BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa 2.1.1

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi menurut Jalaludin Rakhmat, diartikan sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media cetak (surat kabar atau majalah), dan
media elektronik (radio atau televisi), sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat.12
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi dengan terperinci.
Gabner (1967) menulis, komunikasi massa (mass communication) adalah
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki oleh orang dalam masyarakat
industri. Sedangkan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa
dirumuskan oleh Bitner (1980 ; 10), komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.13
Komunikasi massa mempelajari tentang media massa (pers, radio, film,
dan televisi), isinya bersifat umum atau terbuka (bukan rahasia atau bukan
12
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung:1994, hal 34, dalam
Skripsi Wahyuni, Opini Mahasiswa Terhadap Perkembangan film Nasional Dewasa Ini, Jakarta
2005.
13
Ardianto, Elvinaro, dan Edinaya, Lukiati Komala. Komunikasi massa Suatu Pengantar. Simbiosa
Rekatama Media, Bandung:2005, hal 3-6.
7
8
masalah pribadi) sehungga mencakup baik komunikasi dengan menggunakan
media massa.
Dengan kata lain komunikasi massa, menekankan pada isi atau pesan
dengan penggunaan media. Jadi komunikasi massa adalah proses komunikasi
dengan menggunakan atau melalui media massa.
Fungsi media massa sendiri antara lain :14
1. Memberikan informasi
Melalui media masyrakat mendapatkan pesan dan berita.
2. Memberikan pendidikan dan membimbing
Bagi sebagian masyarakat, media massa sangat penting dalam hal
pendidikan dan cara pemikiran.
3. Menghibur
Media mendisain
program-program
mereka
untuk
menghibur
khalayak. Saat ini perkembangan televisi dengan persaingan yang
sangat ketat telah menempatkan tayangan hiburan mendominasi jamjam tayangan mereka. Beberapa program hiburan antara lain adalah
sinetron, film, musik, games dan sebagainya.
4. Meyakinkan (To Persuade)
Ini adalah fungsi terpenting. Persuasi datang dalam banyak bentuk,
misalnya:
a. Mengukuhkan sikap, kepercayaan dan nilai seseorang. Menurut De
Vito sangatlah sulit menguah sikap seseorang dari sikap tertentu
14
Heri Budianto. Tayangan Televisi: Antara kebutuhan dan Kebuntuan Logika. Media KOM Jurnal
Ilmiah, Universitas Mercu Buana, Jakarta:2008, hal 21.
9
kesikap yang lain. Media massa dengan sumber daya kekuatan
yang ada mampu mengukuhkan, membuat kepercayaan, sikap, nilai
dan opini kita yang kuat. Misalnya kaum demokrat akan
mendengarkan pesan-pesan yang sesuai dengan keyakinan mereka,
dan akan mebuat keyakinan mereka lebih kuat.
b. Mengubah Sikap, nilai dan kepercayaan seseorang. Dengan
kekuatan media akan mengubah sementara orang yang tidak
memihak dalam suatu masalah tertentu. Misalnya saja orang yang
berada ditengah-tengah dan terjepit diantara orang-orang Republik
dan Demokrat akan terseret ke salah satu pihak akibat pengaruh
pesan-pesan media massa.
c. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari sudut
pandang
pengiklan,
fungsi
terpenting
dari
media
adalah
menggerakkan (activating) para konsumen untuk melakukan
tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca
untuk membeli roti merk tertentu.
d. Menawarkan
etika
atau
sistem
nilai
tertentu.
Dengan
mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari
suatu norma yang berlaku (misalnya skandal yang dilakukan oleh
seorang
pemimpin),
media
merangsang
masyarakat
untuk
mengubah situasi. Mereka menyajikan etika kolektif kepada
pemirsa atau pembaca. Sebagai contoh, tanpa dipublikasikan
10
skandal Watergate, tidaklah mungkin muncul tuntutan masyarakat
yang akhirnya menjatuhkan pemerintahan Richard Nixon.
5. Membius (norcotizing)
Fungsi ini paling menarik dan paling banyak dilupakan orang. Ini
berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang suatu hal
tertentu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil.
Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius kedalam keadaan
tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotika. Lazarsfeld
and Merton (1951) mengungkapkan “mereka membaca banyak pokok
masalah dan bahkan mungkin mendiskusikan alternatif-alternatif
tindakan. Tetapi ini lebih merupakan proses intelektual yang tidak
mengaktifkan tindakan sosial.
Warga masyarakat yang berkepentingan dan mengetahui informasi ini
dapat memberi selamat kepada dirinya sendiri atas informasi yang
diperolehnya dan lupa menyadari bahwa ia tidak dilibatkan dalam
keputusan dan tindakan. Ia mengelirukan antara pengetahuan
persoalan dan melakukan sesuatu atas persoalan”.
Jantung dari komunikasi massa adalah media. Media merupakan alat
yang menyebarluaskan produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan
merefleksikan budaya masyarakat.
11
2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Definisi komunikasi massa mengandung suatu makna yang sama, bahkan
satu definisi itu pula dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa dalam
arti komunikasi ini berbeda dengan bentuk komunikasi lainnya, seperti
komunikasi antar personal dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi
komponen-komponen
yang
terlibat
didalamnya,
namun
proses
berlangsungnya komunikasi tersebut.
Agar mampu menggunakan dan menerapkan komunikasi massa minimal
harus mengerti karakteristik komunikasi massa, yaitu sebagai berikut :15
1. Komunikator terlembagakan.
Artinya proses penyusunan pesan yang dilakukan oleh komunikator
membutuhkan banyak proses. Contohnnya dalam siaran televisi, tentu
akan banyak melibatkan orang agar siaran itu bisa terlaksana. Mulai
dari presenter, kameramen, juru lampu, pengarah acara , tata rias, dan
lain-lain.
2. Pesan bersifat umum
Artinya komunikasi itu ditujukan untuk semua orang dan tidak
ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
3. Komunikasinya anomin dan heterogen
Pada komunikasi antar personal, komunikator akan mengenal
komunikannya,
15
mengetahui
identitasnya.
Sedangkan
Siti Karlinah. Komunikasi Massa. Universitas Terbuka, Jakarta: 2004, hal 1.11-1.14
dalam
12
komunikasi massa, komunikator tidak mengenai komunikan (anomin),
karena komunikatornya menggunakan media dan tidak tatap muka.
4. Media massa menimbulkan keserempakan
Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam
keadaan terpisah.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Pada
konumikasi
antar
personal,
unsur
hubungan
sangat
penting.
Sebaliknya pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi
karena pesan dalam media massa harus disusun sedemikian rupa
berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik
media massa yang akan digunakan.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya
tidak
dapat
melakukan
kontak
langsung.
Komunikator
aktif
menyampaikun pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun
diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya
terjadi dalam komunikasi antar personal.
komunikasi massa itu bersifat satu arah.
Dengan demikian,
13
7. Stimulasi alat indera "terbatas"
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera tergantung pada jenis
media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat.
Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar.
Sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera
penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan balik tertunda
Karena media massa bersifat satu arah maka feedback atau umpan
balik dari komunikan akan tertunda.
2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa merupakan salah satu bentuk spesialisasi dari
komunikasi. Kalaupun ada yang membedakan, hal itu disebabkan karena
adanya unsur media massa dalam bentuk komunikasi massa.
Harrold D. Lasswell menyatakan bahwa komunikasi massa mempunyai
fungsi:16
a. Surveillence of environtment
Fungsinya adalah sebagai pengamat lingkungan.
b. Correlation of the parts of society in responding to the invironment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai
dengan lingkungan.
16
Alo Liliweri, Komuniaksi Massa Dalam Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta:1998, hal 10.
14
c. Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Laswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi
yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan bagi Charles R. Wright,
seorang ahli sosiologi untuk menambahkan fungsi ke empat, yaitu
entertainment dan ia memberikan penjelasan ke empat fungsi itu sebagai
berikut:17
a. Surveillance
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi
mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun
didalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut
Handling of news.
b. Correlation
Meliputi fungsi interprestasi pesan yang menyangkut lingkungan dan
tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk
sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau
propoganda.
c. Transmission
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi nilai-nilai dan
norma-norma sosial budaya dari suatu generasi ke generasi yang lain
17
Ibid. hal 11-12.
15
atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru.
fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan.
d. Entertainment
Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan
untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.
2.2.
Film Sebagai Media Massa
2.2.1. Pengertian Film
Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu
kekuatan yang dapat mempengaruhi pengethuan dan, sikap, dan tingkah
laku.18
Film juga merupakan suatu kombinasi antara usaha penyampaian pesan
melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi kamera, warna dan
suara. Unsur-unsur tersebut dilatarbelakangi oleh suatu cerita yang
mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada khalayak
film.19
Menurut Defleur dalam bukunya, Understanding Mass Communication:
“…film may seek to educate or persuades and influence. More often, a film
will have combined function, seeking to amuse while it also enriches, informs,
or persuades. For the audience, the film maybe an escape and an enganging
lesson in history, morality, or human relationship.”
18
Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya, Bandung:1994, hal 21.
Susanto, Astrid S. Komunikasi Massa 2, Bina Cipta, Bandung-1982, hal 60. Dalam Skripsi
Wahyuni, Opini Mahasiswa Terhadap Perkembangan film Nasional Dewasa Ini, Jakarta 2005.
19
16
Secara garis besar,ini berarti film selain memiliki fungsi mendidik,
membujuk, dan mempengaruhi, juga memiliki fungsi memberitahu dan
menghibur. Bagi penontonnya, film bisa juga sebagai pelarian dan suatu
pelajaran yang menarik tentang sejarah, moral dan hubungan antar manusia.
Film apapun hakikatnya memiliki nilai-nilai kebaikan, walaupun
sajiannya kadang tidak transparan. Sehingga penonton tahu bahwa film pada
prinsipnya memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai tuntutan dan tontonan.
Sebagai tuntutan artinya film dituntut untuk mendidik. Sebagai hiburan, film
memiliki fungsi sosial, sekaligus membawa informasi dan sanggup
mempengaruhi selera sikap-sikap, nilai, pengertian, dan kesadaran manusia
mengenai diri dan lingkungan kehidupannya.20
Kelebihan film mampu menyajikan hiburan yang sangat memuaskan,
tanpa ada gangguan tamu, dering pesawat telepon, yang tidak dimiliki oleh
media lain. Karena menggunakan lebih dari satu panca indera, pesan yang
disampaikan pun lebih lama bertahan dalam memori komunikan. Dengan
demikian film akan menghasilkan persepsi khalayak.
2.2.2. Karakteristik Fim
Film atau motion picture ditemukan dari hasil pengembangan prinsipprinsip fotografi dan proyektor. Faktor-faktor yang dapat menunjukkan
karakteristik film adalah:21
20
Makalah Dudung Burhanudin. Dalam Skripsi Arie Iskandar, Peranan Dewan Pers Mengawasi
Media Cetak Terhadap Pornografi, Jkt-2002.
21
Siti Karlinah., dkk. Komunikasi Massa, Universitas Terbuka 2004. Hal 7.25-7.26.
17
1. Layar Yang Luas
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan
media film adalah layarnya yang berukuran luas, sehingga
memberikan keleluasaan penontonnya melihat adegan-adegan yang
disajikan dalam film.
2. Teknik Pengambilan Gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka teknik pengambilan gambar
atau shot-shot dalam film memungkinkan dilaksanakan dari jarak jauh
atau Extreme Long Shot dan Panoramic Shot, yakni pengambilan
pemandangan menyeluruh. Keduanya dipakai untuk memberikan
kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi
lebih menarik.
3. Konsentrasi Penuh
Disaat menonton film dibioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau
waktu main sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu-lampu dimatikan,
nampak didepan kita layar luas dengan gambar-gambar cerita film
tersebut. Dan dengan ruangan yang kedap suara, sehingga perhatian
kita hanya pada film.
4. Identifikasi Psikologis
Suasana digedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan larut
dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan yang sangat
mendalam,
seringkali
secara
tidak
sadar
kita
(penonton),
mengidentifikasikan atau menyamakan pribadi kita dengan salah
18
seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang
sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut
identifikasi psikologis (Effendy, 1981:192).
2.2.3. Fungsi Film
Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Tetapi sesungguhnya dalam film terkandung
fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif.22
Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979,
bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai
media edukasi untuk pembinaan generasi muda (Effendy, 1981:212).
2.2.4. Jenis-jenis Film
Film dapat dikelompokkan pada jenis :23
1. Drama
Dalam jenis ini, film yang diangkat merupakan aspek-aspek human
interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk
meresapi kejadian yang menimpa tokohnya.
2. Horor
Film horor adalah film yang menawarkan suasana yang menakutkan,
mencekam, yang membuat bulu kuduk penonton berdiri. Suasana
horror bisa dibuat dengan animasi, tergantung tema dari film itu
sendiri.
22
Ibid, hal 7.24
Jaladri Abhirama. Jenis-jenis fim. http://pti08.wordpress.com/2008/12/21/jenis-jenis-film. 21
Des 2008
23
19
3. Action
Jenis film ini bisa dikaitkan dengan film yang berisi pertarungan
secara fisik antara tokoh baik dengan tokoh jahat.
4. Komedi
Dalam film komedi, tidak harus dimainkan oleh seorang pelawak, tapi
juga bisa dimainnkan oleh pemain biasa dan selalu menawarkan
sesuatu yang bisa membuat penontonnya tertawa atau tersenyum.
5. Tragedi
Film jenis ini dititik beratkan pada cerita tentang nasib manusia,
sebuah film yang dengan akhir cerita nasib tokoh utama selamat dari
musibah.
6. Musical
Merupakan jenis film yang diisi dengan lagu-lagu maupun irama
melodis sebagai background-nya.
2.2.5 Kriteria Film Bermutu24
1. Memenuhi Trifungsi Film
Fungsi film adalah hiburan, pendidikan, dan penerangan, film itu
sendiri sudah merupakan suatu hiburan karena lasan orang menonton
film tertentu untuk mendapatkan hiburan. Jika film membawa pesan
yang sifatnya mendidik atau memberi penerangan, sudah dapat dinilai
memenuhi salah satu unsur film bermutu.
24
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung:2003, hal 226
20
2. Konstruktif
Film yang bersifat konstruktif adalah film dimana perilaku para
pemain serba positif, yang biasa ditiru oleh masyarakat terutama
remaja. Dan hal-hal yang ditiru tersebut akan memberikan dampak
positif /negatif bagi yang menontonnya.
3. Artistik-etis-logis
Film memang harus artistik, karena merupakan hasil karya seni dari
orang-orang kreatif yang terlibat didalamnya. Sebuah film harus
mengandung etika dan logis.
4. Persuasif
Film yang bersifat persuasif adalah film yang ceritanya mengandung
ajakan secara halus, dalam hal ini adalah ajakan berpartisipasi dalam
pembangunan, “national and character building” dari program
pemerintah. Seandainya film Indonesia mengandung persuasif seperti
itu, hal itu dinilai sebagai memenuhi ciri mutu yang harus dimiliki
film nasional.
2.3
Film Horor
2.3.1. Pengertian Film Horor
Film horor adalah film yang menyajikan suasana menyeramkan dan
menakutkan, yang membuat bulu kuduk penontonnya merinding. Acara-acara
yang bertema mistik terdiri dari dua peristiwa, yaitu :25
25
W. S. Winkel. Psikologi Pengajaran. Grasindo, Jakarta:1996. Hal 127
21
1. Peritiwa Faktual (reality show) seperti program yang bertemakan
dunia gaib, paranormal, praktek spiritual magis, mistik dan kontak
dengan roh.
2. Peristiwa Nonfaktual yaitu film horror.
2.3.2. Karakteristik Film Horor
Program supranatural yang bersifat non faktual dalam hal ini film horor,
bersifat mengerikan dan menimbulkan rasa takut. Dan film yang bertemakan
horor tidak mempunyai klimaks karena tidak tersusun dalam pengaluran
logis-empiris.
Film-film horor anak-anak muda cenderung monoton. Adegan-adegan
didalam film horor sejak awal sampai akhir difilm diperlakukan sama dengan
bunyi musik yang sama. Sejak awal sudah disuguhkan peristiwa-peristiwa
mengejutkan dengan iringan tata suara dan tata musik yang diulang-ulang
terus sampai film habis. Tidak dikuasai teknik cicilan dan tanjakan kejutan ke
arah klimaks.
2.4.
Pornografi Dalam Film
2.4.1. Pornografi
Secara etimologis, menurut Abu Al-Ghifari (2003:29-30), pornografi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu porne yang berarti perempuan jalang, dan
graphien yang berarti tulisan. Secara lebih luas pornografi berarti tulisan,
gambar, lukisan, tayangan, audio visual, pembicaraan, dan gerak tubuh yang
22
membuka bagian tubuh tertentu secara vulgar semata-mata untuk menarik
perhatian lawan jenis.
Didalam The Fontana Dictionary Of Modem Though (1988:668),
pornografi didefinisikan sebagai bentuk representasi (dalam literatur, film,
video, drama, seni rupa dan sebagainya). Yang tujuannya untuk menghasilkan
kepuasan seksual.26
Jika dikaitkan, ini berhubungan dengan Pornografi menurut UU RI
Nomor 44 Tahun 2008 Pasal 1 Tentang Pornografi, pornografi adalah
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk media komunikasi
dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.
Pornografi dapat menggunakan berbagai media-teks tertulis maupun
lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi). Film
porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan
dan/atau suara-suara erotik lainnya.
Konsep pornografi adalah yang paling umum dikenali karena sifatnya
yang mudah dikenal, mudah ditampilkan, dan mudah dicerna. Pornografi
adalah gambar-gambar perilaku kecabulan yang lebih banyak menonjolkan
tubuh dan alah kelamin manusia. Pornografi dapat diperoleh dalam bentuk
2626
Mulharnetti Syas, Pornografi DiMedia Massa Sebuah Tinjauan Teoritis. Jurnal ISIP, Kampus
Tercinta ISIP, Jakarta:2006, hal 36.
23
foto, poster, pamflet, gambar video, film, termasuk pula dalam bentuk alat
visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan (porno).
Pornografi dan pesan di dalamnya membentuk sikap dan mendorong
terbentuknya perilaku yang dapat merugikan individu pengguna dan keluarga
mereka. Pornografi meningkatkan dorongan perzinaan, prostitusi, dan
harapan khayali yang dapat mengakibatkan perilaku promiscuous yang
berbahaya (melakukan sesuatu tanpa memilih-milih mana yang baik mana
yang buruk).
2.5.
Khalayak Film
2.5.1. Pengertian Khalayak
Khalayak adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan
suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal (Jefkins, 1992:71).
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audien. Khalayak adalah salah satu factor dari proses
komunikasi.
Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan
masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikastor untuk mengetahui siapa
yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung.
Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut
tentang khalayaknya, yaitu:27
27
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2006. Hal 135-137.
24
1. Aspek Sosiodemografik
Khalayak dapat dilihat dari bentuk demografi melalui jenis kelamin,
usia, populasi, lokasi, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan, ideologi
dan pemilikan media.
2. Aspek Psikologi
Aspek ini memahami dari segi kejiwaan khalayak melalui emosi,
pendapat-pendapat mereka, adalah keinginan mereka yang perlu
dipenuhi, dan mereka selama ini bisa menyimpan rasa kecewa atau
frustasi.
3. Aspek Karakteristik
Aspek ini menyangkut bentuk prilaku khalayak yang perlu diketahui
yaitu, hobi, nilai dan norma,mobilitas sosial, dan prilaku komunikasi.
2.5.2. Karakteristik Khalayak
Karakteristik khalayak adalah sebagai berikut :
1. Khalayak Sebagai Penggarap Informasi
Pihak penerima pesan pada saat berhadapan dengan “ bentuk
informasi” tertentu akan melakukan decoding (pemecahan kode-kode
pesan), sehingga tidak seluruh informasi akan dapat diserap oleh si
penerima secara utuh.
25
2. Khalayak Sebagai Problem Solver
Khalayak jelas tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang
dihadapi mereka masing-masing. Mereka juga akan selalu berupaya
mencari jalan-jalan pemecahannya.
3. Khalayak Sebagai Mediator
Arus penyebaran informasi bisa melalui tahap dan barisan. Proses
penyebaran informasi yang demikian ini lazim disebut sebagai multi
step communication model (Scramm:1973).
4. Khalayak Sebagai Anggota Kelompok
Sebagai makhluk sosial, seseorang individu juga terkait oleh nilainilai kelompok yang diikutinya, baik secara formal maupun secara
informal.
5. Khalayak Kelompok
Secara sosiologis, masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok orang
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri demografis (jenis kelamin,
usia, pekerjaan, asal kesukuan, dll). Ciri lainnya yaitu nondemografis,
(nilai-nilai, ideologi, orientasi, kesukaan, atau hobi, dll). Yang berlaku
secara formal maupun nonformal.
26
2.6.
Persepsi
2.6.1. Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris, perception,
berasal dari bahasa latin, yaitu percipere, yang artinya menerima atau
mengambil.28
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)
adalah inti presepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam
proses komunikasi. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita
tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.29 Persepsilah
yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan
semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin
cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.
Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensor stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari
persepsi, dan sensansi merupakan proses menangkap stimuli melalui alat
indera.30
Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearsin dan
Paul E Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:
seleksi, organisasi, interpretasi. Yang disebut seleksi sebenarnya mencakup
sensasi dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi yang
28
Alex Sobur, Psikologi Umum. Pustaka Setia, Bandung:2003, hal 445
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung:2005, hal
168
30
Siti Mutmainah, Psikologi Komunikasi. Universitas Terbuka, Jakarta:2005, hal 42
29
27
didefinisikan sebagai “meletakkan suatu rangsangan lainnya sehingga suatu
keseluruhan yang bermakna”.31 Kita sulit membedakan sensasi dan persepsi.
Kedua hal itu sebenarnya terjadi secara serempak. Dan ketiga tahap persepsi
(sensasi, atensi, dan interpretasi) tidak dapat dibedakan secara tegas, kapan
satu tahap berakhir dan kapan tahap berikutnya mulai. Dalam banyak kasus,
ketiga tahap tersebut berlangsung nyaris serempak.
Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan
menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses ini. Tahap-tahap ini
tidaklah saling terpisah benar. Dalam kenyataannya, ketiganya bersifat
kontinu, bercampur-baur, dan bertumpang-tindih satu sama lain.32
Gambar 2.1
Proses Persepsi
Terjadinya
stimulasi alat
indera
Terjadinya
stimulasi alat
indera
Stimuli alat indera
dievaluasiditafsirkan
1. Terjadinya Stimuli Alat Indera (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama, alat-alat indera distimulasi (dirangsang). Contohnya
saat kita mendengar musik, melihat seseorang yang sudah lama tidak kita
jumpai, kita mencium parfum seseorang, kita mencicipi sepotong kue dan
saat kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat
tangan.
31
32
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung:1994, hal 51
Alex Sobur. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung:2003, hal 449
28
2. Stimulasi terhadap Alat Indera Diatur
Rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah
satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proximity atau
kemiripan; orang atau pesan secara fisik mirip satu sama lain,
dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan (unity). Prinsip
lainnya
adalah
kelengkapan
(closure);
kita
memandang
atau
mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang lengkap. Sebagai contoh,
kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran sebagai lingkaran
penuh meskipun sebagian dari gambar itu tidak ada.
3. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi
Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi. Kita menghubungkan kedua
istilah ini untuk menugaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan.
Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan
luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,
kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya,
keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
Rangsangan atau stimuli yang muncul dari Film Tali Pocong Perawan,
timbul karena adanya unsur pornografi yang didalamnya. Dari peran yang
dimainkan, pakaian yang dikenakan, dan yang terutama adalah adeganadegan porno yang ada didalam film ini. Secara keseluruhan, isi dari film Tali
Pocong Perawan cukup banyak memberikan stimuli kepada khalayak film
yang menonton, sehingga perhatian penuh pada film ini tidak berkurang.
29
2.6.2. Faktor-faktor Yang Membentuk Persepsi
Proses persepsi dijelaskan oleh para filsuf dan psikolog bahwa manusia
secara ilmiah ingin mengetahui dunia diluar dirinya dan seberapa tepat
meraka menggambarkannya. Pengalaman tersebut sangat bergantung pada
alat indra. Tanpa alat indra, tidak ada kontak dengan dunia luar.33
Meskipun banyak stimuli berbeda-beda yang sampai kepada kita tentang
masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatasnya pada saatsaat tertentu. Pemusatan persepsi ini disebut “perhatian”. Atensi atau disebut
juga perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Ada dua faktor yang bisa menarik atensi atau perhatian seseorang, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal contohnya seperti
gerakan-gerakan yang mengundang perhatian, intensitas stimuli, kebaruan
(novelty) suatu program acara, dan perulangan.34
Sedangkan faktor internal terbagi dua, yaitu faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Faktor biologis contohnya rasa lapar, rasa haus, rasa kantuk,
dan sebagainya. Sedangkan faktor sosiopsikologis contohnya kebudayaan,
pengalaman, pendidikan, kebiasaan, tingkat kehidupan, dan sebagainya.
Karena itulah persepsi tiap orang berbeda-beda, karena tiap orang tidak
memiliki faktor-faktor tersebut diatas yang sama. Bahkan seorang anak
33
Aliuf Sabri, op.cit., hal 448
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, edisi revisi. Remaja Rosdakarya, Bandung:1994. Hal
52-53
34
30
kembarpun bisa memiliki persepsi yang berbeda. Persepsi itu bersifat
kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu pesan yang terjadi diluar sana
dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi diluar
dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita.
Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu
aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan,
terutama penafsiran atas suatu rangsangan agama, ideologi, tingkat
intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktor
internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu realitas.
Dengan demikian, persepsi itu terikat oleh budaya (culture-bound).35
Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek, atau lingkungan bergantung
pada sistem nilai yang kita anut.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, mengemukakan enam unsur
budaya
yang
secara
langsung
mempengaruhi
persepsi
kita
ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yakni:
1. Kepercayaan (beliefs), nilai (values), dan sikap (attitudes)
2. Pandangan dunia (worldviews)
3. Organisasi social (social organization)
4. Tabiat manusia (human nature)
5. Orientasi kegiatan (activity orientation)
6. Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others).
35
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi ; Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya, Bandung:2000. Hal
214
31
Banyak sekali faktor yang membuat suatu persepsi berbeda-beda dari
setiap individu. Faktor biologis, faktor sosiopsikologis, atau faktor budaya,
ternyata juga menjadi penyebab persepsi berbeda-beda. Berbagai faktor akan
mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Faktor ini meliputi
organisasi personal-psikologi individu seperti potensi biologis, sikap, nilai,
kepercayaan, serta bidang pengalaman, kelompok-kelompok sosial dimana
individu menjadi anggota, dan hubungan-hubungan interpersonal pada proses
penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.
2.7.
Teori S-O-R36
Efek atau pengaruh telah menjadi pusat perhatian bagi berbagai pihak
dalam masyarakat yang melalui pesan-pesan yang hendak disampaikannya
berusaha untuk menjangkau khalayak yang diinginkan. Oleh karenanya
mereka akan berusaha untuk menemukan saluran yang paling efektif untuk
mempengaruhi audience.
Prinsip stimulus-respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar
yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu.
Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan
sesuatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience.
Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: (a) pesan (stimulus); (b)
penerima/receiver (organisme); dan (c) efek (respons).
36
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta 2002, Hal
5.14
32
Prinsip stimulus-respon ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik,
teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat
berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang
disuntikkan kedalam pembuluh darah audience, yang kemudian diasumsikan
akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dibalik konsep ini sesungguhnya
terdapat dua pemikiran yang mendasarinya:
1. Gambaran mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi
dari individu-individu yang relatif terisolasi (atomized) yang bertindak
berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh
kendala dan ikatan sosial.
2. Suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah
sedang melakukan kampanye untuk memobilisasi perilaku sesuai dengan
tujuan dari berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Download