BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model Arsitektur TCP/IP Protocol TCP/IP terbentuk dari 2 komponen yaitu Transmission Control Protocol (TCP) dan Internet Protocol (IP). 2.1.1 Internetworking Tujuan dari TCP/IP adalah untuk membangun suatu koneksi antar jaringan (network), dimana biasa disebut internetwork, atau internet, yang menyediakan pelayanan komunikasi antar jaringan yang memiliki bentuk fisik yang beragam. Tujuan yang jelas adalah menghubungkan perangkat (node) pada jaringan yang berbeda, atau mungkin terpisahkan secara geografis pada area yang luas. Gambar 2.1 Contoh Jaringan Internet 5 Internet dapat digolongkan menjadi beberapa group jaringan, antara lain: a) Backbone : Jaringan besar yang menghubungkan antar jaringan lainnya. Contoh : Jaringan Core Network PT. Excelcomindo Pratama yang merupakan salah satu jaringan telekomunikasi di Indonesia. b) Jaringan regional, contoh jaringan antar kampus. c) Jaringan local, contoh jaringan dalam sebuah kampus. Pada Gambar 2.1, untuk dapat berkomunikasi antar 2 jaringan atau lebih, diperlukan komputer yang terhubung dalam suatu perangkat yang dapat meneruskan suatu paket data dari jaringan yang satu ke jaringan yang lain. Perangkat tersebut disebut router. Selain itu router juga digunakan sebagai pengarah jalur (routing). 2.1.2 Lapisan (layer) Pada Protocol TCP/IP Seperti pada perangkat lunak, TCP/IP dibentuk dalam beberapa lapisan (layer). Permodelan dalam bentuk layer, akan mempermudah untuk pengembangan dan pengimplementasian. Antar layer dapat berkomunikasi ke atas maupun ke bawah dengan suatu penghubung interface. Tiap-tiap layer memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda dan saling mendukung layer diatasnya. Pada protocol TCP/IP dibagi menjadi 4 layer. Gambar 2.2 Protocol TCP/IP 6 a. Layer Aplikasi (Applications). Layer aplikasi digunakan pada program untuk berkomunikasi menggunakan TCP/IP. Contoh layer aplikasi antara lain Telnet dan File Transfer Protocol (FTP). Gambar 2.3 Layer Aplikasi b. Layer Transport. Layer transport memberikan fungsi pengiriman data secara endto-end ke sisi remote. Protocol pada layer transport yang paling sering digunakan adalah Transmission Control Protocol (TCP), dimana memberikan fungsi pengiriman data secara connection-oriented, pencegahan duplikasi data, congestion control, dan flow control. Protocol lainnya adalah User Datagram Protocol (UDP), dimana memberikan fungsi pengiriman connectionless, jalur yang tidak reliable. UDP banyak digunakan pada aplikasi yang membutuhkan kecepatan tinggi dan dapat mentoleransi terhadap kerusakan data. c. Layer Internetwork. Layer internetwork biasa juga disebut juga layer internet atau layer network, dimana memberikan “virtual network” pada internet. Internet Protocol (IP) adalah protocol yang paling penting. IP memberikan fungsi routing pada jaringan dalam pengiriman data. Protocol lainnya antara lain Internet Control Message Protocol (ICMP), Internet Group Management Protocol (IGMP), dan Address Resolution Protocol (ARP). 7 d. Layer Network Interface. Layer network interface disebut juga layer link atau layer datalink, yang merupakan perangkat keras pada jaringan. Contoh Asynchronous Transfer Mode (ATM) dan Fiber Distributed Data Interface (FDDI). Gambar 2.4 Detail dari Model Arsitektur 2.2 ROUTING PROTOCOL Istilah routing digunakan untuk proses pengambilan paket dari suatu perangkat dan mengirimkannya melalui suatu network ke perangkat lain pada network yang berbeda. Protokol (protocol) merupakan peraturan yang memberi tahu cara bertukar informasi perangkat dalam suatu jaringan. Adapun protocol routing adalah protocol yang digunakan oleh router untuk saling bertukar informasi routing. Ketika mengirim data ke tujuan, suatu node akan melewati sebuah router terlebih dahulu. Kemudian router akan meneruskan data tersebut hingga tujuannya. Data tersebut mengalir dari satu router ke router yang lain hingga mencapai node tujuannya. Tiap router melakukan pemilihan jalan untuk menuju ke hop berikutnya. Router pada jaringan Transmission Control Protocol / Internet Protocol (TCP/IP) membentuk tabel routing berdasarkan informasi routing yang dipertukarkan setiap selang waktu tertentu. Routing table pada tiap perangkat digunakan untuk meneruskan paket data pada jaringan tiap segmen. Protokol routing mempunyai kemampuan untuk membangun informasi dalam routing table secara dinamik (dynamic routing). Apabila 8 terjadi perubahan jaringan, routing protocol mampu memperbaharui informasi routing tersebut. 2.2.1 Distance Vector Routing Pada routing ini, tiap router pada jaringan memiliki informasi jalur mana yang terpendek untuk menghubungi segmen berikutnya. Kemudian antar router akan saling mengirimkan informasi tersebut, dan akhirnya jalur yang lebih pendek akan lebih sering dipilih untuk menjadi jalur menuju ke node tujuan. Metode distance vector melakukan pengumpulan rute dengan cara melakukan penghitungan jumlah perangkat router yang terbentang dari titik asal menuju ke titik tujuan. Artinya setiap kali sebuah informasi melewati sebuah perangkat router, maka algoritma distance vector akan menghitungnya sebagai satu titik perjalanan, atau yang biasa disebut dengan hop. Primary path th R2 STM-1 155.52 Mbit/s pa STM-1 155.52 Mbit/s STM-1 155.52 Mbit/s up T1/E1 2.048 Mbit/s R3 ck T1/E1 2.048 Mbit/s Ba R1 R5 R4 Gambar 2.5 Algoritma Distance Vector Semakin banyak hop yang dilewati artinya semakin banyak perangkat yang dilewati dan semakin jauh jarak yang akan ditempuh oleh sebuah data. Dengan jarak yang semakin jauh tentu data dan informasi yang ingin di sampaikan akan memakan waktu perjalanan yang lebih lama, dengan demikian informasi tidak dapat disampaikan dengan segera. Sebuah rute yang melewati banyak hop akan diartikan sebagai rute yang kurang baik. 9 Setiap routing protocol menggunakan metode distance vector pasti melakukan hal yang sama dalam proses pengumpulan rutenya. Mengumpulkan rute-rute yang ada, menghitung jumlah hop yang terdapat dalam rute tersebut, dan memilihnya salah satu yang terbaik yang kemudian dimasukkan ke dalam routing table. Biasanya routing protocol ini hanya mampu mencari rute dan meneruskan informasi data yang akan dikirimkan ke tujuannya. Distance Vector biasanya digunakan dalam jaringan komunikasi data dalam skala yang kecil hingga menengah, di mana jumlah perangkat jaringan yang saling dihubungkan tidak bisa terlalu banyak karena keterbatasan jumlah hop ini. Selain itu metode Distance Vector memiliki kelemahan yaitu mengirimkan semua routing table yang dimilikinya dalam satuan waktu tertentu, sehingga jika jaringan yang dilayaninya besar, tentu tabelnya akan semakin besar. Hal ini bisa mengakibatkan bandwidth jalur komunikasi dipenuhi oleh lalulintas routing table. 2.2.2 Link State Routing im Pr ar y pa Ba c ku p pa th th Gambar 2.6 Algoritma Link State Routing Routing ini menggunakan teknik link state, dimana artinya tiap router akan mengumpulkan informasi tentang interface, bandwith, throughput, dan sebagainya. Kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling efisien yang 10 akan diambil sebagai jalur dan di masukkan ke dalam routing table. Informasi state yang ditukarkan disebut Link State Advertisement (LSA). up ck Ba th pa Gambar 2.7 Algoritma Link State Routing Ketika Terjadi Link Down Metode Link State melakukan tracking atau penyelidikan terhadap semua koneksi yang ada dalam jaringan. Status dari koneksi-koneksi tersebut, jenis dan tipe koneksi, bahkan kecepatan dari koneksi tersebut semuanya dikumpulkan menjadi sebuah informasi. Kumpulan informasi tersebut kemudian di olah untuk menghasilkan daftardaftar rute yang ada ke suatu tujuan. Kemudian melalui perhitungan itu, semua rute yang ada dipilih salah satu yang terbaik berdasarkan semua parameter yang dikumpulkannya. Hasilnya adalah sebuah rute terbaik yang langsung dapat digunakan oleh data untuk mencapai ke suatu tujuan. Routing protokol metode Link State akan mengetahui ketika sebuah koneksi di dalam jaringan pengguna putus atau mati. Ketika ada yang putus, proses perhitungan metode ini akan segera melepaskan rute-rute yang berhubungan dengan koneksi tersebut, sehingga tidak ada data yang nyasar dan terjebak di jalur putus tersebut. Metode Link State mungkin akan memilih sebuah rute yang didalamnya terdapat banyak hop namun lebih cepat koneksinya. 11 2.3 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multiprotocol Label Switching (MPLS) merupakan sebuah teknik yang menggabungkan kemampuan manajemen switching yang ada dalam teknologi ATM dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan “label” dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara membubuhi paketpaket data dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas pengiriman paket tersebut. Label tersebut akan memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan untuk pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR). Ide dasar teknik MPLS ini ialah mengurangi teknik pencarian rute dalam setiap router yang dilewati setiap paket, sehingga sebuah jaringan dapat dioperasikan dengan efisien dan jalannya pengiriman paket menjadi lebih cepat. Kunci pengambilan keputusan pengiriman suatu paket oleh router ditentukan oleh semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu. Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base (LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM. Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang ditambahkan tersebut. 12 Struktur jaringan MPLS terdiri dari edge Label Switching Routers atau edge LSRs yang mengelilingi sebuah core Label Switching Routers (LSRs). 2.3.1 Edge Label Switching Routers (ELSR) Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Dan ketika paket yang berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan menghilangkan label tersebut. Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk menswitch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. 2.3.2 Label Distribution Protocol (LDP) Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik ini biasa disebut distribusi label downstream on demand. 13