pengaruh komunikasi, fasilitas belajar, dan lingkungan terhadap

advertisement
PENGARUH KOMUNIKASI, FASILITAS BELAJAR, DAN
LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
BILINGUAL BAGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
NASKAH PUBLIKASI
RIA RUSTIKANINGRUM M.
A410090120
PEMBIMBING :
Prof. Dr. BUDI MURTIYASA M. Kom
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PENGARUH KOMUNIKASI, FASILITAS BELAJAR, DAN
LINGKUNGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
BILINGUAL BAGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
Oleh
Ria Rustikaningrum Murti Astuti1, dan Budi Murtiyasa2
1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, [email protected]
2
Staf Pengajar UMS Surakarta, [email protected]
Abstract
The aim of this study is to study and to find out empirical envidences of the
communication, learning facilities,and environment to the bilingual class student
learning achievement on mathematics subjects in SMA Negeri 1 Sukoharjo. The
type of study is used correlation descriptive study. Descriptive study is done to
gain an accurate descrition and picture about some facts related to the variables
used is the study. Correlation is done to see the influence among the dependent
and independent variables used in this study through hypothesis examination. The
research methods used in this study are survey and documentation, where the
survey is done to the
grade bilingual student of 2012/2013 school year, in
SMA negeri 1 Sukoharjo by using questionnaire to get the research data, which
then it is processed to get a result, whether the communication, learning facilities,
and environment variables give influence to the bilingual class student learning
achievement on mathematics subject in SMA Negeri 1 Sukoharjo. The sample of
this research is 60 student. The result of this study, has been founded that
simultaneously, the communication, learning facilities, and environment variables
give positive and significant influence to the learning achievement of the bilingual
class on mathematics subject. Partially, the communication, learning facilities,
and environment variables also give positive and significant influence to learning
achievement of the bilingual class on mathematics subjects.
Keyword : communication,
achievement of mathematics
learning
facilities,
environment,
learning
Pendahuluan
Negara Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah harus dapat
meningkatkan kualitas pendidikan agar tercipta generasi muda yang berkualitas.
Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional yang
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan umum, teknologi
dan perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan.
Sebagai perwujudan cita-cita nasional telah ditetapkan Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan pendidikan
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia
yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan
sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah
air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos keja yang tinggi serta disiplin.
Seiring dengan tujuan pendidikan tersebut, pemerintah dituntut terus
memperbaiki dan mengembangkan pendidikan di Indonesia. Usaha-usaha yang
dilakukan yaitu dengan mendirikan lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal yang berkualitas. Sehingga muncul sekolah-sekolah yang berusaha untuk
berkembang dan menaikkan kualitasnya, antara lain dengan menjadi sekolah
bertaraf internasional. Untuk menunjang hal tersebut banyak sekolah berstandar
internasional mendirikan kelas dengan bahasa pengantar dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) menggunakan bahasa Inggris atau biasa disebut kelas bilingual.
Langkah itu dianggap perlu karena bahasa inggris adalah bahasa internasional
yang sekarang digunakan sebagai bahasa pergaulan internasional sehingga akan
memungkinkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan mengakses
informasi menggunakan bahasa Inggris. Selain komunikasi menggunakan bahasa
Inggris dalam KBM kelas internasional ini juga ditunjang dengan fasilitas yang
lengkap dan memadai, serta dituntut mempunyai lingkungan yang baik peserta
didiknya.
Kesulitan mentransfer bahasa inggris menjadi bahasa matematika yang
komunikatif adalah masalah utama yang dihadapi oleh guru dan peserta didik.
Apabila mereka tidak paham dengan materi yang diajarkan terkadang mereka
tidak mengulangi mempelajari materi tersebut, sehingga materi makin lama makin
menumpuk sehingga pemahaman tentang materi kurang optimal dan hal tersebut
berdampak terhadap prestasi belajar matematika. Selain itu kemampuan guru
dalam menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa Inggris masih kurang
sehingga dalam menyampaikan materi sering membuat bingung para siswa. Dan
apabila sudah terjadi hal demikian penggunaan bahasa Indonesia lebih dominan
daripada bahasa Inggris.
Selain itu fasilitas belajar juga ikut menentukan dalam pencapaian prestasi
belajar, peserta didik dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu
sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak. Adanya fasilitas yang
lengkap diharapkan prestasi belajar peserta didik akan lebih baik. Fasilitas
tersebut dapat berupa sarana dan prasarana yang menunjang dan dapat membantu
peserta didik untuk menemukan berbagai pengetahuan yang dibutuhkan serta
mendorong peserta didik untuk aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
Tetapi sering kali pemanfaatan fasilitas belajar kurang optimal, misalnya saja
kurangnya kesadaran dari siswa untuk memanfaatkan fasilitas belajar yang ada.
Sebenarnya apabila fasilitas sekolah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
siswa akan menunjang prestasi belajar siswa disekolah.
Lingkungan belajar saat di sekolah maupun di rumah juga memegang
peranan penting dalam proses pendidikan. Manusia sesuai dengan kodratnya tidak
akan hidup normal, tanpa berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Manusia
dalam belajar tidak akan berhasil tanpa bantuan dengan orang lain seperti
perhatian dan bimbingan orang tua, pengamatan guru maupun pergaulan siswa.
Lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekolah (Slameto, 2005: 19).
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa selain komunikasi
sebagai modal awal siswa, pemenuhan dan pengelolaan fasilitas untuk kelancaran
proses belajar perlu diperhatikan oleh setiap sekolah yang menerapkan kelas
bilingual. Sedangkan dukungan lingkungan belajar dibutuhkan siswa untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif. Terpenuhinya fasilitas dan lingkungan
belajar yang baik, dapat meminimalisir kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didik. Tingkat kesulitan belajar yang rendah, menciptakan kelancaran proses
belajar sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
SMA Negeri 1 Sukoharjo menyediakan fasilitas belajar yang memadai,
dan juga sangat memperhatikan lingkungan sekitar tempat belajar bagi para
siswanya sehingga KBM dapat berlangsung dengan lancar dan meningkatkan
prestasi belajar siswanya. Selain merupakan sekolah favorit, SMA Negeri 1
Sukoharjo juga merupakan sekolah pertama yang menerapkan kelas bilingual di
Kabupaten Sukoharjo sejak tahun 2004. Meskipun demikian, berdasarkan
observasi awal, siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukoharjo, terdapat 13 orang siswa
(41%) yang mempunyai rata-rata nilai yang rendah dibandingkan nilai Kriteria
Kelulusan Minimal (KKM) yaitu lebih dari 7,5 dan hanya 19 orang siswa (59%)
yang prestasi belajar matematikanya melebihi nilai KKM, rata-rata klasikal 75%
harus mendapat nilai lebih dari 7,5. Rendahnya prestasi belajar matematika pada
sebagian siswa disebabkan kurangnya penguasaan komunikasi bahasa inggris,
atau fasilitas belajar yang kurang lengkap dan lingkungan belajar di rumah yang
kurang mendukung.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Dengan variabel terikat adalah prestasi belajar matematika siswa dan variabel
bebasnya adalah komunikasi, fasilitas belajar dan lingkungan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA Negeri 1 Sukoharjo. Sampel penelitian yang diambil adalah 60 siswa.
Pengambilan sampel digunakan proporsional random sampling, random adalah
"cara pengambilan sampel di mana setiap anggota populasi mempunyai
kesempatan yang harus untuk dijadikan sampel”. Sedangkan proporsional artinya
setiap kelas diambil sampel sesuai dengan besarnya jumlah siswa dalam kelas
tersebut terhadap jumlah populasi. Sampling adalah pengambilan sampel atau
penentuan sampel dari beberapa populasi (Sukmadinata, 2009 : 251). Sebelum
menghitung data hasil penelitian, dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji
normalitas, uji multikolinieritas dan uji heterokesdastisitas.
Sedangkan untuk mengetahui pengaruh faktor fasilitas belajar, dan
lingkungan terhadap prestasi belajar matematika siswa dilakukan dengan
menyebar angket atau kuisioner terhadap sampel penelitian sehingga diperoleh
informasi ilmiah melalui pengujian hipotesis. Namun sebelum digunakan, angket
ini perlu diuji apakah layak digunakan dalam penelitian. Pengujian yang
digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas angket. Untuk mengetahui validitas
tiap item instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment. Sedangkan untuk
mengetahui reliabilitas soal digunakan rumus alpha. Teknik analisis data dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil dan Pembahasan
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 pertanyaan,
didapatkan hasil relibilitas menunjukkan hasil reliabilitas yang tinggi dan sangat
tinggi, yaitu r11 = 0,608 dan r11 = 0,810 maka instrument tersebut reliabel dan
dapat digunakan. Sedangkan untuk validitas soal, didapatkan lima soal yang tidak
valid dan 25 soal valid. Ini berarti terdapat 25 soal yang nilai validitasnya lebih
dari nilai validitas tabel,yaitu
.
Untuk mengetahui hubungan variabel–variabel bebas (komunikasi,
fasilitas belajar, dan lingkungan) terhadap variabel terikat (prestasi belajar
matematika) digunakan analisis korelasi dan regresi linear.
Tabel 1
Hasil Analisis Korelasi
Faktor-faktor
r correlations
Keterangan
Komunikasi
0,699
Ada hubungan
Fasilitas Belajar
0,693
Ada hubungan
Lingkungan
0,763
Ada hubungan
Sumber: data primer diolah
Dari analisis terlihat korelasi antara prestasi belajar matematika dengan
komunikasi sebesar 0,699, fasilitas belajar sebesar 0,693, lingkungan sebesar
0,763. Angka tersebut menunjukkan kuatnya korelasi antara prestasi belajar
matematika dengan komunikasi, prestasi belajar matematika dengan fasilitas
belajar, prestasi belajar matematika dengan lingkungan. Koefisien korelasi
mendekati nilai 1 maka menunjukan bahwa semakin tinggi atau baik hubungan
komunikasi, fasilitas belajar, dan lingkungan maka akan semakin besar prestasi
belajar matematika siswa.
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Konstanta
Komunikasi
Fasilitas belajar
Lingkungan belajar
Adjusted R2
F Statistik
Sumber: data primer diolah
Koefisien
55,332
0,329
1,366
0,910
0,742
57,698
thitung
4,162
4,403
3,737
Signifikansi
0,0001
0,00004
0,0004
0,000001
Berdasarkan hasil regresi diatas, maka dapat disusun persamaan sebagai
berikut:
Y = 55,332 + 0,329.X1 + 1,366.X2 + 0,910.X3
Dari analisis terlihat nilai konstanta a bernilai positif sebesar 55,332
dengan signifikasi 0,00001 (p<0,05), nilai koefisien b1 bernilai positif sebesar
0,329 dengan signifikansi 0,0001 (p<0,05), nilai koefisien b2 bernilai positif
sebesar 1,366 dengan signifikansi 0,00004 (p<0,05), nilai koefisien b3 bernilai
negatif sebesar 0,910 dengan signifikansi 0,0004 (p<0,05). Hal ini berarti
komunikasi, fasilitas belajar, lingkungan berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Nilai positif menunjukkan adanya pengaruh positif, artinya
semakin baik komunikasi, fasilitas belajar, dan lingkungan maka semakin tinggi
tingkat prestasi belajar matematika siswa.
Dari hasil Uji F Regresi diperoleh nilai F sebesar 57,698 dengan nilai pvalue sebesar 0,000001, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df
(3;56) adalah sebesar 2,76. Dikarenakan Fhitung > Ftabel (57,698 > 2,76) dengan p
diterima pada taraf signifikansi 5%, maka artinya prestasi belajar matematika
dipengaruhi oleh komunikasi, fasilitas belajar dan lingkungan. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima
kebenarannya. Dari pengujian yang telah dilaksanakan menghasilkan nilai
Adjusted R2 sebesar 0,742. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang
dilakukan memberikan hasil yang baik. Nilai koefisien determinasi bernilai
positif, hal ini menunjukkan bahwa sekitar 74,2% variasi dari prestasi belajar
matematika dapat dijelaskan oleh variabel komunikasi, fasilitas belajar dan
lingkungan.
Uji t parsial digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh
komunikasi, fasilitas belajar dan lingkungan terhadap prestasi belajar matematika
secara parsial. Untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan diterima atau
ditolak adalah dengan melihat tabel signifikansi.
Tabel 3
Rangkuman Hasil Uji t
Variabel
thitung
p-value
ttabel 5%
Keterangan
Komunikasi
4,162
0,0001
2,000
H2 diterima
Fasilitas belajar
4,403
0,00004
2,000
H3 diterima
Lingkungan belajar
3,737
0,0004
2,000
H4 diterima
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh nilai t variabel
komunikasi sebesar 4,162 dan nilai probabilitas = 0,0001, sedangkan ttabel pada
taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (4,162 > 2,000)
dengan p<0,05, maka Ho ditolak dan H2 diterima. Artinya dapat dinyatakan
bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari komunikasi terhadap prestasi
belajar matematika siswa. Nilai t variabel fasilitas belajar sebesar 4,403 dan nilai
probabilitas = 0,00004, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000.
Dikarenakan nilai thitung > ttabel (4,403 > 2,000) dengan p<0,05, maka Ho ditolak
dan H3 diterima. Artinya dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan dari fasilitas belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa. Nilai t
variabel lingkungan belajar sebesar 3,737 dan nilai probabilitas = 0,0004,
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Dikarenakan nilai thitung >
ttabel (3,737 > 2,000) dengan p<0,05, maka Ho ditolak dan H4 diterima. Artinya
dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari lingkungan
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Dari data perhitungan diketahui SR % X1.= 32,1%. Artinya bahwa
komunikasi memberikan pengaruh sebesar 32,1% dari total pengaruh 3 variabel X
terhadap prestasi belajar matematika siswa. Nilai SR % X2 = 32,7% artinya bahwa
fasilitas belajar memberikan pengaruh sebesar 32,7% dari seluruh pengaruh
variabel X terhadap prestasi belajar matematika siswa. Serta SR % X3 = 35,2%
dapat diartikan bahwa variabel lingkungan memberikan pengaruh sebesar 35,2%
dari seluruh pengaruh variabel X terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dari
data juga diketahui SE % X1= 24,3%. Artinya bahwa komunikasi memberikan
pengaruh sebesar 24,3% dari total koefisien determinasi (R2) terhadap prestasi
belajar matematika siswa. Nilai SE % X2 = 24,7% artinya bahwa fasilitas belajar
memberikan pengaruh sebesar 24,7% dari total seluruh pengaruh koefisien
determinasi (R2) terhadap prestasi belajar matematika siswa. Serta SE % X3
=26,6% dapat diartikan bahwa variabel lingkungan memberikan pengaruh sebesar
26,6% dari total seluruh pengaruh koefisien determinasi (R2) terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
Penerimaan hipotesis pertama tersebut sesuai dengan kajian teori bahwa
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik dari dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (external). Adapun faktor internal adalah
intelegensi, motivasi belajar, minat, keaktifan belajar, dan sekaligus kemampuan
berbahasa Inggris. Sedangkan faktor eksternal adalah fasilitas dan lingkungan
belajar, peran guru, kurikulum, dan lain-lain (Slameto, 2005: 17). Komunikasi
dengan bahasa inggris sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas
bilingual. Jika seorang siswa memiliki pengetahuan dan penguasaan kosa kata
bahasa Inggris merupakan faktor penting dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas bilingual.
Selanjutnya fasililitas belajar yang lengkap diperlukan agar siswa dapat
belajar dengan baik, siswa dapat mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran
baru, dapat memberi kesamaan persepsi mengenai bahan antara guru dan siswa,
memberi kontinuitas pelajaran, dan siswa memiliki lebih banyak referensi untuk
menemukan konsep yang benar dalam upaya pemahaman materi pelajaran.
Sedangkan lingkungan belajar dapat digunakan sebagai sumber belajar
berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti
organisasi sosial, adat, dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan,
kependudukan, struktur pemerintahan, agama, dan sistem nilai. Meliputi semua
kondisi-kondisi yang mempengaruhi tingkah laku individu, pertumbuhan, dan
perkembangan. Pengaruh lingkungan terhadap diri seseorang dapat mendorong
menjadi baik, ataupun sebaliknya bisa dapat mengubah yang semula baik menjadi
tidak baik. Melalui Fasilitas belajar yang baik, dan lingkungan yang baik maka
akan lebih memotivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik agar diakui
dalam lingkungan sosialnya.
Menurut Morissan komunikasi adalah faktor yang sangat penting untuk
dapat melaksanakan fungsi menejemen secara efektif. Komunikasi adalah cara
yang digunakan pimpinan agar karyawan mengetahui atau menyadari tujuan dan
rencana agar mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan (Morissan, 2011: 197). Alex J. Bowers dan Angela Urick
(2011) menyimpulkan bahwa kualitas fasilitas belajar di sekolah mempengaruhi
prestasi siswa. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa pada pembelajaran
matematika di sekolah tinggi kerusakan fasilitas memberikan efek pada prestasi
belajar, walaupun efeknya tidak dirasakan langsung bagi siswa. Menurut Suwarno
(2006), lingkungan belajar adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya proses
pendidikan. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Parmjit Singh, Arba
Abdul Rahman, dan Teoh Sian Hoon (2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika di Malaysia dipengaruhi oleh bahasa dan lingkungan rumah. Dalam
penelitian tersebut lingkungan rumah di wilayah perkotaan pengaruh kemampuan bahasa
inggris lebih tinggi dari pada wilayah pedesaan di Malaysia.
Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis data dengan taraf
signifikasi 5% dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
komunikasi, fasilitas belajar, dan lingkungan secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar matematika siswa. Hal ini didasarkan hasil Fhitung > Ftabel (57,698 >
2,76). Sekitar 74,2% variasi dari prestasi belajar matematika siswa dapat
dijelaskan oleh variabel komunikasi, fasilitas belajar, dan lingkungan . Sedangkan
25,8% sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Hasil uji-t diperoleh bahwa faktor lingkungan yang paling dominan
berpengaruh dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini
menunjukkan tingginya perhatian dan dukungan orang tua serta lingkungan di
sekitar rumah terhadap siswa dan berakibat positif terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
Perlu peningkatan komunikasi bahasa inggris di kelas, peningkatan fungsi
fasilitas belajar di sekolah secara optimal, dan perhatian serta dukungan
lingkungan sekitar rumah terhadap belajar anak, serta guru hendaknya
meningkatkan perhatian dan memotivasi siswa dalam belajar, oleh karena itu
perlu dicari alternatif mengatasi permasalahan tersebut, antara lain guru
mengintensifkan pembelajaran listening, reading, writing, and speaking,
penggunaan beberapa sarana prasarana sebagai alat bantu pembelajaran secara
optimal.
Daftar Pustaka
Bowers , Alex J.; Angela Urick. 2011. Does High School Facility Quality Affect
Student Achievement?: A Two-Level Hierarchical Linear Model. Journal
of Education Finance Volume 37. Number 1. Hal 72 – 94. Summer 2011.
Morissan. 2011. Manajemen media penyiaran: strategi mengelola radio dan televisi.
Jakarta: Kencana.
Singh, Parmjit; Arba Abdul Rahman dan Teoh Sean Hoon. 2010. Languages and
Mathematics Achievements Among Rural and Urban Primary Four Pupils:
A Malaysian Experience. Jurnal SME Volume 3. no.1. hal 65 – 85. tahun
2010.
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukmadinata, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdinas.
Download