ESTIMATION OF AQUITARD’S VERTICAL HYDRAULIC CONDUCTIVITY BASED ON SUBSURFACE TEMPERATURE DATA IN MAJALAYA AREA (Case Study : Majalaya Observation Well) ESTIMASI KONDUKTIVITAS HIDROLIK VERTIKAL AKUITAR BERDASARKAN DATA SUHU BAWAH PERMUKAAN DI DAERAH MAJALAYA ( Studi Kasus: Sumur Pantau Majalaya) Firman Maliki Abdullah Balai Konservasi Air Tanah / Badan Geologi ABSTRACT Determination of hydraulic conductivity of an aquifer is well known among hydrogeologists. One can conduct pumping test to know parameters of an aquifer. But on the other hand someone may wondering how to know (vertical) hydraulic conductivity of an aquitard. One may not make a construction of well to get data of aquitard’s parameter. Technically possible but the cost is too expensive. There is a simple method that anyone can know the hydraulic conductivity of aquitard based on subsurface temperature data. .The use of subsurface temperature data can make an estimation of the hydraulic conductivity of an aquitard. Another data needed is log lithology of a borehole where the measurement of subsurface temperature conducted. According to the heat transfer equation, one can make a simple calculation to get hydraulic conductivity based on geology data, hydrogeology and physical (heat transfer) assumptions. The research took place in Majalaya, South Bandung Area, where is geologically consist of volcanic rock and lake deposits. The subsurface temperature data collected from observation well owned by Geology Agency which has depth of about 116 m. Keywords: subsurface temperature, aquitard, vertical hydraulic conductivity ABSTRAK Penentuan konduktivitas hidrolik dari suatu akuifer sudah dikenal di kalangan ahli hidrogeologi. Seseorang dapat melakukan uji pemompaan untuk mengetahui parameter akuifer. Tapi di sisi orang lain mungkin bertanya-tanya bagaimana untuk mengetahui konduktivitas hidrolik vertikal dari akuitar. Tidak membuat membuat sumur dalam suatu akuitar untuk mendapatkan data hidrolik akuitar tersebut.. Secara teknis mungkin tetapi biayanya terlalu mahal. Ada metode sederhana yang siapa pun dapat mengetahui konduktivitas hidrolik akuitar, berdasarkan data suhu bawah permukaan. . Penggunaan data suhu bawah permukaan dapat membuat estimasi konduktivitas hidrolik dari akuitar. Data lain yang dibutuhkan adalah log litologi dari lubang bor dimana pengukuran suhu bawah permukaan dilakukan. Menurut persamaan perpindahan panas, dapat dibuat perhitungan sederhana untuk mendapatkan konduktivitas hidrolik didasarkan pada data geologi beserta asumsi hidrogeologi, dan fisika (perpindahan panas). Penelitian ini berlangsung di Majalaya, Bandung Selatan, di mana secara geologi terdiri dari batuan vulkanis dan endapan danau. Data suhu bawah permukaan dikumpulkan dari sumur pantau milik Badan Geologi yang mempunyai kedalaman sekitar 116 m. 1 PENDAHULUAN menghitung Konduktivitas hidrolik (K) adalah salah satu dari berdasarkan data temperatur sedangkan bila data parameter hidrolik suatu akuifer maupun- akuitar head yang panting bagi para ahli hidrogeologi ketika konduktivitas hidrolik secara vertikal. melakukan studi keairtanahan. Selain storativity Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini (koefisien simpanan), konduktivitas hidrolik adalah untuk memperkirakan nilai konduktivitas adalah parameter hidrolik lapisan akuitar berdasarkan data suhu melalui uji konduktivitas yang biasanya pemompaan. hidrolik diketahui Besarnya beserta nilai tersedia kecepatan maka aliran dapat air dihitung tanah pula bawah permukaan beserta data geologi (log bor). koefisien simpanan dan ketebalan akuifer menggambarkan potensi air tanah dalam suatu cekungan air tanah. Namun bagaimana bila ingin mengetahui nilai konduktivitas hidrolik suatu akuitar (non akuifer) ? Apakah kita dapatkan juga dari hasil uji LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar dua jam dari Kota Bandung melalui jalan raya Bandung -Majalaya. pemompaan sumur? melalui kalan terusan buah batu, Dayeuh Kolot, Terdapat suatu metode –meskipun bukan metode Bale Endah, Ciparay hingga Majalaya (Gambar baru- 1). yang dapat memperkirakan nilai konduktivitas hidrolik berdasarkan data suhu bawah permukaan. -Para ahli bumi telah lama menyadari bahwa pergerakan air tanah dapat mempengaruhi fluks panas di dalam bumi. sehingga dapat menyebabkan variasi gradien suhu di dalam bumi. Karena kerapatan fluks panas alami bumi biasanya kecil, pergerakan air tanah dapat mempengaruhi gradien geotermal. Stallman (1960, dalam Bredehoeft dan Papadopulos, 1965) memperkenalkan rumus untuk aliran air tanah dan panas berdasarkan pengukuran temperatur air tanah secara vertikal yang dapat digunakan untuk menghitung kecepatan air tanah. Bredehoeft dan Papadopulos (1965) menggunakan rumus dari Stallman tersebut untuk satu dimensi, arah vertikal, serta dalam kondisi tunak. Aliran statis dari air tanah dan panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk Gambar 1 Lokasi Penelitian Secara fisiografi lokasi penelitian termasuk o ke dalam Zona Gunung Api Kuarter yang Cibeureum dan Formasi Cikapundung yakni : Batuan Vulkanik Kuarter selain Formasi dibatasi oleh Zona Bogor, Zona Depresi Tengah Jawa Barat dan Zona Pegunungan Mandalawangi – Mandalagiri Selatan Jawa Barat. Secara umum zona ini Tuf kaca mengandung batu apung dan terdiri dari gunung api muda dan endapan lava vulkanik yang berumur Kuarter. Hutasoit hingga basalan, (2009) mengkompilasikan hasil para peneliti sebelumnya tersebut menjadi Peta Geologi daerah Bandung dan sekitarnya dimana tercakup lokasi penelitian di dalamnya, yakni : Formasi Kosambi (Endapan Danau). Batuan Gunung bersusunan andesit Api piroksen Satuan Gunung Api Malabar – Tilu Satuan ini berumur Pleistosen Atas dan terdiri dari tufa sela, breksi lahar, dan aliran lava. Tufa sela yang Satuan ini berumur Holosen dengan litologi bersusunan yang dicirikan oleh lempung, pasir halus sedikit batu apung. Tufa ini tersebar hingga kasar dan kerikil, umumnya bersifat ke utara dan baratlaut G. Tilu setempat tufan. membentuk agak padu dan membentuk breksi. lapisan mendatar dengan sisipan breksi, Breksi lahar mengandung sedikit batu mengandung sisa-sisa tumbuhan, moluska air apung. tawar ini andesit piroksen, andesit hornblenda, membentuk dataran tinggi Bandung dan setempat basalt, berupa aliran dan tebalnya lebih dari 100 m (Silitonga, 1973). kerucut parasit. Satuan ini bersumber Satuan ini mempunyai hubungan yang dari G. Malabar I, G. Malabar II, dan selaras dengan satuan di bawahnya (Formasi G. Tilu, Cibeureum). Hartono dan Koesoemadinata (1981) menyebut satuan ini dengan nama Tua Formasi Satuan ini berumur Pleistosen Bawah Setempat dan batuannya vertebrata. Kosambi Endapan menggantikan istilah andesit mengandung Lava umumnya bersusunan Andesit Waringin Bedil, Malabar Endapan Danau yang diperkenalkan oleh dengan Silitonga (1973). perselingan lava, breksi, dan tufa, o bersusunan Formasi Cibeureum litologi dicirikan andesit piroksen oleh dan Satuan ini berumur Pleistosen Atas dengan andesit hornblenda. Lava bersusunan litologi dicirikan oleh perulangan breksi dan andesit tuf, fragmen skorian andesit basal dan batu berkekar apung. Breksi lahar dan tufa mengandung meter, Tebal satuan ini diperkirakan 180 piroksen lempeng dan dan hornblenda, meniang. batu apung yang berukuran lapili. 3 Gambar II.3 Peta geologi regional daerah penelitian (Hutasoit,2009) Gambar II.3 Peta geologi regional daerah penelitian (Hutasoit,2009) Gambar 2 Peta Geologi Lokasi Penelitian = specific heat solid –fluid METODE C Seperti telah diulas sebelumnya jumlah fluks complex panas alami dari bumi biasanya kecil, ρ = densitas solid-fluid complex perubahan gradien suhu di dalam bumi bisa k = konduktivitas termal solid- dipengaruhi oleh pergerakan air tanah. fluid complex Stallman (1960, dalam Bredehoeft dan vx , vy , vz Papadopulos, 1965) mengungkapkan bahwa pada arah x, y, z pengukuran temperatur dapat digunakan x, y, z = koordinat kartesian dalam mengukur laju pergerakan air tanah. t = waktu = komponen kecepatan fluida Laju dari panas dan fluida dianggap hanya Terdapat sebuah solusi dari persamaan pada satu dimensi (arah vertikal) dan tunak. umum Stallman untuk kasus pergerakan Pada kondisi tersebut persamaannya menjadi vertikal air tanah dan panas pada kondisi : tunak. Solusi ini akan menarik bagi ahli hidrogeologi, karena solusi ini .................................. dapat menghasilkan perhitungan laju pergerakan vertikal air tanah. Persamaan differensial umum untuk laju panas dan fluida secara simultan pada kondisi tidak tunak yang bergerak melalui media isotrop, homogen dan porous yang jenuh adalah (Stallman, (Persamaan 2) (Katili dan Sudrajat, Diasumsikan air tanah 1984). mengalir vertikal pada kondisi tunak, melalui akifer semi tertekan dimana suhu sepanjang sisi vertikal telah diukur pada tiga titik atau lebih (Gambar.3). 1960, dalam Bredehoeft dan Papadopulos, 1965 ) : (Persamaan 1) dimana : T waktu t (Katili dan Sudrajat, 1984). .................................................... = suhu disetiap titik pada (Persamaan III.2) Co = specific fluida (Katiliheat dan Sudrajat, ρo 1984).fluida = densitas Gambar 3 Sketsa tipikal akifer bocor (Bredehoeft dan Papadopulos,1965) (Katili dan Sudrajat, 1984). 5 Kondisi batas untuk Persamaan 2 di atas untuk kisaran praktis. Perhitungan dibuat oleh Komputer USGS Burroughs 220. kondisi batas 1 Untuk memperkirakan kecepatan air tanah melalui lapisan semiconfined dari data suhu, bawah kondisi batas 2 permukaan dapat menggunakan prosedur type curve. Type curve terdiri dari plot aritmetik f(β, z/L) terhadap z/L untuk dimana : Tz = suhu di setiap kedalaman z T0 = suhu di posisi paling atas TL = suhu di posisi paling bawah L = jarak vertikal antara T0 nilai β yang berbeda, seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah, yang diplot dari Tabel 1. dengan TL koordinat z dan kecepatan air tanah adalah positif ke bawah dari posisi To. Setelah mengintegrasikan persamaan 2 dan menerapkan kondisi batas 1 dan 2, pada batas integralnya, solusinya menjadi : z (Tz – To)/(TL – To) = f ( , ) L dimana : ................................................ exp .z / L 1 z f ( , ) L exp( ) 1 ...... ...... β = coρovzL/k = parameter tanpa ...... dimensi (positif dan negatif tergantung dari ......arah Vz), ...... number. atau biasa disebut dengan peclet ...... ...... f ( , z ) Tabel 1 memberikan nilai fungsi L ...... ...... .... 6 Gambar 4 Type curve dari fungsi f(β, z/L) Tabel 1 Tabel nilai dari fungsi f(β, z/L) (Bredehoeft dan Papadopulos, 1965) HASIL DAN PEMBAHASAN Kecepatan air tanah dapat persamaan berikut : vz = k β / Co ρo L dihitung dari (Katili dan Sudrajat, 1984). (Persamaan 5) Kurva tipe mengindikasikan bahwa dalam kondisi tunak dan isotropis, tanpa aliran air tanah (artinya β =0), gradien termal mempunyai hubungan linier dengan kedalaman.yang tercermin dari persamaan garis lurus tanpa gradien, suhu terhadap gradien termal (Abdullah, 2010). Namun dengan adanya aliran air tanah akan membuat kurva profil suhu terhadap kedalaman maupun kurva tipe akan berbentuk cekung atau cembung tergantung arah aliran air tanah. Pada pengukuran yang dilakukan oleh Delinom (2006) pada sumur pantau di Majalaya didapat kurva profil suhu terhadap kedalaman (Gambar 4).. Adapun data log bor sumur tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 (Azwar & Machpudin, 1980). Gambar 5 Kurva profil suhu terhadap kedalaman di sumur pantau majalaya (Katili dan Sudrajat, 1984). 7 Setelah semua data yang dibutuhkan sudah didapat, dapat dihitung terlebih dahulu kecepatan vertikal air tanah menggunakan Persamaan 5 di atas : dengan nilai specific heat fluida (Co) 1 cal/gram.C, densitas fluida (ρo) 1 gram / cm3, nilai konduktivitas termal solid-fluid complex (k) lempung jenuh air 2 x 10-3 kalori/cm.detik.C, panjang L sebesar (111 m - 87 m) = 24 m (2400cm) Setelah mencocokkan (curve matching) kurva profil suhu terhadap kedalaman dengan kurva tipe didapat nilai β = -3 maka, Vz = (-3 x 2 x 10-3 kalori/cm.detik.C) / 1 cal/gram.C x 1 gr /cm3 x 2,4x 103 cm = 2,5 x 10-6 cm / detik Berdasarkan Hukum Darcy : Vz = Kz (dh/dl) Kz = Vz / (dh/dl) Nilai gradien hidrolik (dh/dl) diasumsikan 1/100 sehingga Kz = (2,5 x 10-6 cm / detik) / (1/100) Kz = 2,5 x 10-4 cm / detik Gambar 6 Data log bor sumur pantau majalaya (Azwar, dan Machpudin, 1980) KESIMPULAN Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa data suhu bawah permukaan beserta data Pada perhitungan kali ini akan dipakai data geologi (log bor) dapat digunakan untuk pengukuran suhu pada tahun 2006. mengestimasikan harga konduktivitas hidrolik (Katili dan Sudrajat, 1984). Dapat dilihat dari log bor di atas keberadaan lapisan lempung (akuitar) yang cukup tebal mulai kedalaman 87 m hingga 111 m. 8 vertikal(Kz) suatu akuitar. Dalam kasus ini dihasilkan harga konduktivitas hidrolik vertikal lapisan lempung Formasi Kosambi yang bertindak sebagai akuitar, yaitu sebesar Kz = 2,5 x 10-4 cm / detik UCAPAN TERIMAKASIH Silitonga, P.H. (1973) : Peta Geologi Bersistem Jawa, Lembar Bandung, Jawa Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Prof. Lambok Hutasoit, Prof. Robert Delinom, dan Dr. Sci. Rahmat Fajar Lubis atas bantuan, saran, dan diskusinya selama ini. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, F.M. (2010) : Penentuan Lokasi Imbuhan dan Luahan Air Tanah Berdasarkan Suhu Bawah Permukaan di Kawasan Bandung Selatan, Thesis, ITB Azwar, dan Machpudin, P. (1980) : Laporan Hasil Penampangan Sumur Bor dengan Metode Listrik pada Beberapa Sumur Uji/Tinjau di daerah Cekungan Bandung Bagian Timur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Laporan DGTL Bredehoft, J.D, dan Papadopulos, I.S. (1965) : Rates of Vertical Groundwater Movement Estimated from the Earth’s Thermal Profil, Water Resources Research, Vol 1, No 2. Delinom, R.M. (2006) : The Groundwater Flow System of Bandung Basin, West Java, Indonesia, Disertasi Program Doktor, Chiba University. Hutasoit, L.M. (2009) : Kondisi Permukaan Air Tanah dengan dan Tanpa Peresapan Buatan di Daerah Bandung : Hasil Simulasi Numerik, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3, 177-188. Koesoemadinata, R.P., dan Hartono, D. (1981): Stratigrafi dan Sedimentasi Daerah Bandung , Proceeding PIT X IAGI, Bandung, 318-336. 9