BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan terhadap terwujudnya Good Corporate Governance di setiap sektor (publik dan swasta), kini semakin gencar. Tuntutan ini memang sangat wajar. Mengingat banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi yang dahsyat di negeri ini, ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan perusahaan pada sebagian besar pelaku ekonomi (publik dan swasta) di Indonesia. Menurut hasil riset Mckinsey & Company tentang praktik Good Corporate Governance di tujuh negara Asia (Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, Filipina, Thailand, dan Indonesia), ternyata Indonesia berada pada posisi terbawah. Menurut Mckinsey pula, investor bersedia membayar premium 27% jika perusahaan di Indonesia bersedia menerapkan Good Corporate Governance. Sementara itu, Political & Economic Risk Consultancy, lembaga riset yang berkantor pusat di Hongkong menempatkan Indonesia sebagai negara terburuk kedua dalam Good Corporate Governance dengan skor 8,33 pada tahun 2001 dan 8,29 pada tahun 2000 (skor 0 sebagai yang terbaik dan skor 10 yang terburuk). BEJ juga melakukan penilaian mengenai penerapan Good Corporate Governance terhadap perusahaan publik yang diurut BEJ setiap tahunnya, serta The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang menyelenggarakan survei Corporate Governance Perception Index, hasilnya adalah masih sedikit perusahaan yang telah melewati standar penerapan Good Corporate Governance. Hasil survei di atas cukuplah memberi pertanda bahwa sudah saatnya perusahaan-perusahaan di Indonesia didorong untuk segera memperbaiki kualitas penerapan Good Corporate Governance-nya. Kini telah terbentuk lembagalembaga yang mendorong penerapan Good Corporate Governance di Indonesia, seperti The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), dan badan- 1 Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 2 badan regulator seperti BEJ, BAPEPAM, IAI, bahkan kini sudah terbentuk Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Penerapan praktik-praktik pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) akan menciptakan insentif internal yang efektif bagi manajemen perusahaan dan penggunaan sumber daya yang efisien, sehingga mendorong terbentuknya kepercayaan investor, dan masuknya arus modal yang mendorong pulihnya perekonomian baik secara makro maupun mikro. Dari sekian banyak perusahaan hanya BUMN yang dinilai lebih siap mewujudkan Good Corporate Governance. Karena BUMN dinilai berhasil melakukan penelitian mengenai Good Corporate Governance sejak 1995 dan menerapkannya secara fleksibel. BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini, dipersiapkan untuk menghadapi tantangan kompetisi global dunia usaha yang semakin berat. Misi BUMN sebagai sumber penerimaan negara, stabilisator , dinamisator, dan motivator pembangunan dituntut untuk memainkan peranan utama dalam pembangunan nasional. BUMN diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan kegiatannya, sehingga menjadi unit usaha yang sehat dan memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan interaksinya dengan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus peka terhadap setiap perkembangan dan perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan dunia usaha. Sehingga profesionalisme BUMN di segala bidang terus meningkat, baik dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan, maupun dalam bidang pengendalian dan pengawasan. Keadaan ini mendorong berkembangnya dunia usaha ke arah yang lebih baik, sehingga banyak perusahaan baik pada sektor usaha swasta maupun sektor BUMN berkembang menjadi perusahaan besar dengan aktivitas yang sangat kompleks. Sesuai dengan keadaan di atas maka Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengeluarkan Surat Keputusan No.KEP.117/M.MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 3 Salah satu BUMN yang bergerak dalam sektor pelayanan jasa asuransi yang pada saat ini perkembangannya juga pesat serta perlu pengelolaan manajemen yang baik dan profesional adalah PT ASKES (PERSERO) Regional V Jawa Barat. Pengelolaan PT ASKES (PERSERO) perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan yang berarti harus meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. Setiap organisasi perusahaan mempunyai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, pihak manajemen PT ASKES (PERSERO) perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut atas kinerja perusahaan agar kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat mengurangi bahkan meniadakan terjadinya kesalahan, kecurangan, serta penyimpangan. Maka diperlukan audit untuk menilai dan mengevaluasi kesemuanya tersebut. Selama ini kita mengenal dua konsep utama auditing, yaitu Financial Audit dan Operational Audit. Namun tentunya, kita tidak bisa menampikkan begitu saja konsep-konsep audit lainnya, seperti: audit forensik, audit lingkungan, audit investigatif, dan sebagainya. Financial audit terkait dengan masalah kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Hasil akhirnya berupa laporan keuangan yang telah diberi opini. Sementara operational audit, terkait dengan efisiensi dan efektifitas organisasi. Hasil akhirnya biasanya berupa rekomendasi yang mengarah pada perbaikan kinerja perusahaan. Ukuran yang digunakan biasanya berupa tingkat profitabilitas yang dihasilkan manajemen. Hasil rekomendasi dari operational audit lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat teknis operasional perusahaan. Sebagai misal, rekomendasi terhadap sistem dan prosedur kerja, biaya operasional, dan kinerja manajer perusahaan. Tolok ukurnya adalah sejauh mana operasional perusahaan mampu mengenerate income sebesar-besarnya. Dengan demikian, jika rasio input Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 4 dibandingkan dengan output dapat diperkecil, atau rasio output dibandingkan dengan input semakin tinggi, maka ini berarti bahwa pengelolaan operasi perusahaan telah berjalan dengan benar. Kelemahan audit operasional adalah akhirnya ia mengabaikan aspek-aspek di luar kepentingan perusahaan. Sebagai contoh, bagaimana cara perusahaan memperoleh keuntungan (laba)?. Apakah diperoleh melalui monopoli atau secara kompetisi?. Kemudian, jika diperoleh melalui monopoli, apakah monopoli tersebut terjadi karena proses alamiah (kompetisi) atau “Hadiah” dari pemerintah (karena faktor kedekatan dengan kekuasaan)?. Perhatian terhadap aspek-aspek ini memang tidak bisa diabaikan oleh profesi akuntan. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang tibatiba dicap tidak sehat, misalnya karena dituduh menjalankan praktik bisnis yang tidak sehat (misalnya monopoli). Terlebih lagi dalam era seperti ini, persoalan monopoli telah menjadi perhatian serius oleh DPR dan pemerintah dengan telah dikeluarkannya undang-undang No.5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikian, transparansi sebuah perusahaan tidak hanya diwujudkan melalui publikasi laporan keuangan, tetapi juga harus memasukkan ada atau tidaknya indikasi unsur-unsur perilaku bisnis yang tidak sehat. Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, yaitu: 1. Sunarsip, staf pengajar Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Corporate Governance Audit: Paradigma Baru Profesi Akuntansi dalam mewujudkan Good Corporate Governance (Media Akuntansi, No.17/TH.VII/April-Mei 2001), beliau mengeksplorasi sejumlah kekurangan profesi akuntan yang selama ini banyak menjadi sorotan masyarakat, terutama perannya dalam mewujudkan good governance. 2. Tri Setiadji (Universitas Padjadjaran, 2002), dengan judul Pengaruh Sikap Audit Internal tentang Peran Profesi Audit Internal terhadap perwujudan Good Corporate Governance dalam Perusahaan. (Suatu survei mengenai sikap audit internal yang bekerja pada tiga BUMN di Bandung). Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 5 Penelitian ini lebih mengeksplorasi peran profesi auditor dalam mewujudkan Good Corporate Governance dan menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara sikap audit internal tentang peran profesinya terhadap perwujudan GCG dalam perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Good Corporate Governance. Berdasarkan hal tersebut, penulis menuangkan tulisan ini dengan judul: “ KORELASI ANTARA PELAKSANAAN AUDIT OPERASIONAL DENGAN PERWUJUDAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT ASKES (PERSERO) REGIONAL V JAWA BARAT “ 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan audit operasional perusahaan. 2. Bagaimana perwujudan GCG di perusahaan. 3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara pelaksanaan audit operasional dengan perwujudan GCG. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jauh mengenai keterkaitan audit operasional dan penerapan GCG di dalam perusahaan tersebut. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan audit operasional perusahaan. 2. Untuk mengetahui perwujudan GCG di perusahaan 3. Untuk mendapatkan gambaran kuantitatif mengenai adanya hubungan positif antara pelaksanaan audit operasional dengan perwujudan GCG. Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 1.4. 6 Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Bagi Pengembangan Ilmu Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian di atas, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan permasalahan ini. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis tentang audit operasional dan konsep GCG serta bermanfaat dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah ke dalam praktek kerja. 1.4.2. Kegunaan Operasional Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dalam rangka menuju kelangsungan hidup perusahaan yang lebih baik lagi. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai pelaksanaan audit operasional dengan konsep GCG. 1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Paradigma Penelitian Dalam situasi krisis ekonomi yang hingga kini belum kunjung berakhir, penerapan GCG menjadi suatu aspek vital dalam upaya mempertahankan kelangsungan aktivitas perusahaan. Banyaknya pihak saat ini mensyaratkan adanya praktek-praktek pengelolaan perusahaan yang baik dalam melakukan hubungan bisnis dengan mitra kerjanya, terlebih lagi para pemodal dan pemberi kredit. Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur hak dan kewajiban para pihak yang berperan dan terkait dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), seperti yang dikutip oleh majalah Manajemen Manusia edisi Juli 2000, definisi dari Corporate Governance adalah: Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 7 “Corporate Governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, manager, shareholders, and other stakeholders, and spells out rules and procedures for making decisions on corporate affairs”. (OECD, April 1999). Untuk dapat melaksanakan GCG harus dipenuhi prinsip-prinsip dasarnya. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh OECD menunjukkan bahwa terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya GCG, yaitu: 1. Kewajaran (Fairness) Adanya kejelasan hak-hak kepemilikan bagi pemodal serta sistem hukum dan penegakan peraturan-peraturan untuk melindungi hak-hak para pemegang saham terutama bagi pemegang saham minoritas. 2. Transparansi/Keterbukaan (Transparency/Disclosure) Perusahaan harus secara regular dan tepat waktu dalam menyediakan informasi yang cukup dan akurat kepada para stakeholder nya. 3. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas dapat dicapai melalui pengawasan efektif yang mendasarkan pada keseimbangan kekuasaan antara direksi dan staf, pemegang saham, komisaris, dan auditor. Keseimbangan peran antara manajemen, pemegang saham, komisaris, dan auditor sangat penting dalam menciptakan pengelolaan yang baik pada suatu perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah pembatasan kekuasaan antara manajer perusahaan yang bertanggung jawab dalam kegiatan operasional sehari-hari dengan pemegang saham yang dalam hal ini diwakili oleh dewan komisaris. 4. Tanggung Jawab (Responsibility) Perusahaan mempunyai tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Manajemen harus berupaya memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku bagi perusahaannya sesuai dengan bidang industrinya masing-masing. Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut: Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 8 1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing; 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah; 3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan; 4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan; 5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. Menurut David Melvill, President Chartered Institute of Management Accounting, ada beberapa keuntungan dengan penerapan GCG antara lain adalah untuk mengurangi resiko, membantu menjamin kepatuhan dengan peraturan yang ada, meningkatkan kepemimpinan di dalam perusahaan, memacu kinerja, membantu perusahaan dalam upaya go public, meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, dan akuntabilitas sosial yang akan terungkap secara jelas. Audit operasional yang dikenal dengan berbagai istilah yaitu: management auditing, value for money auditing, performance auditing, comprehensive auditing, dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuan operasi suatu perusahaan. Audit operasional merupakan suatu pengujian yang independen atas bukti yang obyektif, yang dilakukan oleh personil yang kompeten, untuk menentukan apakah auditee mampu membantu perusahaan mencapai kebijakan dan tujuannya memenuhi kewajiban kontraktual dan legal, mempunyai sistem manajemen dan secara efektif mengimplementasikan sistem tersebut. Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi yang lebih besar, efektifitas dan ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain. Kebanyakan perusahaan mempunyai alat untuk melakukan audit keuangan oleh kelompok audit internal, akan tetapi masih sedikit perusahaan yang sebenarnya melaksanakan audit operasional. Audit operasional adalah berpandangan ke depan (forward-looking), untuk melihat bagaimana baiknya manajemen mencapai tujuannya dan untuk melihat kesulitan operasional sebelum fakta (before the fact), daripada setelah fakta (after the fact) seperti dalam suatu audit keuangan. Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 9 Audit operasional secara berkala dapat menunjukkan masalah ketika masalah tersebut masih berskala kecil. Manfaat kedua adalah bahwa audit operasional merupakan alat manajemen untuk membantu organisasi mencapai tujuan yang diinginkan. Bila manajer tertentu tidak efektif dalam posisi mereka pada saat sekarang, maka tindakan korektif yang tepat dapat dilakukan. Manfaat ketiga dari teknik audit operasional adalah bahwa ia merupakan penilaian yang obyektif berdasarkan bukti faktual yang dapat ditelusuri untuk pemecahan masalah. Menurut A.Steven (Mei-Juni, 1973:10), dinyatakan bahwa: “Pemeriksaan operasional adalah penggunaan pengetahuan umum, atau teknik audit yang logis dari sudut pandang manajemen, dan menerapkannya pada tujuan perusahaan, pengendalian, komunikasi, dan sistem informasi auditor lebih menitikberatkan pada siapa, apa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana menjalankan usaha yang efisien dan menguntungkan daripada hanya aspek akuntansi dan keuangan dari fungsi usaha.” Sedangkan menurut D.A Phyrr (1969:19), mendefinisikan : “Pemeriksaan operasional adalah suatu penelaahan dan penilaian dari efisiensi dan efektifitas serta prosedur operasi. Pemeriksaan operasional memberikan perhatian pada menemukan masalah operasi dan memberitahukannya kepada manajemen puncak, akan tetapi tujuan utama sebenarnya menyelesaikan masalah dengan memberikan rekomendasi tindakan yang realistis kepada manajemen.” Dalam praktik, cara yang terbaik untuk melaksanakan suatu audit operasional adalah melakukan suatu audit yang terpisah dari setiap fungsi manajemen utama. Dengan demikian, tujuan audit operasional dapat dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Rob Reider (1999,6), yaitu: “Operational review procedures embrace the concepts of conducting operation for economy, eficiency, and effectiveness.” Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam kerangka pemikiran dari gambar 1.1 dan tabel 1.1 di bawah ini yang menjelaskan tentang hubungan antara Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 10 pelaksanaan audit operasional dengan perwujudan Good Corporate Governance yang terdapat dalam bagan kerangka pemikiran penelitian ini. Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 11 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Audit Operasional Good Corporate Governance Komponen Pelaksanaan Audit Operasional Independensi Kemampuan Profesional Lingkup Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Audit Pengelolaan Bagian Audit Operasional Pelaksanaan Audit Operasional Transparancy Fairness Responsibility Transparancy Accountability Fairness Responsibility Accountability Transparancy Responsibility Accountability Perwujudan Good Corporate Governance Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N Tabel 1.1 Pelengkap Bagan Kerangka Pemikiran Komponen Audit Operasional Pelaksanaan Audit Operasional 1. Independensi Independen harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi tersebut dalam memenuhi tanggung jawabnya dan memiliki sikap mental yang obyektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest). (SPAI, IAI) Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. (SPAI, IAI) 2. Kemampuan Profesional 12 Kaitan antara Pelaksanaan Audit Operasional dengan Perwujudan Good Corporate Governance Konsep GCG Dengan pelaksanaan yang pemeriksaan audit dipengaruhi operasional yang adalah independen dan bersikap obyektif, tanpa dibatasi Transparency (I Nyoman oleh ruang lingkup Tjager, 2003) perusahaan, internal auditor dapat melakukan pemeriksaan intern secara bebas, teliti, dan hati-hati. Sehingga auditee memberikan informasi kepada internal auditor secara transparan. Perwujudan Good Corporate Governance Konsep GCG yang dipengaruhi adalah Fairness dan Responsibility. (I Nyoman Tjager, 2003) Auditor internal yang profesional dan ahli dalam bidangnya akan menjadi mitra stratejik yang akan membuat justifikasi dengan seimbang sehingga auditor internal dapat memberikan masukan atau kontribusi secara wajar sehingga auditee termotivasi untuk bertindak adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan korporasi yang sehat. Auditor internal yang profesional dan ahli akan dapat memberikan value added bagi auditee untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 13 3. Lingkup Kerja Pelaksanaan audit Konsep GCG operasional yaitu yang melakukan dipengaruhi evaluasi dan adalah memberikan Transparency kontribusi Accountability, terhadap dan Fairness. peningkatan (I Nyoman proses Tjager, 2003) 4. Pelaksanaan Pekerjaan Audit Pelaksanaan pekerjaan audit harus dapat mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasik an informasi yang memadai sehingga tercapai tujuan pelaksanaan pemeriksaan intern. (SPAI, IAI). Tahap-tahap dalam pelaksanaan intern tersebut meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan Konsep GCG yang dipengaruhi adalah Responsibility dan Accountability. (I Nyoman Tjager, 2003) perusahaan berdasarkan peraturan perundangundangan dan korporasi yang sehat Lingkup kerja audit yang luas akan membuat auditee secara transparan memberikan laporan kinerja keuangan perusahaan, auditee akan menyiapkan laporan kinerja operasional pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat (akuntabilitas), dapat memastikan sejauh mana kinerja operasional yang dihasilkan sudah sesuai dengan anggaran yang ditentukan sehingga membuat auditee lebih adil (fairness) dalam menggunakan dana sesuai dengan anggaran yang ditentukan dengan hasil yang sesuai. Pelaksanaan pekerjaan audit yang berjalan dengan baik dan profesional akan menghasilkan temuan dan rekomendasi yang mempunyai nilai/value sehingga temuan dan rekomendasi tersebut dapat dijadikan masukan bagi auditee untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan perusahaan. Pada saat pelaksanaan pekerjaan audit sudah dilaksanakan dengan baik maka akan diperoleh hasil pemeriksaan yang berupa justifikasi dan rekomendasi yang dapat Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 14 pengevaluasian informasi, komunikasi hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut. (SPAI, IAI) 5. Pengelolaan Bagian Audit Operasional Pengelolaan yang baik secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan audit operasional dapat memastikan bahwa pelaksanaan audit operasional akan menambah nilai tambah bagi perusahaan. (SPAI, IAI) membantu auditee melakukan pertanggung jawaban kepada stakeholder. Konsep GCG yang dipengaruhi adalah Transparency Responsibility, dan Accountability. (I Nyoman Tjager, 2003) Internal Audit merupakan departemen yang memadai, dan akan menjamin hal-hal yang berkaitan dengan personalia dan cara kerja bagian pemeriksaan intern. Internal audit akan memberikan cara kerja lebih efektif dan efisien. Sarannya bisa disampaikan tepat waktu, dan lebih profesional sehingga dapat mendorong auditee lebih transparan karena diaudit oleh auditor yang bagus, auditee akan lebih bertanggung jawab atas tindak lanjutnya berdasarkan saran yang diberikan oleh auditor. Akuntabilitas akan terlaksana karena auditee selalu diawasi dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan laporan yang diberikan oleh auditor. Universitas Widyatama BAB I P E N D A H U L U A N 15 1.5.2. Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional sangat perlu dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mewujudkan GCG pada perusahaan. Dengan demikian penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “ Terdapat hubungan yang positif antara pelaksanaan audit operasional dengan perwujudan GCG pada perusahaan.” 1.6. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang sesuai dengan masalah- masalah yang ada serta tujuan penelitian, sehingga dari data yang dikumpulkan dapat dianalisis setiap gambaran yang terjadi berdasarkan teori-teori yang didapat, untuk selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan. Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggambarkan suatu pelaksanaan audit operasional suatu perusahaan, perwujudan GCG dalam suatu perusahaan, sampai dengan adanya hubungan pelaksanaan audit operasional untuk dapat mewujudkan GCG tersebut, maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik dengan pendekatan survei, yaitu dengan mengamati dan meneliti kegiatan audit operasional dalam perusahaan secara lebih spesifik, sehingga data yang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari. 1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT ASKES (PERSERO) Regional V Jawa Barat, Jalan Dr.Djundjunan No.144 Bandung 40153. Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Universitas Widyatama