BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang memiliki keinginan dan kebutuhan. Atas dasar keinginan dan kebutuhan itulah yang kemudian menimbulkan suatu konsep, yaitu disebut konsep produk. Konsep produk adalah suatu konsep tentang suatu yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan tertentu. Hal inilah yang menjadi akar munculnya pemasaran, pemasaran akan timbul bila pemenuhan kebutuhan tersebut diperoleh melalui pertukaran Pada dasarnya istilah pasar adalah tempat dimana bertemunya para pembeli dan penjual untuk saling menukar barang mereka. Banyak para ahli pemasaran yang menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada suatu kumpulan pembeli dan penjual yang mentransaksikan barang mereka disuatu tempat. Kegiatan pemasaran dulunya hanya dikenal dengan kegiatan distribusi dan penjualan saja. Tetapi sekarang kegiatan itu menjadi lebih luas dari sekedar distribusi dan penjualan, yaitu menyangkut bagaimana cara suatu perusahaan didalam menganalisis perilaku konsumen, menarik konsumen dan meningkatkan efektivitas didalam bidang pemasaran. Karenanya pemasaran mencakup seluruh kegiatan yang mewujudkan kerja yang baik melalui pasar, yaitu dengan cara mewujudkan kebutuhan dan keinginan manusia (konsumen). Fakta yang menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan dan dapat memberikan nilai pada produk, tidaklah dapat memberikan 5 definisi tentang pemasaran dengan sempurna. Para ahli memberikan definisi yang berbeda–beda mengenai pemasaran, walaupun pada dasarnya definisi yang diberikan itu mengandung muatan prinsip yang sama. Kotler dan Keller (2009:5) menyatakan bahwa: “pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai pada pihak lain”. Mursid M. (2006:10) menyatakan bahwa: “ Pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen”. Definisi tersebut nampaknya seperti definisi yang terlalu panjang untuk sebuah istilah pemasaran, walaupun memang pada kenyataannya istilah pemasaran memerlukan penjelasan yang tidak sedikit. Dari definisi–definisi diatas dijelaslah bahwa pemasaran didefinisikan dengan bahasa yang berbeda–beda. Tetapi bila kita perhatikan definisi–definisi yang diberikan oleh para ahli itu mempunyai prinsip yang sama. Didalam definisi itu terkandung unsur – unsur sebagai berikut : a. Unsur Pemenuh Kebutuhan dan Keinginan. b. Unsur Pertukaran c. Unsur Distribusi. 6 d. Unsur Efisiensi. e. Unsur Pencapaian Tujuan Dapat pula dikatakan bahwa pemasaran dimulai sebelum barang-barang itu diproduksi, sehingga keputusan–keputusan didalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan jenis produk, penetapan harga, distribusi dan promosinya. Pemasaran sebagai salah satu kegiatan pokok suatu perusahaan untuk dapat bertahan hidup kemudian berkembang serta memperoleh laba, harus pula memperhatikan pelayanan kepada pelanggan atau konsumen. Hal yang perlu disadari juga adalah pemasaran bukan semata–mata untuk menjual barang atau jasa saja. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudahnya juga merupakan kegiatan pemasaran. Pengertian pemasaran mempunyai arti yang lebih luas dari pada yang dapat kita artikan dan terjemahkan, dikatakan demikian karena pemasaran bukan saja meliputi jual beli atau dunia pasar, tetapi pemasaran membahas pula segala persoalan yang ada didalam perusahaan secara sistematis. 2.2 Arti Penting Pemasaran Peran pemasaran dewasa ini tidak dapat diabaikan, tetapi justru pemasaran harus diperhatikan sebagai alat ampuh untuk mencapai tujuan perusahaan banyak yang mengistilahkan pemasaran sebagai ujung tombaknya perusahaan. Istilah ini merupakan ungkapan betapa pentingnya pemasaran bagi perusahaan. 7 Kegiatan–kegiatan pemasaran dengan kegiatan lainnya didalam suatu perusahaan misalnya dengan bidang keuangan, bidang produksi maupun bidang lainnya saling berhubungan. Oleh karena itu, kegiatan dibidang pemasaran tidak dapat dilakukan begitu saja, terlepas dari kegiatan bidang lainnya. Dan sebaliknya, kegiatan dibidang lain tanpa mengingat pemasaran akan mengalami kesulitan. Betapa pentingnya pemasaran bagi perusahaan menyebabkan banyaknya perusahaan yang berusaha untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan pemasaran yang selama ini dilakukan. Kesadaran akan pentingnya pemasaran semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya tingkat kompetisi dalam suatu industri tertentu maupun didalam dunia usaha dewasa ini. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan keterkaitan antar bidang didalam perusahaannya dan mengkoordinasi secara efektif bidang–bidang tersebut, seperti peersonalia, keuangan, produksi, riset dan pengembangan dan bidang lainnya. Seluruh kegiatan yang dikoordinasikan harus diarahkan berdasarkan konsep pemasaran yang bertujuan memberikan kepuasan kepada konsumen yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan. Bertolak dari pemikiran diatas, banyak perusahaan yang menekankan pentingnya pemasaran bagi keberhasilan perusahaan. 8 2.3 Bauran Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang terdiri dari berbagai variabel yang berkaitan dan menunjang satu sama lain dengan tujuan agar mendapatkan tanggapan pasar yang ditujunya secara positif. Kegiatan–kegiatan tersebut berada dalam kendali seorang pemimpin (pimpinan), sehingga dapat dikoordinasikan dan diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kombinasi dari berbagai variabel yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan tersebut dikenal dengan istilah bauran pemasaran ( Marketing Mix ). Sebuah perusahaan harus dapat mengkombinasikan variabel-variabel bauran pemasaran itu dengan tepat dan cepat, serta merencanakannya dengan pertimbangan yang matang agar dapat berhasil dibidang pemasaran. Hal ini disebabkan karena bauran pemasaran merupakan suatu konsep strategi suatu perusahaan yang berhubungan dengan masalah bagaimana menetapkan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu. Selain memilih kombinasi yang terbaik dari ke empat elemen bauran pemasaran itu, perusahaan juga harus mengkoordinir elemen-elemen bauran pemasaran itu agar dapat melaksanakan program pemasaran secara efektif. Perusahaan akan mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan apabila kegiatan–kegiatan pemasaran itu dilakukan secara efektif pula. Uraian lebih lanjut mengenai variabel–variabel bauran pemasaran tersebut sebagai berikut : 9 2.3.1 Product ( Produk ) Produk tidak hanya diartikan sebagai sesuatu yang berbentuk barang yang nyata. Tetapi produk sebagai segala sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan tertentu. Dengan demikian, pengertian produk bukan hanya berbentuk barang, tetapi dapat juga dalam bentuk pelayanan jasa atau sesuatu yang tidak tampak. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa produk tidak hanya meliputi atribut fisiknya saja tetapi juga meliputi atibut non-fisik seperti merek misalnya. Sebab, merek dipandang sebagai unsur yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu, merek dapat pula dianggap sebagai suatu produk. Merek disini bukan merek dalam bentuk fisiknya, tetapi merek disini dilihat dari kekuatan merek itu sendiri di dalam mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Selain itu pengembangan produk dilakukan setelah melakukan berbagai analisa, terutama analisa tentang kebutuhan dan keinginan pasar. Analisa ini lebih banyak dilakukan dengan melibatkan konsumen secara langsung melalui riset pasar ( Market Research ). 2.3.2 Price ( Harga ) Di dalam suatu kegiatan pemasaran, tidak dipungkiri lagi bahwa harga merupakan faktor yang amat menentukan didalam pengambilan keputusan pembelian seorang konsumen. Meskipun pada kenyataannya harga bukanlah satusatunya faktor utama yang mutlak mempengaruhi hal tersebut diatas. 10 Walaupun demikian, didalam menetapkan harga jual produknya perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang dan menetapkan segmen pasar yang akan dipilih. Sebab, bila perusahaan melakukan kesalahan didalam menentukan harga jual pokoknya maka perusahaan akan kehilangan konsumennya. Misalnya bila perusahaan menetapkan harga yang terlalu tinggi, maka banyak konsumen yang beralih ke produk lain yang sejenis dengan mutu yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah. Sebaliknya bila perusahaan menetapkan harga yang terlalu rendah, maka perusahaan lambat-laun akan mengalami kerugian. Oleh karenanya masalah penetapan harga merupakan masalah yang amat penting dan sensitif, dalam arti harga merupakan penentu keberhasilan perusahaan. 2.3.3 Place / Distribution ( Lokasi Distribusi ) Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan memerlukan strategi penyaluran atau distribusi yang tepat. Prroduk yang didistibusikan itu memerlukan tempat yang cocok dengan karakteristik produk tersebut. Baik tempat untuk menyimpan maupun tempat untuk menjual produk tersebut. Keputusan tentang saluran distribusi merupakan keputusan yang amat kompleks dan penuh tantangan dan resiko. Setiap saluran itu menetapkan tingkat penjualan dan biaya yang berbeda. Oleh sebab itu, bila perusahaan telah memilih saluran distribusi tertentu maka perusahaan itu harus konsisten menjalankannya selama satu periode tertentu. Selain 11 itu perusahaan juga harus mengindentifikasikan cara-cara yang digunakan untuk mencapai pasar sasarannya agar konsumen dapat memperoleh produk tersebut dengan mudah. 2.3.4 Promotion ( Promosi ) Promosi banyak digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengenalkan produknya kepada khalayak (masyarakat). Apabila yang diproduksi merupakan produk baru, dalam arti produk tersebut belum pernah ada yang memproduksi dan memasarkan sebelumnya. Selain itu promosi juga banyak digunakan perusahaan sebagai sarana untuk mengadakan komunikasi dengan konsumennya. Hal ini dikarenakan promosi merupakan suatu proses yang berlanjut, yang dapat menimbulkan rangkaian kegiatan-kegiatan pemasaran lainnya. Pada dasarnya, tujuan utama dari promosi yang dilakukan oleh perusahaan tetap bermuara pada tujuan untuk memperoleh laba yang sebesar–besarnya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan haruslah diarahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap pembeli terhadap produk yang ditawarkan agar mau membeli. Dengan demikian promosi merupakan suatu keharusan , apalagi mengingat persaingan yang semakin ketat sekarang ini. 12 2.4 Pengertian Produk produk adalah bukan hanya sekedar berbentuk fisik atau berwujud, melainkan mengandung makna pengertian yang lebih luas, yang meliputi objek secara fisik, jasa, ide yang keseluruhannya dapat ditawarkan kedalam pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi serta dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk merupakan gagasan behwa konsumen akan menyukai produk yang bermutu tinggi, kinerja terbaik, dan sifat paling inovatif. (Jeff Madura, 2005:52) menyatakan ada lima tingkatan produk harus dipahami dalam merencanakan penawaran suatu produk, yaitu: 1) Produk utama / inti (core benefit), yang menawarkan manfaat atau kegunaan utama yang dibutuhkan pelanggan, 2) Produk Generik, yang mencerminkan fungsi dasar (fungsional) dari suatu produk, 3) Produk yang diharapkan (expected product), yaitu sekumpulan atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan palanggan pada saat membelinya, 4) Produk tambahan (Augmented product), meliputi pelayanan dan manfaat yang membedakan panawaran perusahaan dengan penawaran perusahaan pesaingnya, dan 5) Produk potensial, yaitu segala tambahan dan transformasi pada produk yang mungkin dilakukan dimasa mendatang. 13 Setiap produk berkaitan secara hirarki dengan produk-produk tertentu lainnya. Hirarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai pada jenis kebutuhan tertentu yang memuaskan kebutuhan konsumen. Hirarki produk tersebut terdiri dari 7 tingkatan, yaitu: 1) Need Family, yaitu kebutuhan inti / dasar yang membentuk produk family, 2) Product family, yaitu seluruhnya kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan inti / dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai, 3) Product Class (kelas produk), yaitu sekumpulan produk didalam product family yang dianggap memiliki hubungan fungsional tertentu, 4) Product Line (lini produk), yaitu sekumpulan produk didalam kelas produk yang mempunyai hubungan erat. Hubungan yang erat ini bisa ditawarkan salah satu dari 4 faktor berikut, yaitu : a) Fungsinya sama. b) Dijual kepada kelompok konsumen yang sama. c) Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama. d) Harganya berada dalam skala yang sama. 5) Product type (tipe produk), yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk tertentu dari banyak kemungkinan bentuk produk, 6) Brand (merek), yaitu dapat diasumsikan dengan satu atau lebih item dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan sumber atau karakter item tersebut, dan 14 7) Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya, biasanya disebut pula stock keeping unit atau varian produk. 2.5 Merek ( Brand ) 2.5.1 Pengertian Merek ( Brand ) Merek dapat membedakan antara suatu produk dengan produk laiinya. Merek tersebut dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari para pembeli baik melalui periklanan maupun melalui kegiatan promosi yang lainnya. Menurut Jackie Ambadar (2007:29) adalah : “Merek nama, istilah logo, tanda atau lambang dan kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasikan barang-barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual untuk membedakannya dengan produk pesaing”. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2009:65) adalah : “ Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal – hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakan dari produk pesaingnya.” 15 Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Merek memiliki enam level pengertian, yaitu : 1) Atribut, merek mengingatkan pada atribut – atribut tertentu, 2) Manfaat, atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional suatu produk, 3) Nilai, merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produk dan produsen (perusahaan), 4) Budaya, merek juga mewakili budaya - budaya tertentu, 5) Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian - kepribadian tertentu, dan 6) Pemakai, merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. 2.5.2 Mutu Merek Mutu yang diinginkan dari suatu merek adalah : a) Harus menyatakan sesuatu tentang manfaat produk b) Harus menyatakan mutu produk seperti tindakan atau warna c) Harus mudah dikenal, diingat, dan diucapkan d) Harus berbeda. 16 2.5.3 Fungsi Merek Menurut Undang – Undang Perlindungan Merek, telah dijelaskan bahwa merek dapat berfungsi sebagai : a) Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi barang atau jasa dari salah satu produksi terhadap produksi lainnya, b) Sebagai alat promosi, c) Sebagai jaminan atas mutu produk, dan d) Penunjuk asal barang atau jasa. 2.5.4 Manfaat Merek Merek sangat berperan sangat penting bagi produsen maupun konsumen. Menurut Tjiptono (2005:20) bagi produsen merek memberikan berbagai manfaat, yaitu : a) Merek dapat membantu produsen dalam menambah nilai prestise bagi konsumennya b) Merek merupakan suatu identitas penjualan yang dapat dijadikan tolak ukur kualitas. c) Merek merupakan sesuatu yang dapat di iklankan untuk mendapatkan respon dari pemnbeli. Sedangkan bagi konsumen, merek dapat pula memberikan antara lain : a) Memudahkan mereka untuk membandingkan kualitas dan harga antar produk yang sama. 17 b) Memudahkan mereka untuk mengingat cirri-ciri barang atau jasa untuk keperluan pembelian selanjutnya. c) Memudahkan konsumen dalam mengenal suatu barang atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan bagi produsen, merek dapat pula memberikan berbagai manfaat, antara lain a) Merek merupakan suatu identitas penjualan (produk) yang dapat di jadikan tolak ukur kualitas, b) Merek merupakan sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan tanggapan dari calon pembeli, c) Merek dapat melindungi dari penurunan harga yang terlalu jauh, karena konsumen tidak akan semata-mata menjadikan harga sebagai alat pembanding antara dua produk yang berbeda merek, d) Merek dapat membantu produsen dalam menambah nilai prestise bagi konsumenya. 2.5.5 Citra Merek ( Brand Image ) Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek, toko, dan perusahaan didasarkan pada referensi mereka yang diperoleh dari penelitian pemasaran dan lingkungan. Karena sasaran penting dari strategi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap merek, toko, dan perusahaan. 18 adalah untuk a. Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Tjiptono (2005 : 22) ada tiga tipe citra merek yaitu : 1) Atribute brand, merek dengan citra yang mampu mengkommunikasikan kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. 2) Aspirational brand, merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek bersangkutan. 3) Experience brand, mencerminkan merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama. b. Citra Toko. Konsumen sering mengembangkan citra toko didasarkan pada iklan, kelengkapan didalam toko, pendapat teman dan kerabat, dan juga pengalaman belanja. Citra toko yang ada di benak konsumen akan mempengaruhi citra merek. Oleh karena itu, penempatan produk pada rantai toko – toko pengeceran merupakan sarana untuk membantu citra toko. c. Citra Perusahaan. Selain mengembangkan citra terhadap merek dan toko, konsumen juga memperhatikan berbagi informasi mengenai perusahaan atau korporasi, dan 19 bagaimana pengalamannya atas penggunaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Pada saat itulah terbentuk apa yang disebut dengan citra korporasi. 2.5.6 Ekuitas Merek ( Brand Equity ) Merek bervariasi dalam pengaruh maupun ekuitas di pasar. Merek yang ampuh memiliki ekuitas merek yang tinggi. Merek akan berekuitas tinggi apabila memiliki loyalitas tinggi, kesadaran nama, kualitas yang diterima, asosiasi merek yang kuat, dan asset lain seperti paten, dan merek dagang. Pengetahuan tentang elemen – elemen ekuitas merek dan pengukuranya sangat diperlukan untuk menyusun langkah – langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Elemen – elemen ekuitas merek menurut A. Aaker dalam bukunya Managing Brand Equity yang dikutip oleh Darmadi Durianto dkk. ( 2001 : 4 ) terdiri dari : a) Brand Awareness ( kesadaran merek ) Menunjukkan kesadaran calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 20 b) Brand Association ( asosiasi merek ) Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitanya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain. c) Perceived Quality ( persepsi kualitas ) Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. d) Brand Loyalty ( loyalitas merek ) Loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk tertentu. e) Other Proprietary Brand Asset ( asset-aset merek lainya ) Asset-aset merek lainya ini diantaranya adalah: Brand Portofolio ( portofolio merek ), Brand Architecture ( arsitektur merek ) dan lain sebagainya. 2.6 Perilaku Konsumen dengan Pengambilan Keputusan Pembelian 2.6.1 Definisi Perilaku Konsumen Banyak definisi tentang perilaku konsumen, akan tetapi pada dasarnya sama hanya berbeda cara perumusannya, seperti : AMA (American Marketing Association) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : 21 “ Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara kognisi, afeksi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka “. Definisi ini memuat 3 hal penting, yaitu : 1) Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah untuk di tebak / diramalkan. 2) Melibatkan interaksi : afeksi, kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar lingkungan 3) Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang para pembeli. Untuk mengenali perilaku konsumen lebih mendalam, pemasar harus melakukan riset konsumen untuk mengetahui tujuan mengenai pasar sasaran, yaitu : 1) Siapa konsumen di pasar sasaran (Objects) 2) Apa yang di beli oleh pasar (Objects) 3) Mengapa pasar membeli (Objectives) 4) Siapa saja yang berpartisipasi di pasar sasaran (Organization) 5) Bagaimana cara pasar membeli (Operation) 6) Kapan pasar melakukan pembelian (Occsions) 7) Dimana pasar membeli (Outlets) 22 Agar bisa memenangkan persainagan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih kepada konsumen dibandingkan dengan pesaingnya. Nilai konsumen merupakan perbedaan antara semua menfaat (keuntungan) yang diperoleh dari suatu produk secar4a menyeluruh ( a total prodct) dengan semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat tersebut. Memberikan nilai konsumen yang superior, mengharuskan perusahaan melakukan suatu pekerjaan yang lebih baikuntuk mengantisipasi dan memberikan reaksi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dari pada yang dilakukan pesaingnya. 2.6.2 Pengambilan Keputusan Pembelian Sebelum menunjukkan suatu ringkasan bagaimana para konsumen mengambil suatu keputusan, kita akan mempertimbangkan beberapa pemikiran yang melukiskan pengambilan keputusan konsumen dengan cara-cara yang sangat berbeda. Istilah model-model konsumen mengacu pada suatu pandangan atau perspektif umum terhadap bagaimana dan mengapa masing-masing individu berperilaku demikian, hal ini ditegaskan oleh Leslie Lazar Kanuk dan Leon G. Schiffman ( 2008:104 ). Secara spesifik kita akan mengamati model-model konsumen dalam ke empat item berikut ini : ( 1 ) suatu pandangan ekonomis, ( 2 ) suatu pandangan pasif, ( 3 ) suatu pandangan pengenal, ( 4 ) suatu pandangan emosional. 23 1. Pandangan Ekonomis Dalam pandangan teoritis ekonomi, dimana menggambarkan suatu dunia kompetisi yang sempurna, para konsumen dikarakteristikan sebagai pembuat keputusan-keputusan yang rasional. Model ini, yang disebut teori orang ekonomi, untuk berperilaku rasional dalam makna ekonomis, seorang konsumen akan : a. Menyadari keseluruhan alternative produk yang ada, dan b. Mampu untuk menentukan pilihan ranking secara tepat. tiap-tiap alternatif dalam kaitannya dengan manfaat-manfaat dan kerugian-kerugiannya, serta mampu untuk menentukan pilihan alternative yang terbaik. Meskipun demikian, secara realistis konsumen jarang sekali memiliki seluruh informasi atau informasi yang akurat atau bahkan suatu tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang “sempurna”. 2. Pandangan Pasif Kebalikan dari pandangan ekonomis rasional adalah pandangan pasif yang menggambarkan para konsumen pada dasarnya menyerah pada minat pelayanan dan upaya promosional dari para marketer. Dalam pandangan pasif tersebut para konsumen dianggap sebagai pembeli impulsif dan irasional yang siap menjadi sasaran dan usaha dari para marketer paling tidak pada beberapa tingkatan, model pasif konsumen ini dimanfaatkan oleh orang-orang super sales yang dilatih untuk memperlakukan para konsumen sebagai suatu objek untuk dimanipulasi. 24 3. Pandangan Kognitif Model ketiga menggambarkan konsumen sebagai penyelesaian masalah yang berpikir. Dalam kerangka pengertian ini konsumen kerap kali digambarkan baik menerima secara pasif maupun aktif mencari produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan semakin memperkaya kehidupan mereka. Model kognitif ini berfokus pada proses dimana konsumen mencari dan mengevaluasi informasi tentang merek-merek serta outlet-outlet yang dipilih. Pandangan kognitif tersebut mendeskripsikan suatu konsumen yang jatuh diantara pandangan ekonomis dan pasif yang ekstrim, yang tidak ( tak dapat ) memiliki pengetahuan total tantang alternative produk yang tersedia dan oleh karenanya tidak dapat membuat keputusan yang sempurna, namun mencari informasi dan berusaha untuk meraih keputusan yang memuaskan. 4. Pandangan Emosional Kita dapat merefleksikan sifat pembelian - pembelian kita saat ini, mungkin kita terkejut menyadari bagaimana impulsifnya kita pada beberapa pembelian tersebut. Dibandingkan dengan pencarian dengan yang teliti serta mengevaluasi sebelum membeli, kita cenderung lebih banyak membeli berdasarkan impulsif atau terdorong atau dikendalikan emosi. Ketika konsumen memutuskan untuk membeli berdasarkan emosi, amat sedikit pencarian informasi yang dilakukan sebelum pembelian tersebut. Sebaliknya penekanan lebih pada mood dan perasaan pada saat itu ( go for it ). Hal ini bukan untuk menyatakan bahwa keputusan emosional tersebut tidak rasional. 25 Sebagai contoh, banyak konsumen membeli pakaian berlabel desainer, bukan karena mereka kelihatan lebih baik dengan pakaian tersebut, tetapi karena label status membuat mereka lebih baik. Ini merupakan keputusan yang rasional, mood konsumen juga sangat penting dalam pengambilan keputusan. Mood dapat didefinisikan sebagai kondisi perasaan. Seorang konsumen “menerima” suatu iklan, lingkungan toko atau ritel, merk atau suatu produk. 2.6.3 Proses Keputusan Pembelian Cara lain untuk memahami konsumen adalah melalui proses pembelian. Proses ini terdiri dari langkah-langkah yang dijalani konsumen pada saat mereka memutuskan apa, kapan, dimana dan bagaimana melakukan pembelian. Pemahaman atas proses ini dapat memberi para marketer dengan sarana untuk mengembangkan suatu strategi yang tepat untuk menarik para konsumen. Berikut ini proses pengambilan keputusan oleh pembeli dari awal pertama kali sampai dengan mencapai keputusan pembelian. Dalam gambar berikut ini dijelaskan bahwa pemakaian melalui tahapan, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku setelah membeli. Jadi jelas proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian yang nyata dan berlanjut bahkan setelah pembelian untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan dari berbagai tahap tersebut. 26 Gambar di bawah ini, adalah bagan proses pembelian konsumen : Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Prilaku Setelah Pembelian Gambar 2.1: Proses Pembelian Konsumen (Kotler dan Susanto, 2000:251) a. Pengenalan Kebutuhan Sebuah iklan, saran atau rangsangan-rangsangan lain membuat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan. Menyadari adanya kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang ada. Misalnya, sebuah undangan untuk menghadiri suatu pesta berkostum dapat merangsang kebutuhan untuk membeli suatu kostum. Pengenalan kebutuhan merupakan suatu tahap awal dari proses pembelian, hal ini juga dikatakan oleh Philip Kotler dan Gary Amstrong (2005:102) yaitu: “Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan pembelian yaitu mengenali masalah atau kebutuhan konsumen”. Dari kutipan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama dari keseluruhan proses pembelian dimana 27 pemakai atau pengguna mengenali akan apa yang menjadi kebutuhan atau masalah. Proses pembelian dimulai dengan mengenali kebutuhan, dengan pembeli yang mengenali akan masalah atau kebutuhan, pembeli dapat merasakan perbedaan diantara mereka akan keadaan sekarang dan beberapa kebutuhan yang diinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh dorongan dari dalam ketika salah satu dari kebutuhan normal seseorang seperti lapar, haus, sex meningkat pada tingkatan yang cukup tinggi untuk menjadi pendorong. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh dorongan dari luar, dalam hal ini dapat dicontohkan pada kasus seseorang yang melewati tempat menjual ayam bakar dan melihat ayam yang baru selesai dibakar dan mendorong rasa lapar atau seseorang yang mengagumi motor sport tetangganya. Pada tahap ini para pemasar seharusnya melakukan penelitian untuk mencari tahu apa jenis dari kebutuhan atau masalah yang muncul, apa yang membawa mereka dan bagaimana memandu atau membawa pembeli kepada produk mereka. Dengan mengumpulkan beberapa informasi pemasar dapat mengenali faktor-faktor yang paling sering memicu ketertarikan dalam produk dan dapat mengembangkan program pemasaran yang melibatkan faktor-faktor tersebut. b. Pencarian Informasi Tahap setelah pengenalan kebutuhan adalah pencarian informasi, pengertian pencarian informasi itu sendiri dijelaskan oleh Philip Kotler dan Gary Amstrong (2005) yaitu: 28 “Tahap dari proses keputusan pembeli ialah dimana konsumen melakukan pencarian informasi lebih, konsumen memiliki perhatian yang tinggi atau akan mencari informasi secara aktif ”. Dari kutipan tersebut maka dapat diartikan bahwa pencarian informasi merupakan suatu tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana pengguna telah dibangun untuk mencari lebih banyak lagi informasi, para pengguna akan hanya memberikan pada perhatian atau akan menjadi aktif dalam pencarian informasi. Informasi bernilai bagi konsumen karena keleluasaannya membantu membuat keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan menghindari konsekuensi negative sehubungan dengan pengambilan keputusan yang buruk. Jadi, konsumen bersedia melakukan pencarian lebih banyak informasi apabila pembelian merupakan hal yang penting. Pentingnya pembelian bersumber dari (a) kuatnya seseorang akan produk, (b) keterlibatan seseorang akan produk, (c) kerasnya konsekuensi sosial dan keuangan dari pengambilan keputusan yang buruk. Hal inilah yang menyebabkan mengapa manusia cenderung mencari informasi tambahan tentang produk. Perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen dan kepentingan relatifnya terhadap keputusan pembelian sesudahnya. Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok, antara lain : a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. b. Sumber komersil : iklan, tenaga penjual, pedagang perantara, pengemasan dan pajangan. 29 c. Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaaan, dan penggunaan produk. d. Sumber public : media massa, dan organisasi perlindungan konsumen. Pengaruh altenatif dari sumber informasi berubah-ubah dengan produk dan pembelian. Secara umum pengguna menerima banyak informasi mengenai produk dari sumber komersil, dimana dikendalikan oleh pemasar. Sumber yang efektif bagaimanapun juga cenderung untuk menjadi pribadi atau personal. Sumber individu menunjukkan lebih penting dalam mempengaruhi dari pembelian barang atau jasa. Sumber komersil secara umumnya menginformasikan kepada pembeli, tapi sumber individu mengesahkan atau menilai produk dari sumber pembeli, contohnya: seorang Dokter, pada umumnya mengetahui obat baru dari sumber komersil, tetapi beralih kepada dokter yang lain untuk menilai informasi tersebut. Sebagaimana banyaknya informasi yang diperoleh, kesadaran dan pengetahuan konsumen dari merek-merek yang tersedia juga meningkat. Perusahaan harus melakukan marketing mixnya untuk membuat kesadaran dan pengetahuan akan produk dan mereknya. Itu seharusnya dapat mengindentifikasikan secara hati - hati terhadap sumber – sumber informasi dari konsumen dan kepentingan dari setiap sumber. Konsumen seharusnya ditanyakan bagaimana mereka pertama kali mendengar mengenai merek tersebut, bagaimana informasi yang mereka terima dan bagaimana mereka menempatkan pada perbedaan sumber informasi. 30 c. Evaluasi Alternatif. Setelah dikemukakan diatas bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk sampai pada kumpulan (pengambilan) keputusan pada merek akhir. Bagaimanakah konsumen memilih antara pilihan merek yang satu dengan yang lain. Pemasar harus mengetahui mengenai evaluasi dari alternafit yaitu bagaiman pemakai memproses informasi untuk sampai pada pemilihan merek. Sayangnya konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yang sederhana dan tunggal dalam setiap situasi pembelian, meskipun beberapa proses alternatif berlangsungnya saat bekerja atau prakteknya. Konsep dasar yang membantu menjelaskan proses evaluasi pemakai, yaitu: Pertama, bahwa setiap pemakai melihat produk sebagai kumpulan atribut. Untuk kamera sebagai contoh, produk atribut kamera berupa kualitas gambar, kemudahan penggunaan, ukuran kamera, harga dan ciri-ciri lainnya. Konsumen akan mengubah beberapa atribut yang mereka anggap berhubungan dan mereka akan menaruh perhatian yang besar kepada atribut-atribut yang berhubungan dengan kebutuhan mereka. Kedua, konsumen akan memperkirakan ukuran kepentingan atribut yang berbeda menurut kebutuhan yang berbeda dan permintaan dari masing-masing individu. Ketiga, konsumen kemungkinan mengembangkan kumpulan dari persepsi merek dimana setiap merek berdiri disetiap atribut. Implementasi persepsi cenderung berhubungan dengan merek yang diketahui sebagai citra merek, distorsi, 31 kecenderungan dan kepercayaan pemakai yang membedakan dari ciri sesungguhnya dari atribut. Empat, harapan dari konsumen terhadap kepuasan produk secara utuh akan berubah dengan tingkatan dari perbedaan atribut. Hal ini dapat dicontohkan ketika seseorang membeli sebuah kamera dan mengharapkan kepuasan dari kamera tersebut meningkat seiring dengan bagusnya kualitas gambar yang dihasilkan dan dengan beban kamera yang ringan sehingga mudah untuk dibawa dibandingkan dengan kamera lainnya. Kelima, pemakai tiba pada perilaku yang menuju kepada perbedaan merek melalui beberapa prosedur peninjauan ulang yaitu, dimana para konsumen telah menemukan bagaimana menggunakan salah satu atau lebih dari beberapa evaluasi prosedur yang tergantung pada konsumen dan keputusan membeli. d. Keputusan Pembelian Keputusan pembelian merupakan saat dimana konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak produk yang bersangkutan dan membuat keputusan pemesanan yang berhubungan dengan pembelian. Selain itu keputusan pembelian dapat diartikan juga sebagai tingkatan dari proses keputusan pembelian dimana konsumen sebenarnya melakukan pembelian. Pemilihan ini dilakukan atas dasar hasil evaluasi ditahap sebelumnya. Dalam tingkatan evaluasi, konsumen membentuk preferensi diantara merek - merek dalam kelompok pilihan konsumen, mungkin juga membentuk suatu maksud pembelian untuk membeli produk yang paling disukai. Namun 32 demikian, ada dua faktor yang mempengaruhi maksud ( keinginan ) pembelian dan keputusan pembelian, yaitu : perilaku orang lain dan situasi yang tak terduga. Dua faktor tersebut dapat berada diantara maksud pembelian seperti yang digambarkan pada gambar berikut ini : Perilaku orang lain Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Maksud Pembelian Situasi yang tak terduga Gambar 2.2 : Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian (Kotler dan Susanto, 2000:257) Didalam faktor pengaruh orang lain, hal ini dapat mengurangi alternatif yang dipilih atau disukai oleh konsumen, hal ini akibat adanya dua hal lagi yang dipengaruhi, dua hal tersebut adalah : 1.Intensitas dari perilaku negative dari orang lain yang menuju kepada pilihan yang disukai oleh konsumen, dan 2.Motivasi dari konsumen untuk menyetujui permintaan orang lain. 33 Semakin gencar sikap negative orang lain dan semakin dekat orang tersebut dengan konsumen, semakin besar konsumen akan mengubah maksud pembeliannya. Keadaan sebaliknya juga berlaku, untuk preferensi seorang pembeli terhadap suatu merek akan meningkat jika seseorang yang ia sukai menyukai merek yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit saat beberapa orang yang dekat dengan pembeli memiliki pendapat yang berlawanan dan pembeli ingin menyenangkan mereka semua. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terduga, dimana konsumen akan membentuk niat pembeli berdasarkan faktor seperti : penghasilan yang diharapkan, harga yang diharapkan dan harapan dari manfaat produk tersebut. Bagaimanapun juga situasi yang tidak diharapkan dapat mengubah niat konsumen dari pembelian, contohnya ketika seseorang kekurangan uang, maka ia akan melakukan pembelian yang dianggap penting untuk kebutuhan yang lebih mendadak atau mendesak. Oleh karena itu, kebiasaan dan juga keinginan untuk membeli tidak selalu menghasilkan pilihan untuk membeli secara aktual atau nyata. e. Perilaku Setelah Pembelian. Tugas dari pemasar tidak berakhir terhadap produk yang dibeli. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan memikirkan tentang keputusan tersebut. Ada waktu dimana konsumen tidak begitu yakin akan pembelian tersebut adalah bijaksana. Hal ini dinamakan cognitive dissonance ( ketidak sesuaian kognitif ). Dalam mencoba menilai pembelanjaan tersebut, maka konsumen mencari fakta - 34 fakta tambahan atau iklan-iklan untuk membuktikan bahwa tindakan membeli yang dia lakukan adalah benar. Cognitive consonance ( kesesuaian kognitif ) timbul pada saat konsumen tersebut mendapatkan kepuasan setelah pembelian yang dilakukannya. Setelah pembelian dari produk, pemakai akan merasa puas atau tidak puas dan akan berlanjut dalam perilaku setelah pembelian terhadap pemasar, apa yang menentukan apakah pembeli tersebut itu puas atau tidak puas dengan pembelian ? jawaban tersebut ada pada hubungan antara harapan pemakai dan persepsi kinerja dari produk. Jika produk tersebut sesuai atau sama dengan harapan dari pemakai maka pemakai akan merasa senang dan akan melakukan pembelian ulang. 2.7 Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian Teori mengenai pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian terdapat pada jurnal penelitian berjudul ‘The Study of Brand Image and Promotion on Consumer Purchase Netbook Behaviour” oleh Yu Rong Lin (2009) yang diakses oleh penulis pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://baiconference.org/files/BAI2010%20Proceeding/Papers/1.Strategy/1045.pdf. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa brand image has strong impact on purchase behavior. Citra merek memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pembelian. Kesimpulan dari penelitian Lin tersebut (2009:13) adalah brand image had significant positive effect on perceived quality, perceived value and brand attitude for customer, in turn, positively influenced purchase intentions. Citra merek memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas yang dipersepsikan, nilai yang 35 dipersepsikan dan sikap terhadap merek pada konsumen, sehingga berpengaruh positif pada keputusan pembelian. 36