BAB I - PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi, alternatif investasi yang menguntungkan sangat
beraneka ragam. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor untuk
memperoleh investasi yang menguntungkan adalah investasi pada pasar modal.
Investasi pada pasar modal, di lain pihak, mempunyai resiko yang lebih besar
daripada menempatkan dana dalam deposito. Usaha investor untuk memperkecil
resiko pada suatu investasi dapat dilakukan melaui diversifikasi dengan
membentuk portfolio. Pembentukan portfolio optimal merupakan portfolio yang
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko rendah, atau resiko
tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi.
Untuk dapat melakukan investasi ke dalam pasar modal, terdapat dua cara
yaitu: (1) investasi langsung, atau (2) melalui lembaga-lembaga penghimpun
dana. Investor biasanya mengalami kesulitan untuk melakukan investasi secara
langsung terhadap surat-surat berharga. Kesulitan tersebut antara lain perlunya
melakukan berbagai analisis dan memonitor kinerja pasar secara terus menerus
yang sangat menyita waktu. Kesulitan dalam melakukan investasi bagi
masyarakat luas mendorong lahirnya lembaga-lembaga penghimpun dana.
Sebagai salah satu perusahaan/lembaga penghimpun dana, PT Manulife Aset
Manajemen Indonesia (MAMI) menyediakan beragam produk reksa dana (mutual
1
fund) yang dapat menjadi mediator bagi para investar untuk melakukan
penanaman modal.
Reksa dana merupakan suatu kumpulan dana dari masyarakat, pemodal atau
investor untuk kemudian dikelola oleh manajer investasi dan diinvestasikan pada
berbagai jenis portfolio investasi efek atau produk keuangan lainnya (Rahardjo,
2004: 2). Reksa dana mempunyai kelebihan dalam hal penghimpunan dana.
Jumlah dana yang dikelola nilainya relatif lebih besar daripada dana yang dikelola
secara perseorangan. Selain itu, pengelolaan dilakukan oleh tim manajemen yang
profesional yaitu Manajer Investasi.
Pertimbangan memilih reksa dana sebagai salah satu lahan investasi dari
sekian banyak alternatif investasi keuangan dengan berbagai kelebihan dan
keuntungannya, akan menjadi kecenderungan yang terus meningkat, karena telah
terjadi penurunan suku bunga deposito secara signifikan di sektor perbankan. Hal
ini didukung dengan data tingkat suku bunga deposito bahwa pada akhir tahun
2010 suku bunga deposito berjangka rata-rata berada pada level 6,11% dan pada
akhir tahun 2012 tingkat suku bunga deposito berada pada level 4,46%.
Mengacu pada trend di atas merupakan bukti bahwa investasi langsung di
pasar sekunder terutama melalui deposito bukan lagi lahan investasi yang paling
menguntungkan bagi para investor sehingga perlu pertimbangan untuk
berinvestasi di reksa dana yang dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi
(Ratetoding, 2002).
Reksa dana dikelola oleh profesional di bidang investasi (investment
manager). Secara logika, bahwa return yang dihasilkan oleh manajer investasi
2
tersebut tentu akan lebih baik daripada return pasar (Amelia, 1999). Beberapa
peneliti terdahulu mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa kinerja reksa dana
(mutual fund performance) yang dikelola oleh manajer investasi tidak selalu
beraada di atas kinerja pasar, tetapi ada pula sebaliknya mengatakan bahwa bila
dikelola secara maksimum akan menghasilkan return reksa dana di atas return
pasar.
Berdasarkan pertimbangan dalam memilih salah satu lahan investasi yang
telah diuraikan pada alinea sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan pada openend mutual fund (reksa dana terbuka) produk PT Manulife Aset Manajemen
Indonesia dengan fokus pada Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife Saham
Andalan.
Dasar pemilihan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia antara lain:
(1) PT Manulife Aset Manajemen Indonesia merupakan salah satu Manajer
Investasi terbesar di Indonesia dari segi jumlah aset yang dikelola per
Januari 2012 (termasuk advisory fund), yaitu sebesar Rp. 37,74 triliun.
(Terbesar ketiga di Indonesia setelah Schroders dan BNP Paribas)
(2) PT Manulife Aset Manajemen Indonesia telah menerima “The Best
Fund Manager Award” pada tahun 2004 dari Majalah Investor dan
menjadi perusahaan manajemen investasi pertama yang menerima ISO
9001:2000 Quality Certification pada tahun 2000, di mana sejak Maret
2009 telah disesuaikan menjadi ISO 9001:2008 Quality Certification
oleh badan sertifikasi PT URS Services Indonesia.
3
PT Manulife Aset Manajemen memiliki 13 (tigabelas) produk Reksa dana
dengan perincian sebagai berikut:
(1) Reksa Dana Pasar Uang: Manulife Dana Kas II (MDK II).
(2) Reksa Dana Pendapatan Tetap: Manulife Obligasi Negara Indonesia
II (MONI II), Manulife Obligasi Unggulan (MOU), Manulife Dana
Tetap Pemerintah (MDTP), Manulife Pendapatan Bulanan II (MPB II).
(3) Reksa Dana Campuran: Manulife Dana Campuran II (MDC II),
Manulife Dana Stabil Berimbang (MDSB), Manulife Dana Tumbuh
Berimbang (MDTB).
(4) Reksa Dana Saham: Manulife Dana Saham (MDS), Manulife Saham
Andalan (MSA), Manulife Syariah Sektoral Amanah (MSSA), Manulife
Small-Middle Capital Plus (MSMC+), Manulife Greater Indonesia Fund
(MGIF).
Penelitian ini difokuskan pada reksa dana saham mengingat reksa dana jenis
ini merupakan produk yang paling agresif, menghasilkan return tertinggi, tetapi
sebaliknya juga mempunyai resiko terbesar.
Berdasarkan perincian di atas, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia
memiliki lima jenis Reksa Dana Saham yang dapat ditabelkan sebagai berikut:
4
Tabel 1.1. Perbandingan Reksa Dana Saham PT MAMI
Nama
Reksa Dana
MDS
MSA
MSSA
MSMC+
MGIF
Tahun
Peluncuran
Agustus 2003
November 2007
Januari 2009
Februari 2013
September 2011
Mata
Uang
IDR
IDR
IDR
IDR
USD
Acuan
(Benchmark)
IHSG
IHSG
JII
IHSG
IHSG
Berdasarkan tabel 1.1. di atas, dapat dilihat bahwa Manulife Dana Saham
(MDS) dan Manulife Saham Andalan (MSA) memiliki kriteria yang seluruhnya
dapat diperbandingkan yaitu (a) mangacu kepada IHSG, (b) mata uang Rupiah,
dan (c) memiliki histori yang masuk dalam rentang penelitian yaitu 2010-2012.
Pada bursa yang sedang berkembang, dan likuiditas masing-masing jenis
atau instrumen investasi yang tinggi, akan terdapat suatu indeks pasar untuk
masing-masing jenis instrumen tersebut. Bahkan di negara-negara maju umumnya
untuk satu jenis instrumen dapat memiliki beberapa indeks pasar. Indeks pasar ini
merupakan indikator kinerja untuk suatu jenis instrumen (portofolio tertentu). Di
Indonesia, khsusunya untuk pasar saham, indeks pasar saham yang sudah dikenal
salah satunya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dikeluarkan
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggunaan tolok ukur dalam pengukuran
kinerja reksa dana dimaksudkan untuk membandingkan apakah kinerja reksa dana
dapat mengalahkan pasar atau justru kalah dari pasar.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan salah satu metode
terbaik untuk mengetahui kinerja reksa dana secara akurat. Pada penelitian ini
menggunakan metode Sharpe dan Treynor karena:
5
(1) Menurut Izakia (1998) metode ini merupakan salah satu standar
pengukuran kinerja reksa dana secara internasional tanpa melakukan
perhitungan yang salah, karena dengan menggunakan metode yang salah
tersebut justru dapat memberikan informasi yang menyesatkan bagi
investor dan merugikan pengelola reksa dana.
(2) Menurut Eko Priyo dan Ubaidilah (2004) bahwa pengukuran kinerja
harus menggunakan standarisasi pengukuran internsional.
Penelitian ini memilih menggunakan dua metode saja yaitu Sharpe dan
Treynor karena pengukuran pada kedua metode ini didasarkan pada risk premium.
Risk premium adalah perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan
oleh reksa dana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas resiko. Selain itu,
kedua metode ini menggunakan rata-rata kinerja untuk sub periode tertentu
(misal: bulanan, tahunan). Sedangkan metode Jensen pengukurannya didasarkan
atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan menggunakan data
setiap periode (dalam hal ini mingguan) dari waktu ke waktu (time series).
Penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan kinerja reksa dana
Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife Saham Andalan (MSA) dengan
kinerja pasar melalui pendekatan Sharpe dan Treynor dengan melakukan analisis
perbedaan return di antara ketiganya serta menentukan kinerja mana yang lebih
menguntungkan. Dengan mengetahui hasil perbandingan kinerja tersebut
diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor dan manajer keuangan
dalam mengambil keputusan investasi.
6
1.2. Perumusan Masalah
Terdapat dua pendapat yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya,
yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Malkiel (1995), Amelia (1999),
Fransiscus (2002), berpendapat bahwa kinerja reksa dana tidak lebih baik
daripada kinerja pasar. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Grinblatt (1994), Mondigliani (1997), Raentetoding (2002), Satrio (2005),
Junanda (2004), dan Trisni (2004) berpendapat bahwa bila reksa dana dikelola
secara profesional oleh Manager Investasi, maka akan mendapatkan kinerja reksa
dana di atas kinerja pasar dari setiap jenis reksa dana.
Berdasarkan perbedaan pandangan peneliti sebelumnya, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Bagaimana kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife
Saham Andalan (MSA) dengan pendekatan Sharpe?
(2) Bagaimana kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife
Saham Andalan (MSA) dengan pendekatan Treynor?
(3) Bagaimana kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife
Saham Andalan (MSA) dibandingkan kinerja pasar (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan pendekatan Sharpe?
(4) Bagaimana kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan Manulife
Saham Andalan (MSA) dibandingkan kinerja pasar (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan pendekatan Treynor?
7
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka
tujuan penelitian adalah:
(1) Untuk mengetahui kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan
Manulife Saham Andalan (MSA) dengan pendekatan Sharpe.
(2) Untuk mengetahui kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan
Manulife Saham Andalan (MSA) dengan pendekatan Treynor.
(3) Untuk mengetahui kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan
Manulife Saham Andalan (MSA) dibandingkan kinerja pasar (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan pendekatan Sharpe.
(4) Untuk mengetahui kinerja reksa dana Manulife Dana Saham (MDS) dan
Manulife Saham Andalan (MSA) dibandingkan kinerja pasar (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui pendekatan Treynor.
Adapun mafaat dari penelitian ini adalah:
(1) Bagi Penulis – Untuk menambah pemahaman dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen investasi.
(2) Bagi Penulis – dapat menambah pengetahuan tentang kinerja reksa dana
MSA dan MDS dan kinerja pasar serta dapat digunakan sebagai dasar
perluasan dalam penelitian selanjutnya.
(3) Bagi Investor – diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja
reksa dana MSA dan MDS dibandingkan kinerja pasarnya dalam rangka
memperkecil resiko dan mengoptimalkan keuntungan.
8
Download