Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 LAPORAN KASUS SEORANG PEREMPUAN BERUSIA 56 TAHUN DENGAN EFUSI PLEURA DEKSTRA, CKD Disusun Oleh : Bernadina Cynthia Pembimbing : Dr. Luluk Adi P, Sp.P KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 14 DESEMBER 2015 – 20 FEBRUARI 2016 RSUD KUDUS 1 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Kasus SEORANG PEREMPUAN 56 TAHUN DENGAN EFUSI PLEURA DEKSTRA, CKD Telah didiskusikan tanggal : 15 Januari 2016 Pembimbing dr. Luluk Adi P, Sp.P Pelapor Mengetahui Bernadina Cynthia Dr. Luluk Adi P, Sp.P 406148157 Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kudus 2 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 DAFTAR ISI DAFTAR ISI..............................................................................................................................2 DAFTAR TABEL.......................................................................................................................3 DAFTAR BAGAN.....................................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4 1.1. DEFINISI...................................................................................................................4 1.2. EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................4 1.3. ETIOLOGI EFUSI PLEURA....................................................................................5 1.4. KLASIFIKASI...........................................................................................................5 1.5. PATOGENESIS.......................................................................................................11 1.6. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................12 1.7. DIAGNOSA............................................................................................................17 1.8. DIAGNOSIS BANDING........................................................................................19 1.9. KOMPLIKASI.........................................................................................................21 1.10. PENATALAKSANAAN.........................................................................................21 1.11. PROGNOSIS...........................................................................................................23 LAPORAN KASUS.................................................................................................................24 A. IDENTITAS PASIEN...................................................................................................24 B. RIWAYAT PENYAKIT................................................................................................24 C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................................26 D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................29 E. DAFTAR MASALAH.................................................................................................31 F. CATATAN KEMAJUAN.............................................................................................34 PEMBAHASAN......................................................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................42 DAFTAR TABEL Tabel 1 Etiologi efusi pleura transudatif....................................................................................6 Tabel 2 Etiologi efusi pleura eksudatif.......................................................................................6 Tabel 3 Kriteria Light's.............................................................................................................21 Tabel 4 Diagnosis Banding......................................................................................................20 3 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 DAFTAR GAMBA Gambar 1.1.Efusi Pleura4 Gambar 1.2.Patofisiologi Efusi Pleura2 Gambar 1.3.Foto Thoraks4 Gambar 1.4.Algoritma Diagnostik Efusi Pleura8 4 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 TINJAUAN PUSTAKA EFUSI PLEURA 1.1. DEFINISI Rongga pleura terletak di antara paru-paru dan dinding dada, mengandung lapisan yang sangat tipis dan diantaranya terdapat cairan. 1 Efusi pleura terjadi bila ada kelebihan kuantitas cairan dalam rongga pleura (normal 25 ml)2, sebagai akibat dari peningkatan pembentukan cairan dan / atau berkurangnya proses resorpsi cairan. Gambar 1.1. Efusi Pleura 1.2. EPIDEMIOLOGI Prevalensi efusi pleura diperkirakan sekitar 320 kasus per 100.000 orang di negaranegara industri, dengan distribusinya terkait dengan prevalensi penyakit yang mendasari. Di Amerika Serikat diperkirakan sedikitnya 1,5 juta kasus per tahun. Secara umum, tidak ada perbedaan jenis kelamin dengan kejadian efusi pleura. Namun, penyebab tertentu memiliki kecenderungan gender. Sekitar dua pertiga dari efusi pleura ganas terjadi pada wanita, di antaranya mereka berhubungan dengan payudara dan ginekologi keganasan. Efusi pleura berhubungan dengan lupus eritematosus sistemik juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, kejadian efusi pleura pada mesothelioma ganas lebih tinggi pada laki-laki, mungkin karena lebih tinggi pajanan mereka asbes. Efusi pleura berhubungan dengan pankreatitis kronis lebih sering terjadi pada laki-laki, karena mayoritas kasus laki-laki memiliki riwayat alkoholisme tinggi. 5 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Efusi arthritis juga terjadi lebih sering pada laki-laki daripada perempuan. Efusi pleura biasanya terjadi pada orang dewasa. Namun, mereka tampaknya meningkat pada anakanak, sering dalam pengaturan pneumonia yang mendasari.3 1.3. ETIOLOGI EFUSI PLEURA Cairan pleura terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura melebihi penyerapannya. Biasanya, cairan memasuki rongga pleura dari kapiler pada pleura parietal dan dihapus melalui limfatik pada pleura parietal. Cairan juga dapat memasukkan rongga pleura dari ruang interstitial paru-paru melalui pleura visceral atau dari rongga peritoneum melalui lubang-lubang kecil di diafragma. Jaringan limfatik dapat menyerap 20 kali cairan lebih dari yang biasa terbentuk. Dengan demikian, efusi pleura dapat berkembang ketika ada pembentukan cairan pleura yang berlebihan (dari ruang interstitial paru-paru, pleura parietalis, atau rongga peritoneum) atau penghapusan cairan bila ada penurunan oleh limfatik.1 1.4. KLASIFIKASI 1.4.1. Berdasarkan jenisnya, efusi pleura dibagi menjadi: 1.4.1.1. Efusi pleura Transudatif Patofisiologi dari efusi pleura transudatif terjadi karena adanya perubahan faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura (misalnya peningkatan kapiler tekanan hidrostatik, penurunan tekanan onkotik plasma). 2 Tabel 1. Etiologi Efusi Pleura Transudatif 4 6 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD 1.4.1.2. Bernadina Cynthia 406148157 Efusi pleura Eksudatif Pada efusi pleura eksudatif, terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler pleura atau disfungsi limfatik. Etiologi pada efusi pleura eksudatif, dapat dilihat pada tabel berikut:2 Tabel 2. Etiologi Efusi Pleura Eksudatif 4 1.4.2. Berdasarkan etiologinya, efusi pleura dibagi menjadi berikut: 1.4.2.1. Efusi pleura karena gagal jantung 7 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Penyebab paling umum dari efusi pleura adalah kegagalan ventrikel kiri. Efusi terjadi karena peningkatan jumlah cairan di ruang interstitial paru-paru di pleura visceral; ini menguasai kapasitas limfatik di pleura parietal untuk mengeluarkan cairan. Pada pasien dengan gagal jantung, diagnostik thoracentesis harus dilakukan jika efusi tidak bilateral dan sebanding dalam ukuran, jika pasien demam, atau jika pasien memiliki nyeri dada pleuritik untuk memastikan bahwa pasien memiliki efusi transudatif. Jika efusi tetap ada meski terapi, sebuah thoracentesis diagnostik harus dilakukan. Sebuah cairan N-terminal peptida natriuretik pro-otak pleura (NT-proBNP)> 1500 pg / mL hampir diagnostik efusi sekunder untuk gagal jantung kongestif. 1 1.4.2.2. Hepatic Hydrothoraks Efusi pleura terjadi pada ~ 5% pasien dengan sirosis dan ascites. Mekanisme dominan adalah gerakan langsung peritoneal cairan melalui lubang kecil di diafragma ke pleura yang ruang. Efusi biasanya sisi kanan dan sering besar cukup untuk menghasilkan dyspnea berat. 1 1.4.2.3. Efusi parapneumonik Efusi parapneumonik berhubungan dengan pneumonia bakteri, abses paru, bronkiektasis atau dan mungkin yang paling umum penyebab efusi pleura eksudatif di Amerika Serikat. Empiema mengacu pada efusi terlalu purulen. Pasien dengan pneumonia bakteri aerobik dan efusi pleura hadir dengan penyakit demam akut yang terdiri dari nyeri dada, sputum produksi, dan leukositosis. Pasien dengan infeksi anaerob hadir dengan penyakit subakut dengan penurunan berat badan, leukositosis cepat, anemia ringan, dan sejarah beberapa faktor yang memengaruhi mereka untuk aspirasi. 1 Kemungkinan efusi parapneumonik harus dipertimbangkan setiap kali pasien dengan pneumonia bakteri awalnya dievaluasi. Adanya cairan pleura bebas dapat ditunjukkan dengan dekubitus radiograf lateral, computed tomography (CT) dada, atau USG. Jika cairan bebas memisahkan paru-paru dari dinding dada oleh> 10 mm, thoracentesis terapi harus dilakukan. Faktor yang menunjukkan kebutuhan kemungkinan untuk prosedur yang lebih invasif dibandingkan thoracentesis (dalam meningkatkan urutan kepentingan) meliputi: 1. cairan pleura loculated 8 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 2. pleura pH cairan <7.20 3. pleura glukosa cairan <3,3 mmol / L (<60 mg / dL) 4. Positif Gram stain atau budaya dari cairan pleura 5. Kehadiran nanah kotor di ruang pleura Jika cairan berulang setelah terapi awal dan thoracentesis jika salah satu karakteristik yang hadir, sebuah thoracentesis ulangi harus dilakukan. Jika cairan tidak dapat sepenuhnya dihapus dengan thoracentesis terapi, pertimbangan harus diberikan untuk memasukkan chest tube dan menanamkan agen fibrinolitik (misalnya, jaringan plasminogen activator, 10 mg) atau melakukan thoracoscopy dengan pemecahan adhesi. Decortication harus dipertimbangkan ketika langkah-langkah ini tidak efektif.1 1.4.2.4. Efusi sekunder keganasan Efusi pleura ganas sekunder untuk penyakit metastasis adalah jenis yang paling umum kedua eksudatif efusi pleura. Itu tiga tumor yang menyebabkan ~ 75% dari semua efusi pleura ganas adalah karsinoma paru, kanker payudara, dan limfoma. Paling pasien mengeluh dyspnea, yang sering keluar dari proporsi dengan ukuran efusi. Cairan pleura adalah eksudat, dan kadar glukosa yang dapat dikurangi jika beban tumor di pleura yang ruang yang tinggi. Diagnosis biasanya dibuat melalui sitologi cairan pleura. Jika pemeriksaan sitologi awal negatif, thoracoscopy adalah terbaik prosedur berikutnya jika keganasan diduga kuat. Pada saat itu dari thoracoscopy, prosedur seperti abrasi pleura harus dilakukan untuk efek pleurodesis. Sebuah alternatif untuk thoracoscopy adalah CT-atau USG-dipandu biopsi jarum dari penebalan pleura atau nodul. Pasien dengan efusi pleura ganas diperlakukan gejalanya untuk sebagian besar, karena adanya efusi menunjukkan penyakit disebarluaskan dan paling keganasan terkait dengan efusi pleura yang tidak dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Satu-satunya gejala yang dapat dikaitkan dengan efusi sendiri dyspnea. Jika gaya hidup pasien terganggu oleh dyspnea dan jika dyspnea yang lega dengan thoracentesis terapi, salah satu dari berikut Prosedur harus dipertimbangkan: (1) penyisipan dari berdiamnya kecil kateter atau (2) tabung thoracostomy dengan berangsur-angsur dari sclerosing sebuah agen seperti doxycycline, 500 mg. 1 1.4.2.5. Mesothelioma 9 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Mesotelioma ganas adalah tumor primer yang muncul dari sel mesothelial yang melapisi rongga pleura; paling terkait dengan paparan asbes. Pasien dengan mesothelioma hadir dengan dada rasa sakit dan sesak napas. Radiografi dada mengungkapkan pleura sebuah efusi, umum penebalan pleura, dan hemithoraks menyusut. Thoracoscopy atau terbuka biopsi pleura biasanya diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Nyeri dada harus ditangani dengan opiat, dan sesak napas dengan oksigen dan / atau opiat. 1 1.4.2.6. Efusi sekunder karena emboli paru Diagnosis yang paling sering diabaikan dalam diagnosis diferensial dari pasien dengan efusi pleura yang tidak terdiagnosis adalah paru emboli. Dyspnea adalah gejala yang paling umum. Pleura yang cairan hampir selalu eksudat. Diagnosis ditegakkan oleh spiral CT scan atau arteriografi paru (Bab. 262). Pengobatan dari pasien dengan efusi pleura sekunder untuk emboli paru adalah sama seperti itu untuk setiap pasien dengan emboli paru. Jika meningkat efusi pleura dalam ukuran setelah antikoagulasi, pasien mungkin memiliki emboli berulang atau komplikasi lain, seperti hemothoraks atau infeksi pleura. 1 1.4.2.7. Pleuritis tuberkulosis (Lihat juga Bab. 165) Di banyak bagian dunia, yang paling umum penyebab efusi pleura eksudatif adalah tuberkulosis (TB), tetapi efusi tuberkulosis relatif jarang di Amerika Serikat. Efusi pleura TB biasanya dikaitkan dengan primer TB dan dianggap terutama disebabkan reaksi hipersensitivitas untuk protein tuberkulosis di rongga pleura. Pasien dengan tuberkulosis pleuritis hadir dengan demam, penurunan berat badan, dyspnea, dan / atau pleuritik sakit dada. Cairan pleura adalah eksudat dengan didominasi limfosit kecil. Diagnosis ditegakkan dengan menunjukkan tingkat tinggi penanda TB dalam cairan pleura (deaminase adenosin > 40 IU / L atau interferon γ> 140 pg / mL). Atau, diagnosis dapat dibentuk oleh budaya dari cairan pleura, biopsi jarum pleura, atau thoracoscopy. Perawatan yang direkomendasikan dari pleura dan TB paru identik (Bab. 165). 1 1.4.2.8. Efusi sekunder karena infeksi virus 10 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Infeksi virus yang mungkin bertanggung jawab untuk persentase yang cukup besar dari terdiagnosis efusi pleura eksudatif. Dalam banyak seri, tidak ada diagnosis ditegakkan untuk ~ 20% dari efusi eksudatif, dan ini efusi menyelesaikan secara spontan tanpa residua jangka panjang. Itu pentingnya efusi ini adalah bahwa seseorang tidak boleh terlalu agresif dalam mencoba untuk membangun diagnosis untuk efusi tidak terdiagnosis, terutama jika pasien membaik secara klinis. 1 1.4.2.9. Chylothoraks Chylothoraks terjadi ketika saluran thoraks terganggu dan chyle terakumulasi di rongga pleura. Penyebab paling umum dari chylothoraks adalah trauma (paling sering bedah thoraks), tapi mungkin juga hasil dari tumor di mediastinum. Pasien dengan chylothoraks hadir dengan dyspnea, dan efusi pleura besar adalah hadir pada radiografi dada. Thoracentesis mengungkapkan cairan susu, dan analisis biokimia menunjukkan tingkat trigliserida yang melebihi 1,2 mmol / L (110 mg / dL). Penyebab lainnya adalah neoplasma (limfoma atau karsinoma metastase), TBC, sirosis, obstruksi vena sentral, chyloasites. Pasien dengan chylothoraks dan tidak ada yang jelas trauma harus memiliki lymphangiogram dan CT scan mediastinum untuk menilai mediastinum untuk kelenjar getah bening. Terapi pilihan untuk sebagian chylothoraks adalah penyisipan chest tube ditambah administrasi dari octreotide. Jika modalitas ini gagal, pleuroperitoneal sebuah shunt harus ditempatkan kecuali pasien memiliki ascites chylous. Sebuah pengobatan alternatif adalah ligasi duktus thoraks. Pasien dengan chylothoraks seharusnya tidak menjalani berkepanjangan tabung thoracostomy dengan chest tube drainase karena ini akan menyebabkan kekurangan gizi dan ketidakmampuan imunologi. 1 1.4.2.10. Hemothoraks Ketika thoracentesis diagnostik mengungkapkan cairan pleura berdarah, sebuah hematokrit harus diperoleh pada cairan pleura. Jika hematokrit lebih dari satusetengah dari yang dalam darah perifer, yang Pasien dianggap memiliki hemothoraks a. Kebanyakan hemothoraks adalah hasil dari trauma; penyebab lain termasuk pecahnya darah kapal atau tumor. Kebanyakan pasien dengan hemothoraks harus diperlakukan dengan tabung thoracostomy, yang memungkinkan kuantifikasi terus menerus perdarahan. Jika perdarahan berasal dari laserasi pleura, aposisi dua 11 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 permukaan pleura kemungkinan untuk menghentikan pendarahan. Jika perdarahan pleura melebihi 200 mL / jam, pertimbangan harus diberikan kepada thoracoscopy atau torakotomi. 1 1.4.2.11. Penyebab lain-lain dari efusi pleura Ada banyak penyebab lain dari efusi pleura (Tabel 263-1). Kunci fitur dari beberapa kondisi ini adalah sebagai berikut: Jika pleura yang tingkat amilase cairan tinggi, diagnosis ruptur esofagus atau penyakit pankreas kemungkinan. Jika pasien demam, memiliki didominasi sel polimorfonuklear dalam cairan pleura, dan tidak memiliki kelainan parenkim paru, abses intraabdominal sebuah Seharusnya dipertimbangkan. Diagnosis dari asbes efusi pleura adalah salah satu pengecualian. Tumor ovarium jinak dapat menghasilkan ascites dan efusi pleura (Sindrom Meigs), seperti dapat sindrom hiperstimulasi ovarium. Beberapa obat dapat menyebabkan efusi pleura; cairan terkait biasanya eosinophilic. Efusi pleura biasanya terjadi setelah koroner operasi bypass arteri. Efusi terjadi dalam minggu pertama adalah biasanya sisi kiri dan berdarah, dengan sejumlah besar eosinofil, dan menanggapi satu atau dua thoracentesis terapi. Efusi terjadi setelah beberapa minggu pertama biasanya sisi kiri dan jelas kuning, dengan limfosit terutama kecil, dan cenderung kambuh. Manipulasi medis lainnya yang menyebabkan efusi pleura termasuk operasi perut; terapi radiasi; hati, paru-paru, atau transplantasi jantung; dan penyisipan intravaskular garis tengah. 1 1.5. PATOGENESIS Efusi cairan dapat terbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalbuminemia oleh beragai keadaan, perikarditis kontriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothoraks.5 Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboida dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudatva yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. 5 12 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Gambar 1.2. Patofisiologi efusi pleura 1.6. MANIFESTASI KLINIS 1.6.1. Tanda dan gejala Pada efusi pleura minimal, sering tanpa gejala. Dispneu terjadi bervariasi tergantung pada ukuran efusi dan penyakit paru-paru yang mendasari. Pada beberapa pasien terjadi nyeri dada pleuritik.2 13 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Gejala Dispnea/sesak nafas Batuk non produktif Rasa sakit/nyeri pada dada Gejala lainnya umumnya mengarahkan ke penyebabnya : Edema tungkai, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea – CHF Keringat malam, demam, hemoptisis, penurunan berat badan – TB Hemoptisis – Malignansi, patologi endobronkial/endotrakeal, infark pulmonal Demam akut, sputum purulen, nyeri dada – Pneumonia Tanda Mediastinal shift umumnya terjadi bila efusi lebih dari 1000 mL. Bila efusinya besar maka ruang intercostals akan tampak menonjol. Pergerakan dada tidak simetris, dengan pergerakan dada yang berkurang / terlambat pada sisi yang mengalami efusi. Palpasi stem fremitus melemah, Perkusi terdengar pekak Suara nafas melemah sampai tidak terdengar Egofoni pada bagian superior dari efusi pleura Dapat terdengar friction rub1,5,6 1.6.2. Pemeriksaan Fisik Dari inspeksi pada dinding dada didapatkan pergeakan dada tidak simetris, adanya penurunan ekspansi ipsilateral, trakea terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi pleura, terjadi ada efusi pleura yang luas. Pada perkusi terdengar redup setinggi cairan, sedangkan pada palpasi stem fremitus melemah sampai hilang. Pada aukskultasi didapatkan suara nafas menurun sampai hilang.5 1.6.3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada efusi pleura adalah 3: 1.6.3.1. Pencitraan Diagnostik Awal a. Rontgen thoraks Rontgen thoraks Posteroanterior (PA) harus dilakukan dalam penilaian dicurigai efusi pleura. Penanda efusi pleura pada rontgen thoraks: 14 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 harus memiliki> 200 ml cairan pleura pada film PA lateral: cairan > 50 mL menimbulkan sudut kostofrenikus posterior tumpul PA: sudut kostofrenikus lateralis tumpul Opasitas pada lapang paru dengan meniskus cekung dekubitus: cairan akan bergeser kecuali bila terlokalisasi terlentang: cairan akan terlihat sebagai bayangan kabur Gambar 1.3. Foto Thoraks yang menunjukan efusi pleura kiri moderate, dan efusi subpulmonal. b. USG USG dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan aspirasi cairan pleura dan mengurangi risiko tusukan organ. USG mendeteksi batas-batas cairan pleura dengan dan lebih sensitif dari CT. 1.6.3.2. Aspirasi pleura Sampel cairan pleura harus disedot dengan (21G) jarum halus dan jarum suntik 50ml. USG meningkatkan tingkat keberhasilan dan mengurangi komplikasi (termasuk pneumothoraks) sehingga dianjurkan untuk aspirasi diagnostik. Cairan pleura normal memiliki karakteristik : Berwarna jernih seperti plasma pH 7.60-7.64 Mengandung protein < 2% (1-2 g/Dl) Mengandung leukosit < 1000 / mm3 Kandungan glukosa sama dengan plasma Kadar LDH 50% dari kadar LDH plasma6 15 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Cairan pleura harus selalu dikirim untuk pemeriksaan protein, laktat dehidrogenase, pewarnaan Gram, sitologi dan kultur mikrobiologi. Pada aspirasi pleura perlu dilihat hal-hal berikut: a. Appearance Hal-hal yang terkait dengan munculnya cairan pleura harus tercatat. Adanya hematokrit pada cairan pleura sangat membantu dalam diagnosis haemothoraks. b. Membedakan antara eksudat dan transudat Kriteria Light harus digunakan untuk membedakan antara cairan termasuk eksudat dan transudat. Untuk menerapkan kriteria Light, protein total dan dehidrogenase laktat (LDH) harus diukur dalam darah dan pleura cairan. c. Hitung jenis cairan Pleura Hitung jenis pada cairan pleura membantu dalam mempersempit diagnosis banding. Efusi pleura yang lama cenderung dihuni oleh limfosit. Keganasan pleura, gagal jantung dan TBC adalah penyebab spesifik umum terdapatnya limfosit yang dominan. d. pH Dalam efusi non-purulen, bila curiga adanya infeksi pleura, pH cairan pleura harus diukur. Adanya udara atau anestesi lokal dalam sampel dapat mengubah hasil pH dan harus dihindari. Dalam efusi parapneumonik, pH <7,2 menunjukkan perlunya tabung drainase. e. Amylase Pengukuran rutin amilase pada cairan pleura, tidak dibenarkan. Namun hal ini dapat berguna pada kasus ruptur esofagus atau efusi yang berkaitan dengan penyakit pankreas. f. Sitologi Efusi ganas dapat didiagnosis dengan sitologi cairan pleura pada sekitar 60% kasus. Imunositokimia harus digunakan untuk membedakan sel ganas dan penting dalam terapi onkologi. 1.6.3.3. Pemeriksaan Lanjut a. Computed Tomography (CT) 16 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 CT scan untuk efusi pleura harus dilakukan dengan peningkatan kontras pleura dan sebelum drainase lengkap cairan pleura. CT scan harus dilakukan dalam penyelidikan semua efusi pleura eksudatif yang tidak terdiagnosis dan dapat berguna dalam membedakan ganas atau jinak dari penebalan pleura. CT scan harus dilakukan untuk infeksi pleura ketika tabung drainase telah gagal dan harus dipertimbangkan operasi. Peran CT scan pada efusi pleura:2 Untuk menentukan lokasi cairan, penebalan dan nodul pleura, kelainan parenkim dan adenopati Membantu untuk membedakan efusi jinak atau ganas dari efusi eksudatif atau transudative Tidak boleh untuk membedakan empiema dari efusi parapneumonik 1.6.3.4. Pemeriksaan pada Kondisi tertentu a. Pleurisy tuberkulosis Ketika biopsi pleura diambil, harus dikirim untuk pemeriksaan histologi dan kultur untuk diagnostik tuberkulosis. Biopsi pleura Thoracoscopic adalah tes yang paling mungkin untuk menghasilkan kultur mikobakterium positif (dan sensitivitas obat). b. Rheumatoid arthritis terkait efusi pleura Efusi pleura yang kronis penyebab sekundernya adalah karena rheumatoid arthritis memiliki kadar glukosa yang sangat rendah kurang dari 1,6 mmol / L (29mg / dL). c. Sistemik lupus erythematosus (SLE) Cairan pleura dan ANA tidak harus diukur secara rutin karena tidak sesuai dengan tingkat serum level. d. Chylothoraks dan pseudochylothoraks Jika dicurigai chylothoraks dan pseudochylothoraks, cairan pleura harus diuji untuk kristal kolesterol, kilomikron, trigliserida dan kolesterol.. 17 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 1.7. DIAGNOSIS Pasien dengan efusi pleura, harus dicari penyebabnya. Langkah pertama adalah untuk menentukan apakah efusi adalah transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi ketika faktor sistemik yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. efusi pleura eksudatif terjadi ketika faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Penyebab utama efusi pleura eksudatif adalah pneumonia bakteri, keganasan, infeksi virus, dan emboli paru. Selain itu untuk menentukan diferensiasi ini perlu prosedur diagnostik tambahan ditandai dengan efusi eksudatif untuk menentukan penyebab penyakit lokal. Efusi pleura eksudatif transudatif dan dibedakan dengan Light’s Criteria, yaitu dengan mengukur dehidrogenase laktat (LDH) dan tingkat protein dalam cairan pleura. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak satu dari kriteria sebagai berikut, sedangkan efusi pleura transudative memenuhi seluruh kriteria Light. 1 Tabel 3. Light’s Criteria2 Kriteria Light 1. protein cairan pleura / protein serum> 0,5 2. LDH cairan pleura / serum LDH> 0,6 3. LDH cairan pleura >2/3 batas atas normal untuk serum LDH Eksudat = minimal 1 kriteria Transudat = tidak memenuhi ketiga kriteria 18 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 19 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Gambar 1.4. Algoritma Pendekatan Diagnostik pada Efusi Pleura.3 LVF= left ventricular failure; CT= computed tomography; LDH= lactate dehydrogenase; LA= Local Anestesi; VATS= Video-Assisted Thoracsopy; PE= pulmonary embolism; TB= tuberculosis; PF= pleural fluid. 1.8. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding pada efusi pleura dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Diagnosis banding efusi pleura1 20 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD EFUSI PLEURA TRANSUDATIF 1 Congestive heart failure 2 Sirosis 3 Emboli paru 4 Sindroma nefrotik EFUSI PLEURA EKSUDATIF 1 Neoplastic disease - Metastatic disease - Mesothelioma 2 3 4 5 Infeksi - Bakteri - TB - Virus - Parasit Emboli paru Penyakit GI - Perforasi esofagus - Penyakit pankreas - Abses intraabdomen - Post operasi intraabdominal - Post transplantasi hepar Collagen vascular disease - Bernadina Cynthia 406148157 5 6 7 Peritoneal dialysis Obstruksi vena cava superior Myxedema 6 Post coronary artery bypass surgery 8 Uremia 12 Drug-induced pleural disease - Nitrofurantoin - Dantrolene - Methysergide - Bromocriptine - Procarbazine - Amiodarone Trapped lung hemothoraks Iatrogenic Penyakit perikardial Chylothoraks 13 14 15 16 17 Rheumatoid pleuritis SLE Drug induced lupus 1.9. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi pada efusi pleura adalah sbb2: Bekas luka pada paru Pneumothoraks (komplikasi dari thoracentesis) empyema (terkumpulnya pus pada kavum pleura) sepsis terkadang dapat menyebabkan kematian 21 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 1.10. PENATALAKSANAAN Tujuan dari penatalaksanaan efusi pleura yaitu : Meredakan gejala dan menangani penyebabnya Mencegah tertimbunnya kembali cairan Terapi efusi parapneumonik dan malignansi Umumnya efusi tidak memerlukan tatalaksana jika asimptomatik dan penyakit penyebanya telah diterapi, karena kebanyakan efusi bisa resorpsi dengan sendirinya, terutama yang disebabkan oleh pneumonia tak terkomplikasi, emboli pulmonal, post operasi. Nyeri pleura ditangani dengan pemberian NSAID atau analgesik lainnya. Terkadang juga dilakukan penggunaan opioid jangka pendek. Thorakosentesis merupakan terapi untuk simptomatik efusi dan dapat dilakukan berulang untuk efusi yang terakumulasi kembali. Pengeluaran cairan dapat terus dilakukan sampai pasien merasakan dada kencang, nyeri dada, atau batuk parah. Efusi yang kronik, rekuren, dan menimbulkan gejala dapat diterapi dengan pleurodesis atau drainasi intermiten dengan katerer menetap. Efusi yang disebabkan oleh karena pneumonia dan keganasan memerlukan penanganan khusus. Pada pasien dengan prognosis yang kurang baik (ph <7.30, glukosa < 60 mg/dL, hasil pewarnaan gram atau kultur positif, lokulasi), efusi harus seluruhnya dikeluarkan dengan thorakosentesis atau thorakostomi dengan selang. Jika pengeluaran cairan seluruhnya tidak memungkinkan, obat trombolitik (fibrinolitik) (contoh, urokinase 100.000 unit atau tissue plasminogen activator 10 mg dalam 100 cc larutan garam fisiologis) dapat diberikan lewat intrapleura, namun keefektivan cara ini masih belum. Efusi pleura paramalignan menunjukkan adanya efusi pada pasien kanker tanpa ditemukannya penemuan sel tumor pada hasil pemeriksaan cairan pleura namun ada kecurigaan mengarah ke keganasan.5 Jika dispneu tidak dirasakan lagi setelah thorakosentesis pada efusi pleura maligna, namun cairan terakumulasi kembali (dengan dispneu), maka diindikasikan drainasi kronik (intermiten) atau plerodesis. Efusi asimptomatik dan dispneu yang tidak reda dengan thorakosentesis tidak memerilukan prosedur tambahan Drainasi dengan kateter menetap lebih dipilih untuk pasien rawat jalan karena tidak memerlukan rawat inap pada insersi kateter dan cairan pleura bisa dikeluarkan secara intermiten ke botol hampa udara. Pleurodesis dilakukan dengan cara memasukkan agen sklerosis ke dalam rongga pleura untuk menggabungkan pleura 22 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 viseral dan parietal. Agen sklerosis yang umumnya digunakan yaitu bedak, doksisiklin, bleomisin yang dimasukkan lewat selang atau melalui thorakoskopi. Pleurodesis dikontraindikasikan jika mediastinum telah bergeser ke arah yang mengalami efusi atau jika paru-paru tidak mengembang pasca pemasangan selang. Pengaliran cairan pleura ke dalam peritoneum (peritoneal shunt) berguna untuk pasien dengan efusi maligna jika pleurodesis tidak berhasil. 1.10.1. Thorakosentesis Teurapetik Thorakosentesis teurapetik ditujukan untuk meredakan sesak napas pada pasien dengan efusi pleura masif dan juga untuk mencegah inflamasi lanjut dan fibrosis pada efusi parapneumonik. Sebagai tambahan dari yang telah dijelaskan sebelumnya pada thorakosentesis diagnostik, pertimbangkan 3 hal berikut dalam melakukan thorakosentesis teurapeutik8: 1. Hindari terjadinya penumothorak akibat pengeluaran cairan yang terlalu banyak. Lebih baik menggunakan kateter daripada jarum dalam melakukan thorakosentesis teurapeutik. 2. Perhatikan oksigenasi pasien selama dan setelah thorakosentesis karena tekanan oksigen arteri bisa secara paradoksikal memburuk setelah pengeluaran cairan pleura sebagai akibat dari perubahan perfusi dan ventilasi pada paru yang kembali mengembang. Pertimbangkan untuk menggunakan suplemen oksigen empirik selama prosedur berlangsung. 3. Jangan mengeluarkan terlalu banyak cairan untuk menghindari terjadinya edema pulmonal akibat reekspansi paru. Pengeluaran cairan sebanyak 400-500 cc sudah mampu meringankan sesak. Jumlah pengeluaran cairan yang dianjurkan yaitu sebanyak 1000-1500 cc dalam sekali prosedur thorakosentesis teurapeutik. Rasa dada tertekan atau nyeri selama prosedur ini menandakan paru yang tidak sepenuhnya mengembang bebas, maka prosedur ini harus segera dihentikan untuk menghindari terjadinya edema paru. 1.10.2. Thorakostomi dengan selang Biasanya dilakukan untuk efusi pleura masif atau efusi parapneumonik terkomplikasi. Dilakukan dengan memasukkan selang berdiameter besar (20-36F). Namun, selang sebesar ini tidak selalu dapat ditoleransi oleh pasien dan juga sulit untuk 23 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 mengarahkannya ke dalam kavum pleura. Maka, selang berukuran kecil (7-14F) yang umumnya digunakan dengan bantuan arahan radiografi. 1.10.3. Pleurodesis Pleurodesis dilakukan dengan memasukan bahan iritan ke dalam kavum pleura untuk menimbulkan fibrosis antara pleura parietal dan viseral. Pleurodesis biasanya dilakukan untuk efusi maligna yang rekuren. Terapi ini ditujukan sebagai terapi paliatif pada pasien dengan kanker. Bahan iritan yang umumnya digunakan yaitu bedak dan doksisiklin, bleomycin sulfate, zinc sulfate, quinacrine hydrochloride.8 1.10.4. Obat-obatan Manajemen terapi farmakologi efusi pleura tergantung dari etiologi. Vasodilator dan diuretik untuk terapi Congestive Heart Failure, Edema Pulmonal. Antibiotik untuk efusi parapneumonik dan empiema.Antikoagulan untuk emboli paru. 1.11. PROGNOSIS Prognosis efusi pleura tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Meskipun begitu, lebih cepat dideteksi dan ditangani, akan memiliki prognosis yang lebih baik. 24 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama Penderita : Ny. S Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Menikah Alamat : Wotan 06/09, Sukolilo - Pati Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Nomor CM : 720 964 Dirawat di ruang : Melati I Tanggal Masuk RS : 3 Januari 2016 Tanggal keluar RS : 7 Januari 2016 Tanggal dikasuskan : 5 Januari 2016 B. RIWAYAT PENYAKIT Anamnesis : Autoanamnesis Keluhan Utama : Sesak Nafas Riwayat Penyakit Sekarang • Pasien datang ke IGD RSUD Kudus dengan keluhan sesak napas. Pasien mengatakan sesak napas yang dialaminya sudah berlangsung sejak 2 hari terakhir. Sesak dirasakan terus menerus, sesak dirasakan semakin memberat dan tidak dipengaruhi dengan adanya perubahan posisi. Sesak dirasakan memberat terutama ketika pasien beraktivitas dan terjadi juga saat istirahat, sehingga aktivitas pasien menjadi terbatas. Selain itu pasien mengatakan tidak dapat tidur dalam posisi berbaring karena sesak, sehingga pasien harus menggunakan 2-3 bantal saat berbaring. Sesak tidak disertai suara mengi. Pasien tidak mengalami nyeri dada ketika menarik napas. Tidak terdapat batuk, tidak ada demam, mual muntah, ataupun nyeri kepala. Selain itu pasien juga 25 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 datang dengan tangan dan kaki bengkak. Menurut pengakuan pasien, pasien memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis. BAK dan BAB dalam batas normal. Riwayat Penyakit Dahulu • Riwayat penyakit darah tinggi (+) • Riwayat penyakit kencing manis (+) • Riwayat penyakit jantung (-) • Riwayat penyakit ginjal (-) • Riwayat TB paru (-) • Riwayat asma (-) • Riwayat hepatitis (-) • Riwayat merokok dan minum alkohol (-) • Riwayat alergi (-) Riwayat Penyakit Keluarga • Riwayat penyakit darah tinggi (-) • Riwayat penyakit kencing manis (-) • Riwayat penyakit jantung (-)l • Riwayat penyakit ginjal (-) • Riwayat TB paru pada keluarga (-) • Riwayat asma (-) • Riwayat hepatitis (-) • Riwayat merokok dan minum alkohol(-) • Riwayat alergi (-) Riwayat Sosial dan Pekerjaan : o Pasien tidak bekerja. Suaminya bekerja sebagai buruh pabrik. Biaya rumah sakit ditanggung oleh BPJS. Riwayat Kebiasaan Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Riwayat Lingkungan 26 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Pasien tinggal serumah dengan suami dan 1 orang anaknya C. Pemeriksaan Fisik (5 Januari 2016) • Keadaan Umum : tampak sakit ringan • Kesadaran : compos mentis • TD : 150/100 mmHg • Nadi : 80 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup • Laju pernafasan : 28 x/menit • Suhu : 37,0 oC (aksila) • SpO2 : 97% • BB : 58 kg • TB : 148 cm • IMT : 26,48 (obese) • Kulit : pucat (-), sianosis (-), ikterik (-) • Kepala : mesocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut • Mata : pupil isokor, diameter pupil 3 mm, refleks cahaya (+/+), CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), exophthalmus (-/-) • Hidung : deviasi septum hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-) • Telinga : nyeri tekan tragus (-), sekret (-), edema (-), hiperemis (-) • Mulut : sulkus nasolabialis simetris, lidah normal, tremor (-), deviasi lidah (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 • Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-), JVP 5+2 cm H2O • Thorax : • Jantung • Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis • Palpasi : tidak teraba pulsasi iktus cordis • Perkusi : redup • Batas atas jantung di ICS III PSLS • Batas kanan jantung di ICS IV PSLD 27 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 • Batas kiri jantung tidak dapat dinilai • Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-), HR 80 x/menit • Paru Paru Depan • • INSPEKSI PALPASI • KANAN • • Bentuk dada bagian depan simetris • Frekuensi pernafasan 28x/menit, sifat pernafasan abdomino-torakal • Tidak terdapat retraksi suprasternal, supraklavikula dan interkostal • Palpasi secara umum tidak• terdapat benjolan pada dinding dada • Palpasi secara umum tidak terdapat benjolan pada dinding dada Pergerakan dinding dada kanan• Pergerakan dinding dada normal • Stem fremitus normal, lebih kuat di dari kanan, di lapang paru samping dan lapang paru samping dan bawah bawah kanan, dan sama kuat di lapang kanan, dan sama kuat di lapang paru paru atas kanan dan kiri sedikit tertinggal • KIRI Stem fremitus melemah atas kanan dan kiri • PERKUSI • Sonor di lapang paru atas • • Redup di lapang paru bawah, Sonor di lapang paru atas, bawah dan samping dan samping • Batas peranjakan paru-hati sulit dinilai • AUSKULTA • SI • Terdengar suara bronkial di• suara bronkial di manubrium sterni, bronkovesikuler di manubrium sterni, bronkovesikuler di ICS I dan II ICS I dan II, dan vesikuler di seluruh Suara dasar vesikuler menurun di lapang paru bawah dan samping • Terdengar • lapang paru Wheezing (-), ronkhi (-) Wheezing (-), ronki basah halus (+) di basal paru 28 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Paru Depan • INSPEKSI Bernadina Cynthia 406148157 • KANAN • • Bentuk dada bagian belakang normal, letak dan bentuk skapula KIRI normal, letak dan bentuk kolumna vertebralis normal. • PALPASI • Palpasi secara umum tidak• terdaat benjolan pada dinding dada • Pergerakan dinding terdaat benjolan pada dinding dada dada• kanan sedikit tertinggal • Palpasi secara umum tidak Pergerakan dinding dada normal Stem fremitus melemah di• Stem fremitus normal, lebih lapang paru samping dan bawah kuat dari kanan di lapang paru kanan, dan sama kuat di lapang samping dan bawah kanan, dan paru atas kanan dan kiri sama kuat di lapang paru atas kanan dan kiri • PERKUSI • Sonor di lapang paru atas • Redup di lapang paru bawah, • dan samping • • Batas paru belakang bawah Sonor di lapang paru atas, bawah dan samping Batas paru belakang bawah setinggi vertebra torakal XI setinggi vertebra torakal XI • AUSKULTASI • Terdengar suara nafas• vesikuler di lapang paru atas • Ronki basah halus di basal Terdengar suara nafas vesikuler di lapang paru atas, tengah, bawah dan samping paru Abdomen • Inspeksi : membuncit, simetris, benjolan (-), venektasi (-), pulsasi pada epigastrium (-), bekas luka (-), striae (-) • Auskultasi : bising usus (+) normal • Perkusi : timpani (+) di keempat kuadran, liver span ± 8 cm, nyeri ketok sudut kosta vertebra kanan dan kiri (-) • Palpasi : supel di keempat kuadran, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba, tes ballottement (-/-), shifting dullnes (-) 29 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 • Ekstremitas −¿−¿ −¿− ¿¿ ¿ • Sianosis • Pembesaran KGB aksila -/- • Pembesaran KGB inguinal +¿+ ¿ −¿− ¿¿ ¿ Edema • -/- D. Pemeriksaan Penunjang 3/01/2016 Satuan Normal Keterangan Hematologi Rutin Hemoglobin 8.9 g/dL 12.0-15.0 Menurun Eritrosit 3.4 jt/ul 4.0-5.1 Menurun Hematrokit 27.7 % 36-47 Menurun Trombosit 120 10^3/ul 150-400 Menurun Leukosit 6.4 10^3/ul 4.0-12.0 Normal Netrofil 85.2 % 50 – 70 Meningkat Limfosit 6.2 % 25-40 Menurun Monosit 5.4 % 2-8 Normal Eosinofil 2.2 % 2-4 Normal Basofil 0.5 % 0-1 Normal MCH 26.2 Pg 27-31 Menurun MCHC 32.1 g/dL 33-37 Menurun MCV 81.5 fL 79-99 Normal RDW 14.7 % 10-15 Normal MPV 12.4 fL 6.5-11 Meningkat PDW 14.7 fL 10-18 Normal Kimia Klinik 30 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Ureum 134,9 mg/dL 19 – 44 Meningkat Kreatinin 10,2 mg/dL 0,6 – 1,3 Meningkat Kolesterol 227 mg/dL <= 200 Meningkat CKMB 23 U/L <24 Normal Pemeriksaan Laboratorium – 05 Januari 2016 Kimia Klinik Protein total 4,8 g/dL 6,0 – 8,0 Menurun Albumin 2,8 g/dL 3,5 – 5,2 Menurun Globulin 2,0 g/dL 1,3 – 3,3 Normal 1. Foto Thorax FOTO THORAX 17/09/2015 FOTO THORAX 22/09/ 2015 31 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 EKG tanggal 4 Januari 2016 E. Problem Daftar Masalah 1. Sesak nafas 2 hari terus menerus dan bertambah berat, baik saat aktivitas maupun saat istirahat 2. Berbaring harus menggunakan 2-3 bantal 3. Tangan dan kaki bengkak 4. Riwayat DM dan HT diakui 5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, Tekanan darah 150/100 mmHg, Laju pernapasan 28x/menit, SpO2 97 %, IMT 26,42 (Obese), 6. Paru : Paru Depan Inspeksi • Paru Belakang Bentuk dada bagian depan simetris 32 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD • Bernadina Cynthia 406148157 Frekuensi pernafasan 28x/menit, sifat pernafasan abdominotorakal • Palpasi Tidak terdapat interkostal Pergerakan dinding retraksi dada suprasternal, dan kanan Pergerakan dinding dada kanan sedikit tertinggal supraklavikula sedikit tertinggal Stem fremitus melemah di Stem fremitus melemah di lapang paru samping dan bawah lapang paru samping dan kanan, dan sama kuat di lapang bawah kanan, dan sama paru atas kanan dan kiri kuat di lapang paru atas kanan dan kiri Perkusi Redup di lapang paru bawah, dan Redup di lapang paru bawah, dan samping Auskultasi samping Suara dasar vesikuler menurun di Ronki basah halus di basal pada paru lapang paru bawah dan samping kanan Wheezing (-), ronki basah halus (+) di basal paru 7. Pemeriksaan Laboratorium – 03 Januari 2016 3/01/2016 HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN KETERANGAN HEMATOLOGI RUTIN Hemoglobin 8.9 g/dL 12.0-15.0 Menurun 33 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Eritrosit 3.4 jt/ul 4.0-5.1 Menurun Hematrokit 27.7 % 36-47 Menurun Trombosit 120 10^3/ul 150-400 Menurun Netrofil 85.2 % 50 – 70 Meningkat Limfosit 6.2 % 25-40 Menurun MCH 26.2 Pg 27-31 Menurun MCHC 32.1 g/dL 33-37 Menurun MPV 12.4 fL 6.5-11 Meningkat KIMIA KLINIK Ureum 134,9 mg/dL 19 – 44 Meningkat Kreatinin 10,2 mg/dL 0,6 – 1,3 Meningkat Kolesterol 227 mg/dL <= 200 Meningkat Pemeriksaan Laboratorium – 05 Januari 2016 KIMIA KLINIK Protein total 4,8 g/dL 6,0 – 8,0 Menurun Albumin 2,8 g/dL 3,5 – 5,2 Menurun EKG tanggal 4 Januari 2016 8. Pada Foto toraks didapatkan gambaran Kardiomegali (LVH), dan efusi pleura kanan Foto Thorax 4/01/2016 Initial Assessment Efusi Pleura Kanan CKD 34 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 9. Rencana Diagnostik Foto Thorax Darah rutin 10. Rencana Terapi Water Seal Drainage (WSD) Infus RL 10 tpm Furosemid 3x1 Lovenox 2x0,6 cc Humulin R 10 U N-Asetilcystein 1x1tab Valesco 2x80 CaCO3 3x1 Ramipril 1x5 mg Digoxin 1x1 CPG 1x1 Aspilet 1x1 Spironolakton 1x50 mg Furosemid inj NaCl 0,9% EAS (renxamin infus)1x1 35 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 11. Pemantauan Keluhan subjektif (terutama keluhan sesak nafas), tanda-tanda vital (TD, RR, nadi, suhu dan SPO2), pemeriksaan fisik paru Foto thorax Darah rutin 12. Edukasi Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya, tanda dan gejala yang membahayakan, cara pengobatan dan pemantauan, dan komplikasi jika tidak ditangani, agar pasien paham dan dapat patuh berobat. 13. Prognosis Ad vitam : bonam Ad fungsionam : bonam Ad sanationam : dubia ad bonam F. Catatan Kemajuan Selasa, 5 Januari 2016 S : batuk kering (+), sesak (+), pusing (+), tidak bisa tidur, nyeri dada (+), kaki bengkak (+/+). O : Keadaan umum Kesadaran RR Tensi Nadi Suhu SpO2 Inspeksi Bentuk : lemah : compos mentis : 28 x/menit : 150/100 mmHg : 98 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular : 37,0o C (Aksila) : 98% Paru Depan dada bagian simetris. Tidak Paru Belakang depan Bentuk dada bagian belakang normal, letak dan bentuk terdapat retraksi skapula normal, letak dan suprasternal, supraklavikula dan bentuk kolumna vertebralis interkostal normal 36 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Palpasi Perkusi Bernadina Cynthia 406148157 Pergerakan dinding dada Pergerakan dinding dada kanan sedikit tertinggal. Stem kanan sedikit tertinggal. Stem fremitus melemah di lapang fremitus melemah di lapang paru samping dan bawah paru samping dan bawah kanan, dan sama kuat di lapang kanan, dan sama kuat di lapang paru atas kanan dan kiri Sonor di lapang paru atas kanan paru atas kanan dan kiri Sonor di lapang paru atas kanan dan kiri. Redup di lapang paru dan kiri, redup di lapang paru bawah, dan samping kanan bawah, dan samping kanan. Batas paru belakang bawah Auskultasi Suara dasar vesikuler menurun setinggi vertebra torakal XI Terdengar suara nafas vesikuler di di lapang paru bawah dan lapang paru atas kanan dan kiri, samping kanan. Wheezing (-), Ronki basah halus di basal paru ronki basah halus (+) di basal kanan paru kanan A : efusi pleura CKD : Therapy : P Lovenox 2x0,6 cc Valesco 2x80 Ramipril 1x5 mg Digoxin 1x1 CPG 1x1 Miniaspi 1x1 Spironolakton 1x50 mg Furosemid inj Infus RL 20 tpm 37 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 EAS 1x1 Monitoring : - Potein total, Albumin, Globulin rencana pungsi pleura, analisis cairan pleura Rabu, 6 Januari 2016 S : sesak berkurang, batuk berkurang, kaki bengkak (-/-), BAB (-). Keluarga menolak cuci darah, keluarga menolak dilakukan pungsi cairan pleura. O : Keadaan umum : tampak lemah Kesadaran : compos mentis RR : 26 x/menit Tensi : 160/90 mmHg Nadi : 87 x/menit ,isi dan tegangan cukup, regular Suhu : 37.2o C (Aksila) SpO2 : 98% Inspeksi Paru Depan Bentuk dada bagian depan simetris. Paru Belakang Bentuk dada bagian Tidak terdapat retraksi suprasternal, belakang normal, letak dan supraklavikula dan interkostal bentuk skapula normal, letak dan bentuk kolumna Palpasi Pergerakan dinding dada simetris vertebralis normal Pergerakan dinding dada kanan dan kiri. Stem fremitus simetris kanan dan kiri. sama kuat di lapang paru atas, Stem fremitus sama kuat di samping dan bawah kanan dan kiri lapang paru atas, tengah, samping dan bawah kanan Perkusi Sonor di kedua lapang paru dan kiri Sonor di kedua lapang paru. Batas paru belakang bawah setinggi Auskultasi Suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru. Wheezing (-), ronki (-) A : efusi pleura CKD P : vertebra torakal XI Suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru. Wheezing (-), ronki (-) 38 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Therapy : Lovenox 2x0,4 cc Valesco 2x80 Ramipril 1x5 mg Digoxin 1x1 CPG 1x1 Miniaspi 1x1 CaCo3 3x1 Spironolakton 1x50 mg Furosemid inj Infus RL 20 tpm EAS 1x1 Bernadina Cynthia 406148157 Pemeriksaan Laboratorium – 05 Januari 2016 Kimia Klinik Protein total 4,8 g/dL 6,0 – 8,0 Menurun Albumin 2,8 g/dL 3,5 – 5,2 Menurun Globulin 2,0 g/dL 1,3 – 3,3 Normal Monitoring : - keluhan subjektif, tanda vital, pemeriksaan foto thoraks ulang kadar ureum dan kreatinin 39 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 Tanggal 7 Januari 2016 S O : : Inspeksi sesak (-), batuk (-), tidak ada keluhan, pasien diperbolehkan pulang. Keadaan umum : tampak lemah Kesadaran : compos mentis RR : 22 x/menit Tensi : 180/110 mmHg Nadi : 84 x/menit ,isi dan tegangan cukup, regular Suhu : 37.0o C (Aksila) SpO2 : 98% Paru Depan Bentuk dada bagian depan simetris. Paru Belakang Bentuk dada bagian Tidak terdapat retraksi suprasternal, belakang normal, letak dan supraklavikula dan interkostal bentuk skapula normal, letak dan bentuk kolumna Palpasi Pergerakan dinding dada simetris vertebralis normal Pergerakan dinding dada kanan dan kiri. Stem fremitus sama simetris kanan dan kiri. kuat di lapang paru atas, samping Stem fremitus sama kuat di dan bawah kanan dan kiri lapang paru atas, tengah, samping dan bawah kanan Perkusi Sonor di kedua lapang paru dan kiri Sonor di kedua lapang paru. Batas paru belakang bawah setinggi Auskultasi Suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru. Wheezing (-), ronki (-) A vertebra torakal XI Suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru. Wheezing (-), ronki (-) : CKD efusi pleura teratasi : P Therapy : Lovenox 2x0,4 cc Valesco 2x80 Ramipril 1x5 mg Digoxin 1x1 40 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD CPG 1x1 Miniaspi 1x1 CaCo3 3x1 Spironolakton 1x50 mg Furosemid inj Infus RL 20 tpm Bernadina Cynthia 406148157 Monitoring : - foto toraks ulang tidak dilakukan, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin tidak dilakukan. Edukasi : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol rawat jalan ke poli paru dan poli penyakit dalam. 41 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 PEMBAHASAN Berdasarkan laporan kasus diatas, pada anamnesa didapatkan pasien mengalami sesak napas yang sudah berlangsung 2 hari terakhir, sesak dirasakan terus menerus dan semakin memberat terutama saat beraktivitas, tidak membaik dengan adanya perubahan posisi. Pasien mengatakan tidak dapat tidur dalam posisi berbaring karena sesak, sehingga pasien harus menggunakan 2-3 bantal saat berbaring. Selain itu pasien juga datang dengan tangan dan kaki bengkak. Pasien memiliki riwayat darah tinggi dan kencing manis. Kemudian berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg. IMT 26,48 (obese), dari pemeriksaan fisik paru, pada palpasi didapatkan pergerakan dinding dada kanan sedikit tertinggal, Stem fremitus melemah di lapang paru samping dan bawah kanan. Pada perkusi terdengar redup di lapang paru bawah, dan samping kanan. Suara dasar vesikuler menurun di lapang paru bawah dan samping kanan, dan terdapat ronki basah halus (+) di basal paru. Pada foto rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan kadar ureum 134,9 mg/dL, dan kreatinin 10,2 mg/dL. Berdasarkan guidelines dari BTS (British Thoracic Society), buku Harrison’s tentang efusi pleura, dari tanda dan gejala klinis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan dapat ditegakkan diagnosis penyakit yang dialami oleh Ny. S adalah efusi pleura kanan. Dan dari hasil kadar ureum dan kreatinin yang meningkat, dapat ditegakkan bahwa Ny. S mengalami CKD (Chronic Kidney Disease). Diduga efusi pleura yang terjadi pada Ny. S disebabkan karena CKD yang dideritanya. Berdasarkan algoritma diagnosis pada efusi pleura, penting dilakukan pemeriksaan foto thorax untuk menentukan banyaknya efusi pleura. Jika efusi pleura disertai dengan hipoalbuminemia, dan CKD maka perlu diobati penyebabnya sehingga efusi dapat teratasi. Selain itu perlu dilakukan analisis cairan pleura untuk menentukan apakan jenis cairannya berupa eksudat atau transudat. Hal ini dapat dibedakan berdasarkan Light’s Criteria, yaitu: 1. protein cairan pleura / protein serum> 0,5 2. LDH cairan pleura / serum LDH> 0,6 3. LDH cairan pleura >2/3 batas atas normal untuk serum LDH Efusi pleura eksudatif dikatakan jika memenuhi minimal 1 kriteria Light. Sedangkan efusi pleura transudatif dikatakan jika tidak memenuhi ketiganya. Namun disayangkan pada 42 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 kasus ini tidak dapat ditentukan apakah efusi pleura bersifat transudat atau eksudat karena pasien menolak dilakukan pungsi cairan pleura. Adapun prinsip penanganan pada pasien ini yaitu dengan mengatasi penyakit dasarnya agar keluhan sesak (akibat efusi pleura) dapat berkurang. Pada pasien ini tidak dilakukan pengambilan cairan pleura, namun hanya diberikan diuretik dengan tujuan mengeluarkan cairan pleura pada Ny. S. Terapi yang dapat diberikan pada pasien ini sejalan dengan alur penanganan yang di terbitkan oleh British Thoracic Society pleural diseases guideline-management of pleural effusion. Dimana berdasarkan keluhan, gejala klinis, pemeriksaan fisik dan hasil foto thoraks pada pasien ini ditemukan adanya efusi pleura, dan terdapat hipoalbuminemi, dan CKD maka penanganan yang diperlukan adalah untuk mengobati penyebabnya yaitu CKD. Pada pasien ini dimana didapatkan kadar ureum dan kreatinin yang meningkat, dan memerlukan cuci darah. Namun pasien menolak untuk dilakukannya cuci darah. Setelah 4 hari perawatan di RS, keluhan pasien berkurang. Pasien tidak mengalami sesak dan bengkak pada kaki pun sudah berkurang. Pada pasien juga tidak dilakukan pemeriksaan foto toraks ulang sehingga tidak dapat dilihat kemajuan efusi pleura pada paru kanan pasien. Namun dari gejala klinis, dan dari pemeriksaan fisik pada pasien dapat disimpulkan bahwa efusi pleura sudah teratasi. 43 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 DAFTAR PUSTAKA 1. Harrison TR, Resnick WR, Wintrobe MM, Thorn GW, Adams RD, Beeson PB, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw Hill; 2012. 2. Vojvodic M, Young A. Toronto Notes. 30th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students, Inc; 2014. 3. Rubins J, Byrd RP. Pleural Effusion [Internet]. 2014 [Updated 2014 Sep 05; cited 2016 January 17]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/299959overview#a9 4. Hooper C, Lee YC, Maskell N. Thorax, an International Journal of Respiratory Medicine. British Thoracic Society Pleural Disease Guideline 2010 [Internet]. August 2010 [cited 2016 January 17]; 65: 5-9. Available from: https://www.britthoracic.org.uk/document-library/clinical-information/pleural-disease/pleural-diseaseguidelines-2010/pleural-disease-guideline/ 5. Halim H. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1996. h. 1066. 6. Bickley LS, Szilagyl PG. Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking. 11th ed. Philladelphia: Wolters Kluwer, Lippincot Williams and Wilkins; 2013. 7. Price, Sylvia A, Lorraine M, Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol 2, Ed. 6. Jakarta: EGC, 2005: 735, 739. 8. Murray JA. Pleural Effusion. In: McPhee JH, Papadakis MH, Tierney LM, editors. Current Medical Diagnosis And Treatment. San Fransisco : McGraw-Hill, 2011. 44 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus Laporan Kasus Efusi Pleura Dekstra, CKD Bernadina Cynthia 406148157 LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI KASUS BAGIAN PENYAKIT DALAM Nama NPM Kasus Bernadina Cynthia Penguji dr. Luluk, Sp.P 406148157 Tanggal Januari 2015 Seorang perempuan usia 56 tahun dengan efusi pleura dekstra MATERI YANG DINILAI Data Identitas Anamnesa Pemeriksaan Fisik Penyusunan Problem Penyusunan Rencana Awal dan Terapi Penguasaan Materi Sikap dan Perilaku TOTAL NILAI RATA-RATA NILAI Nilai ditulis dengan angka Kompetensi Nilai :80 – 100A 70 – 79,99 B 56 – 69,99 C 45 – 55,99 D 0 – 49,99 E Penguji dr. Luluk,Sp. P 45 Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Periode 14 Desember 2015 – 20 Februari 2016 RSUD Kudus