PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA Keni* . Sofia Prima Dewi Abstract: Budget is not only a tool that helps managers in both their planning and control functions, but also a device for coordination, communication, motivation and performance evaluation. As a consequence, budget must be prepared carefully. Budgetary participation refers to the extent to which managers participate in preparing the budget and influence the budget goals of their responsibility centre. Budgetary goals should be tight but attainable. Responsibility also entails accountability. Accountability implies performance measurement, which means that actual outcomes are compared with budgeted outcomes. This system of responsibility, accountability and performance evaluation is often referred to as responsibility accounting. Participation from manager on preparing budget and information of responsibility accounting have important role on performance accountability. Keywords: Budget, Participation, Responsibility Accounting, Performance Accountability PENDAHULUAN Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tugas manajemen adalah untuk merencanakan masa depan perusahaan agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang telah disadari dan direncanakan sejak saat ini bagaimana menghadapinya. Rencana manajemen mengenai kegiatan perusahaan di masa yang akan datang tercermin dalam anggaran. Proses manajemen perusahaan dimulai dengan perencanaan strategik yang di dalamnya terjadi proses penetapan tujuan perusahaan dan penentuan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah selanjutnya adalah penyusunan program untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam perencanaan strategik. Penyusunan program mendahului penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran harus sesuai dengan tujuan dan strategi perusahaan. Sistem penyusunan anggaran sering tidak memuaskan disebabkan beberapa faktor antara lain penyusunan anggaran terlalu bertele-tele dan mahal serta anggaran sering tidak mencerminkan keadaan yang dihadapi oleh perusahaan sehingga tidak memiliki kegunaan bagi para manajer. Proses penyusunan anggaran yang baik adalah yang dapat menjadikan setiap manajer memiliki persepsi yang jelas mengenai peran mereka masing-masing dalam * Keduanya Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara (JI. Tanjung Duren Utara No. 1 Jakarta Barat 11470, Telp: (021) 5655508 ext 0621) 164 Keni & Dewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Akuntansi... mencapai sasaran anggaran. Penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan apabila akuntansi pertanggungj awaban. tersed ia informasi Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan. Anggaran digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan perusahaan dan tolak ukur terbaik bagi kinerja manajer karena pada dasarnya anggaran yang sudah disetujui merupakan komitmen dari manajer untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran. Program dan Anggaran Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilaksanakan secara efisien dan efektif. Indikator kinerja ini harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dalam menunjukkan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan untuk diambil tindakan perbaikan (Mardiasmo, 2001). Salah satu indikator kinerja yang dapat digunakan adalah kinerja anggaran yaitu suatu instrumen yang dipakai oleh perusahaan untuk mengevaluasi kinerja para manajer dalam melaksanakan suatu program. Menurut Mulyadi (1993) program adalah kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik. Menurut Nafarin (2004) program adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk menentukan kegiatan yang harus dilakukan dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program disusun terlebih dahulu sebelum anggaran disusun. Untuk menjam in terlaksananya berbagai program yang disusun, manajer menyusun anggaran yang berisi rencana kerja tahunan dan taksiran nilai sumber daya yang diperlukan guna pelaksanaan rencana kerja. Anggaran merinci pelaksanaan program dan apabila anggaran tidak disusun berdasarkan program maka pada dasarnya perusahaan seperti berjalan tanpa tujuan yang jelas. Menurut Mulyadi (1993) anggaran adalah suatu rencana kerja terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif (biasanya dalam satuan uang) untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Menurut Nafarin (2004) anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu. Perbedaan antara program dan anggaran menurut Supriyono (1991) adalah: (1) program tidak selalu dinyatakan dalam satuan uang sedangkan anggaran merupakan rencana yang dinyatakan dalam satuan uang, (2) program disusun sesuai dengan jenis produk sedangkan anggaran disusun untuk setiap menurut pusat pertanggungjawaban. Menurut Nouri dan Parker (1996) untuk membuat anggaran yang efektif, manajer mernerlukan prakiraan (forecast) kondisi di masa depan yang realible. Proses penyusunan anggaran yang tidak balk akan menghasilkan anggaran yang memiliki karakteristik tidak lebih dari sekedar prakiraan. Prakiraan tidak sama dengan anggaran. Menurut Supriyono (1991) anggaran merupakan rencana manajemen yang mendasarkan asumsi bahwa langkah-langkah positif akan diambil oleh penyusun anggaran agar realisasi kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disusun, sedangkan prakiraan hanya merupakan prediksi mengenai apa yang akan terjadi, tanpa membawa dampak pada peramal bahwa dia akan berusaha untuk mempengaruhi realisasi. Menurut Carter (2006) anggaran hanyalah merupakan suatu rencana yang dinyatakan dalam nilai uang atau satuan 165 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.02, Juni 2008: 164-175 kuantitatif lainnya dan menyajikan target laba yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan sedangkan prakiraan merupakan tingkat pendapatan atau biaya yang diperkirakan oleh perusahaan akan tedadi. Menurut Mulyadi (1993) terdapat beberapa perbedaan antara anggaran dan prakiraan yaitu: (1) anggaran dinyatakan dalam ukuran moneter sedangkan prakiraan dapat dinyatakan dalam ukuran moneter maupun bukan moneter, (2) anggaran umumnya berjangka waktu satu tahun sedangkan prakiraan dapat mencakup berbagai macam jangka waktu, (3) anggaran berisi kesanggupan atau komitmen manajer untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran sedangkan pada prakiraan tidak ada komitmen bagi penyusun prakiraan atas tercapainya hasil yang diperkirakan, (4) usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi daripada penyusun anggaran sedangkan prakiraan tidak selalu disetujui oleh pihak berwewenang yang lebih tinggi, (5) anggaran setelah disahkan tidak dapat diubah kecuali di bawah kondisi tertentu sedangkan prakiraan dapat segera diperbaharui jika ada informasi baru yang menunjukkan perubahan kondisi, dan (6) secara berkala realisasi anggaran dibandingkan dengan anggaran dan jika terdapat penyimpangan maka akan dianalisis dan dijelaskan sedangkan jika terdapat penyimpangan pada prakiraan maka tidak akan dianalisis secara berkala. Anggaran yang baik adalah anggaran yang memiliki tingkat kesulitan yang masih dimungkinkan untuk dicapai sehingga kinerja para manajer dapat ditingkatkan karena bekerja lebih efisien. Anggaran yang sangat sulit dicapai atau yang dapat dicapai dengan mudah tidak akan mengarah ke kinerja terbaik para karyawan. Menurut Maher dan Deakin (1997) tingkat anggaran yang memberikan motivasi terbaik adalah relatif ketat namun diterima oleh para karyawan sebagai anggaran yang masuk akal dan dapat dicapai tapi tentu saja patokan umum ini dapat bervariasi dari situasi ke situasi lainnya. Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan apabila manajer tidak cakap. Menurut Sinuraya (2004) apabila manajer ada kesengajaan untuk menetapkan terlalu rendahnya target pendapatan yang dianggarkan untuk dicapainya atau terlalu besarnya biaya yang dimuat dalam anggaran yang diajukan maka akan timbul slack anggaran. Hal ini akan mengakibatkan sumber daya yang tidak perlu menjadi terikat padahal sebetulnya sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara produktif di tempat lain. Menurut Adisaputro dan Asri (1992) anggaran disusun karena ada keyakinan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan untuk: (1) mengendalikan berbagai variabel yang relevan dalam mencapai tujuan, (2) berkomunikasi secara efektif, (3) memberikan motivasi kepada anggota-anggotanya, dan (4) mendorong adanya partisipasi. Fungsi anggaran menurut Mulyadi (1993) adalah: (I) anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja, (2) anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang, (3) sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer atas dengan manajer bawah, (4) sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya, (5) sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan lemah bagi perusahaan, dan (6) sebagai alat untuk memotivasi manajer agar senantiasa bertindak secara efisien dan efektif sesuai tujuan perusahaan. Manfaat anggaran menurut Supriyono (1991) adalah: (1) alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian dari program dalam jangka waktu pendek umumnya satu tahun, (2) alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan jangka pendek berbagai unit 166 Keni & Dewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran ban Akuntansi... yang ada di dalam perusahaan agar dapat bekerja secara selaras ke arah pencapaian tujuan, (3) alat untuk mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja secara terinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain di claim perusahaan yang bersangkutan, (4) alat komunikasi rencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban, (5) alat untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya, (6) alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat-pusat pertanggungjawaban dan para manajernya. Penyusunan Anggaran Menurut Halim dkk (2000) anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen menurut Mulyadi (1992) terdiri dari empat tahap yaitu: (1) penyusunan program, (2) penyusunan anggaran, (3) pelaksanaan dan pengukuran, serta (4) pelaporan dan analisa. Keempat tahap tersebut dilaksanakan secara berurutan dan setiap tahap akan merupakan dasar untuk tahap berikutnya. Pada dasarnya fungsi utama manajemen ada dua yaitu perencanaan dan pengendalian. Oleh karena itu kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan tergantung pada kemampuannya melaksanakan kedua fungsi utama tersebut. Tahap pengendalian manajemen yang berhubungan dengan perencanaan adalah penyusunan program dan penyusunan anggaran. Tahap pertama dalam proses pengendalian manajemen adalah penyusunan program. Menurut Mulyadi (1993) penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan taksiran jumlah sumber daya yang akan dialokasikan pada setiap program tersebut. Penyusunan program tidak sama dengan penyusunan anggaran walau keduanya merupakan proses perencanaan. Perbedaan pokok diantara penyusunan program dan penyusunan anggaran menurut Mulyadi (1992) adalah: (1) penyusunan program menitikberatkan pada beberapa tahun ke masa yang akan datang dan biasanya mencakup penyusunan rencana jangka panjang yang dihubungkan dengan proyek-proyek tertentu sedangkan penyusunan anggaran menitikberatkan hanya ke tahun yang akan datang, (2) dalam penyusunan program perencanaan dipusatkan pada penentuan program-program dalam rangka pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan sedangkan dalam penyusunan anggaran perencanaan diterjemahkan di dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Tahap kedua dalam proses pengendalian manajemen adalah penyusunan anggaran. Penyusunan anggaran mendasarkan pada program yang telah disahkan dan memandang program sebagai sesuatu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Menurut Supriyono (1991) penyusunan anggaran adalah proses penentuan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu penyusunan program berkaitan dengan perencanaan strategik dan dengan penyusunan anggaran. Tujuan penyusunan anggaran menurut Supriyono (1991) adalah: (1) untuk membantu manajemen mengkomunikasikan tujuan perusahaan pada semua manajer pada unit organisasi di bawahnya, (2) untuk mengkoordinasikan kegiatan, dan (3) untuk mengevaluasi kinerja para manajer. Menurut Kren (1992) proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak bail manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah yang akan memainkan peranan dalam mempersiapkan dan mengevaluasi berbagai 167 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.02, Juni 2008: 164-175 alternatif dari sasaran anggaran. Menurut Welsch et at. (1988) peran manajer baik manajer tinglcat bawah, menengah dan atas dalam penyusunan anggaran akan memberikan manfaat sebagai berikut: (1) mengurangi ketimpangan informasi dalam perusahaan dan (2) menimbulkan komitmen yang lebih besar pada para manajer dalam melaksanakan dan memenuhi anggaran. Tujuan anggaran disusun menurut Hansen dan Mowen (2005) adalah mengharuskan manajer untuk membuat rencana, memberikan informasi yang dapat membantu pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi dan koordinasi, serta dipergunalcan sebagai alat pengendalian dan evaluasi kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan periode anggaran. Menurut Carter (2006) periode anggaran harus: (1) dibagi ke dalam jangka bulanan, (2) cukup panjang untuk menyelesaikan produksi dari berbagai macam produk dari awal sampai akhir, (3) meliputi paling tidak satu siklus musiman secara menyeluruh apabila usaha bersifat musiman, (4) cukup panjang untuk memungkinkan penyediaan dana produksi sebelum timbul kebutuhan yang sesungguhnya, dan (5) bertepatan waktunya dengan periode akuntansi keuangan sehingga dapat dilakukan perbandingan antara hasil usaha aktual dengan estimasi anggaran. Menurut Supriyono (1991) beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian anggaran adalah: (1) menyediakan suatu pendekatan disiplin guna menyelesaikan masalah, (2) membantu manajemen membuat studi awal terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan membiasakan manajemen untuk mempelajari dengan seksama suatu masalah sebelum mengambil suatu keputusan, (3) mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan rnemaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, (4) membantu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penyusunan rencana operasi berbagai bagian yang ada pada perusahaan sehingga keputusan akhir dan rencana-rencana tersebut dapat terintegrasi dan komprehensif, (5) memberi kesempatan pada perusahaan untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang sudah ditentukan, (6) mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengarahkan investasi dan semua usaha-usaha perusahaan ke `saluran' yang paling menguntungkan, (7) mendorong suatu standar prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, menimbulkan perasaan berguna dan menyediakan insentif untuk pelaksanaan yang efektif, dan (8) menyediakan tujuan yang merupakan standar untuk mengukur prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual. Manfaat penyusunan anggaran bagi perusahaan menurut Adisaputro dan Asri (1992) adalah: (1) mendorong setiap individu di dalam perusahaan untuk berfikir ke masa depan, (2) mendorong terjadinya kerjasama antara masing-masing bagian karena masingmasing menyadari bahwa mereka tidak dapat berdiri sendiri, (3) mendorong adanya pelaksanaan asas partisipasi karena setiap bagian terlibat untuk ikut serta memikirkan rencana kerjanya. Walaupun manfaat yang diperoleh dari penyusunan anggaran cukup banyak namun anggaran juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Supriyono (1991) keterbatasan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: (1) perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi yang ketepatannya tergantung pada kemampuan si pengestimasi dan apabila estimasi meleset akan rnengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat dicapai, (2) perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu dan jika kondisi dan asumsi yang rnendasarinya berubah maka perencanaan dan anggaran harus dikoreksi, (3) anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak terutama para 168 Keni & bewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran ban Akuntansi... manajer terus bekerjasama secara terkoordinasi dan berusaha mencapai tujuan, dan (4) perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan judgement' manajemen. Menurut Adisaputro dan Asri (1992) ada beberapa kelemahan yang membatasi anggaran antara lain adalah sebagai berikut: (1) anggaran hanya merupakan rencana dan rencana tersebut benar-benar berhasil apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, (2) anggaran hanya merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu manajer dalam menjalankan tugasnya bukan menggantikannya, (3) anggaran disusun berdasarkan estimasi sehingga terlaksananya suatu kegiatan dengan baik tergantung pada ketepatan estimasi tersebut, dan (4) kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan sebelumnya dan karenanya dalam menyusun suatu anggaran ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam menyusun suatu anggaran menurut Supriyono (1991) adalah: (1) adanya organisasi perusahaan yang sehat yaitu organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggungjawab yang tegas, (2) adanya sistem akuntansi yang memadai, (3) adanya penelitian dan analisa guna menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi, dan (4) adanya dukungan aktif dari para manajer tingkat atas maupun bawah. Dalam penyusunan anggaran menurut Supriyono (1991) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: (1) Tingkat kesulitan. Manajer tidak akan termotivasi untuk melaksanakan anggaran apabila anggaran terlalu ideal dan sulit dicapai. Akibatnya manajer menjadi frustasi dan kemungkinan besar akan timbul penyimpangan yang tidak menguntungkan dalam jumlah yang tinggi. Di lain sisi apabila anggaran terlalu mudah dicapai maka manajer tidak akan merasa tertantang untuk berprestasi. Hal ini dikarenakan tanpa bekerja giatpun kemungkinan akan timbul penyimpangan yang menguntungkan dalam jumlah besar. Anggaran yang baik adalah anggaran dengan tingkat kesulitan yang masih memungkinkan untuk dicapai sehingga manajer termotivasi untuk mencapai prestasi tersebut. (2) Suatu sistem anggaran dapat berjalan secara efektif memotivasi manajer apabila ada partisipasi manajemen puncak dalam meninjau dan mengesahkan anggaran. Selain itu manajemen puncak juga harus mengikuti hasil-hasil pelaksanaan anggaran sehingga dapat diperoleh umpan batik yang efektif dalam memotivasi manajer. (3) Setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus percaya bahwa anggaran yang disusunnya adalah wajar dan adil untuk dicapai. Untuk itu manajer pusat pertanggungjawaban harus ikut berperan serta secara efektif dalam penyusunan anggaran pusat pertanggungjawabannya. Salah satunya adalah dengan cara menyusun usulan dan revisi anggaran. Anggaran yang disusun tidak lebih sulit untuk dicapai dibanding anggaran pusat pertanggungjawaban lainnya juga termasuk dalam kategori wajar dan adil. Anggaran yang mencerminkan keadilan membuat manajer tidak merasa tertekan melainkan termotivasi. (4) Laporan perbandingan realisasi dengan anggaran harus disusun dan disajikan dengan teliti dan tepat waktu. Laporan yang tidak teliti berakibat penyimpangan yang terjadi tidak dapat ditunjukkan dengan tepat sedangkan laporan yang terlambat berakibat penyimpangan yang besar terlambat diketahui •sehingga perbaikan akan sulit dilakukan. Selain itu laporan anggaran yang teliti dan tepat waktu dapat merupakan 'early warning' bagi para manajer. Untuk itu penyusun laporan anggaran harus memiliki keahlian dan integritas yang tinggi agar laporan yang disajikan teliti dan tepat waktu. 169 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.02, Juni 2008: 164-175 Menurut Adisaputro dan Asri (1992) anggaran yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain adalah: (1) realistis artinya tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis, (2) luwes artinya tidak terlalu kaku dan mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah, dan (3) kontinu artinya secara terus menerus rnembutuhkan perhatian dan tidak merupakan suatu usaha yang insidentil. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia terutama bagi yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran (Siegel dan Marconi, 1989). Oleh sebab itu dalam rnenyusun anggaran harus diperhatikan keterlibatan aspek perilaku manusia. Kesuksesan anggaran hanya dapat dicapai apabila semua manajer baik tingakat atas, menengah maupun bawah secara simpatik mau membantu dan bekerjasama secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan anggaran. Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif dibandingkan dengan anggaran nonpartisipatif (Tintri, 2002). Anggaran partisipatif lebih memungkinkan bagi para manajer sebagai bawahan untuk melakukan negosiasi dengan atasan mengenai sasaran anggaran. Menurut Kusnadi (2005) anggaran partisipatif tidak berarti bahwa setiap manajer dapat memilih dengan bebas apa yang akan dia tuju di dalarn anggarannya, namun anggaran partisipatif berarti bahwa manajer pusat pertanggungjawaban mempunyai kesempatan untuk menjelaskan mengenai anggaran yang diusulkannya. Dalam menyusun anggaran secara partisipasi diharapkan kinerja manajer akan meningkat dimana saat tujuan dirancang dan secara partisipasi disetujui maka karyawan akan menginternalisasikan tujuan yang telah ditetapkan dan merniliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya. Hal ini dikarenakan karyawan ikut serta terlibat dalam penyusunan anggaran. Hubungan Anggaran dan Akuntansi Pertanggungjawaban Accounting) (Responsibility Menurut Antony dan Govindarajan (2004) anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian penghasilan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban suatu perusahaan tapi juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya. Anggaran untuk evaluasi kinerja dan pengendalian biaya biasanya diorganisasikan ke dalarn pusat pertanggungjawaban (responsibility center). Menurut Sinuraya (2004) pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu. Pusat pertanggungjawaban di dalam perusahaan diukur prestasinya berdasarkan masukan, keluaran atau selisih antara masukan dan keluaran. Masukan yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan biaya sedangkan keluaran yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan penghasilan bagi pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. Berdasarkan ukuran yang digunakan untuk menilai prestasinya, menurut Mulyadi (1992) pusat pertanggungjawaban dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu: (1) pusat biaya (cost center) yaitu pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar masulcan atau biayanya dan manajer hanya bertanggungjawab terhadap biaya-biaya yang terkendali yang harus dikeluarkan dalam unitnya selama jangka waktu anggaran, (2) pusat penghasilan (revenue center) yaitu pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar penghasilannya dan manajer hanya bertanggungjawab terhadap penghasilan yang diterima pusat pertanggungjawabannya, (3) pusat penghasil laba (profit center) yaitu pusat 170 Keni & bewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran ban Akuntansi... pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar laba yang dihasilkan dan manajer bertanggungjawab terhadap penghasilan dan biaya dalam rangka menghasilkan laba untuk pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya, serta (4) pusat investasi (investment center) yaitu pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya dari laba yang dihasilkan dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Anggaran disusun untuk setiap pusat pertanggungjawaban karena anggaran digunakan untuk menilai, memotivasi dan meningkatkan kegiatan pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan. Dalam tahap penyusunan anggaran, menurut Mulyadi (1992) tiap program diterjemahkan ke dalam satuan uang yang sesuai dengan manajer yang bertanggungjawab atas pelaksanaan sebagian atau seluruh program tersebut. Dalam proses penyusunan anggaran manajer pusat pertanggungjawaban berperan serta dalam menyusun usulan anggaran serta mengadakan negosiasi dengan manajer di atasnya yang memberikan peran kepadanya (Supriyono, 1991). Jadi pada dasarnya proses penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi di antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan atasannya. Hasil akhir proses negosiasi adalah suatu anggaran yang telah disetujui oleh atasan, dimana anggaran ini berisi penghasilan yang diharapkan diperoleh di dalam tahun anggaran dan sumber-sumber yang harus digunakan guna mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban tersebut dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Oleh sebab itu anggaran yang sudah disahkan merupakan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut. Penggunaan akuntansi pada evaluasi kinerja seringkali disebut sebagai akuntansi pertanggungjawaban. Menurut Hansen dan Mowen (2005) akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer guna mengoperasikan pusat pertanggungjawaban masing-masing. Menurut Supriyono (1991) inti akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada: (1) bahwa pendapatan dan biaya dapat disusun dalam ukuran pertanggungjawaban jenjang manajemen, (2) bahwa pendapatan atau biaya yang dibebankan pada suatu jenjang manajer tertentu dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan, dan (3) bahwa data anggaran yang efektif dapat dihasilkan sebagai dasar untuk menilai prestasi sesungguhnya. Anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer pusat pertanggungjawaban untuk mencapai sasaran anggaran (Sinuraya, 2004). Informasi akuntansi pertanggungjawaban mempertegas peran setiap manajer dalam pencapaian sasaran anggaran. Peran yang diterima oleh tiap manajer tidak akan ada artinya jika tidak disertai dengan alokasi sumber daya ke tangan tiap manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan (Mulyadi, 1993). Hal ini dikarenakan informasi akuntansi pertanggungjawaban menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi tiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan/ atau biaya yang menjadi tanggungjawabnya. Selanjutnya informasi realisasi pendapatan dan biaya disajikan menurut manajer yang bertanggungjawab. 171 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.02, Juni 2008: 164-175 Dengan demikian informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan nilai yang dibuat oleh tiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya guna melaksanakan peran manajer dalam mencapai sasaran anggaran. Agar manfaat akuntansi pertanggungjawaban tercapai, suatu perusahaan harus secara cermat mengamati dan menggolongkan pendapatan dan biaya sesuai dengan berbagai jenjang manajemen yang bertanggungjawab. Oleh karena itu suatu anggaran harus disusun untuk setiap jenjang manajemen yang dibebani tanggungjawab atas pendapatan dan biaya tersebut. Melalui laporan prestasi, anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan realisasinya dan dari sinilah prestasi manajer tiap pusat pertanggungjawaban dapat ditentukan. Dalam proses penyusunan anggaran yang balk, pemanfaatan informasi akuntansi sebagai `alat pengirim peran' akan mengakibatkan setiap manajer yang diberi peran menyadari perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini tentunya akan memberikan komitmen yang tinggi dalam diri manajer untuk berprestasi sesuai yang tercantum dalam anggaran. Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Akuntabilitas Kinerja Menurut BPKP (1998) akuntabilitas kinerja adalah suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas perusahaan guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban. Pada proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan aktivitas guna mencapai sasaran anggaran dan sumber daya apa saja yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya. Menurut Riyadi (1998) partisipasi penyusunan anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh para manajer dalam proses penyusunan anggaran. Menurut Siegel dan Marconi (1989) partisipasi penyusunan anggaran adalah keterlibatan manajer dalam menyusun anggaran tersebut pada pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan. Manajer dalam hal ini diberi kesempatan untuk ambit bagian dalam pengambilan keputusan melalui negosiasi terhadap sasaran anggaran. Hal ini sangat penting karena manajer akan merasa lebih produktif dan puas terhadap pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan komitmen yang dimiliki. Partisipasi dalam penyusunan anggaran berarti keikutsertaan para manajer dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa depan yang akan ditempuh oleh para manajer dalam pencapaian sasaran anggaran. untuk membantu karyawan Partisipasi penyusunan anggaran akan mempertanggungjawabkan kinerja mereka apabila sasaran anggaran diketahui dengan jelas. Menurut Kenis (1979) kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Menurut Abdullah (2004) kejelasan sasaran anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan manajer menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Hal ini menyebabkan manajer tidak termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan sehingga akan menurunkan akuntabilitas kinerjanya. Sebaliknya apabila terdapat kejelasan sasaran anggaran maka 172 Keni & Dewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Akuntansi... akan memudahkan manajer untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas perusahaan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Seiring tercapainya sasaran anggaran, manajer akan termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan sehingga akan meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. Proses penyusunan anggaran yang berhasil adalah yang dapat menjadikan setiap manajer memiliki persepsi yang jelas mengenai peran mereka masing-masing dalam mencapai sasaran anggaran. Persepsi yang jelas mengenai peran manajer dalam mencapai sasaran anggaran hanya dapat terwujud apabila: (1) sasaran anggaran diterima dengan jelas oleh manajer yang bertanggungjawab untuk mencapainya, dan (2) manajer yang diberi peran untuk mencapai sasaran anggaran mendapatkan alokasi sumber daya yang memadai guna mencapai sasaran anggaran. Sumber daya yang disediakan untuk dimungkinkannya manajer berperan serta dalam usaha pencapaian sasaran anggaran berupa informasi akuntansi (Sinuraya, 2004). Oleh karena itu penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan apabila tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berpartisipasi dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran secara baik akan mampu membuat para manajer lebih memahami permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan anggaran tersebut. Selain itu partisipasi penyusunan anggaran akan membuat manajer merasa terlibat dan bertanggungjawab untuk pencapaian anggaran. Hal ini akan meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. PENUTUP Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian tapi juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya. Oleh karena itu anggaran harus dibuat serealistis dan secermat mungkin dalam arti tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi karena anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak menggambarkan kedinamisan sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan semata. Slack anggaran ini tidak dapat dihilangkan dan mungkin akan kurang baik karena akan menyebabkan statisnya anggaran tersebut pada perkembangan perusahaan, tetapi bisa diminimalkan pada titik terendah dengan cara manajemen puncak harus tetap memeriksa kembali anggaran yang diajukan oleh manajer bawahan secara seksama serta memberikan masukan apabila dibutuhkan. Dengan adanya sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban yang baik, proses penyusunan anggaran yang bersifat partisipatif dan fleksibel yang melibatkan seluruh manajer tingkat atas dan bawah serta ditambah dengan review yang seksama dari manajemen puncak maka slack anggaran yang terjadi dalam perusahaan akan dapat dim inimalisir. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar anggaran dapat memanfaatkan keunggulannya sebaik mungkin dan menekan keterbatasan sekecil mungkin adalah sebagai berikut: (1) adanya penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat dibandingkan dan dianalisis penyimpangannya, (2) pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran, (3) laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban, dan (4) partisipasi aktif dari seluruh lapisan manajemen. Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian, maka penyusunan anggaran harus menggunakan 173 Jurnal Manajemen/Tahun XII, No.02, Juni 2008: 164-175 informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim peran dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran. Inti akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab terhadap elemen-elemen yang secara langsung berada di bawah pengendaliannya dan salah satu tanggungjawab manajer adalah pendapatan dan biaya. Anggaran yang disusun berdasarkan informasi akuntansi pertanggungjawaban akan sangat berguna bagi manajer terutama apabila manajer menginterpretasikan umpan batik dengan seksama. Dengan laporan prestasi yang menyajikan informasi tentang mengarahkan anggaran baik aktual dan penyimpangannya maka manajer akan perhatiannya pada penyimpangan yang terjadi. Hal ini akan dapat membantu manajer dalam mengevaluasi kinerja. Perusahaan juga harus berusaha untuk melibatkan para manajer sebagai pelaksana anggaran dalam penyusunan anggaran sehingga menimbulkan rasa tanggungjawab dan `sense of belonging'. Partisipasi penyusunan anggaran akan membuat manajer merasa terlibat dan bertanggungjawab untuk pencapaian anggaran sehingga hal ini tentunya akan meningkatkan akuntabilitas kinerjanya. DAFTAR RUJUKAN Abdullah. H. (2004). Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah pada Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. (1992). Anggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE Antony, R. N. dan V. Govindarajan. (2004). Management Control System. 11th Edition. New York: Richard D. Irwin. Mc. Grawhill BPKP. (1998). Pengukuran Kinerja: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta Carter, William K. (2006). Cost Accounting. 14th Edition. Cincinnati, Ohio: Thomson Learning Halim. A, A. Tjahyono dan M. F. Husien. (2000). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2005). Management Accounting. 7'h Edition. Ohio, United States of America: South-Western Thomson Learning Kenis. Izzettin. (1979). Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review. Vol. LIV. No. (4). October. hal. 707721 Kusnadi. (2005). Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Peran Kecukupan Anggaran dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan-Perusahaan yang Sudah Listing di BEJ). Jurnal Manajemen dan Keuangan. Vol. 3. No. (1). Maret. hal. 75-97 Kren, Leslie. (1992). Budgetary Participation and Managerial Performance The Impact of Information and Environmental Volatility. The Accounting Review. Vol. 67. No. (3). July. hal. 511-526 Maher, Michael W. dan Edward B. Deakin. (1997). Cost Accounting. 5'h Edition. New York: Richard D. Irwin. Mc. Grawhill 174 Keni & bewi : Peranan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan Akuntansi... Mardiasmo. (2001). Pengawasan, Pengendalian dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 3. No. (2). Agustus. hal. 441-456 Mulyadi. (1992). Akuntansi Biaya Untuk Manajemen. Edisi Keempat. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE Mulyadi. (1993). Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Kedua. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Nafarin, M. (2004). Penganggaran Perusahaan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat Nouri, H. dan R. J. Parker. (1996). The Effect of Organizational Commitment on Relation Between Budgetary Participation and Budgetary Slack. Behavioral Researh in Accounting 8. hal. 74-90 Riyadi, S. (1998). Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM Siegel, G. dan H. R. Marconi. (1989). Behavioral Accounting. Ohio: South Western Publishing Co Sinuraya, Candra. (2004). Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Untuk Mengurangi Budget Slack Dalam Organisasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 4. No. (1). November. hal. 1-10 Supriyono, R. A. (1991). Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: STIE YKPN Tintri, Dharma. (2002). Pengaruh Struktur dan Kultur Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipasif Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. (2). Jilid 7. hal. 59-68 Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton dan Paul N. Gordon. (1988). Budgeting, Profit Planning and Control. 5th Edition. Englewood Cliffs NJ: Prentice Hall 175