SUBTANSI PROPOSAL PENELITIAN JUDUL Analisis Rantai Pasok Makanan Halal di Indonesia LATAR BELAKANG Peningkatan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebesar 244,814,900 orang dari tahun 2013 sebesar 242,013,800 orang (proyeksi populasi Badan Statistik Indonesia) akan berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan. Seperti data yang diungkapkan oleh Staf Ahli Menteri Bidang kreativitas dan Inovasi Teknologi Maruhum Batubara, bahwa kebutuhan pangan Indonesia dibutuhkan produksi 10 juta ton/tahun pada tahun 2014. Dengan peningkatan ketahanan pangan oleh karena itu diperlukan upaya dan terobosan dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut mulai dari efisiensi dan efektifitas produksi, rantai pasok hingga manajemen pemasaran yang baik. Ketahanan pangan dapat didefinisikan dengan tiga kriteria: ketersediaan (memiliki cukup pasokan di lokasi di mana ia dituntut), akses (mampu membeli pasokan itu), dan stabilitas (untuk pergi akses ke pasokan yang memadai) (Mulyo Aji 2010). Pemerataan distribusi pangan merupakan hal yang sangat penting agar dapat mempertemukan kebutuhan (demand) dengan produk (product) ketersediaan pasokan, akses dan stabilitas yang memadai dapat dicapai. Industri makanan menjadi sistem yang saling berhubungan dengan berbagai macam hubungan yang kompleks, tercermin di pasar oleh pembentukan (virtual) jaringan rantai pasok persediaan pangan melalui aliansi, kerjasama horizontal dan vertikal, integrasi ke depan dan integrasi ke belakang dalam pasokan rantai dan inovasi yang berkelanjutan (Buelens et al. 2004). Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasok adalah perencanaan terpadu, koordinasi dan kontrol dari semua proses bisnis dan kegiatan dalam rantai pasokan untuk memberikan nilai (value) konsumen yang superior setidaknya biaya rantai pasokan secara keseluruhan sementara memenuhi persyaratan variabel pemangku kepentingan lainnya dalam pasokan rantai (misalnya pemerintah dan organisasi non pemerintah/non-governmental organization) (Van der Vorst 2000). Rantai pasokan tidak hanya mencakup produsen dan pemasok, tetapi hubungan itu meliputi hubungan secara horizontal yaitu pemasok (supplier), pabrik pembuat barang (manufacturer), pedagang besar (distributor), pengecer (retailer) dan pelanggan (customer), dan juga hubungan vertikal yaitu pembeli (buyer), pengangkut (transporter), penyimpan (warehouse), penjual (seller) dan seterusnya (Chopra dan Meindl 2001). Dalam definisi SCM proses bisnis mengacu pada keteraturan struktur dan keterukuran serangkaian kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan output yang ditentukan untuk pelanggan tertentu atau pasar (Davenport 1993). Dalam manajemen rantai pasok proses bisnis itu sendiri terkait juga dengan pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan costumer (Chopra dan Meindl 2001). Nilai (value) tidak lain adalah kesanggupan konsumen untuk membayar apa yang perusahaan sediakan (produksi) yang akhirnya berkaitan dengan total pendapatan yang didapat oleh perusahaan. Konsep "kegiatan nilai tambah (value-added activity) " berasal dari "(value chain)" yang mencirikan nilai yang diciptakan oleh suatu kegiatan dalam kaitannya dengan biaya mengeksekusinya (Porter 1985). Peningkatan nilai (value creation) dalam sistem manajemen rantai pasok (supply chain management) merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sistem distribusi. Dari tinjauan literatur, SCM dan ketahanan pangan memiliki kepentingan bersama dalam keunggulan kompetitif (competitive advantage) perusahaan yang membentuk sebuah industri. Rantai suplai makanan halal menerapkan prinsip yang sama seperti rantai pasokan konvensional dengan pengecualian khusus pada jenis produk yang telah ditangani. Rantai suplai makanan halal melibatkan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian aliran yang efisien dan penyimpanan produk bersertifikat Halal dari sumber ke titik permintaan (Che Man et al. 2007). Hal ini dapat juga disebut proses pengelolaan pengadaan, gerakan, penyimpanan dan penanganan produk makanan melalui organisasi dan rantai pasokan sesuai dengan prinsip-prinsip umum hukum Syariah (Tieman 2009). Dengan demikian kebijakan dan SCM memiliki fokus umum pada peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan individual dalam suatu industri. Tuntutan konsumen akan kualitas produk makanan yang dikonsumsi lebih tinggi semakin meningkat. Di samping meningkatnya kesadaran konsumen akan produsen makanan halal, konsumen juga memilih makanan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, keyakinan, dan budaya. Hal ini sejalan dengan isi dari UU No 18 Tahun 2012 tentang keamanan pangan, dimana keamanan pangan didefinisikan sebagai makanan yang tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan manusia (Harsi 2013). Selain itu, orang-orang yang memilih gaya hidup sehat terutama berkaitan dengan makanan yang mereka konsumsi mulai beralih pada produk makanan halal, yang sudah dikenal bahan bersih dan kandungan bahan yang aman. Dengan demikian, makanan halal memiliki potensi untuk pasar yang lebih luas dari penduduk dunia, tidak hanya bagi konsumen Muslim (Sungkar 2008). Konsumen makanan halal terutama dari populasi Muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan lain-lain sekarang lebih sadar dan memiliki pendidikan yang lebih baik dalam pembelian konsumsi makanan sehari-hari mereka. Mereka tidak hanya menyangkut tentang bahan-bahan makanan apakah itu halal atau tidak, tetapi juga ingin tahu tentang semua kegiatan yang terlibat di sepanjang rantai pasokan apakah produk yang mereka beli benar-benar Halal sepanjang rantai pasok dari bahan baku (raw material) hingga ke tangan konsumen (Jaafar et a. 2011). Peningkatan kualitas ini sejalan dengan persiapan kita menghadapi persaingan yang lebih ketat pada ASEAN Economic Community (AEC) 2015 nanti, dimana aliran barang masuk secara bebas (free flow of goods) dengan nenghapuskan segala hambatan baik itu dalam tarif, non-tarif maupun pada fasilitas perdagangan. Pengukuran kinerja memenuhi peran penting dalam pengembangan rantai pasokan karena dapat mengarahkan desain dan manajemen rantai terhadap kinerja yang diperlukan (Van Der Vorst 2005). Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung penetapan tujuan, mengevaluasi kinerja dan menentukan program ke depan pada tingkat strategis, taktis dan operasional. Untuk memenuhi tujuan, output dari proses harus diukur dan dibandingkan dengan suatu standar. Dalam rangka untuk dikendalikan, nilai-nilai parameter proses harus dijaga dalam batas yang ditetapkan dan relatif konstan. Hal ini akan memungkinkan perbandingan nilai parameter yang direncanakan dan aktual dan mengambil langkah-langkah reaktif tertentu dalam rangka meningkatkan kinerja atau menyelaraskan kembali nilai dipantau dari nilai yang telah ditetapkan (Gunaseakaran et al. 2004). Karena rantai pasokan adalah dengan definisi koleksi beberapa pihak dengan masing-masing tujuan khusus mereka sendiri (dan nilai-nilai dan norma-norma) banyak upaya yang harus dimasukkan ke dalam pengembangan seperti pengambilan keputusan bersama, tujuan bersama, Key Performance Indikator (KPIs) bersama, dll. Dari penelitian-penelitian tersebut penulis belum menemukan penelitian yang berfokus pada pengukuran kinerja rantai pasok makanan halal yang dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja rantai pasok perusahaan makanan halal di Indonesia, dengan mengukur pada beberapa indikator meliputi kinerja perusahaan, kinerja dalam menerapkan penjaminan halal di setiap rantai pasoknya, dan juga kinerja dan hubungan antara perusahaan dengan pemasok (supplier) serta kinerja dan hubungan antara perusahaan dengan konsumen. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan perusahaan makanan berbahan baku hewani dan non-hewani dalam kaitannya terhadap kinerja rantai pasok produk makanan halal. Luaran/output dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan diterapkan untuk memperbaiki dan menciptakan nilai pada manajemen rantai pasok makanan halal untuk industri/perusahaan di Indonesia agar dapat bersaing dalam menghadapi tuntutan konsumen dan persaingan yang lebih ketat saat ASEAN Economic Community (AEC) 2015. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Mempelajari gambaran umum rantai pasok perusahaan makanan halal di Indonesia. 2. Mempelajari profil perusahaan makanan halal di Indonesia, berdasarkan 2 kategori; makanan olahan berbasis hewani (animal based processed food), makanan olahan non-hewani (animal free processed food). 3. Mengukur kinerja operasi rantai pasok perusahaan. 4. Membandingkan kinerja rantai pasok makanan olahan hewani (animal based processed food) dan makanan olahan non-hewani (animal free processed food). TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan penulis, sebagian besar makalah ilmiah yang ditemukan dalam industri Halal mayoritas berfokus pada sisi konsumen terutama dalam sikap dan perilaku lapangan. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Wan Omar, Muhammad dan Omar pada tahun 2008 berfokus pada sikap konsumen Muslim terhadap produk makanan halal. Studi yang dilakukan di Kelantan, salah satu negara bagian di Malaysia, menemukan faktor-faktor seperti bahan-bahan produk, kepemilikan, faktor pemasaran terkait dan bersertifikat logo Halal memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap konsumen terhadap produk makanan halal sedangkan faktor pengolahan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap konsumen terhadap produk makanan halal. Adapun yang berkaitan dengan manajemen rantai pasok diantaranya Marco Tieman tahun 2011, Penerapan Halal di Supply Chain Management : In- Depth Interviews yang diterbitkan dalam Journal of Marketing Islam menyatakan bahwa produk dan pasar karakteristik adalah variabel penting dalam manajemen rantai pasokan Halal. Dia menyarankan bahwa saat ini, ada kebutuhan untuk mengembangkan model yang dapat dikerjakan yang mampu menggambarkan dan mengoptimalkan rantai pasokan Halal yang ada. Menurut dia, rantai pasokan Halal berkelanjutan harus menjadi rantai pasokan yang kuat yang berusaha untuk kerentanan yang lebih rendah untuk kontaminasi Halal. Dari sisi pengukuran perfomansi sendiri beberapa penelitian yang sebelumnya seperti Van Der Vorst tahun 2006 menyebutkan, pengukuran kinerja memenuhi peran penting dalam pengembangan rantai pasokan karena dapat mengarahkan desain dan manajemen rantai terhadap kinerja yang diperlukan. Ini adalah instrumen kunci untuk mendiskusikan dan mengevaluasi efektivitas (potensial) rantai kemitraan. Sejalan dengan studi literatur yang dilakukan oleh Zulfakar tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa penelitiannya merupakan analisis kritis terhadap literatur yang ada di daerah rantai pasokan halal, khususnya rantai suplai makanan Halal. Dari penelitian ini, kerangka kerja konseptual telah diusulkan yang menggabungkan faktor-faktor seperti traceability, spesifisitas aset, sistem jaminan mutu dan kepercayaan dan komitmen dan hubungannya terhadap meningkatkan halal integritas rantai suplai makanan. Penelitian Lai et al. yang dilakukan tahun 2002, mengidentifikasi tiga dimensi kinerja rantai pasokan dalam transportasi logistik. Mereka adalah dimensi efektivitas layanan untuk pengirim, efisiensi operasional dan efektivitas layanan untuk penerima barang. Dalam dimensi ini mereka mengidentifikasi empat indikator kinerja seperti daya tanggap, kehandalan, biaya dan aset. Sementara itu dari penelitian lainnya yang dilakukan Gunasekaran et al. tahun 2001 mengembangkan sebuah model konseptual untuk kinerja rantai pasokan pada tiga tingkatan: strategis, taktis dan operasional untuk menetapkan indikator kinerja rantai yang akan membantu menetapkan standar dan menilai perubahan dari waktu ke waktu, tetapi hanya jika semua tahap dalam rantai pasokan bertujuan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama sama. Penelitian Lai et al. (2002) menggunakan model untuk mengevaluasi kinerja rantai pasokan dengan mengidentifikasi tiga dimensi kinerja supply chain dalam transportasi logistik, yang efektivitas layanan untuk pengirim, efisiensi operasional, dan efektivitas layanan untuk penerima barang. Berdasarkan tiga dimensi instrumen pengukuran kinerja rantai pasokan 26-item dibangun, yang diuji secara empiris dan terbukti dapat diandalkan dan valid untuk mengevaluasi kinerja rantai pasokan dalam bidang logistik.