BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Dewasa ini manajemen keuangan telah mengalami perkembangan yang semakin kompleks jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Perkembangan ini sejalan pula dengan semakin pentingnya peranan manajemen keuangan dalam menentukan pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan dari suatu perusahaan. Uraian berikut pada sub bab ini akan menjelaskan sedikit mengenai fungsi dan aplikasi dari manajemen keuangan di lingkungan perusahaan. 2. Tujuan Manajemen keuangan Manajemen perusahaan, dalam hal ini manajer keuangan, bertindak untuk kepentinggan pemilik perusahaan (owners) atau pemegang saham (shareholders) jika perusahaan tersebut berupa PT (Perseroan terbatas). Apakah dapat dipastikan bahwa pemilik perusahaan akan lebih senang terhadap apapun keputusan-keputusan keuangan oleh manajemen yang akan memaksimalkan keuntungan (net income) perusahaan. Jawabannya adalah : Tidak. Meski demikian, apapun tujuan dari keputusan keuangan yang diambil oleh pihak manajemen, baik memaksimalkan keuntungan 7 (maximize profit) ataupun memaksimalkan tingkat pendapatan yang diharapkan (maximize expected rate of return), semua itu pada akhir adalah bertujuan untuk menghasilkan yang terbaik bagi kepentingan pemilik perusahaan. Dalam praktek pengelolaan suatu perusahaan pihak manajemen untuk menentukan tujuan dari keputusan keuangan yang diambil setidaknya mengikuti 3 (tiga) kriteria : 1. Berdasarkan pada keinginan untuk meningkatkan benefit dari pemilik perusahaan tujuan bersifat masuk akal sehat, jelas dan tepat. 2. Tujuan tersebut dapat diaplikasikan pada segala jenis keputusan keuangan perusahaan, baik dalam hal pemilihan sumber pembiyaan (financing), keputusan investasi (investment policy) maupun dalam hal keputusan distribusi pendapatan perusahaan (dividen policy). Suatu keputusan keuangan akan menguntungkan bagi pemilik perusahaan, yaitu melalui peningkatan market value dari equity yang mereka miliki dari pemilik dari perusahaan sebagai sarana investasi. Singkatnya, keputusan keuangan yang harus diambil menejemen perusahaan adalah alternatif yang dapat menghasilkan peningkatan market value dari owners’ equity yang paling maksimal. 3. Penilaian Market Value Perusahaan Tujuan perusahaan untuk memaksimalkan harga saham dalam rangka maximizing the market value of the owners’ equity agak sulit diimplementasikan pada perusahaan yang sahamnya belum diperdagangkan dalam pasar modal. Dalam 8 kasus seperti ini ada dua faktor penting yang menjadi bahan pertimbangan seorang manajer keuangan dalam pengembalian keputusan keuangan, yaitu berapa pendapatan yang diharapkan (expected return) dan sampai seberapa tingkat resiko yang harus ditanggung untuk memperoleh pendapatan tadi. Karenanya seorang manajer keunagan dari perusahaan yang belum Go Public atau dengan kata lain yang saham-sahamnya (owners’ equity) belum diperdagangkan secara aktif dipasar bebas harus dapat mengusahakan agar membuat keputusan keuangan dengan berdasarkan pada penentuan secara optimis seberapa besar expected return and risk dari equitas perusahaan. Optimis yang dimaksud disini berarti harus ada keseimbangan antara risk dan return dalam usaha untuk memaksimalkan yang diyakini oleh si pengambil keputusan keuangan sebagai market price dari owners’ equity perusahaan apabila ekuitas tersebut diperdagangkan dipasar modal. B. Pengertian Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji dari hasil proses pencatatan, penggolongan, atau pengelompokkan semua transaksi-transaksi keuangan dalam periode tertentu yang merupakan pekerjaan pembukuan atau akuntansi, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. 9 Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan tersebut. Kondisi perusahaan tersebut dapat diketahui dari laporan keuangan yang umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan. Dengan menganalisis pos-pos neraca dapat diketahui antara lain struktur kekayaan, struktur modal dan struktur keuangan. Sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi dapat memberikan gambaran mengenai hasil atau perkembangan usaha perusahaan selama periode tersebut. Dari laporan perubahan posisi keuangan dapat dilihat dari mana sumber dana perusahaan diperoleh dan untuk apa dana yang tersedia digunakan. Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian laporan keuangan, dapat penulis kemukakan sebagai berikut : 1. Menurut Budi Rahardjo (Akuntansi dan Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan, 2000 : 45) “Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang di percayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan; yaitu pemilik perusahaaan (pemegang saham), pemerintah ( instansi pajak ), kreditor ( Bank atau Lembaga Keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan”. 2. Menurut Darsono (Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, 2005 :15) 10 “Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Laporan keuangan merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi keuangan”. 3. Menurut Bambang Riyanto (Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, 1996 : 327) “Laporan Keuangan adalah laporan yang memberi ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi yang mencerminkan hasil-hasil yang ingin dicapai selama suatu periode tertentu yang biasanya meliputi satu tahun.” 1. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Menurut Munawir (Analisis Laporan Keuangan, 2000 : 1) “Tujuan Laporan Keuangan adalah laporan keuangan dapat mamberikan gambaran keuangan bagi mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu persahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi Laba serta laporan-laporan lainnya.” 2. Menurut Ikatan Akuntan Keuangan (Standar Akuntansi Keuangan, 2004 : 4) 11 “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemaka dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Fungsi Laporan Keuangan Menurut Harnanto (Analisa Laporan Keuangan, 1994 :11), fungsi laporan keuangan adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Pengelolaan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan-perusahaan besar mencakup tugas-tugas yang kompleks. Dari laporan itu manajemen memperoleh banyak informasi yang bermanfaat untuk : 1. Merumuskan, melaksanakan dan mengadakan penilaian terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang di anggap perlu. 2. Mengorganisasi dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas dalam perusahaan. 3. Merencanakan dan mengendalikan kegiatan/aktivitas sehari-hari ( dalam ) perusahaan. 4. Mempelajari aspek, tahap-tahap kegiatan tertentu dalam perusahaan. 5. Menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Sehingga secara umum fungsi dari dari laporan keuangan dapat di jelaskan sebagai berikut: 12 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mentaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mana informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan 3. Jenis Laporan Keuangan Menurut Darsono ( Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, 2005 :17) Laporan Keuangan mempunyai beberapa komponen yang harus ada atau disajikan dalam laporan keuangan agar dapat menjadi laporan yang lengkap. Komponen itu terdiri dari : Neraca Laporan Laba Rugi 13 Laporan Arus Kas Laporan Perubahan Ekuitas Catatan atas Laporan Keuangan 1. Neraca Adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Jadi kondisi yang di jelaskan dalam neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. neraca terdiri atas hak (sumber daya) perusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaaan. 2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi (atau untuk lembaga non proit di sebut Laporan Sisa Hasil Usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. 3. Laporan Arus Kas Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas : 1. Kas dari/untuk Kegiatan Operasional Kas dari/untuk kegiatan operasional adalah kas yang diperoleh dar penjualan, penerimaan piutang dan untuk pembayaran hutang usaha, pembelian barang, dan biaya lainnya. 14 Aktivitas operasi adalah aktivitas pendapatan utama perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 2. Kas dari/untuk Kegiatan Investasi Kas dari/untuk investasi adalah kas dari penjualan aktiva tetap dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada saham atau obligasi. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. 3. Kas dari/untuk Kegiatan Pendanaan Kas dari/untuk pendanaan adalah kas berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang/bank, laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, membayar pokok hutang bank. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. 4. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. 15 Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan : 1. Laba atau rugi periode bersangkutan 2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung dalam ekuitas 3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait 4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik 5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya 6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio saham dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. 7. Catatan Atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijikan akuntansi yang di anut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka di jabarkan dalam lampiran. Penjelasan umum tentang perusahaan menjelaskan nama perusahaan, bentuk badan hukum, apakah badan hukum telah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang misalnya Menkeh & HAM untuk pendirian PT, Depkop untuk Koperasi, 16 Depkeu dan BI untuk operasional Bank, nama dan jumlah kepemilikan, nama anggota Komisaris dan Direksi, bidang usaha dan lain-lain yang di perlukan. C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang sifatnya hanya memberikan informasi keuangan secara kuantitatif dari suatu perusahaan, tidak dengan sendirinya atau tidak langsung dapat di gunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan informasi tersebut. Informasi yang disajikan ini perlu di lakukan analisis terlebih dahulu sehingga dapat memberikan informasi yang lebih mendalam bagi para pemakai dalam mengambil keputusannya. 1. Menurut S. Munawir (Analisa Laporan Keuangan, 2004 : 35) memberikan pengertian analisis laporan keuangan sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari dari pada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan atau trend untuk menentukan kondisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Sehingga secara singkat tujuan mengadakan analisis terhadap laporan keuangan terhadap perusahaan adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kondisi keuangan pada suatu saat tertentu (neraca) sebab dari neraca dapat dilihat jumlah harta, hutang dan modal perusahaan pada saat tertentu. sifat-sifat dari harta (lancar/tetap), hutang (jangka pendek/jangka panjang), dan sumber-sumber modal. 17 b. Untuk mengetahui tingkat efisiensi yang dicapai perusahaan dalam melaksanakan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari laporan laba rugi yang mengambarkan pendapatan, biaya, dan laba/rugi. Secara umum semakin efisiensi suatu perusahaan tentu semakin besar laba yang diperolehnya. c. Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan laporan keuangan suatu perusahaan untuk dua/lebih periode yang berbeda baik neraca terutama laporan rugi laba. 2. Menurut Amin Widjaja (Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, 2000 : 22 ) “Analisis Laporan Keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus menjawab masalah-masalah yang timbul dalam suatu organisasi perusahaan maupun organisasi yang tidak bertujuan untuk memperoleh laba. “Analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membuat suatu keputusan antara lain mengenai rencana-rencana perluasan perusahaan, penanaman modal pencarian sumber-sumber dana operasi perusahaan dan lain-lain”. 2. Analisa Rasio Keuangan Berbicara tentang analisis rasio dengan sistem Du Pont tidak lepas dari laporan keuangan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha pada periode tertentu (biasanya 1 Januari s/d 31 Desember). Meskipun laporan keuangan ini merupakan gambaran selama periode yang lalu, tetapi dapat digunakan sebagai 18 bahan masukan dalam perencanaan serta pengambilan kebijakan pada waktu yang akan datang. Salah satu analisis rasio laporan keuangan adalah analisis rasio, yang biasanya dipakai sebagai langkah pertama dalam analisis keuangan. Dalam hal ini, analisis rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan pada satu tahun saja tidak akan memberikan informasi yang memadai. Untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dapat dilakukan dengan analisis horizontal dan vertikal sebagai berikut : 2. Analisis Horizontal Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis dengan cara membandingkan Neraca atau Laporan Laba Rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya untuk memperoleh gambaran selama beberapa tahun terkakhir apakah telah terjadi penurunan atau kenaikan. (Agnes Sawir 2001 : 45) 3. Analisis Vertikal Analisis vertikal adalah analisis dengan membandingkan rasio pada perusahaan sejenis dan membandingkan dari waktu ke waktu pada satu perusahaan, serta menghitung proporsi pos – pos (unsur – unsur) pada neraca dan laporan laba rugi, dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan pada periode yang bersangkutan. Dalam praktek, rasio keuangan yang harus digunakan, dan bagaimana cara menggunakannya harus disesuaikan dengan masalahnya. Selain itu keterkaitan antara rasio keuangan tertentu dari kelompok yang lain mungkin sangat besar, sehingga interpretasi secara terpisah atas rasio keuangan tersebut dapat saja menghasilkan kesimpulan – kesimpulan yang menyesatkan. 19 Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio dapat di golongkan menurut Bambang Riyanto (Dasar -Dasar Pembelanjaan Perusahaan, 1991 : 330), sebagai berikut : 1. Rasio-rasio Neraca adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio dan lain sebagainya. 2. Rasio-rasio laporan Laba Rugi adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan lainnya. 3. Rasio-rasio antar laporan adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari income statement, misalnya assets turn over, inventory turn over, receivables turn over dan sebagainya. Menurut Erlina (Artikel Manajemen Keuangan, 2003 : 4) menjelaskan bahwa pada umumnya rasio keuangan yang di hitung bisa dikelompokkan menjadi 6 jenis yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah current ratio, quick ratio, dan cash ratio. 20 2. Rasio Leverage Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. 3. Rasio Aktivitas Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta. 4. Rasio Profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini terdiri dari Profit Margin On Sales, Return On Total Assets, Return On Net Worth. 5. Rasio Pertumbuhan Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaaan mempertahankan posisi ekonominya, pertumbuhan ekonomi dan industri. 6. Rasio Penilaian. Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap oleh karena itu rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian. Dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran tertentu. ukuran yang di gunakan dalam menganalisis kinerja keuangan adalah rasio. 21 Menurut Weston, Copeland ( Financial Management, 1995, hal 238), Rasio Keuangan dapat di bagi ke dalam tiga macam: 1. Ukuran Kinerja Yang termasuk rasio dalam mengukur kinerja perusahaan adalah : a. Profitability Ratio 1. Profit Margin On sales Rasio yang menunjukkan return yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Earning After Tax Profit Margin On Sales = Net Sales 2. Return On Assets Rasio yang mengambarkan efisiensi dari dana yang digunakan dalam perusahaan. Earning After Tax Return On Assets = Total Assets 3. Return On Equity Rasio ini sering juga di sebut profitabilitas modal sendiri yang di rumuskan sebagai berikut: 22 Earning After Tax Return On Equity = Total Equity b. Growth Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya dalam perkembangan ekonomi dan industri yang dalam perekonomian tersebut perusahaan beroperasi. c. Valuation Ratio Rasio ini merupakan tolok ukur yang mengkaitkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan pendapatan dan dengan nilai buku saham. 2. Ukuran efisiensi Operasi Ukuran ini mencakup dua perangkat rasio antara lain: 1. Manajemen aktiva dan investasi Mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfatan sumber-sumber dayanya. Rationya antara lain : a. Perputaran persediaan Rasio ini menggambarkan berapa lama rata-rata persediaan perusahaan. Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan/ Rata-rata Persediaan b. Rata-rata waktu perputaran piutang dagang Rasio ini menunjukkan berapa lama rata-rata penagihan piutang dagang. Rata – rata perputaran hutang = 360 / Perputaran piutang dagang 23 Sedangkan perputaran piutang dagang = Penjualan Kredit/ Rata-rata piutang dagang c. Perputaran aktiva tetap Hal ini mencerminkan tingkat pendayagunaan dari pada dana yang tertanam dalam aktiva tetap perusahaan. Perputaran akitva tetap = Penjualan Bersih/ Total Aktiva 2. Manajemen Biaya Rasio keuangan yang berkaitan dengan manajemen biaya ini, antara lain: 1. Rasio antara laba kotor dengan penjualan 2. Rasio biaya-biaya operasional dengan penjualan 3. Rasio biaya-biaya lain terhadap penjualan 3. Ukuran Kebijakan Keuangan Ukuran kebijakan keuangan ini terdiri dari dua jenis rasio yaitu : 1. Leverage Ratio Mengukur sejauh mana aktiva perusahaan di biayai oleh penggunaan modal asing. a. Debt Ratio Rasio ini menunjukkan besarnya modal asing di bandingkan dengan seluruh modal yang tertanam dalam perusahaan. Debt ratio = Total Liabilities/ Total Assets b. Financial Leverage 24 Rasio ini meyerupai Debt Ratio hanya saja yang dibandingkan adalah tatal modal asing dengan total modal sendiri. Financial Leverage = Total Liabilities Total Equity c. Times Interest Earned Ratio rasio ini berguna untk mengkur seberapa jauh usaha perusahaan dapat turun sebelum menimbulkan kesulitan bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga pinjaman. Times Interest Earned Ratio = Earning Before Interest and tax Interest Expenses 2. Liquidity Ratio Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. a. Current ratio Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenui kewajiban yang jatuh tempo. b. Current ratio = Current Assets Current Liabilities Quick ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera jatuh tempo dengan kas yang tersedia dengan surat berharga yang segera di uangkan. Quick ratio = Current Assets – Inventory Current Liabilities 25 D. Return on Net Operating Assets (RNOA) Menurut Subramanyan (Financial Analysis Statement, 2005 : 420) bahwa RNOA sama dengan assets operasional di kurangi kewajiban operasional. Assets dan liabilities operasional adalah assets yang di perlukan untuk melakukan bisnis perusahaan, termasuk uang tunai, piutang, persediaan, biaya di bayar di muka, assets pajak tertunda, property, pabrik dan peralatan dan investasi jangka penjang yang berhubungan dengan akuisis strategis (seperti investasi metode ekuiti), goodwill, dan assets tangible). Net dari assets operasional ini adalah kewajiban operasional lancar, seperti piutang dagang, biaya terhutang, dan kewajiban operasional jangka panjang, seperti pension dan kewajiban paska pension dan kewajiban pajak tertunda. RNOA merupakan suatu pendekatan dengan menganalisis sebuah perusahaan sepanjang dimensi operasional / non operasional. RNOA dapat didefinisikan pula sebagai NOPAT (Net Operating income after tax) di bagi dengan assets operasional netto rata-rata (NOA). Secara lebih khusus, assets operasional terdiri dari total assets di kurangi assets financial seperti investasi dalam surat-surat berharga. Kewajiban operasional terdiri dari total liabilities di kurangi utang yang mempunyai bunga. Assets operasional di kurangi liabilities operasional menghasilkan assets netto operasional (NOA) Sehingga : 26 RNOA = NOPAT/Average NOA E. Financial Leverage Menurut Husnan (1998:620), “Financial Leverage terjadi pada saat Perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga dan bunga ini harus dibayar berapapun keuntungan operasi perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan hutang, mereka tentu berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari penggunaan hutang tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya”. Keberhasilan penggunaan hutang akan meningkatkan pendapatan pemilik perusahaan karena pengemmbalian dari bunga ini melebihi dana yang harus dibayar, dan menjadi hak pemilik, yang berarti meningkatkakn equity pemilik. Pengaruh positif dan negatif dari leverage ini sangat ditentukan oleh proporsi hutang dalam suatu perusahaan. Leverage ini merupakan rasio asset terhadap equity, dirumuskan asset/ equity, yang menunjukan proporsi antara Total Assets dengan Equitynya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar proporsi hutangnya terhadap Equity dan tentu saja semakin besar risiskonya, meskipun di pihak lain bila berhasil akan meningkatkan pengembalian Equitynya atau meningkatkan pendapatan pemilik perusahaan. Menurut Robbert C. Higgins (Analisa Manajemen Keuangan, 1996 : 52) bahwa Financial Leverage sangat berpengaruh terhadap ROCE. 27 Financial Leverage di definisikan sebagai penggunaan hutang (debt) tingkat leverage keuangan modal dalam pembelanjaan pasif perusahaan. Menurut mendefinisikan Ciaran Financial Walsh (Key Leverage Management sebagai rencana Ratio, untuk 2003 : 164) meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham dan pengembalian tertentu yang diperoleh perusahaaan. Financial Leverage yang tinggi dapat secara substantial meningkatkan pengembalian kepada para pemegang saham. Menurut Erich A. Helfert (Financial Analysis, 2000 : 197) bahwa Financial Leverage akan memberikan dampak bagi ROCE akibat dari penggunaan hutang dalam struktur modal yang di sertai dengan adanya beban tetap berupa bunga. Menurut Agnes Sawir (Kebijakan Pendanaan dan Resrukturisasi Perusahaan, 2003 : 7-8 ). Leverage Keuangan adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan. Utang adalah sumber dana yang menimbulkan beban tetap keuangan, yaitu bunga yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba perusahaan. Leverage keuangan dapat diukur berdasarkan nilai buku atau nilai pasar. Menurut Subramanyan (Financial Analysis Statement, 2005 : 80) Semakin tinggi rasio leverage, semakin kecil bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham dan semakin besar Financial Leverage. Financial Leverage memiliki dua komponen yaitu LEV dan Spread. Rumus: Financial Leverage = LEV x Spread 28 F. Return On Common Equity ( ROCE ) ROCE merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pemegang saham dalam suatu perusahaan ( Subramanyam, Financial Analysis Statement, 2005, hal 79 ). Alat pengukur kinerja keuangan yang paling populer di antara para penanam modal dan manajer senior ialah hasil atas hak pemegang saham. ROCE merupakan suatu taksiran tentang laba bersih dari modal yang di investasikan, atau persentase pengembalian kepada para pemilik dari investasinya dalam perusahaan (Higgins, Analisis Manajemen Keuangan, 1996 hal 41). Pengembalian menurut Ridwan S. (Manajemen Keuangan, 2003, hal 65) adalah total keuntungan atau kerugian yang di alami pemilik modal atau investor dalam suatu periode tertentu yang di hitung dengan membagi perubahan nilai aktiva di tambah penerimaan kas dari investasi aktiva dalam periode tersebut dengan nilai investasi awal periode. Pentingnya penggunaan ROCE terutama karena menghubungkan secara sistematis dalam menentukan tingkat profitabilitas aktiva (RNOA) yang di miliki perusahaan dengan Financial Leverage dalam suatu peusahaan Hubungan antara ROCE dan RNOA ini juga penting karena dapat memperlihatkan keberhasilan suatu perusahaan atas leverage keuangannya. Dengan demikian hal tersebut di atas membantu analis untuk melihat bagaimana keputusan-keputusan perusahaan dan aktivitasnya sepanjang periode akuntansi yang di ukur dengan rasio-rasio keuangan berinteraksi untuk menghasilkan 29 return secara keseluruhan untuk pemegang saham. Sehingga dengan menggunakan sistem ini analis dapat mengevaluasi perubahan-perubahan kondisi dan kinerja perusahaan, apakah ada perbaikan atau pemburukan atau kedua-duanya. Modal ekuitas digunakan sebagai definisi modal untuk memberikan ukuran ROCE. Ini menunjukan pemusatan pada pengembalian untuk pemegang ekuitas. Pengembalian ekuitas mempertimbangkan dampak modal leverage (utang) terhadap pengembalian pemegang saham. Karena saham preferen biasanya menerima pengembalian yang tetap, saham ini di keluarkan dalam perhitungan modal ekuitas Selanjutnya teori ini diperluas lagi dengan memperlihatkan bagaimana Return Net Operating Assets dan Financial Leverage dikombinasikan untuk menentukan tingkat pengembalian ekuitas atau yang lebih di kenal dengan ROCE. Menurut Subramanyam (Financial Analysis Statement, 2005 : 78) pengembalian atas ekuitas biasa mengeluarkan seluruh pos pada investasi modal, kecuali ekuitas pemegang saham biasa. Sehingga dapat dijelaskan bahwa perhitungan ROCE adalah sebagai berikut : Laba Bersih ( Net Income) - Deviden Preferen ( Preferred deviden ) ROCE = Average Common Shareholder’s Equity Dari perhitungan ROCE di atas, komponen ROCE dapat dipisahkan sebagai berikut : ROCE = RNOA + (LEV x Spread) 30 Dimana RNOA adalah return on net operating assets, sebagaimana di definisikan diatas, dan suku bunga (LEV x Spread) merupakan efek dari financial leverage. Komponen pertama dari efek Financial Leverage adalah sejauh mana Financial Leverage (LEV), yang diukur dengan jumlah relatif dari net financial obligation dan stockholder’s equity yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai net operating assetsnya. Komponen kedua spread, return on net operating assets (RNOA) di kurangi net financial assets (NFR), dimana NFR merupakan ratarata net return atas kewajiban financial dan assets. Interaksi antara RNOA dan Financial Leverage tersebut dapat menunjukkan adanya peran terhadap pembentukan ROCE dari tahun ke tahun. Sehingga dua hal tersebut juga dapat mempengaruhi naik atau turunnya ROCE dari tahun ke tahun dalam suatu perusahaan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ROCE secara total antara lain : 1. Profit Margin ( Margin Keuntungan) Menurut Robbert C. Higgins (Analysis For Financial Management, 2003 : 43) mendefinisikan profit margin sebagai berikut: Profit Margin merupakan bagian penting bagi manajer operasi karena suatu strategi penetapan harga perusahaan dan kemampuan untuk mengontrol biaya operasi. 31 Pengertian Profit Margin menurut Keown Martin (Financial Management, Edisi 9, 2003 : 70) adalah ukuran laba bersih yang dihasilkan dari setiap persen penjualan. Rico Lesmana dan Rudy Surjanto (Analisis Kinerja Keuangan, 2003 : 28) menyatakan bahwa Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan penjualan, di rumuskan sebagai berikut: Net Profit Margin = Net Income/ Sales 2. Assets Turn Over (Perputaran Aktiva) Menurut Subramanyam (Financial Analysis Statement, 2005, hal 76) perputaran aktiva mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva yang paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Analisis perputaran aktiva harus menyadari bahwa sebagian besar aktiva akan di gunakan untuk aktivitas usaha masa depan. Sehingga untuk ukuran standar perputaran aktiva disini menggunakan rumus sebagai berikut : Asset Turn Over = Net Sales/ Average Net Operating Assets 3. Assets Leverage ( Leverage Keuangan ) Assets Leverage terkait dengan kebijakan keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk mendanai aktivanya. menurut Subramanyan (Financial Analysis Statement, 2005, hal 80) secara sistematis, Assets Leverage dapat dirumuskan sebagai berikut : Assets leverage = Average Assets/ Average Common Equity 32 Dalam suatu perusahaan tetaplah memilih Assets Leverage yang tinggi hal ini dikarenakan dengan menambah pandanaan yang berasal dari hutang, pemegang saham dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil dan Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari penggunaan dana atau hutang jika di bebani dengan bunga pengembalian atas modal dapat bertambah atau meningkat. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan Assets Leverage yang tinggi, berarti perusahaan mengharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan bagi pemiliknya. 33