TINJAUAN PUSTAKA Hutan Mangrove Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagaihutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muarasungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia,Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus,Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.Formasi hutan ini tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai dan pesisir yang dipengaruhi pasang surut air laut, maka lingkungan (tanah dan air) bersifat salin dan tanahnya jenuh air.Vegetasi yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan tersebut kering maupun basah disebut dengan halopita. Komunitas tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan penghasil biji (spermatophyta) dan bunganya sering kali menyolok. Biji mangrove relatif lebih besar dibandingkan biji kebanyakan tumbuhan lain dan seringkali mengalami perkecambahan ketika masih melekat di pohon induk (vivipar). Pada saat jatuh biji mangrove biasanya akan mengapung dalam jangka waktu tertentu kemudian tenggelam. Lamanya periode mengapung bervariasi tergantung jenisnya.Biji beberapa jenis mangrove dapat mengapung lebih dari setahun dan tetap viable (Oktavianus, 2013). Faktor Lingkungan Pertumbuhan A.marina dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan, dan pasang surut. Pada kondisi salinitas 0-7,5 ppt, pertumbuhan tinggi A.marina merupakan pertumbuhan yang paling baik, sedangkan untuk pertambahan jumlah daun yang paling banyak 4 didapat pada kondisi salinitas 22,5-30 ppt. Hal ini berarti tanaman A.marina memiliki toleransi pada tingkat salinitas 30 ppt. Pada umumnya respon pertumbuhan tinggi yang baik diperoleh pada salinitas yang rendah. Hal ini terjadi karena tumbuhan mangrove bukan merupakan tumbuhan yang membutuhkan garam (salt demand) tetapi tumbuhan yang toleran terhadap garam (Hutahaean dkk, 1999). Iklim berpengaruh langsung atas suhu tanah dan air tanah serta berdaya pengaruh tidak langsung pula lewat vegetasi.Energi pancar matahari menentukan suhu pembentuk tanah dan dengan demikian menentukan laju pelapukan bahan mineral dan dekomposisi serta humifikasi bahan organik.Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Nilai pH perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktifitas fotosintesis, aktifitas biologi, temperatur, kandungan oksigen dan adanya kation serta anion dalam perairan. pH tanah dengan kisaran nilai antara 6-7 merupakan pH yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove (Notohadiprawiro, 2006). Dalam penyerapan unsur hara, pH yang dibutuhkan untuk mendukung ketersediaan unsur P adalah 5,5-7 (Havlin dkk, 1999). Kesesuaian jenis tanaman dengan lingkungan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penanaman. Pohon dari marga Aviceniaceae memiliki, toleransi terhadap angin sedang, toleransi terhadap lumpur sesuai, toleransi terhadap pasir sesuai, frekuensi penggenangan 20 hari / bulan (Khazali, 1999). 5 Morfologi Mangrove Avicennia marina Klasifikasi Avicennia marina menurutBacker.&Bakhuizen( 1963) adalah:. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Acanthaceae Genus : Avicennia Spesies : Avicennia marina Secara morfologi A. marina dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian daun, bunga, dan buah. Gambar morfologi mangrove A. marina dilihat pada Gambar 2. A B C Gambar 2.Morfologi mangrove A. marina (A) Daun, (B) Bunga, (C) Buah (Rusali dkk, 1999). A. marinamerupakan jenis mangrove yang tumbuh dalam zona exposed mangrove (zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara umum zona ini didominasi oleh Sonneratia alba, A. alba, dan A. marina sebagai bagian dari komunitas hutan mangrove dan pohon api-api biasanya tumbuh di tepi atau dekat 6 laut.Berdasarkan penelitian Amin(2001), tumbuhan A. marinamampu mengakumulasi logam berat Cudan Pb pada bagian akar, baik akar nafasmaupun akar kawat serta dapatmengakumulasi di bagian daun, baik daunmuda maupun daun tua. Untuk menyemaikan buah mangrove diperlukan media semai yang seusai dengan bentuk benih.A. marina memiliki panjang benih sekitar 1,5cmatau lebih sehingga diperlukan ukuran polybag 8-10 cm dengan diameter 5 cm. Penentuan ukuran polybag ditentukan demi efisiensi dan efektivitas pembuatan persemaian dilapangan. Setelah polybag ditentukan ukurannya, penyiapan media tanah sebagai media semai dilakukan dengan mengumpulkan tanah di sekitar areal persemaian.Tanah yang dikumpulkan adalah tanah bagian atas sampai dengan ketebalan 30 cm. Tanah ini adalah tanah yang banyak mengandung unsur hara.Kondisi masak fisiologis Aviceniaceae dicirikan dengan warna kulit buah kekuningan, dan kadang kulit buah sedikit terbuka.Buah yang sudah matang terlepas dari kelopaknya (Priyono, 2010). Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bilapenanaman dilaksanakan pada saat tidak musim puncak berbuahatau pada saat dilakukan penyulaman tanaman. Selain itu,penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkanpersentase tumbuh yang tinggi.Lokasi pembibitan dilakukan pada tanah datar, lapang, diusahakan dekat pada lokasi penanaman dan hindari daerah kepiting. Pembangunan bedeng pembibitan tergantung dari jumlah bibit yang akan ditanam. Sebelumnya, kegiatan pembibitan memperhatikan pasang surut, musim ombak, dan kesesuaian jenis tanah dengan lingkungan.Penanaman sebaiknya dilakukan saat surut untuk mengetahui jarak antar tanaman.Untuk 7 kegiatan pembibitan yang dilakukan di pinggir laut yang menghadap laut terbuka perlu memperhatikan musim ombak besar agar benih tidak hilang diterjang ombak.(Khazali, 1999). Kegiatan pemeliharaan yang dapat dilakukan di pembibitan beberapa diantaranya adalah kegiatan pemupukan dan aplikasi fungi untuk menyediakan unsur-unsur hara dan menghambat pertumbuhan patogen yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman.Bahan organik akan menambahenergi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Tanah yang kayabahan organik akan mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikrofloradan mikrofauna tanah lainnya seperti Trichoderma sp (Sutanto, 2002). Peran Fungi Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman.Dengan produktivitas tanaman yang baik, maka ketahanan terhadap patogen juga meningkat.Ketahanan dapat terimbas oleh mikroba seperti Trichodermaspp.,dan jamur mikoriza.Jamur mikoriza membuat tanaman menjadi tahan terhadap patogen tular tanah seperti Fusarium dan terhadap cekaman lingkungan melalui mekanisme penyediaan unsur hara bagi tanaman serta melindungi perakaran tanaman dengan hifa jamur mikoriza (Muas, 2003). Mikrobia tanah mempunyai dua peranan kunci dalam kesuburan tanah.Pertama, sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman.Kedua, melaksanakansintesis terhadap sebagian besar bahan organik yang bersifat stabil, seperti humus yang berfungsi sebagai 8 penyimpan hara dan berperanan dalam memperbaiki struktur tanah (Sutanto, 2002). Beberapa jenis jamur memiliki aktivitas selulolitik lebih tinggi daripada bakteri, terutama di tanah asam. Jamur yang secara spesifik mampu menghasilkan komponen selulase secara lengkap dimiliki oleh kelompok Trichoderma spdan A. tereus. Mikroba selulolitik indigenos seperti jamur antagonis berpotensi besar sebagai agen pengendali hayati patogen jamur .Hal tersebut dimungkinkan karena mikroba selulolitik tersebut mempunyai aktivitas selulolitik (mampu menguraikan selulosa), sementara selulosa merupakan komponen utama dinding sel yang spesifik pada kelompok jamur anggota Oomycota yang mana jamur patogen Phytophthora infestanstermasuk kedalam jamur tersebut (Sitepu dkk, 2011). 1. Aspergillus flavus Menurut Sihite (2014) A. flavus memiliki bentuk koloni di media PDA pada umur 7 hari berwarna hijau. koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 14 hari spora semakin lebat dan warna spora menjadi lebih gelap. Konidiofor halus dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia terdapat konidiofor yang berbentuk bulat. Menururt Lisdawati (2012), Jenis mikroba yang mampu melarutkan P antara lain Aspergilus sp., dan Penicillium sp. Mikroba yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P umumnya juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan K sehingga baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman A.marina. Disamping itu, A. flavus menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti lovastatin.Senyawa ini dikenal sebagai obat 9 antihiperkolesterolemia yang bekerja dengan menghambat enzim hydroxymethylglutaryl coenzyme A (HMG-CoA) dan bersifat antifungi.A. flavusdapat tumbuh pada suhu 12-480 C dan akan tumbuh optimal pada suhu 370C (Lestari, 2012). 2. Aspergilus tereus Bentuk koloni pada media PDA berwarna putih. Koloni mempunyai diameter 7-8 cm pada umur 7 hari, pada umur 14 hari spora semakin lebat dan warna spora menjadi hitam. Konidiofor kasar dan dapat mencapai panjang 1 mm, umumnya bercabang, hifa bersepta. Bentuk fialidnya agak silindris, bentuk konidia tipis dan diujung konidia terdapat konidiofor yang berbentuk bulat (Sihite, 2014). Antifungi adalah suatu senyawa yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan fungi dan diproduksi dalam bentuk metabolit sekunder. Kumar (2000) melaporkan bahwa metabolit sekunder lovastatin dari A.terreus mampu menghambat pertumbuhan Neurospora crassa yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungi dari jenis A. terreusmerupakan Jenis fungi saprofitik yang terlibat dalam proses dekomposisi untuk menguraikan serasah dedaunan dalam rentang waktu yang singkat karena memiliki aktifitas selulolitik yang sangat kuat (Ilyas, 2007). Menurut Firman dan Aryantha (2003) berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya terhadap fungi Penicilium sp., dan Aspergillus sp., memiliki potensi sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju pertumbuhan sel-sel baru akan terbentuk sehingga pertumbuhan diameter batang meningkat. 10 3. Trichoderma harzianum koloni memiliki diameter 4-5 cm dalam 7 hari, dan pada umur 14 hari diameter koloni mencapai 9 cm. Pertumbuhan awal T. harzianum berbentuk anyaman miselium dengan permukaan yang mulus, putih berair dan memiliki banyak hifa karena pembentukan hifa-hifa sangat cepat. Selanjutnya koloni T. harzianum akan berubah warna menjadi hijau pekat dan bagian bawahnya tetap tidak berwarna (Sihite, 2014). T. harzianum mampu tumbuh pada kondisi suhu 28±20 C dan pH 6-7 (Sebran, 2008). T. harzianum memiliki potensi sebagai antimikroba dan merupakan pengendali hayati dari jamur patogenik penyebab kerusakan pada tumbuhan. Tahun 1972 wheeler dan kawan-kawan melaporkan bahwa pemberian inokulum T. Harzianum dengan perbandingan inokulum dan tanah 1:10 dapat mengendalikan penyakti busuk batang dan busuk akar yang disebabkan oleh Sclerotium roflsii. Untuk meningkatkan populasi aktivitas fungi ini dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik (Musnawar, 2003). Mekanisme pengendalian jamur fitopatogen dilakukan melalui interaksi hifa langsung. Setelah konidia T. Harzianum diintroduksikan ketanah, akan tumbuh kecambah konidianya di sekitar perakaran tanaman. T. harzianumadalah jamur non mikoriza yang dapat menghasilkan enzim kitinase, sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman. Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri serta berperan penting dalam pemecahan kitin. Trichoderma merupakan mikrobia tanah yang mempunyai peranan kunci dalam kesuburan tanah. Pertama sebagai mesin yang mengatur daur-hara secara simultan sehingga membuat hara tersedia bagi tanaman, dan menyimpan hara yang belum dimanfaatkan tanaman (Tindaon, 2008). 11 Pemberian T. harzianumberpengaruh terhadap panjang akar primer dan akar lateral. Pada kontrol, pertumbuhan akar primer lebih panjang dari yang lain diakibatkan pada tanah yang tidak mengandung bahan organik menyebabkan menurunkan stabilitas struktur tanah, sehingga pertumbuhan akar primer mengarah untukmemperoleh bahan organik di bagian dalam, berbeda dengan medium yang diberi T. harzianum pertumbuhan akar primer lebih pendek, tetapi merangsang pertumbuhan akar lateral. Tanaman yang diberi T. harzianumpertumbuhan akar lateral lebih banyak (Herlina, 2010). Pertumbuhan jamur sangat cepat dan mampu menghasilkan hormon tumbuh sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman.Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis (Trianto dan Gunawan, 2003). Keberadaan aktinomisetes selulolitik di tanah memiliki peran penting dalam membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik kompleks seperti lignin, lignoselulosa (Sitepu, dkk, 2011). 12 dan bahan berpati