Tahun Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1913-1963. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. 50 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011