Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman Terhadap KAK Pemahaman yang didapat dari KAK dalam perancangan sebagai berikut : a. Konsep dan rancangan mengacu pada HERITAGE dengan mengaplikasikannya di dalam desain, b. Hubungan dengan dengan konsep ramah budaya yang memperlihatkan bangunan seperti bangunan lainnya dengan seperti merancang fasade yang seirama dengan bangunan lokal setempat. c. Membangun tidak lebih dari 16 m. atau tidak lebih dari 3 lantai. d. Menciptakan alur sirkulasi yang nyaman tanpa mengganggu pengguna jalan dan alur sirkulasi antar daerah Yogyakarta dan Klaten. e. Memaksimalkan view hotel ke arah candi. f. Membangun area konvensi untuk pameran dan gedung serbaguna. g. Membangun hotel bintang 4 -5 dengan fasilitas kamar berjumlah 300 unit, dengan rincian 258 standart room, 40 junior suite room, dan 2 president suite room. 2.2. Studi Teoristik Proyek 2.2.1. Hotel Asal mula kata hotel konon diambil dari Bahasa perancis kuno, yang memiliki arti kurang lebih, Tempat penampungan untuk Pendatang”. Atau sering juga disebut tempat untuk penyimpanan pondokan dan makanan yang disediakan untuk umum atau masyarakat setempat. Pengertian hotel berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli: Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 10 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Menurut Sulastiyono (2011:5) dalam, hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tampa adanya perjanjian khusus. Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011:6), adalah "suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Bagian-bagian atau departemen yang terdapat dalam Hotel secara umum menurut Sulastiyono (2011:63-186) adalah sebagai berikut: 1. Kantor depan Hotel (Front Office) Peranan dan fungsi utama dari bagian kantor depan hotel adalah menjual (dalam arti menyewakan) kamar kepada para tamu. Oleh karena fungsinya itu, maka lokasi atau letak kantor depan hotel seharusnya berada di tempat yang mudah dilihat atau diketahui oleh tamu. Untuk membantu pelaksanaan fungsi bagian kantor depan hotel terbagi menjadi beberapa sub-bagian yang masing-masing sub-bagian memiliki fungsi pelayanan yang berbeda, karena peranan dan fungsi utama bagian kantor depan hotel adalah pelayanan penjualan kamar, maka penggunaan Yield Managament sebagai strategi penjualan akan banyak berkaitan dengan sub-bagian pelayanan pemesanan kamar (Reservation). 2. Tata Graha Hotel (Housekeeping) Bagian tata graha (Housekeeping) adalah salah satu bagian yang mempunyai peranan dan fungsi yang cukup vital dalam memberikan pelayanan kepada para tamu, terutama yang menyangkut pelayanan kenyamanan dan kebersihan ruang hotel. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 11 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Tanggung jawab bagian tata graha dapat dikatakan mulai dari pengurusan tentang bahan-bahan yang terbuat dari kain seperti taplak meja (table cloth), sprei, sarung bantal, korden, menjaga kerapihan dan kebersihan ruangan beserta perlengkapannya, sampai pada program pengadaan/penggantian peralatan dan perlengkapan, serta pemeliharaan seluruh ruangan hotel. Melihat ruang lingkup tanggung jawab bagian tata graha tersebut, maka yang dimaksud ruangan-ruangan hotel terdiri dari kamar-kamar tamu, ruang rapat, ruang umum seperti lobby, koridor, restoran yang kesemuanya itu disebut sebagai front of the house. Disamping itu, bagian tata graha juga bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapihan bagian back of-the-house seperti bagian dapur, ruang makan karyawan, ruang ganti pakaian karyawan, ruang kantor dan sebagainya. 3. Makanan dan Minuman (Food & Beverage) Bagian makanan dan minuman merupakan salah satu bagian yang terdapat dihotel, yang mempunyai fungsi melaksanakan penjualan makanan dan minuman. Sekalipun melakukan fungsi menjual makanan dan minuman, tetapi dibalik itu semuanya terdapat kegiatan-kegiatan yang sangat komplek. Kegiatan itu adalah melaksanakan usaha pengembangan produk makanan dan minuman, merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik tamu untuk makan dan minum direstoran hotel, melakukan pembelian bahanbahan makanan dan minuman, penyimpanan bahan-bahan makanan dan minuman, melakukan pengolahan, penyajian makanan dan minuman serta penghitungan produk. 4. Marketing and Sales Departement Bagian ini berfungsi dalam memasarkan produk hotel, serta kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pemasaran hotel, dengan berbagai cara bagian ini berusaha untuk mendapatkan tamu sebanyak mungkin ke dalam hotel, agar dapat menentukan banyaknya peningkatan pendapatan yang diperoleh melalui tamu-tamu yang menginap dan menggunakan fasilitasfasilitas hotel. 5. Accounting Departement Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 12 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Accounting Departement ini merupakan sebuah pusat bagi perusahaan hotel dalam menyelenggarakan penyusunan, pencatatan dan administrasi keuangan. 6. Human Resource Depertement Bagian ini berfungsi melakukan kegiatan yang ada kaitannya dengan sumber daya manusia yang ada di lingkungan kerja hotel. Departemen ini juga memiliki tugas dalam mengembangkan tenaga kerja yang ada serta mengatur dan menyelenggarakan pendidikan maupun latihan kerja bagi kariyawan dari semua tingkatan. 7. Engineering Departement Departemen ini bertanggung jawab dalam kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan konstruksi bangunan hotel, juga peralatan dan perlengkapan hotel yang bersifat mekanik (mesin) serta mengurus pengadaan dan pemeliharaan instalasi listrik dan pengadaan air bersih untuk keperluan tamu maupun untuk keperluan kariyawan hotel. Disamping fungsi dan tugas diatas, departement engineering juga mengurus perlengkapan dan peralatan yang bisa digunakan dalam hal yang berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran maupun yang berhubungan dengan keselamatan kerja 8. Security Departement Bagian ini bertugas dalam hal yang ada kaitannya dengan keamanan di dalam hotel maupun di luar hotel serta memelihara ketertiban di wilayah kerjanya. 2.2.1.1 Jenis Hotel Menurut Tarmoezi (2000), penentuan jenis hotel tidak lepas dari kebutuhan pelanggan, ciri, atau sifat khas yang dimiliki wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat dari lokasi di mana hotel dibangun, sehingga dikelompokkan sebagai berikut. 1. City Hotel Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 13 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut. 2. Residential Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pinggiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga. 3. Resort Hotel Hotel yang berlokasi di daerah pegunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. 4. Motel (Motor Hotel) Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi untuk mobil. 2.2.1.2 Klasifikasi Hotel Hotel dapat diklasifikasikan menurut bintang yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diperda) sesuai persyaratan fasilitas yang terdapat dalam hotel setiap tiga tahun sekali dalam bentuk sertifikat. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 14 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.3/HK.001/ MKP.02, hotel dikelelompokan dalam 5 golongan kelas (bintang) berdasarkan kelengkapan fasilitas dan kondisi bangunan, perlengkapan dan pengelolaan, serta mutu pelayanan. Kategori hotel tersebut dibagi menjadi : Hotel melati 1 Hotel melati 2 Hotel bintang 3 Hotel bintang 4 Hotel bintang 5 Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh peraturan pemerintah dan menurut Dirjen Pariwisata dengan SK: Kep-22/U/VI/78. Untuk mengklasifikasikan sebuah hotel, dapat ditinjau dari beberapa faktor yang satu sama lainnya ada kaitannya. Berikut adalah tabel pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata (1988) berdasarkan fasilitas dan jumlah kamar hotel dalam Bernadete Monica (2012). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 15 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Table 1 Klasifikasi Hotel Berbintang (Sumber : Dirjen Pariwisata 1988, dalam Monica, 2012) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 16 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 1 Contoh Type-Type Kamar Standard (Sumber : Neuvert Data Arsitek 3rdEdition 2013 ) 2.2.1.3 Hotel Bisnis Definisi Hotel Bisnis mengacu pada Marlina , dalam bukunya Panduan Perancangan Bangunan Komersial (2008, hal.52), hotel bisnis merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasi tamu yang mempunyai tujuan bisnis. Lokasi hotel bisnis relatif berada di pusat kota, berdekatan dengan area perkantoran atau area perdagangan. Hotel bisnis dikenal juga dengan nama Commercial Hotel ataupun dengan nama City Hotel. Fasilitas yang disediakan hotel bisnis akan menyediakan fasilitas lengkap yang berkaitan dan mendukung untuk kegiatan bisnis terutama untuk kegiatan Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). Fasilitas yang tersedia antara lain ballroom, banquet room, dan business center dengan fasilitas pendukung lainnya seperti restoran, bar & cafe, pusat kebugaran & spa, kolam renang, dan sebagainya (Kusumo, 2012, dalam Domanik, 2016). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 17 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Ditinjau dari karakteristik tamu pada hotel bisnis relatif tinggal berkisar antara 1 sampai 3 malam perkunjungan. Berikut karakteristik tamu baik perseorangan maupun grup berdasarkan tujuan dan tipe kamar yang dipesan menurut buku Hotel Planning and Design dalam jurnal Kusumo (2012, dalam Domanik, 2016). Table 2 Karakter Pengunjung Hotel (Sumber : Kusumo, 2012) 2.2.1.4 Karakteristik Hotel Bisnis Karakteristik Hotel Bisnis di antaranya: 1. Memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan bisnis seperti ballroom dan banquet hall 2. Berada di pusat kota dan berdekatan dengan pusat bisnis perbelanjaan 3. Keberadaannya dapat menaikkan prestis dan citra kota Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 18 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Karakteristik Tamu Hotel Bisnis Usaha di bidang perhotelan mempunyai sasaran pelayanan jasa akomodasi bagi para pebisnis yang terdiri dari : 1. Pedagang 2. Pengusaha 3. Peserta konvensi/ konferensi 4. Pejabat pemerintah. dll. Karakteristik tamu hotel bisnis yaitu: a. Bepergian seorang diri atau berkelompok b. Menginap dalam jangka waktu relatif singkat c. Ingin cepat menyelesaikan tugasnya, sehingga pertimbangan terhadap jarak pencapaian ke objek tujuan harus sedekat mungkin. d. Pertimbangan ekonomi dan fasilitas e. Dalam hal ini, rekreasi tidak diprioritaskan Secara umum, kaum pebisnis mempunyai karakter yang sangat efisien. Kualitas interaksi bisnis merupakan perhatian utama. Mereka berusaha menjalin interaksi sesingkat mungkin dan mencapai relasi seerat mungkin. Interaksi bisnis dapat dilakukan di dalam dan luar hotel. Interaksi yang dilakukan di luar hotel menuntut tamu beraktivitas di luar dan memanfaatkan fasilitas hotel dalam waktu yang singkat, misalnya beristirahat. Interaksi yang dilakukan dalam lingkungan hotel menuntut disediakannya ruang yang nyaman, mempunyai privatisasi tinggi dan dapat mendukung proses relasi bisnis yang diinginkan. Kegiatan bisnis juga dapat dilakukan sambil makan, minum kopi, olahraga dan kegiatan santai lainnya. Untuk itu, hotel bisnis memerlukan fasilitas Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 19 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention olahraga, bersantai, makan, minum, dan fasilitas standar ruang pertemuan. 2.2.2. Konvensi Kata convention atau konvensi merupakan pertemuan sekelompok orang untuk suatu tujuan yang sama atau untuk bertukar pikiran, pendapat dan informasi tentang suatu hal yang menjadi perhatian bersama. Istilah "Convention" digunakan secara luas untuk menggambarkan suatu bentuk pertemuan tradisional atau pertemuan seluruh anggota kelompok (Lawson, Fred, Conference, Convention and Exhibition Facilities, The Architecture Press, London, 1981). Sedangkan pengertian konvensi menurut Dirjen Pariwisata, adalah suatu kegiatan berupa pertemuan antara sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama atau bertukar informasi tentang hal-hal baru yang menarik untuk dibahas (Keputusan Dirjen Pariwisata Nomor: Kep-06/U/IV/1992; Pasal 1: Pelaksanaan usaha jasa konvensi, perjalanan intensif dan pameran). Menurut Kesrul (2004) dalam Fidinina (2014), convention pada umumnya juga termasuk ke dalam kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition) sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama- sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, convention, congresses, conference dan exhibition. Kegiatan konvensi atau convention membutuhkan ruang khusus yaitu berupa Hall. Pengertian Hall itu sendiri adalah ruangan, ruang depan, aula, balai ruang (John M Echols and Hasan shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia). Suatu konvensi terdapat banyak informasi yang dapat diungkapkan, dibahas dan disimpulkan bersama, yang berkaitan dengan tema atau subyek yang menjadi topik perhatian atau pembicaraan pada kegiatan tersebut. Perkembangannya sering diikuti dengan pameran/eksibisi yang mendukung atau berkaitan dengan tema konvensi. Dari uraian di atas, maka dapat diambil satu pengertian mengenai "Convention Hall” adalah suatu ruangan yang digunakan sebagai tempat untuk pertemuan (yang mencakup sidang utama dan komisi, jamuan dan pameran) bagi sekelompok orang untuk saling tukar-menukar informasi, pendapat dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 20 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention hai-hal baru yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama. Lengkap dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya, baik konvensi berskala nasional maupun internasional, serta masih dimungkinkan dilaksanakan kegiatan lainnya seperti jamuan makan dan eksibisi (Santoso, 2011). 2.2.2.1 Kegiatan Konvensi Berikut ini merupakan kegiatan convention atau bentuk pertemuan convention menurut Fred Lawson (1981), dalam bukunya Conference, Convention, and Exhibition Facilities, yang dapat ditampung dalam sebuah convention maupun exhibition Centre, antara lain: 1. Kongres, merupakan pertemuan untuk mendiskusikan atau menetapkan penyelesaian sejumlah permasalahan. 2. Konvensi, merupakan pertemuan sejumlah orang untuk suatu objek umum atau untuk bertukar pikiran, pandangan dalam grup. 3. Konferensi, merupakan sesi umum dan face to face kelompok dengan partisipasi yang tinggi terutama terhadap perencanaan, mendapatkan fakta informasi, ataupun menyelesaikan masalah. Biasanya terdiri dari satu golongan seperti profesi, asosiasi, dan perusahaan. Pertemuan ini terkesan sangat formal dan mendorong partisipasi kolektif dalam mencapai pendapat obyektif dan tujuan. 4. Seminar, umumnya tatap muka berbagi pengalaman tentang fakta di bawah bimbingan seorang pemimpin diskusi. Pesertanya lebih dari 30 orang 5. Workshop, umumnya terdiri dari sesi umum bersamaan dengan tatap muka peserta untuk meningkatkan pengetahuan baru, kemampuan dan wawasan dalam masalah. Pesertanya biasanya lebih dari 35 orang. 6. Simposium, diskusi panel dengan pemberian pemaparan ahli sebelum sesi audiensi. Walaupun partisipasi pendengar rendah dalam simposium. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 21 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 7. Forum, diskusi panel yang mengambil sisi yang bertolak belakang oleh ahli dengan pemberian pemaparan dan memberikan kesempatan kepada pendengar untuk berpartisipasi. 8. Kuliah umum, presentasi resmi oleh seorang ahli yang diikuti dengan sesi tanya jawab. 9. Panel, dua atau lebih pembicara yang mengemukakan sudut pandang dengan diskusi antar pembicara yang dipimpin oleh moderator. 10. Colloquium, program dengan penentuan masalah oleh peserta di awal yang kemudian didiskusikan, pemimpin diskusi kemudian membangun program seputar masalah yang paling banyak. Diskusi ini memiliki penekanan sama pada diskusi dan instruksinya. 2.3. Heritage Pengertian heritage sesungguhnya cukup luas. Dalam kamus InggrisIndonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford, heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahuntahun dan dianggap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Menurut UNESCO, heritage yaitu sebagai warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang. Pendek kata, heritage adalah sesuatu yang seharusnya diestafetkan dari generasi ke generasi, umumnya karena dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya. Menurut Ibid dalam bukunya yang berjudul World Heritage Committee, heritage dibagi menjadi dua unsur, yaitu: 1. Intangible Heritage (abstrak), merupakan heritage yang tidak dapat disentuh karena bukan merupakan benda berwujud (bahasa, ritual, music, tarian, kepercayaan, dll) 2. Tangible Heritage (konkrit), merupakan heritage yang berupa benda berwujud atau dapat disentuh. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 22 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Secara konseptual pengelolaan sebuah aset tinggalan budaya (heritage) harus memperhatikan 4 (empat) aspek penting yang signifikan meliputi (Hall and McArthur, 1993): 1. Ekonomis 2. Sosial 3. Politis 4. ilmiah Secara umum, terkait dengan tema heritage beberapa definisi mengenai pengelolaan aset tinggalan budaya menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) hal penting yang juga perlu diperhatikan yaitu: 1. Preservasi: tindakan untuk mencegah benda budaya berubah dari aslinya akibat berbagai hal yang dapat membahayakan atau mengancam keselamatan benda tersebut. 2. Konservasi: tindakan untuk merawat sebuah benda budaya sehingga tetap seperti aslinya dan terhindar dari kerusakan-kerusakan. 3. Eksploitasi: suatu kegiatan untuk menggali dan kemudian memanfaatkan nilainilai suatu benda tinggalan budaya khususnya bagi kegiatan pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Di dalam pengelolaan kawasan heritage juga dikenal adanya konsepsi tentang zonasi yang berorientasi pada kelestarian atas obyek-obyek vital yang merupakan warisan budaya yang ada di lokasi tersebut. Zonasi merupakan bentuk alokasi wilayah secara geografis untuk kepentingan tertentu dan distribusi ruang sesuai dengan intensitas kepentingan manusia untuk kepentingan konservasi (Eagles, 2002). Zonasi memberikan beberapa keuntungan, antara lain: 1. Zonasi mempermudah pemahaman dan pengelolaan yang akan dijalankan di lingkungan objek terkait dengan nilai-nilai yang dimiliki objek dan harus di lindungi. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 23 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2. Zonasi dapat menjadi standard sekaligus mekanisme kontrol sehingga dapat mengurangi dampak negatif atau dampak lain yang tidak dikehendaki yang mungkin terjadi terhadap objek. 3. Zonasi membantu pemahaman dalam pendistribusian pemanfaatan objek dan peluang untuk kepentingan yang berbedabeda, dalam batas-batas yang telah ditentukan. 2.3.1. Ciri – Ciri Heritage Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam cirri-ciri heritage, antara lain: 1. Kelangkaan, yaitu merupakan sesuatu yang langka. 2. Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting. 3. Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament. 4. Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang. 5. Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu. 6. Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan sekitarnya. Selain keenam ciri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga ciri-ciri heritage, yaitu: 1. Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat. 2. Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan ekonomis. 3. Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 24 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2.4. Tinjauan Arsitektur Jawa – Yogyakarta Arsitektur Jogjakarta merupakan arsitektur Jawa yang digunakan oleh masyarakat Jawa di Jogjakarta. Arsitek Jawa telah ada dan berlangsung selama paling tidak 2.000 tahun. Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India bersamaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Wilayah India yang cukup banyak memberi pengaruh terhadap Jawa adalah India Selatan, Ini terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir menyerupai candi yang ada di Jawa. Arsitektur jawa pada umumnya mengacu kepada relief-relief pada candi-candi hindu-budha di dataran Jawa. Pada relief Candi Borobudur misalnya, tampak bahwa rumah di Jawa digambarkan berkolong tinggi dan cenderung persegi panjang daripada bujur sangkar sehingga lebih mirip rumah panggung. Bentuk atap rumah yang berarsitektur Jawa terdiri dari tipe tajug, joglo, limasan dan kampung (atap pelana). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Tradisional Jogjakarta merupakan arsitektur jawa pada umumnya yaitu suatu bangunan arsitektur atau tempat tinggal orang jawa yang filosofi, kosmologi serta cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun untuk melakukan aktivitas mereka. Arsitektur Jawa banyak dipengaruhi oleh konsepsi dan filsafat bangunan India. Sedangkan arsitektur India sendiri, selain mendapat inspirasi dari alam juga dipengaruhi oleh tradisi oriental. Pengaruh ini antara lain terdapat pada atap yang menjadi bagian terpenting dalam bangunan, seperti hanya dalam arsitektur Cina. Berbagai ornamen diletakan pada dinding, mengekspresikan kehidupan religius. Selain pengaruh nilai-nilai spiritual yang menentukan dalam proses pembangunan rumah, sebenarnya masih banyak hal yang menentukan bangunan nilai tradisional. Arsitektur tradisional sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat baik berupa iklim, bahan maupun cara pembangunannya. Disamping itu juga dipengaruhi kebudayaan setempat seperti agama atau kepercayaan, pola hidup, keadaan sosial dan sebagainya (Wahyudi, 2009). Berikut ini adalah ragam bentuk rumah tradisional Jawa : 1. Rumah Bentuk Panggung –Pe Berasal dari kata panggang ( dipanaskan diatas bara api ) dan epe ( di jemur sinar matahari ). Ragam ini banyak digunakan sebagai tempat menjemur daun teh, ketela pohon dan lain-lain. Merupakan ragam arsitektur yang paling tua dan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 25 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention sederhana, dapat diketahui dari relief pada dinding candi Borobudur dan Prambanan, terbentuk dari empat tiang dengan satu bidang atap persegi panjang yang lereng Gambar 2 Rumah Bentuk Panggung – Pe (Sumber : Wahyudi, 2009) 2. Rumah bentuk Kampung Berasal dari bahasa Jawa yang berarti desa atau dusun. Merupakan ragam arsitektur yang setingkat lebih sempurna dari pada Panggang-pe, dengan denah persegi panjang bertiang empat, dua bidang atap lereng yang dipertemukan pada sisi atasnya dan ditutup dengan “tutup keyong”. Pada masa lampau ada anggapan bahwa yang menggunakan ragam kampung adalah kalangan bawah yang kurang mampu. Akan tetapi dewasa ini digunakan untuk 12 berbagai macam bangunan (rumah tinggal, kantor, sekolah) bagi segenap lapisan masyarakat. Gambar 3 Rumah Bentuk Kampung Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 26 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention (Sumber : Wahyudi, 2009) 3. Rumah bentuk Limasan Mempunyai denah empat persegi panjang, dengan empat bidang atap. Yang dua bidang berbentuk segi tiga samakaki yang disebut Kejen atau Cocor, sedang dua bidang lainya disebut Brunjung. Dalam perkembangannya, bentuk Limasan pokok tersebut diberi tambahan pada sisi-sisinya yang disebut Empat Emper. Terciptalah berbagai jenis Limasan. Ragam ini banyak digunakan baik untuk rumah rakyat, rumah bangsawan, regol, bangsal, maupun fungsi-fungsi baru seperti rumah sakit, sekolah, kantor, dan lain-lain. Gambar 4 Rumah Bentuk Limasan (Sumber : Wahyudi, 2009) 4. Rumah bentuk Masjid dan Tajug Mempunyai denah bujur sangkar dengan empat tiang dan empat bidang atap yang bertemu di satu bidang titik puncak yang runcing. Ragam ini banyak digunakan untuk bangunan yang sakral seperti cungkup, makam, langgar dan masjid, sebagaimana kita ketahui bentuk masjid di Jawa, berbeda dengan masjid di negara lain, mempunyai bentuk tradisional yang menyatu dengan lingkungan setempat di sekitarnya. Menandakan bahwa masyarakat Jawa cukup kuat dalam menangkal pengaruh dari luar. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 27 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 5 Rumah Bentuk Masjid dan Tajug (Sumber : Wahyudi, 2009) 5. Rumah bentuk Joglo Merupakan ragam arsitektur yang paling sempurna dan canggih, dengan ukuran yang lebih besar dari dibandingkan ragam-ragam yang lain. Ciri umum bentuk bangunan Joglo adalah empat tiang di tengah yang disebut Saka Guru, dan digunakanya blandar bersusun yang disebut tumpang sari. Pada masa lampau ragam Joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja dan pangeran, serta orang yang terpandang saja. Akan tetapi dewasa ini digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Gambar 6 Rumah Bentuk Joglo (Sumber : Wahyudi, 2009) Perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status sosial, sedangkan persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga. Pada bentuk ruang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 28 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention dalam, rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan adalah arah selatan (Tjahjono, 1990). Gambar 7 Bentuk Struktur Pembagian Ruang Dalam Adat Jawa Sumber: Dakung, Arsitektur Tradisional DIY (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982) 1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 29 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah 2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal. 3. Omah-njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal. 4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani. 5. Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthongtengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthong- tengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah. 6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa 7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti. Bentuk rumah dan filosofi dari banyaknya ragam rumah tradisional Jogjakarta diketahui memiliki keterkaitan dan persamaan dengan arsitektur candi. Berbagai macam bentuk rumah dan atap bangunan pada arsitektur tradisional Jawa-Jogjakarta ditemukan serta diterapkan juga pada relief candi-candi di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta seperti gambar dibawah ini. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 30 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 8 Aneka Bentuk Rumah Arsitektur Tradisional Jawa – Yogyakarta (Sumber: Tjahja Tribinuka dalam Wibowo,2011) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 31 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2.5. Arsitektur Kontekstual 2.5.1. Pengertian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; ar·si·tek·tur /arsitéktur/ n 1 seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Kon·teks·tu·al /kontékstual/ berhubungan dng konteks. Kon·teks /kontéks/ n 1 Ling bagian suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; 2 situasi yg ada hubungannya dng suatu kejadian: orang itu harus dilihat sbg manusia yg utuh dl — kehidupan pribadi dan masyarakatnya. Menurut Bill Raun (oleh Nurdin, 2012), kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. Sedangkan menurut Wijayanti (2011), konteks merupakan kondisi dan situasi (setting), dimana arsitektur berada. Maka Arsitektur Kontekstual merupakan sebuah pendekatan terpadu dengan mengikutsertakan pertimbangan kualitas lingkungan fisik dan aspek non-fisik ke dalam proses perancangan arsitektur. Aspek-aspek fisik dan non fisik yang mencakup diantaranya yaitu: 1. Kegiatan: fungsi, program ruang dll. 2. Lingkungan: gubahan massa, linkage dan sirkulasi, dan ruang publik. 3. Visual: tampak, elemen bangunan, langgam dll. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 32 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Adapun poin-poin penting pada arsitektur kontekstual sebagai berikut ini: Kontekstual berarti berusaha keras agar ada “kesesuaian” antara pendatang baru, yaitu bangunan atau karya arsitektur dengan kondisi tapak yang telah ada sebelumnya. Kesesuaian tidak berarti harus sama. Kesesuaian yang dimaksud adalah memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Kontekstual merupakan suatu hal yang penting dalam arsitektur, karena arsitektur bukanlah obyek yang berdiri sendiri, melainkan harus menjadi satu kesatuan harmonis dengan sekitarnya, menjadi satu kesatuan jaringan secara sosial, budaya maupun ekologis. Keberadaannya harus memberikan keseimbangan, tidak hanya mengambil tetapi juga memberi. Kontekstualisme menurut Brent C Brolin dalam bukunya Architecture in Context (1980) adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat. Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara: 1. Mengambil motif-motif bangunan yang telah ada atau motif desain setempat: bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain. a. Geometri: standard geometri: persegi, bulat, segitiga, kubus dll. b. Kompleksitas: derajat kesederhanaan atau daya tarik. c. Orientasi: hubungan bentuk dengan horizon, vertikal atau horizontal 2. Menggunakan bentuk dasar yang sama untuk dimodifikasi sehingga tampak beda. 3. Mengembangkan bentuk-bentuk dan pola-pola baru yang memiliki efek visual yang mendekati bangunan lama. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 33 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 4. Mengabstraksikan bentuk-bentuk asli (kontras). Kontekstual dalam aspek non fisik dapat dilakukan melalui pendekatan: 1. Fungsi 2. Filosofi 3. Teknologi. Bangunan baru yang didesain ’kontras’ dengan bangunan lama, namun mampu memperkuat nilai historis bangunan lama akan dianggap lebih kontekstual daripada bangunan baru yang dibuat ’selaras’, sehingga menghilangkan atau mengaburkan pandangan orang akan nilai historis bangunan lama. Sehingga, untuk menjadikan sebuah desain kontekstual, bisa dengan menjadikannya ’selaras’ ataupun ’kontras’ dengan lingkungan sekitar dengan tetap mengedepankan tujuan dari kontekstual itu sendiri, yaitu menghadirkan ’kesesuaian’, dalam arti memperkuat, memperbesar, menyelamatkan, memperbaiki atau meningkatkan kualitas lingkungan yang ada (Wijayanti, 2011). 2.5.2. Jenis Arsitektur Kontekstual Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar (Sebastian, 2009), yaitu: 1. Contras (kontras/berbeda) Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati. Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia mengingatkan bila terlalu banyak yang timbul sebagai akibat kontras, maka Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 34 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah kekacauan. 2. Harmony (harmoni/selaras) Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian/keselarasan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan bangunan sudah ada, kemudian bersama-sama dengan bangunan yang baru untuk menjaga dan melestarikan ‘tradisi’ yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga kehadiran satu bangunan baru lebih menunjang dari pada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan. Desain pada arsitektur kontekstual memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1. Bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri dan berteriak “Lihatlah Aku!” tetapi bahkan cenderung menjadi suatu bangunan yang bersifat latar belakang 2. Teknik mendisain dengan faham Kontekstualisme dapat dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya untuk kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, dan pragmatis menjadi bersifat pluralistik dan fleksibel. 3. Selain itu juga bukan dogmatis rasional atau terlalu berorientasi pada kaidahkaidah yang terlalu universal. Adapun ciri – ciri dari pendekatan desain kontekstual adalah: 1. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar 2. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain-lain terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat. 3. Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 35 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2.5.3. Parameter Pendekatan Kontekstual Tujuan dari arsitektur kontekstual adalah menjaga atau memanfaatkan keindahan/potensi alam letak keberadaannya (site) dan nilai-nilai lokal sekitarnya, serta mengidealkan kapabilitasnya melalui bangunan yang dirancang secara cermat yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan daerah sekitarnya, dan membentuk keuntungan antara tapak (site) eksistingnya dengan keberadaan rancangan selanjutnya. Menurut Wolford (2004:178) dalam Widati (2015), elemen kontekstual tergantung pada banyak faktor, yaitu: 1. Fitur fisik bangunan; konfigurasi letak bangunan (bentuknya secara fisik atau faktorfaktor yang menunjangnya). 2. Konteks terhadap tapak (site) bangunan (faktor yang menampilkan nilai-nilai memori masa lalu). 3. Konteks terhadap bangunan-bangunan temporal (bangunan-bangunan yang sudah terbangun atau yang akan dibangun). 4. Batasan/perletakan bangunan (ada dipinggiran kota atau pusat kota). 5. Bagaimana bangunan berkaitan dengan daerah sekitarnya dan dengan bangunan yang berdekatan; kontras dalam gaya bangunan atau material dalam artian memiliki kesamaan atau saling mempengaruhi. 6. Kecocokan bangunan dalam kaitan hubungannya dengan bangunan sekitarnya. Merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 36 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Widati (2015) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendekatan kontekstual dalam perancangan arsitektur yaitu: 1. Pendekatan Budaya (Cultural Respect). 2. Pendekatan Alam (Nature). 3. Pendekatan Urban (Urban Context). 4. Pendekatan Fisik Bangunan (Physical Respect). 2.5.4. Contoh – Contoh Bangunan Kontekstual Gambar 9 Mall Malioboro Yogyakarta (Sumber : http://www.kompasiana.com/frandikapermana/dualisme-arsitektur-timurbarat_54f934b5a333112c048b4a24,) Pada bagian utara dan selatan dari fasad Mal Malioboro memiliki perlambang yang kuat akan makna gunungan. Perlambang Gunungan Gunungan adalah sebuah pintu istana/kerajaan yang terbuka saat acara pewayangan mulai digelar. Ini mengarah pada teori kontekstual yang dijabarkan oleh widati:2015, tentang pendekatan kontekstual bangunan terhadap Alam (Nature). Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 37 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 10 Apartment Modern Di Mamella La Valle - Paris (Sumber: http://wahana-arsitektur-indonesia.blogspot.co.id) Apartemen ini terdiri atas dua unit dengan bentuk dan tata letak yang sangat unik, yang satu denahnya bagian dari setengah lingkaran, yang lain berupa blok di tengah bawah kosong seperti arc de triomphe. Bagian atas dari apartemen berlantai sepuluh terdapat balkon, balustradenya di beri alur-alur seolah-olah seperti kepal dari kolom Yunani. Gambar 11 Louvre Pyramid ( Sumber : Google.co.id) Contoh penerapan desain bangunan pada jenis kelompok arsitektur kontekstual kontras dapat terlihat pada bangunan Louver, di Paris, Perancis. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 38 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2.6. Bedah Karya 2.6.1. Hotel Anata Legian Bali Gambar 12 Hotel Ananta Legian Bali (sumber : www.archdaily.com) Hotel Ananta yang menampilkan keindahan dihiasi berbagai elemen arsitektural khas Bali seperti arca penjaga, umbul-umbul, payung Bali, hiasan janur kuning seakan menyambut pengunjung sejak dari area drop off di depan lobby yang berbentuk piramida. Satu hal yang unik adalah bangunan lobby dibangun dari rangka baja berselimut kaca dengan secondary skin penahan sinar matahari berupa krawangan GRC etnik motif ukiran Bali. Keindahan hotel bernuansa etnik Bali yang dibangun pada sekitar tahun 2012 ini dibahas khusus dalam sebuah artikel oleh sebuah media arsitektur online luar negeri . Kreatifitas jenius dari tim arsitek Airmas berhasil memadukan ukiran bali pada media krawangan GRC sebagai secondary skin pada atap lobby hotel Ananta Legian Bali. Lobby berbentuk piramida terpotong terlihat unik dan tampak anggun apalagi saat malam hari ketika sinar dari dalam membias ke luar bangunan menampakkan ukiran Bali motif Patra Sari. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 39 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 13 Transformasi Bentuk Fasade Hotel Ananta Legian Bali (Sumber: http://grchexacon.blogspot.co.id/2015/12/keindahan-hotel-ananta-legian-bali.html) Seni ukir Bali memang memiliki keunikan tersendiri dan diaplikasikan pada berbagai media seperti bangunan pura, pilar rumah, atap, patung, relief bahkan kipas cendana menjadi sebuah souvenir khas Bali dengan ukiran krawangan yang bisa dijadikan cendera mata saat berlibur ke Bali. Motif ukiran krawangan tersebut biasa kita lihat di cendera mata kipas bali, dan motif tersebut di aplikasikan kedalam desain fasade dengan menggunakan material GRC. Sehingga unsur dari budaya setempat sangat kental didalamnya. Hotel ini menyediakan 175 ruang kamar yang terdiri dari: • 132 ruang Deluxe baik double atau twin • 12 ruang Deluxe Plus (dekat dengan sirkulasi menuju kolam renang) • 25 ruang Deluxe Pool Access Room yang mempunyai akses langsung menuju kolam renang • 6 ruang Junior Suite. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 40 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Hotel ini juga menyediakan ruang konvensi/meeting dengan luasan seperti terlihat dalam tabel berikut: Table 3 Ruang Meeting Hotel Ananta Legian Bali Capacity Meeting Room Size Class Room Theater U- Shape Board Room Round Table Standing Part Bale Banjar 138 m2 60 100 50 30 50 120 Wantilan I 28 m2 12 22 10 12 20 25 Wantilan II 28 m2 12 21 10 12 20 25 (Sumber: www.anantalegian.com) Gambar 14 Siteplan Ananta Hotel Legian Bali (Sumber : www.archdaily.com) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 41 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention 2.6.2. Hotel Tentrem Yogyakarta Gambar 15 Hotel Tentrem Yogyakarta (Sumber : www.google.co.id) Lokasi Hotel Tentrem terletak 2 kilometer dari pusat perkotaan serta 25 menit dari bandara. Berada di dekat lokasi hiburan seperti XXI Cineplex, Masjid Agung Suhada, serta kota Tugu Yogyakarta. Sebagai salah satu hotel berbintang 5 di Yogyakarta, Hotel Tentrem menawarkan berbagai fasilitas mewah dan berkelas, seperti distro, kolam renang yang luas, lounge yang besar, ruang keluarga, ruang fitness, spa, bar dengan view menghadap ke kolam renang, arena bermain, lapangan tenis, dll. Dengan jumlah keseluruhan 274 kamar, suasana Hotel Tentrem Yogyakarta juga sangat nyaman dan elegan, dilengkapi dengan tv satelit untuk memanjakan waktu istirahat anda. Aneka pilihan kamar yang tersedia diantaranya adalah Keraton Suite, Prambanan Suite, Wijaya Kusuma Suite, Deluxe, Premier dan Executive Suite. Masing-masing mempunyai kelengkapannya masing-masing. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 42 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 16 Fasilitas Hotel Tentrem (Sumber http://review-hotelindonesia.blogspot.co.id/2014/03/ulasan-review-hotel-tentrem-yogyakarta.html) Gambar 17 Type-Type Kamar Hotel Tentrem (Sumber http://review-hotelindonesia.blogspot.co.id/2014/03/ulasan-review-hotel-tentrem-yogyakarta.html) Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 43 Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Gambar 18 Transformasi Enterance Hotel Tentrem (Sumber : google.co.id) Pada entrence hotel Tentrem Yogyakarta mengadaptasi dari bangunan Keraton Yogyakarta dengan menggunakan kanopi yang di topang dengan 4 pillar besar . jelas terlihat designer hotel Tentrem menggunakan konsep Arsitektur Kontekstual dengan mempertimbangkan bangunan yang ada sebagai dasar acuan desain dari bangunan tersebut. Sehingga bangunan tersebut tetap mencerminkan budaya lokal . Dan pada atap bangunan juga menggunakan atap limasan yang sama dengan jenis-jenis atap tradisional Jawa – Yogyakarta. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana http://digilib.mercubuana.ac.id/ | 44