1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke

advertisement
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat
akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Setyopranoto, 2012). Istilah
stroke digunakan untuk mendeskripsikan ganggguan otak yang disebabkan oleh
ketidaknormalan aliran darah yang menuju salah satu bagian otak (Caplan, 2006).
Berdasarkan proses patologi, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke
iskemik dan stroke pendarahan yang mencakup perdarahan intraserebral dan
subarakhnoid.
World Health Organization (2002) memperkirakan setiap tahun 15 juta
orang diseluruh dunia mengalami stroke. Dari jumlah rumah sakit tersebut 5 juta
orang meninggal dan sisanya mengalami kecacatan dan menjadi beban keluarga.
Insiden stroke di negara berkembang cenderung meningkat. Pada tahun 2010,
stroke menyebabkan kurang lebih 1 diantara 19 kematian di amerika serikat. Ratarata setiap 40 detik, seseorang di Amerika terdiagnosis stroke, dan kira-kira satu
orang meninggal dunia setiap 4 menit.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013 menunjukan telah terjadi peningkatan
prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3 per 1000 (tahun 2007)menjadi 12,1 per
1000 (tahun 2013). Prevalensi penyakit stroke tertinggi terjadi di Sulawesi Utara
1
2
(10,8 per 1000), Yogyakarta (10,3 per 1000), Bangka Belitung (9,7 per 1000) dan
DKI Jakarta (9,7 per 1000).
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab
kematian nomor tiga di dunia. Dua pertiga stroke terjadi di negara berkembang.
Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20%
mengalami stroke hemoragik (Dewanto et al, 2009).
Sekitar 20% kasus stroke meninggal pada bulan pertama, kira kira
sepertiganya bergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitas sehari hari.
Sebesar 70% penderita stroke memiliki ketidakmampuan permanen secara
okupasional (Meifi dan Agus, 2009). Menurut National Stroke Association, akibat
dari stroke tergantung pada bagian mana yang tergangu dan bagaimana tingkat
keparahan kerusakan dari bagian yang terganggu tersebut. Stroke dapat
menyebabkan kelemahan fisik, perubahan emosi, dan gangguan kognitif. Berbagai
dampak pasca-stroke adalah depresi, kepikunan, gangguan gerak, nyeri, epilepsi,
tulang keropos, dan gangguan menelan (Pinzon, 2010).
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (2003), stroke menimbulkan dampak
yang sangat besar dari segi ekonomi dan sosial karena biaya pengobatan dan
perawatan sangat tinggi, disamping itu stroke juga menimbulkan dampak sosial
akibat dari gejala sisa sehingga penderita tidak dapat lagi bekerja kembali seperti
sediakala. Penderita pasca stroke dengan gejala sisa permanen dapat menjadi
beban ekonomi bagi keluarganya dan beban sosial bagi masyarakatnya karena
tidak produktif lagi.
3
Stroke terjadi secara mendadak dan dapat menyebabkan kecacatan yang
menetap, sehingga produktivitas dan kualitas hidup penderitanya akan menurun,
bahkan penderita akan menjadi sangat bergantung pada keluarga atau orang-orang
di dekatnya. Evers et al. (1997) menyatakan pasien stroke yang berhasil melewati
fase akut stroke akan mengalami 3 keadaan berikut:
1. Membutuhkan program rehabilitasi lanjutan di rumah sakit,
2. Membutuhkan perawatan penunjang di rumah,
3. Membutuhkan perawatan jalan lanjutan.
Setelah pasien stroke keluar dari rumah sakit, pasien pasca stroke masih
mengalami gejala sisa, misalnya dengan keadaan : kehilangan motorik (hemiplegi)
atau ada juga pasien yang pulang dengan keadaan bedrest total, kehilangan
komunikasi atau kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan
fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih, pemasangan alat
Naso Gastrium Tube (NGT), sehingga perawatan yang diberikan harus secara
terus menerus dilakukan agar kondisi klien membaik, penyakitnya terkontrol,
resiko serangan stroke ulang menurun, tidak terjadi komplikasi atau kematian
mendadak (Agustina, 2009).
Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan
emosional dan fisik akibat terbaring lama tanpa dapat bergerak ditempat tidur
tidak dapat dihindari. Setelah mengalami stroke, penderita juga mengalami
gangguan kesehatan yang lain apabila tidak ditangani dengan baik, antara lain:
depresi, darah beku, dekubitus, otot mengkerut dan sendi kaku, pneumonia, nyeri
4
bahu. Smeltzer (2008) menyebutkan 40% dari pasien stroke akan membutuhkan
bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Angka kejadian stroke yang tinggi perlu diperhatikan, terlebih dampak
yang ditimbulkan oleh stroke. Ketergantungan akibat stroke sangat bervariasi
yang dapat dimanifestasikan lewat kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (Nursanti, 2007). Stroke dapat menyebabkan gangguan motorik dan
gangguan kognitif seseorang. Sehingga penderita stroke akan mengalami
gangguan pada ekstremitas dan gangguan sensibilitas pada anggota badan. Dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pasien pasca stroke akan mengalami perubahan
dan tidak mampu beraktivitas seperti biasa. Sehingga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari pasien pasca stroke akan membutuhkan bantuan orang lain
(Caplan, 2006).
Tiga peran penting keluarga menurut Friedman (2010), yaitu pencegahan
primer yang meliputi usaha peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pencegahan sekunder yaitu usaha menemukan kasus atau masalah, sehingga dapat
didiagnosa sedini mungkin dan penangan segera dapat dilaksanakan. Pecegahan
tersier yaitu usaha rehabilitasi yang meliputi pemulihan terhadap individu yang
cacat akibat penyakit sehingga keluarga dapat berfungsi hingga taraf optimal
secara fisik, sosial, emosional dan vokasional.
Stroke membutuhkan perawatan dirumah, dimana perawatan tersebut
biasanya dilakukan oleh perawat di rumah sakit (Caplan, 2006). Pada perawatan
pasien stroke, anggota keluarga merupakan penyedia perawatan yang utama.
5
Pasien stroke mengandalkan dukungan emosional, informasi dan instrumental dari
anggota keluarga mereka, keluarga tidak hanya berperan dalam mengatasi
kesulitan pasien terkait mobilisasi, perawatan diri dan komunikasi, tetapi juga
gangguan kognitif, depresi dan perubahan kepribadian pasien (Han dan Halley,
1999).
Keluarga memiliki tugas dalam kesehatan, yaitu: mengenali masalah
kesehatan keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat bagi
keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi
lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan bagi keluarga.
Perawatan pasca stroke di rumah yang dapat dilakukan oleh keluarga
meliputi seperti membantu aktivitas fisik, menangani kebersihan diri, membantu
dalam pemberian nutrisi (makan dan minum), mencegah terjadinya cedera atau
jatuh (Sustrani et al 2003).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan “Bagaimana gambaran keluarga
dalam merawat pasien pasca stroke di rumah?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahu bagaimana gambaran keluarga merawat pasien pasca stroke di
rumah.
6
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluarga dalam membantu aktivitas mandi pasien
pasca stroke
b. Mengetahui gambaran keluarga dalam membantu aktivitas makan pasien
pasca stroke
c. Mengetahui gambaran keluarga dalam membantu aktivitas berpakaian
daan kebersihan pakaian pasien pasca stroke
d. Mengetahui gambaran keluarga dalam membantu aktivitas toileting
(Buang air besar dan Buang air kecil) pasien pasca stroke
e. Mengetahui gambaran keluarga dalam membantu berpindah posisi dan
melatih gerak pasien pasca stroke
f. Mengetahui gambaran keluarga dalam memodifikasi lingkungan rumah
pasien pasca stroke
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah
wawasan
keilmuan
dan
menambah
pengalaman
dalam
melaksanakan penelitian.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat memperkaya pengetahuan, dan dapat menjadi referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
7
3. Bagi keluarga
Secara tidak langsung akan meningkatkan kesadaran keluarga atas peran
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
E. Keaslian Penelitian
1. Hesamzadeh et al (2016) dengan judul Family Caregivers’ Experiences of
Stroke Recovery Among Older Adults Living in Iran: A Qualitative Study.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengeksplorasi dan menggambarkan
pengalaman keluarga tentang unsur unsur yang ada dalam membantu
pemulihan lansia dengan stroke di iran. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif,
dengan jumlah sampel sebanyak 17 responden. Teknik
pengambilan data dengan cara wawancara mendalam. Hasil analisis data
dikategorikan menjadi tiga tema, pemulihan fungsional, meningkatkan
kesehatan psikologis, dan memperkuat peran sosial, secara umum semuanya
menunjukkan pemulihan yang positif.
2. Nurhayati (2005) dengan judul “Peran Keluarga dalam Membantu
Komunikasi Pasien Post Stroke di RS Sardjito Yogyakarta”. Tujuan
penelitian tersebut untuk mengetahui gambaran tentang peran peran keluarga
dalam membantu komunikasi pasien post stroke dengan gangguan
komunikasi. Jenis penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif
eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Teknik sampling dengan accidental
sampling. Hasil dari penelitian ini adalah metode komunikasi yang digunakan
8
anggota keluarga adalah bicara langsung (stimulasi auditif), tulisan dan kode.
Adanya keterlibatan anggota keluarga sebagai pemberi informasi kepada
pasien, pendampingan saat visit dokter, pendampingan saat jam kunjung,
pendampingan saat tindakan perawatan. Peran keluarga sebagai penghubung
meliputi bantuan keluarga dalam mengambil keputusan. Peran keluarga dalam
bekerjasama dengan dokter dan perawat.
3. Afriani (2011) dengan judul “Hubungan Peran Keluarga dalam Merawat
Pasien Stroke Lanjutan dengan Konsep Diri Penderita di Poliklinik Syaraf RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan peran keluarga dalam merawat pasien sroke lanjutan dengan konsep
diri penderita stroke lanjutan di poliklinik syaraf RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita stroke lanjutan dan
keluarga pasien yang melakukan control di poliklinik syaraf RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Teknik pengambilan data menggunakan
purposive sampling sebanyak 36 responden. Hasil penelitian ini adalah
terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran keluarga dalam
merawat pasien stroke lanjutan dengan konsep diri penderita stroke lanjutan di
Poliklinik Syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Sonatha (2012) dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap
Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke”. Penelitian ini
mnggunakan desain deskriptif korelatif yang berujuan untuk mengidentifikasi
hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap pasien pasca stroke
9
dan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 56
orang anggota keluarga dan pasien pasca stroke. Teknik sampling yang
digunakan adalah consecutive sampling. Hasil menunjukkan faktor yang
mempengaruhi sikap keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien
pasca stroke adalah tingkat penghasilan keluarga, pengalaman keluarga
sebelumnya, dan tingkat pengetahuan keluarga.
5. Penelitian yang penulis lakukan adalah “Gambaran Keluarga dalam Merawat
Pasien Pasca Stroke di Rumah”. Penelitian ini meneliti tentang gambaran
keluarga dalam merawat pasien stroke dirumah. Jenis penelitian ini adalah
penelitian
non
eksperimental
yang
berbentuk
deskriptif
eksploratif
menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan sampel dengan cara
purposive sampling.
Download