BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipa STAD, dan alat peraga. 2.1.1 IPA IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Depdiknas (2006:151) “Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan”. Menurut Trianto (2010:136) bahwa” IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa “IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam”. Powler (dalam Winaputra 1992:122) bahwa “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur)”. 6 7 Dari uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan gejalagejalanya. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial (Lie,Anita, 2002:12). Menurut Muslimin, dkk. (2000:20), “pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Menurut beliau pembelajaran kooperatif memiliki prinsip dasar, yaitu: setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama; setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi; setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; dan setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2007:5), yaitu sebagai berikut: tipe Jigsaw, tipe NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization), dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). “Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain” (Slavin, dkk :1995). 8 Trianto (2007:24) mengatakan bahwa “pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”. Trianto juga mengatakan, “apabila dalam kelas terdiri atas jenis kelamin, ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok hanya didasarkan pada prestasi akademik siswa”. Penelitian ini menggunakan teori model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Trianto. 2.1.2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada dasarnya memiliki tahap yang hampir sama dengan tipe pembelajaran kooperatif lainya. Menurut Rusman (2011: 215): Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar; siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memperioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik; guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari; siswa belajar dalam kelompok dan penyampain hasil kerja kelompok; guru memberikan evaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari secara individu dan melakukan penilaian terhadap hasil kerja masing-masng kelompok; dan guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai tertinggi. Cara yang dilakukan adalah guru memberikan penilaian dari tes yang dikerjakan oleh siswa secara individu, setelah itu masing-masing nilai individu dalam anggota kelompok tersebut dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Trianto (2007), juga mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini ini, terdiri atas enam langkah seperti yang telihat dalam tabel 2.1. 9 Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran IPA Langkah-langkah Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Langkah 2 Menyajikan atau menyampaikan materi. Langkah 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Langkah 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Langkah 5 Persentasi dan evaluasi Langkah 6 Memberikan penghargaan Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Menjelaskan materi pada siswa dengan metode ceramah, demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa apa tujuan dibentuk dalam kelompok-kelompok. Masing-masing beranggotakan 4-5 siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Apabila dalam kelas terdiri atas jenis kelamin, ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok hanya didasarkan pada prestasi akademik siswa. Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Masing-masing kelompok memper-sentasikan hasil kerjanya dan memberikan soal evaluasi secara individu dari materi yang dipelajari. Memberikan penghargaan dengan tujuan untuk menghargai hasil belacar individu dan kelompok. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Trianto. 2.1.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Setiap penggunaan model dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan penggunaan mode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD (Trianto, 2007) yaitu: aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama; siswa cenderung aktif dalam pembelajaran; dapat meningkatkan peahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa terbangun; meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa menumbuhkan berpikir keritis. 10 Slavin (1995) juga mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama; siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; dan interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. 2.1.3 Hasil belajar Sudjana (2004: 14) mendefinisikan bahwa “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dimyanti (2006:17) mengemukakan “hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran”. Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003: 42) “hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar”. Menurut Bloom dalam Suprijono (2009: 6): Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Winkel (2009: 273) adalah Ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Ranah psikomotorik terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, dan penyesuaian pola gerakan dan kreativitas”. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 11 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. 2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya Menurut Sudjana (1989:39), Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui tindak belajar mengajar dan pengalaman belajarnya yang meliputi kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (ketrampilan) yang dapat diukur dari tes atau non tes. Hasil belajar digunakan oleh guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Menurut allen dan yen 1979 dalam Wardani NS (2012: 48) “pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu”. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran perlu sebuah alat ukur 12 yang disebut dengan instrument. Secara umum teknik instrument dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan non tes. 1) Tes “Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang diangggap benar”. (Suryanto Adi, dkk dalam Wardani NS 2012:70) Dari beberapa definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh infirmasi dan untuk mengetahuai kemampuan intelektual seseorang. 2) Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengukur kemampuan peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio 2.1.4 Penerapan Model Pembelajaran STAD dalam Pembelajarn IPA Sesuai Standar Proses Berdasarkan Permendiknas nomor 41 tahun 2007, Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam penelitian ini terdiri dari tiga kali pertemuan pada siklus I dan dua kali pertemuan pada siklus II dengan rincian kegiatan sebagai berikut. 1. Kegiatan Awal a. Salam b. Berdoa c. Absensi d. Apersepsi 13 Guru membuat brand game, dengan menyebutkan nama buah-buahan. Misal: mangga- manggis e. Motivasi Guru bertanya, “Sebutkan nama-nama barang yang ada di dalam kelas ini?” 2. Kegiatan Inti Eksplorasi: a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari. b. Guru tanya jawab dengan siswa tentang pengertian sumber daya alam c. Guru menjelaskan macam-macam sumber daya alam. d. Guru tanya jawab dengan siswa tentang pengertian sumber daya alam hayati dan non hayati. e. Guru menjelaskan teknik pembelajaran 1. Belajar secara berkelompok 2. Diskusi f. Guru membahas pembagian kelompok siswa (1 kelompok terdiri dari 5 siswa). g. Guru meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan anggota kelompoknya dan setiap kelompok diberi lembar nama. h. Guru meminta siswa untuk mengamati jenis-jenis sumber daya alam hayati dan non hayati. i. Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok. j. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar nama kepada masing-masing kelompok. k. Guru menginformasikan lokasi dan lama pengamatan (25 menit) serta menginformasikan keadaan lokasi pengamatan secara global. l. Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas yaitu di sekitar halaman sekolah. m. Setiap kelompok diminta untuk melakukan pengamatan/observasi n. Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan. o. Siswa mencari dan mencatat informasi yang ditemukan 14 p. Guru membimbing siswa selama pengamatan dan memberi kesempatan untuk tanya jawab dengan guru. q. Selesai pengamatan siswa disuruh berkumpul kembali di dalam kelas untuk mendiskusikan hasil pengamatannya. Elaborasi: a. Guru guru menyuru perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompok. b. Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan untuk memberi tanggapan. Konfirmasi: a. Guru memberikan penguatan dan melurukan hasil diskusi yang telah disampaikan oleh masing-masing kelompok b. Setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil pengamatannya. 3. Kegiatan Akhir a. Guru memberikan kesimpulan bersama siswa b. Pemantapan 2.2 Hasil Temuan Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Solikhati, dkk dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri Bulukamba Tahun Pelajaran 2009/2010”. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: motivasi belajar meningkat sebesar 68,5%; nilai rata-rata 60,75 pada siklus I dan 72,5 pada siklus II; dan ketuntasan belajar sebesar 60% pada siklus I dan 85% pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiati dengan judul “Peningkatan Ketuntasan Belajar IPA Melalui pembelajaran Kooperatif tipe STAD’’. Subjek 15 penelitian adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 4 Purwokerto tahun pelajaran 2005/206. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: motivasi belajar meningkat rata-rata 2,008 pada siklus I; 2,740 pada siklus II; dan 3,156 pada siklus III dan ketuntasan belajar sebesar 71,43 % pada siklus I dan 76,19 % pada siklus II dan siklus III 83,33%. 2.3 Kerangka Pikir Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang rencananya akan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I, guru melakukan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan masih bersifat abstrak, karena baru pertama kali diterapkan kepada siswa dan siswa belum terbiasa. Siklus II, guru melakukan pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa diharapkan aktif berdiskusi, kerjasama dan siswa suka dengan pembelajaran yang dilakukan. Sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan 1) Adanya peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas 4 SD Negeri 1 Wlahar pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Adanya kesesuaian pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 1 Wlahar pada Semester 2 tahun ajaran 2012/2013.