A B S T R A K S I

advertisement
ABSTRAKSI
Yoana Vetta (10050001140). Telaah Alam Individu Ego-Dystonic Homosexuality
Melaui Pendekatan Fenomeologi Eksistensial.
Populasi dari kaum komunitas homoseksual sudah semakin meningkat jumlahnya.
Berdasarkan konsep psikologi dari DSM-IV, perilaku homoseksual ini sudah tidak dimasukkan
kedalam kategori perilaku yang menyimpang. Meski demikian, masyarakat masih belum menerima
kaum dengan homoseks ini.
Tantangan yang harus dihadapi oleh homoseksual, secara kesehatan, bisa menularkan
penyakit mematikan seperti virus HIV, atau penyakit kelamin yang penularannya mudah dan
berdampak buruk bagi kesehatan. kemudian dari sisi sosial yang sudah jelas tidak mudah karena
masyarakat Indonesia sendiri yang merupakan mayoritas muslim, pada umumnya tidak menerima
keberadaan kaum homoseksual ini, apa lagi bila para pelaku homoseksual itu sendiri seorang
muslim. Karena itu, terdapat individu yang merasakan tidak nyaman dengan keadaan dirinya yang
mempunyai kecendrungan homoseksual (penyuka sesama jenis antar pria) sehingga menjadikan
individu homoseksual yang Ego-dystonic.
Keberadaan homoseksual Ego-Dystonic ini menarik apabila diteliti menggunakan metode
analisis eksistensial dengan alasan dapat memahami tentang eksistensi dan pengalaman dasar
manusia atau individu tanpa mengabaikan keunikan setiap individu dan juga tanpa mengabaikan
nilai kemanusiaan dari manusia itu sendiri, yang berbeda dari psikoanalisa dan behaviorisme. Data
diperoleh dengan menggunakan buku harian dari subjek, sehingga kita ikut “berpartisipasi” secara
langsung, ikut mengalami setiap pengalaman subjek dengan menelaah badan subjek, yang
merupakan medium bereksistensi sehingga memunculkan makna ruang dan makna waktu.
Hasil analisis ini menunjukan bahwa subjek Homo Ego-dystonic merasa tidak nyaman
dengan ruang hidupnya. Posisinya tidak berada di manapun dalam arti homoseksual maupun
heteroseksual. Individu Homoseksual Ego-dystonic merasa berbeda karena penghayatan akan
ruang yang individu tersebut miliki sempit dan terbatas dan penghayatan waktunya menjadi cepat
mengalir sehingga menjadikannya sulit untuk mewujudkan eksistensinya.
Penghayatan waktu bagi individu Homoseksual Ego-dystonic merupakan dimensi yang
terpenting. Bayangan akan kematian membatasi relasi masa sekarang dengan masa depan. Diri
yang keberadaannya seolah-olah abu-abu membuat penghayatan bahwa dirinya tidak berdaya
menjadi kuat. Sehingga dikejar waktu karena keinginan untuk menjadi homoseksualnya tidak
terwujudkan.
ii
Download