BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak memiliki daya adaptasi yang berbeda sesuai perkembangannya. Anak akan mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan sehari-hari dan anak-anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, 2005). Banyak anak mengalami sakit dalam jangka waktu yang singkat maupun dalam kurun waktu lama. Keadaan sakit mungkin disertai dengan pembatasan aktivitas harian, disabilitas fisik, serta pengobatan dan perumahsakitan berulang dan sering menyakitkan. Keadaan sakit dan pengobatannya merupakan pengalaman yang sudah dapat diperkirakan akan mengesalkan bagi anak. Apabila anak sakit, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan optimal sesuai dengan usianya (Supartini, 2002). Hal ini dikarenakan keadaan sakit dan pengobatan menunjukkan stresor potensial (Rudolph, 1995). Hospitalisasi pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi banyak faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru, keluarga yang mendampingi selama perawatan serta prosedur segala tindakan invasif. Universitas Sumatera Utara Tindakan invasif adalah sebuah tindakan medis yang memiliki sifat merusak keutuhan jaringan tubuh. Tindakan invasif dapat berupa pemberian obat melalui penyuntikan, pemasangan infus, pengambilan spesimen darah dan jaringan, serta pembedahan. Tindakan invasif sering mengakibatkan nyeri dan dan menimbulkan bekas. Saat anak mengalami hospitalisasi tindakan invasif diberikan oleh perawat dalam asuhan mandiri atau kolaborasi dengan dokter. Akibat sakit dan di rawat di rumah sakit, anak akan bereaksi terhadap rasa nyeri dengan menyeringai wajah, menangis, mengatupkan gigi, membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif seperti menggigit, menendang, memukul, atau berlari keluar (Nursalam, 2005) serta kehilangan kebebasan pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan mengakibatkan anak kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal (Nursalam, 2005). Dengan adanya pengalaman nyeri atau bekas yang diakibatkan tindakan invasif menyebabkan adanya interaksi yang sulit karena timbul ekspresi emosi seperti kemarahan, kecemasan, depresi serta respon terhadap krisis. Situasi seperti ini dapat mengganggu proses pemberian intervensi. Dalam bidang keperawatan, komunikasi penting untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Purwanto, 1994). Komunikasi juga dapat memberikan pertukaran informasi dan dukungan emosional pada saat mengalami stress (Elliot & Wright, 1999). Universitas Sumatera Utara Perawat yang menangani anak harus memiliki kemampuan melakukan pendekatan dengan berkomunikasi. Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam praktik keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien sehingga komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik. Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan (Fanny, 2011), ditemukan sebesar 39% perawat kurang komunikatif dengan pasien dan sebesar 31% perawat kurang perhatian dengan pasien. Berdasarkan paparan di atas saya tertarik membahas komunikasi terapeutik perawat pada saat memberikan tindakan invasif dimana kondisi emosi anak yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini saya ingin meneliti komunikasi terapeutik perawat dalam memberikan tindakan invasif pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan tubuhnya. Masa usia sekolah kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila dihadapkan pada masalah baru. Mereka membutuhkan penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi tidak butuh pengesahan dari tindakan yang dilakukan. Pada masa ini anak sudah memahami penjelasan sederhana dan mampu mendemonstrasikannya. Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan jenis penyakit yang membutuhkan tindakan invasif karena merupakan salah satu rumah sakit rujukan dan rumah sakit pendidikan. Universitas Sumatera Utara 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimana komunikasi terapeutik perawat pada anak usia sekolah yang mendapatkan tindakan invasif di RSUP. H. Adam Malik Medan? 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran komunikasi terapeutik perawat saat memberikan tindakan invasif pada anak usia sekolah di RSUP. H. Adam Malik Medan. 4. Manfaat Penelitian 4.1. Pendidikan Keperawatan Penelitian bermanfaat menjelaskan konsep, teknik dan praktik komunikasi terapeutik perawat ketika memberikan tindakan invasif terkhusus saat menghadapi anak usia sekolah guna menurunkan traumatic hospitalisasi pada anak. 4.2. Praktik Keperawatan Penelitian bermanfaat untuk meningkatkan motivasi perawat untuk mengaplikasikan komunikasi terapeutik kepada anak guna mempermudah pemberian tindakan invasif dan intervensi lainnya sehingga mempercepat proses penyembuhan anak dan peningkatan pelayanan mutu keperawatan. 4.3. Institusi Rumah Sakit Penelitian dapat memberikan gambaran praktik komunikasi terapeutik perawat pada anak usia sekolah yang mendapat tindakan invasif sehingga menjadi tolak ukur dalam peningkatan mutu pelayanan perawatan. Universitas Sumatera Utara 4.4. Penelitian Keperawatan Penelitian ini membantu memperjelas bahwa komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah yang mendapat tindakan invasif memiliki metode yang berbeda dengan usia perkembangan anak lainnya. Universitas Sumatera Utara