7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
1. Pengertian Manajemen Keuangan
Dewasa ini manajemen keuangan telah mengalami perkembangan yang
semakin kompleks jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Perkembangan
ini sejalan pula dengan semakin pentingnya peranan manajemen keuangan dalam
menentukan pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan dari suatu perusahaan.
Uraian berikut pada sub bab ini akan menjelaskan sedikit mengenai fungsi dan
aplikasi dari manajemen keuangan di lingkungan perusahaan.
2. Tujuan Manajemen keuangan
Manajemen perusahaan, dalam hal ini manajer keuangan, bertindak untuk
kepentinggan pemilik perusahaan (owners) atau pemegang saham (shareholders) jika
perusahaan tersebut berupa PT (Perseroan terbatas). Apakah dapat dipastikan bahwa
pemilik perusahaan akan lebih senang terhadap apapun keputusan-keputusan
keuangan oleh manajemen yang akan memaksimalkan keuntungan (net income)
perusahaan. Jawabannya adalah : Tidak.
Meski demikian, apapun tujuan dari keputusan keuangan yang diambil oleh pihak
manajemen,
baik
memaksimalkan
keuntungan
7
(maximize
profit)
ataupun
memaksimalkan tingkat pendapatan yang diharapkan (maximize expected rate of
return), semua itu pada akhir adalah bertujuan untuk menghasilkan yang terbaik bagi
kepentingan pemilik perusahaan.
Dalam praktek pengelolaan suatu perusahaan pihak manajemen untuk
menentukan tujuan dari keputusan keuangan yang diambil setidaknya mengikuti 3
(tiga) kriteria :
1. Berdasarkan pada keinginan untuk meningkatkan benefit dari pemilik
perusahaan tujuan bersifat masuk akal sehat, jelas dan tepat.
2. Tujuan tersebut dapat diaplikasikan pada segala jenis keputusan keuangan
perusahaan, baik dalam hal pemilihan sumber pembiyaan (financing),
keputusan investasi (investment policy) maupun dalam hal keputusan
distribusi pendapatan perusahaan (dividen policy).
Suatu keputusan keuangan akan menguntungkan bagi pemilik perusahaan,
yaitu melalui peningkatan market value dari equity yang mereka miliki dari pemilik
dari perusahaan sebagai sarana investasi. Singkatnya, keputusan keuangan yang harus
diambil menejemen perusahaan adalah alternatif yang dapat menghasilkan
peningkatan market value dari owners’ equity yang paling maksimal.
3. Penilaian Market Value Perusahaan
Tujuan perusahaan untuk memaksimalkan harga saham dalam rangka
maximizing the market value of the owners’ equity agak sulit diimplementasikan
pada perusahaan yang sahamnya belum diperdagangkan dalam pasar modal. Dalam
8
kasus seperti ini ada dua faktor penting yang menjadi bahan pertimbangan seorang
manajer keuangan dalam pengembalian keputusan keuangan, yaitu berapa pendapatan
yang diharapkan (expected return) dan sampai seberapa tingkat resiko yang harus
ditanggung untuk memperoleh pendapatan tadi.
Karenanya seorang manajer keunagan dari perusahaan yang belum Go Public atau
dengan kata lain yang saham-sahamnya (owners’ equity) belum diperdagangkan
secara aktif dipasar bebas harus dapat mengusahakan agar membuat keputusan
keuangan dengan berdasarkan pada penentuan secara optimis seberapa besar expected
return and risk dari equitas perusahaan. Optimis yang dimaksud disini berarti harus
ada keseimbangan antara risk dan return dalam usaha untuk memaksimalkan yang
diyakini oleh si pengambil keputusan keuangan sebagai market price dari owners’
equity perusahaan apabila ekuitas tersebut diperdagangkan dipasar modal.
B. Pengertian Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat
penguji dari hasil proses pencatatan, penggolongan, atau pengelompokkan semua
transaksi-transaksi keuangan dalam periode tertentu yang merupakan pekerjaan
pembukuan atau akuntansi, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya
sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut
pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.
9
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu
perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai perusahaan tersebut. Kondisi perusahaan tersebut dapat diketahui dari
laporan keuangan yang umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan posisi keuangan. Dengan menganalisis pos-pos neraca dapat diketahui
antara lain struktur kekayaan, struktur modal dan struktur keuangan. Sedangkan
analisis terhadap laporan laba rugi dapat memberikan gambaran mengenai hasil atau
perkembangan usaha perusahaan selama periode tersebut. Dari laporan perubahan
posisi keuangan dapat dilihat dari mana sumber dana perusahaan diperoleh dan untuk
apa dana yang tersedia digunakan.
Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian laporan keuangan, dapat
penulis kemukakan sebagai berikut :
1. Menurut Budi Rahardjo (Akuntansi dan Keuangan Untuk Manajer Non
Keuangan, 2000 : 45)
“Laporan keuangan adalah laporan pertanggung jawaban manajer atau pimpinan
perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang di percayakan kepadanya kepada
pihak-pihak luar perusahaan; yaitu pemilik perusahaaan (pemegang saham),
pemerintah ( instansi pajak ), kreditor ( Bank atau Lembaga Keuangan), dan pihak
lainnya yang berkepentingan”.
2. Menurut Darsono (Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, 2005 :15)
10
“Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan
memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajemen. Laporan
keuangan merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi keuangan”.
3. Menurut Bambang Riyanto (Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, 1996 : 327)
“Laporan Keuangan adalah laporan yang memberi ikhtisar mengenai keadaan
keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang
dan modal pada suatu saat tertentu dan laporan laba rugi yang mencerminkan
hasil-hasil yang ingin dicapai selama suatu periode tertentu yang biasanya
meliputi satu tahun.”
1. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki tujuan yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Menurut Munawir (Analisis Laporan Keuangan, 2000 : 1)
“Tujuan Laporan Keuangan adalah laporan keuangan dapat mamberikan
gambaran keuangan bagi mereka yang mempunyai kepentingan terhadap
perkembangan suatu persahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan
tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari
laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca,
Laporan Perhitungan Rugi Laba serta laporan-laporan lainnya.”
2. Menurut Ikatan Akuntan Keuangan (Standar Akuntansi Keuangan, 2004 : 4)
11
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemaka dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Fungsi Laporan Keuangan
Menurut Harnanto (Analisa Laporan Keuangan, 1994 :11), fungsi laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat
komunikasi. Pengelolaan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan-perusahaan
besar mencakup tugas-tugas yang kompleks. Dari laporan itu manajemen
memperoleh banyak informasi yang bermanfaat untuk :
1.
Merumuskan,
melaksanakan
dan
mengadakan
penilaian
terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang di anggap perlu.
2.
Mengorganisasi dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau aktivitas dalam
perusahaan.
3.
Merencanakan dan mengendalikan kegiatan/aktivitas sehari-hari ( dalam )
perusahaan.
4.
Mempelajari aspek, tahap-tahap kegiatan tertentu dalam perusahaan.
5.
Menilai keadaan atau posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Sehingga secara umum fungsi dari dari laporan keuangan dapat di jelaskan
sebagai berikut:
12
1.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva
dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2.
Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari
kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3.
Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan
di dalam mentaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4.
Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva
dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi.
5.
Untuk mengungkapkan sejauh mana informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti
informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan
3. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Darsono ( Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, 2005
:17) Laporan Keuangan mempunyai beberapa komponen yang harus ada atau
disajikan dalam laporan keuangan agar dapat menjadi laporan yang lengkap.
Komponen itu terdiri dari :

Neraca

Laporan Laba Rugi
13

Laporan Arus Kas

Laporan Perubahan Ekuitas

Catatan atas Laporan Keuangan
1. Neraca
Adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
seperti yang tertera dalam neraca. Jadi kondisi yang di jelaskan dalam neraca adalah
kondisi pada tanggal tertentu. neraca terdiri atas hak (sumber daya) perusahaan dan
kewajiban (asal sumber daya) perusahaaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (atau untuk lembaga non proit di sebut Laporan Sisa
Hasil Usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan
dan biaya selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
3. Laporan Arus Kas
Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode
tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas :
1. Kas dari/untuk Kegiatan Operasional
Kas dari/untuk kegiatan operasional adalah kas yang diperoleh dar
penjualan, penerimaan piutang dan untuk pembayaran hutang usaha, pembelian
barang, dan biaya lainnya.
14
Aktivitas operasi adalah aktivitas pendapatan utama perusahaan (principal
revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Kas dari/untuk Kegiatan Investasi
Kas dari/untuk investasi adalah kas dari penjualan aktiva tetap dan untuk
pembelian aktiva tetap atau investasi pada saham atau obligasi.
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang
serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Arus kas dari aktivitas
investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan
sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa
depan.
3. Kas dari/untuk Kegiatan Pendanaan
Kas dari/untuk pendanaan adalah kas berasal dari setoran modal, hutang
jangka panjang/bank, laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk
pengembalian modal, membayar dividen, membayar pokok hutang bank.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan,
agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang
melekat pada perusahaan.
15
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
1. Laba atau rugi periode bersangkutan
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK yang terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio
saham dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijikan
akuntansi yang di anut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi.
Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka
di jabarkan dalam lampiran.
Penjelasan umum tentang perusahaan menjelaskan nama perusahaan, bentuk
badan hukum, apakah badan hukum telah mendapat persetujuan dari pihak yang
berwenang misalnya Menkeh & HAM untuk pendirian PT, Depkop untuk Koperasi,
16
Depkeu dan BI untuk operasional Bank, nama dan jumlah kepemilikan, nama anggota
Komisaris dan Direksi, bidang usaha dan lain-lain yang di perlukan.
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang sifatnya hanya memberikan informasi keuangan
secara kuantitatif dari suatu perusahaan, tidak dengan sendirinya atau tidak langsung
dapat di gunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berhubungan
dengan informasi tersebut. Informasi yang disajikan ini perlu di lakukan analisis
terlebih dahulu sehingga dapat memberikan informasi yang lebih mendalam bagi para
pemakai dalam mengambil keputusannya.
1.
Menurut S. Munawir (Analisa Laporan Keuangan, 2004 : 35) memberikan
pengertian analisis laporan keuangan sebagai berikut:
“Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari dari pada
hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan atau trend untuk menentukan
kondisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Sehingga secara singkat tujuan mengadakan analisis terhadap laporan
keuangan terhadap perusahaan adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui kondisi keuangan pada suatu saat tertentu (neraca) sebab dari
neraca dapat dilihat jumlah harta, hutang dan modal perusahaan pada saat
tertentu. sifat-sifat dari harta (lancar/tetap), hutang (jangka pendek/jangka
panjang), dan sumber-sumber modal.
17
b.
Untuk
mengetahui
tingkat
efisiensi
yang
dicapai
perusahaan
dalam
melaksanakan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari laporan laba rugi yang
mengambarkan pendapatan, biaya, dan laba/rugi. Secara umum semakin
efisiensi suatu perusahaan tentu semakin besar laba yang diperolehnya.
c.
Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan. Tujuan ini dapat dicapai
dengan jalan membandingkan laporan keuangan suatu perusahaan untuk
dua/lebih periode yang berbeda baik neraca terutama laporan rugi laba.
2.
Menurut Amin Widjaja (Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan, 2000 : 22 )
“Analisis Laporan Keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu
memecahkan dan sekaligus menjawab masalah-masalah yang timbul dalam suatu
organisasi perusahaan maupun organisasi yang tidak bertujuan untuk memperoleh
laba.
“Analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk
membuat suatu keputusan antara lain mengenai rencana-rencana perluasan
perusahaan, penanaman modal pencarian sumber-sumber dana operasi perusahaan
dan lain-lain”.
2. Analisa Rasio Keuangan
Berbicara tentang analisis rasio dengan sistem Du Pont tidak lepas dari
laporan keuangan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha pada
periode tertentu (biasanya 1 Januari s/d 31 Desember). Meskipun laporan keuangan
ini merupakan gambaran selama periode yang lalu, tetapi dapat digunakan sebagai
18
bahan masukan dalam perencanaan serta pengambilan kebijakan pada waktu yang
akan datang.
Salah satu analisis rasio laporan keuangan adalah analisis rasio, yang biasanya
dipakai sebagai langkah pertama dalam analisis keuangan. Dalam hal ini, analisis
rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan pada satu tahun saja
tidak akan memberikan informasi yang memadai. Untuk memperoleh informasi yang
lebih banyak dapat dilakukan dengan analisis horizontal dan vertikal sebagai berikut :
2. Analisis Horizontal
Analisis horizontal (perbandingan laporan keuangan) adalah analisis dengan
cara membandingkan Neraca atau Laporan Laba Rugi beberapa tahun terakhir secara
berurutan. Maksudnya untuk memperoleh gambaran selama beberapa tahun terkakhir
apakah telah terjadi penurunan atau kenaikan. (Agnes Sawir 2001 : 45)
3. Analisis Vertikal
Analisis vertikal adalah analisis dengan membandingkan rasio pada
perusahaan sejenis dan membandingkan dari waktu ke waktu pada satu perusahaan,
serta menghitung proporsi pos – pos (unsur – unsur) pada neraca dan laporan laba
rugi, dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan pada periode yang bersangkutan.
Dalam praktek, rasio keuangan yang harus digunakan, dan bagaimana cara
menggunakannya harus disesuaikan dengan masalahnya. Selain itu keterkaitan antara
rasio keuangan tertentu dari kelompok yang lain mungkin sangat besar, sehingga
interpretasi secara terpisah atas rasio keuangan tersebut dapat saja menghasilkan
kesimpulan – kesimpulan yang menyesatkan.
19
Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio dapat di
golongkan menurut Bambang Riyanto (Dasar -Dasar Pembelanjaan Perusahaan, 1991
: 330), sebagai berikut :
1.
Rasio-rasio Neraca
adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya
current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to
total assets ratio dan lain sebagainya.
2.
Rasio-rasio laporan Laba Rugi
adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement,
misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan lainnya.
3.
Rasio-rasio antar laporan
adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data
lainnya yang berasal dari income statement, misalnya assets turn over, inventory turn
over, receivables turn over dan sebagainya.
Menurut Erlina (Artikel Manajemen Keuangan, 2003 : 4) menjelaskan bahwa
pada umumnya rasio keuangan yang di hitung bisa dikelompokkan menjadi 6 jenis
yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financial jangka pendeknya. Rasio likuiditas yang sering digunakan
adalah current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
20
2. Rasio Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang
disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang
diperoleh dari kreditur perusahaan.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam
menggunakan
sumber
dayanya.
Semua
rasio
aktivitas
melibatkan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen yang
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
Rasio ini terdiri dari Profit Margin On Sales, Return On Total Assets, Return
On Net Worth.
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaaan
mempertahankan posisi ekonominya, pertumbuhan ekonomi dan industri.
6. Rasio Penilaian.
Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap
oleh karena itu rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh dari rasio
resiko dengan rasio hasil pengembalian.
Dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan diperlukan ukuran
tertentu. ukuran yang di gunakan dalam menganalisis kinerja keuangan adalah rasio.
21
Menurut Weston, Copeland ( Financial Management, 1995, hal 238), Rasio
Keuangan dapat di bagi ke dalam tiga macam:
1. Ukuran Kinerja
Yang termasuk rasio dalam mengukur kinerja perusahaan adalah :
a.
Profitability Ratio
1.
Profit Margin On sales
Rasio yang menunjukkan return yang diperoleh dari setiap rupiah
penjualan perusahaan.
Earning After Tax
Profit Margin On Sales =
Net Sales
2.
Return On Assets
Rasio yang mengambarkan efisiensi dari dana yang digunakan dalam
perusahaan.
Earning After Tax
Return On Assets =
Total Assets
3.
Return On Equity
Rasio ini sering juga di sebut profitabilitas modal sendiri yang di
rumuskan sebagai berikut:
22
Earning After Tax
Return On Equity =
Total Equity
b.
Growth Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi
usahanya dalam
perkembangan ekonomi dan
industri
yang
dalam
perekonomian tersebut perusahaan beroperasi.
c. Valuation Ratio
Rasio ini merupakan tolok ukur yang mengkaitkan hubungan antara harga
pasar saham biasa dengan pendapatan dan dengan nilai buku saham.
2. Ukuran efisiensi Operasi
Ukuran ini mencakup dua perangkat rasio antara lain:
1. Manajemen aktiva dan investasi
Mengukur
efektivitas
keputusan-keputusan
investasi
perusahaan
dan
pemanfatan sumber-sumber dayanya.
Rationya antara lain :
a.
Perputaran persediaan
Rasio ini menggambarkan berapa lama rata-rata persediaan perusahaan.
Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan/ Rata-rata Persediaan
b.
Rata-rata waktu perputaran piutang dagang
Rasio ini menunjukkan berapa lama rata-rata penagihan piutang dagang.
Rata – rata perputaran hutang = 360 / Perputaran piutang dagang
23
Sedangkan
perputaran piutang dagang = Penjualan Kredit/ Rata-rata piutang dagang
c.
Perputaran aktiva tetap
Hal ini mencerminkan tingkat pendayagunaan dari pada dana yang
tertanam dalam aktiva tetap perusahaan.
Perputaran akitva tetap = Penjualan Bersih/ Total Aktiva
2. Manajemen Biaya
Rasio keuangan yang berkaitan dengan manajemen biaya ini, antara lain:
1.
Rasio antara laba kotor dengan penjualan
2.
Rasio biaya-biaya operasional dengan penjualan
3.
Rasio biaya-biaya lain terhadap penjualan
3. Ukuran Kebijakan Keuangan
Ukuran kebijakan keuangan ini terdiri dari dua jenis rasio yaitu :
1. Leverage Ratio
Mengukur sejauh mana aktiva perusahaan di biayai oleh penggunaan modal
asing.
a.
Debt Ratio
Rasio ini menunjukkan besarnya modal asing di bandingkan dengan
seluruh modal yang tertanam dalam perusahaan.
Debt ratio = Total Liabilities/ Total Assets
b.
Financial Leverage
24
Rasio ini meyerupai Debt Ratio hanya saja yang dibandingkan adalah
tatal modal asing dengan total modal sendiri.
Financial Leverage = Total Liabilities
Total Equity
c.
Times Interest Earned Ratio
rasio ini berguna untk mengkur seberapa jauh usaha perusahaan dapat
turun sebelum menimbulkan kesulitan bagi perusahaan untuk membayar
kewajiban bunga pinjaman.
Times Interest Earned Ratio = Earning Before Interest and tax
Interest Expenses
2. Liquidity Ratio
Mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo.
a.
Current ratio
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenui kewajiban
yang jatuh tempo.
b.
Current ratio = Current Assets
Current Liabilities
Quick ratio
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
yang segera jatuh tempo dengan kas yang tersedia dengan surat berharga
yang segera di uangkan.
Quick ratio = Current Assets – Inventory
Current Liabilities
25
D. Return on Net Operating Assets (RNOA)
Menurut Subramanyan (Financial Analysis Statement, 2005 : 420) bahwa
RNOA sama dengan assets operasional di kurangi kewajiban operasional. Assets dan
liabilities operasional adalah assets yang di perlukan untuk melakukan bisnis
perusahaan, termasuk uang tunai, piutang, persediaan, biaya di bayar di muka, assets
pajak tertunda, property, pabrik dan peralatan dan investasi jangka penjang yang
berhubungan dengan akuisis strategis (seperti investasi metode ekuiti), goodwill, dan
assets tangible).
Net dari assets operasional ini adalah kewajiban operasional lancar, seperti
piutang dagang, biaya terhutang, dan kewajiban operasional jangka panjang, seperti
pension dan kewajiban paska pension dan kewajiban pajak tertunda.
RNOA merupakan suatu pendekatan dengan menganalisis sebuah perusahaan
sepanjang dimensi operasional / non operasional. RNOA dapat didefinisikan pula
sebagai NOPAT (Net Operating income after tax) di bagi dengan assets operasional
netto rata-rata (NOA).
Secara lebih khusus, assets operasional terdiri dari total assets di kurangi
assets financial seperti investasi dalam surat-surat berharga. Kewajiban operasional
terdiri dari total liabilities di kurangi utang yang mempunyai bunga. Assets
operasional di kurangi liabilities operasional menghasilkan assets netto operasional
(NOA)
Sehingga :
26
RNOA = NOPAT/Average NOA
E. Financial Leverage
Menurut Husnan (1998:620), “Financial Leverage terjadi pada saat
Perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila
perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga dan
bunga ini harus dibayar berapapun keuntungan operasi perusahaan. Bagi
perusahaan yang menggunakan hutang, mereka tentu berharap untuk bisa
memperoleh laba operasi dari penggunaan hutang tersebut yang lebih besar dari
biaya bunganya”.
Keberhasilan penggunaan hutang akan meningkatkan pendapatan pemilik
perusahaan karena pengemmbalian dari bunga ini melebihi dana yang harus
dibayar, dan menjadi hak pemilik, yang berarti meningkatkakn equity pemilik.
Pengaruh positif dan negatif dari leverage ini sangat ditentukan oleh proporsi
hutang dalam suatu perusahaan.
Leverage ini merupakan rasio asset terhadap equity, dirumuskan asset/ equity,
yang menunjukan proporsi antara Total Assets dengan Equitynya. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin besar proporsi hutangnya terhadap Equity dan tentu saja
semakin besar risiskonya, meskipun di pihak lain bila berhasil akan meningkatkan
pengembalian Equitynya atau meningkatkan pendapatan pemilik perusahaan.
Menurut Robbert C. Higgins (Analisa Manajemen Keuangan, 1996 : 52)
bahwa Financial Leverage sangat berpengaruh terhadap ROCE.
27
Financial Leverage di definisikan sebagai penggunaan hutang (debt) tingkat
leverage keuangan modal dalam pembelanjaan pasif perusahaan.
Menurut
mendefinisikan
Ciaran
Financial
Walsh
(Key
Leverage
Management
sebagai
rencana
Ratio,
untuk
2003
: 164)
meningkatkan
pengembalian kepada pemegang saham dan pengembalian tertentu yang diperoleh
perusahaaan. Financial Leverage yang tinggi dapat secara substantial meningkatkan
pengembalian kepada para pemegang saham.
Menurut Erich A. Helfert (Financial Analysis, 2000 : 197) bahwa Financial
Leverage akan memberikan dampak bagi ROCE akibat dari penggunaan hutang
dalam struktur modal yang di sertai dengan adanya beban tetap berupa bunga.
Menurut Agnes Sawir (Kebijakan Pendanaan dan Resrukturisasi Perusahaan,
2003 : 7-8 ).
Leverage Keuangan adalah penggunaan sumber dana yang
menimbulkan beban tetap keuangan. Utang adalah sumber dana yang menimbulkan
beban tetap keuangan, yaitu bunga yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat
laba perusahaan. Leverage keuangan dapat diukur berdasarkan nilai buku atau nilai
pasar.
Menurut Subramanyan (Financial Analysis Statement, 2005 : 80) Semakin
tinggi rasio leverage, semakin kecil bagian aktiva yang didanai oleh pemegang saham
dan semakin besar Financial Leverage.
Financial Leverage memiliki dua komponen yaitu LEV dan Spread.
Rumus:
Financial Leverage = LEV x Spread
28
F. Return On Common Equity ( ROCE )
ROCE merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pemegang saham dalam
suatu perusahaan ( Subramanyam, Financial Analysis Statement, 2005, hal 79 ). Alat
pengukur kinerja keuangan yang paling populer di antara para penanam modal dan
manajer senior ialah hasil atas hak pemegang saham.
ROCE merupakan suatu taksiran tentang laba bersih dari modal yang di
investasikan, atau persentase pengembalian kepada para pemilik dari investasinya
dalam perusahaan (Higgins, Analisis Manajemen Keuangan, 1996 hal 41).
Pengembalian menurut Ridwan S. (Manajemen Keuangan, 2003, hal 65) adalah total
keuntungan atau kerugian yang di alami pemilik modal atau investor dalam suatu
periode tertentu yang di hitung dengan membagi perubahan nilai aktiva di tambah
penerimaan kas dari investasi aktiva dalam periode tersebut dengan nilai investasi
awal periode.
Pentingnya penggunaan ROCE terutama karena menghubungkan secara
sistematis dalam menentukan tingkat profitabilitas aktiva (RNOA) yang di miliki
perusahaan dengan Financial Leverage dalam suatu peusahaan Hubungan antara
ROCE dan RNOA ini juga penting karena dapat memperlihatkan keberhasilan suatu
perusahaan atas leverage keuangannya.
Dengan demikian hal tersebut di atas membantu analis untuk melihat
bagaimana keputusan-keputusan perusahaan dan aktivitasnya sepanjang periode
akuntansi yang di ukur dengan rasio-rasio keuangan berinteraksi untuk menghasilkan
29
return secara keseluruhan untuk pemegang saham. Sehingga dengan menggunakan
sistem ini analis dapat mengevaluasi perubahan-perubahan kondisi dan kinerja
perusahaan, apakah ada perbaikan atau pemburukan atau kedua-duanya.
Modal ekuitas digunakan sebagai definisi modal untuk memberikan ukuran
ROCE. Ini menunjukan pemusatan pada pengembalian untuk pemegang ekuitas.
Pengembalian ekuitas mempertimbangkan dampak modal leverage (utang) terhadap
pengembalian pemegang saham. Karena saham preferen biasanya menerima
pengembalian yang tetap, saham ini di keluarkan dalam perhitungan modal ekuitas
Selanjutnya teori ini diperluas lagi dengan memperlihatkan bagaimana Return
Net Operating Assets dan Financial Leverage dikombinasikan untuk menentukan
tingkat pengembalian ekuitas atau yang lebih di kenal dengan ROCE.
Menurut Subramanyam (Financial Analysis Statement, 2005 : 78)
pengembalian atas ekuitas biasa mengeluarkan seluruh pos pada investasi modal,
kecuali ekuitas pemegang saham biasa. Sehingga dapat dijelaskan bahwa perhitungan
ROCE adalah sebagai berikut :
Laba Bersih ( Net Income) - Deviden Preferen ( Preferred deviden )
ROCE =
Average Common Shareholder’s Equity
Dari perhitungan ROCE di atas, komponen ROCE dapat dipisahkan sebagai
berikut :
ROCE
=
RNOA + (LEV x Spread)
30
Dimana RNOA adalah return on net operating assets, sebagaimana di
definisikan diatas, dan suku bunga (LEV x Spread) merupakan efek dari financial
leverage. Komponen pertama dari efek Financial Leverage adalah sejauh mana
Financial Leverage (LEV), yang diukur dengan jumlah relatif dari net financial
obligation dan stockholder’s equity yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai net operating assetsnya. Komponen kedua spread, return on net operating
assets (RNOA) di kurangi net financial assets (NFR), dimana NFR merupakan ratarata net return atas kewajiban financial dan assets.
Interaksi antara RNOA dan Financial Leverage tersebut dapat menunjukkan
adanya peran terhadap pembentukan ROCE dari tahun ke tahun. Sehingga dua hal
tersebut juga dapat mempengaruhi naik atau turunnya ROCE dari tahun ke tahun
dalam suatu perusahaan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi ROCE secara total antara lain :
1. Profit Margin ( Margin Keuntungan)
Menurut Robbert C. Higgins (Analysis For Financial Management, 2003 : 43)
mendefinisikan profit margin sebagai berikut:
Profit Margin merupakan bagian penting bagi manajer operasi karena suatu
strategi penetapan harga perusahaan dan kemampuan untuk mengontrol biaya
operasi.
31
Pengertian Profit Margin menurut Keown Martin (Financial Management,
Edisi 9, 2003 : 70) adalah ukuran laba bersih yang dihasilkan dari setiap persen
penjualan. Rico Lesmana dan Rudy Surjanto (Analisis Kinerja Keuangan, 2003 :
28) menyatakan bahwa Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih
perusahaan dengan penjualan, di rumuskan sebagai berikut:
Net Profit Margin
= Net Income/ Sales
2. Assets Turn Over (Perputaran Aktiva)
Menurut Subramanyam (Financial Analysis Statement, 2005, hal 76)
perputaran aktiva mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan
aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva yang paling relevan adalah penjualan,
karena penjualan penting bagi laba. Analisis perputaran aktiva harus menyadari
bahwa sebagian besar aktiva akan di gunakan untuk aktivitas usaha masa depan.
Sehingga untuk ukuran standar perputaran aktiva disini menggunakan rumus
sebagai berikut :
Asset Turn Over = Net Sales/ Average Net Operating Assets
3. Assets Leverage ( Leverage Keuangan )
Assets Leverage terkait dengan kebijakan keuangan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan dana untuk mendanai aktivanya. menurut Subramanyan
(Financial Analysis Statement, 2005, hal 80) secara sistematis, Assets Leverage
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Assets leverage = Average Assets/ Average Common Equity
32
Dalam suatu perusahaan tetaplah memilih Assets Leverage yang tinggi hal ini
dikarenakan dengan menambah pandanaan yang berasal dari hutang, pemegang
saham dapat mengontrol perusahaan dengan jumlah investasi yang lebih kecil dan
Jika perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dari penggunaan dana atau
hutang jika di bebani dengan bunga pengembalian atas modal dapat bertambah
atau meningkat.
Dengan
demikian
dapat
di
simpulkan
bahwa
perusahaan
yang
menggunakan Assets Leverage yang tinggi, berarti perusahaan mengharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemiliknya.
33
Download