Badan Tenaga Nuklir Nasional JAKARTA Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional Nomor : GUNTINGAN BERITA HHK 2.1/HM 01/06/2017 Hari, tanggal Senin, 19 Juni 2017 Sumber Berita http://www.republika.co. id/berita/pendidikan/edu action/17/06/19/orslmn2 84-batan-luncurkan-limaproduk-radioisotop-danradiofarmaka Hal. - Kol. - Batan Luncurkan Lima Produk Radioisotop dan Radiofarmaka Rep: Kabul Astuti/ Red: Yudha Manggala P Putra Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN (ilustrasi) Jakarta, Juni 2017 Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Copy dikirim kepada Yth.: 1. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 2. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 3. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir 4. 5. Sekretariat Utama BGAC-melalui PAIR REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional meluncurkan lima produk radioisotop dan radiofarmaka , di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)-Batan, kawasan Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Senin (16/6). Lima produk radioisotop dan radiofarmaka Batan yang diluncurkan, yakni Kit Radiofarmaka MIBI, Kit Radiofarmaka MDP, Kit Radiofarmaka DTPA, Radiofarmaka Senyawa Bertanda 153 Sm-EDTMP, dan Radiofarmaka Senyawa Bertanda 131 I-MIBG. Kelima produk tersebut siap digunakan untuk kebutuhan diagnosis dan penyembuhan beberapa penyakit, terutama penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, dan ginjal. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Mohamad Nasir menyambut baik langkah Batan dalam melakukan hilirisasi hasil riset. Nasir mengungkapkan riset dan pengembangan teknologi tenaga nuklir Indonesia sudah mampu menghasilkan produk-produk inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat, dunia industri, dan dunia kesehatan. “Produk-produk teknologi nuklir telah memberikan kontribusi yang besar dalam bidang kesehatan, energi, pertanian, industri, pengelolaan sumber daya alam, dan lingkungan. Salah satunya adalah pemanfaatan radiofarmaka di bidang kesehatan,” ujar Menristekdikti, Senin (19/6). Di negara-negara maju, radiofarmaka telah menjadi pilar utama dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Menurut laporan dari Badan Tenaga Nuklir Internasional, jumlah pasien di seluruh dunia yang ditangani menggunakan radiofarmaka telah melebihi 6 juta pasien per tahun. Untuk Indonesia, Nasir mengatakan saat ini ada belasan rumah sakit di tanah air yang telah memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Jenis penggunaan radiofarmaka tertinggi adalah penggunaan untuk diagnosis penyebaran kanker tulang menggunakan radiofarmaka MDP. Radiofarmaka ini merupakan salah satu produk Kimia Farma hasil pengembangan Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka Batan. Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir Hendig Winarno mengatakan produk Batan telah masuk dalam e-katalog LKPP sehingga memudahkan dalam pemesanan. Produk pertama yang diluncurkan adalah Kit MIBI. Produk ini berfungsi untuk mendiagnosis fungsi jantung dan mengevaluasi fungsi otot jantung. Jika teknik pencitraan medis biasa hanya dapat melihat perubahan anatomi atau massa jantung, hasil pencitraan menggunakan MIBI memberikan informasi yang lebih akurat mengenai fungsi jantung. Produk kedua adalah Kit MDP, yang berfungsi untuk mendiagnosis penyebaran kanker di dalam tulang, guna penentuan stadium penyakit kanker sehingga menjadi gambaran bagi dokter untuk langkah pengobatan selanjutnya. "Ketersediaan Kit MDP paling banyak dibutuhkan oleh rumah sakit dibandingkan empat produk radiofarmaka lainnya," ujar Hendig Winarno. Hendig melanjutkan, produk ketiga adalah DTPA yang dapat mendiagnosis fungsi ginjal untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang kondisi ginjal pasien yang sangat berguna dalam menentukan langkah penanganan selanjutnya. BATAN juga memproduksi Radiofarmaka Senyawa Bertanda 153 Sm-EDTMP atau samarium, yang digunakan untuk terapi paliatif atau mengurangi rasa nyeri kepada penderita kanker, terutama sel kanker yang sudah menyebar ke organ tubuh lain (metastasis). Yang terakhir, Radiofarmaka Senyawa Bertanda 131 I-MIBG, yang digunakan untuk mendiagnosis kanker neuroblastoma atau sistem saraf pada anakanak. Dalam peluncuran kelima produk ini, Menristekdikti juga melakukan penandatanganan kontrak kerja sama pengembangan teknologi industri antara Kemenristekdikti dan BATAN. Kerja sama ini dilakukan untuk memberikan dukungan program hilirisasi hasil riset dan pengembangan bidang kesehatan dan obat.