OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana sains bidang studi Matematika Oleh YULI RAVITA NIM : 08101001032 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013 ABSTRAK Waktu merupakan hal paling penting dalam perealisasian sebuah proyek. Karena waktu akan mempengaruhi kualitas, dan peningkatan biaya pelaksanaannya. Keterlambatan yang diakibatkan dari ketidakefisienan waktu, akan berdampak juga pada kepercayaan bagi kontraktor yang terlibat. Kegagalan dari suatu proyek dapat disebabkan dari perancanaan yang tidak matang serta pengendalian yang kurang efektif. Dengan project network yang didapat maka akan ditetapkan penjadwalan kerja yang tepat, yang akan memudahkan antisipasi bagi pihak-pihak yang terlibat apabila terjadi perubahan kondisi. Dengan menggunakan metode CPM dan PERT, dapat disusun jadwal pelaksanaan setiap keiatan, dapat menentukan mana pekerjaan yang akan didahulukan dan mana pekerjaan yang bisa diselesaikan bersamaan agar dalam pengerjaannya proyek ini dapat selesai dengan waktu yang lebih efisien dan efektif. Dengan penyelesaian yang tepat waktu, akan mengurangi dampak keterlambatan yang akan menimbulkan pengeluaran biaya yang tak seharusnya. Kemudian akan dilakukan crashing dengan dua alternatif pengendalian untuk pengoptimalan waktunya, yaitu penambahan tenaga kerja dan kerja lembur. Percepatan durasi dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan pada lintasan kritis. Diharapkan hasil yang didapat akan lebih cepat dari perkiraan pemerintah daerah dan kontraktor, yaitu 18 bulan. Kata Kunci : perencanaan, project network, metode CPM dan PERT, jadwal pelaksanaan, crashing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau. Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Survei terhadap pertumbuhan di Pulau Sumatera, bahwa Pekanbaru berpeluang menjadi kota nomor 1 di Sumatera. Indikatornya telah terpenuhi sebagai Kota Metropolitan di mana jumlah penduduk sudah mencapai 1 juta jiwa. Sementara survei konsultan Amerika bidang ekonomi menyebutkan Kota Pekanbaru menjadi tujuan investasi terbaik di Indonesia di mana Indonesia nantinya berpeluang menjadi Anggota Negara-negara Kelompok G 7 pada 2030. Pekanbaru berpeluang menjadi kota terbaik di Sumatera, di Indonesia, dan dunia. Untuk menuju kota terbaik itu perlu ditunjang berbagai infrastruktur dasar seperti sarana prasarana transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi. Untuk itu pemerintah daerah akan merevisi tata ruang. Dengan kondisi seperti itulah, tak dapat dihindari kemajuan yang terjadi dikota Pekanbaru ini akan berdampat juga pada arus lalu lintasnya. Terutama di tempat-tempat tertentu pada jam sibuk. Untuk mengatasi kemacetan yang ada, pemereintah daerah terus berupaya untuk memperbaiki maupun menambah sarana dan prasarana yang ada. Setelah Jembatan Siak IV di Jalan Sudirman ujung dekat Pelita Pantai Pekanbaru, maka nanti akan dibangun Jembatan Siak V di Tenayanraya, dan Jembatan Siak VI yang tembus ke Jalan Riau ujung-Jalan Garuda Sakti Km 11 menuju jalan by pass ke Rimbopanjang. Dan dalam waktu dekat ini, pemerintah daerah masih terus mempersiapkan pelaksanaan pembangunan Fly over simpang SKA Pekanbaru, mengingat tempat ini menjadi salah satu pusat kemacetan di kota Pekanbaru. Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan masalah proyek ini maka keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat pada waktunya merupakan tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun kontraktor. Pemerintah daerah menargetkan bahwa pengerjaan proyek ini akan memakan waktu lebih dari 18 bulan. Survei itu didapat dari berkaca pada pembangunan Fly over sebelumnya dikota Pekanbaru. Dengan menggunakan metode CPM-PERT berharap nantinya akan mendapatkan waktu paling optimal dalam pengerjaan pembangunan Fly Over tesebut. Mengingat kondisi disekitar simpang SKA ini yang dikelilingi oleh mall, rumah sakit, sekolah, dan beberapa tempat umum lainnya, memicu kemaceatan disini menjadi semakin parah. Dan kemacetan pun tidak hanya terjadi pada jam sibuk saja, tetapi disetiap waktu. Hal itulah yang menyebabkan diperlukannya perhitungan secara mendetail untuk mendapatkan waktu optimum pengerjaannya. 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah pokok penelitian ini adalah waktu optimal yang bisa didapat untuk mengerjakan proyek ini agar tidak terjadi keterlambatan karena penggunaan waktu dan biaya yang tidak optimal dalam proses pelaksanaannya. Permasalahan yang dihadapi antara lain : 1. Bagaimana bentuk jaringan kerja atau project network proyek pembangunan Fly Over SKA dikota Pekanbaru ? 2. Berapa durasi optimal untuk proyek Fly Over SKA dikota Pekanbaru ? 3. Berapa total biaya proyek pembangunan Fly Over SKA dikota Pekanbaru dengan durasi proyek optimal ? 1.3. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya untuk menentukan waktu dan biaya optimal pengerjaan proyek dilapangan dari waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan dan data yang ada. 1.4. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk : 1. Memperoleh jaringan kerja atau project network proyek Fly Over SKA dikota Pekanbaru 2. Menentukan waktu yang optimal untuk menyelesaikan proyek Fly Over SKA dikota Pekanbaru 3. Menganalisis perkiraan biaya untuk proyek Fly Over SKA dikota Pekanbaru 1.5. Manfaat Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Dapat menyelesaikan proyek tepat waktu sehingga penggunaan anggaran menjadi efisien dan tidak terjadi pemborosan. 2. Mengetahui kegiatan apa yang harus diselesaikan lebih dulu agar jadwal dapat terpenuhi 3. Menerapkan teknik penjadwalan dilapangan dengan keadaan yang begitu saling mempengaruhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatankegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Sedangkan, kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (ImanSoeharto, 1999). Sifat-sifat dari kegiatan proyek adalah sebai berikut : 1. Bercorak dinamis, nonrutin 2. Siklus proyek relatif pendek 3. Intensitas kegiatan didalam periode siklus proyek berubah-ubah (naik turun) 4. Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang ditentukan 5. Ada bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai disiplin ilmu. 6. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya 2.2. Jaringan Kerja (Project Network) Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurna dari sebuah rancangan proyek, karena jaringan kerja berguna antara lain untuk : 1. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks; 2. Membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis; 3. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya. Diantara berbagai versi analisis jaringan kerja yang amat luas pemakaiannya adalah Metode Jalur Kritis (Critical Path Method – CPM), dan Teknik Evaluasi dan Review Proyek (Project Evaluation and Review Techniwue – PERT). Jaringan kerja merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan unsur proyek. Tanda / Simbol dalam membuat Jaringan Kerja (anak panah/busur), mewakili sebuah A) kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini samabsekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala (lingkaran kecil/simpul/node), mewakili B) sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut. (anak C) panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda kegiatan dan dalam membantu mewakili untuk menunjukkan hubungan utama antara A C berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, Dummy panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak B D perlu berskala. Bedanya dengan kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol. (anak panah tebal), merupakan kegiatan D) pada lintasan kritis Kegiatan B mulai setelah A selesai E) A B Kegiatan B dan C dapat dimulai setelah F) A selesai (kegiatan memancar) B A C Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah G) kedua kegiatan A dan B selesai. Yang harus dilakukan untuk menentukan jaringan kerja suatu proyek, maka harus menyusun urutan kegiatannya terlebih dahulu. Usaha menyusun urutan kegiatan yang mengikuti logika ketergantungan akan dipermudah dengan mencoba menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1. Kegiatan apa yang dimulai terlebih dahulu 2. Mana kegiatan berikutnya yang akan dikerjakan 3. Adakah kegiatan-kegiatan yang dapat berlangsung sejajar 4. Perlukah mulainya kegiatan tertentu dengan menunggu yang lain Kemudian menentukan Kurun Waktu Kegiatan yang akan dihabiskan untuk proyek tersebut. Yang dimaksud kurun waktu kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Kurun waktu ini lazimnya dinyatakan dengan jam, hari, atau minggu. Sehingga bila telah diketahui perkiraan tersebut dan ditentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan dipakai, maka angka kurun waktu dihitung dari rumus : Kurun Waktu = 𝐽𝑎𝑚 − 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 2.3. Metode Jalur Kritis (Critical Path Method – CPM) CPM atau Critical Path Method adalah sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian biaya sebuah proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis. Persoalan pokok yang menjadi perhatian model ini adalah : 1. Berapa besar biaya untuk menyelesaikan sebuah proyek jika waktu penyelesaiannya normal 2. Jika waktu penyelesaian suatu proyek harus dipercepat maka berapa besar biayanya dan kegiatan mana yang harus dipercepat agar biaya percepatan total minimum dengan demikian ada dua kondisi yang diobservasi model CPM, yaitu : 1. Kondisi penyelesaian proyek secara normal 2. Kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat Dari dua macam kondisi yang diobservasi itu, model ini menurunkan empat macam parameter, yaitu waktu normal, biaya normal, waktu cepat, dan biaya cepat. Jika waktu penyelesaian suatu kegiatan normal, maka biaya langsung yang telibat dalam penyelesaian kegiatan itu dikategorikan sebagai biaya normal. Sedangkan jika percepatan terhadap suatu kegiatan dikehendaki maka diperlukan tambahan biaya langsung Bt sebagai biaya percepatan. Waktu untuk menyelesaikan kegiaan yang lebih cepat dari waktu normal tersebut dim=namakan waktu cepat dan biaya yang berkaitan dengan percepatan kegiatan tersebut dinamakan biaya cepat. Peraga untuk empat parameter model CPM Bc ∆B Bn ∆W Wc Wn Keterangan : Wn : Waktu normal ; Wc : Waktu cepat Bn : Biaya normal ; Bc : Biaya cepat Oleh karena itu, percepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan sebesar W, yaitu dari Wn ke Wc , akan menyebabkan biaya langsung naik sebesar b, yaitu dari Bn ke Bc. Selagi hubungan antara kedua kondisi waktu dan biaya tersebut linear, sebagai asumsi dari model ini, maka biaya percepatan per satuan waktu atau Cost Slope ditunjukkan oleh, 𝐵𝑡 = 𝐵𝑐 − 𝐵𝑛 ∆𝐵 = 𝑊𝑛 − 𝑊𝑐 ∆𝑊 dimana, Bt : Biaya tambahan setiap satuan waktu percepatan ∆B : Tambahan biaya per satu satuan waktu ∆W : Tambahan waktu Metode CPM ini lebih memusatkan perhatiannya pada penemuan waktu percepatan suatu kegiatan dengan biaya minimum agar proyek bisa selesai dalam waktu tertentu. Waktu penyelesaian suatu kegiatan pada metode ini bersifat deterministik. 2.4. Teknik Evaluasi dan Review Proyek (Program Evaluation and Review Technique – PERT) PERT adalah model perencanaan dan pengendalian pada manajemen proyek. Hubungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain perlu dijelaskan secara visual agar yang terlihat dalam proyek dengan mudah dan cepat bisa mengetahui jumlah kegiatan dalam proyek, hubungan antar kegiatan, urutan atau tahap penyelesaian masing-masing kegiatan, dan gambaran proyek secara keseluruhan. Disini, penggunaan bagan Jaringan Kerja sungguh sangat membantu analisis PERT. Sebuah kegiatan (activity) adalah proses penyelesaian suatu pekerjaan selama waktu tertentu dan selalu diawali oleh noda awal dan diakhiri oleh noda akhir yaitu saat tertentu atau event yang menandai awal dan akhir suatu kegiatan. Metode PERT ini lebih memusatkan perhatiannya pada penemuan waktu penyelesaian kegiatan yang bersifat probabilistik sehingga waktu penyelesaian proyek bisa dianalisis dengan menggunakan hukum-hukum statistik. 2.5. Penentuan Jalur Kritis Waktu penyelesaian rangkaian kegiatan-kegiatan didalam sebuah proyek akan memberikan gambaran mengenai waktu penyelesaian proyek itu. Namun, karena sebuah proyek terdiri atas rangkaian kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, maka penentuan waktu penyelesaian sebuah proyek ditentukan oleh Jalur Kritis (Critical Path), yaitu jalur penyelesaian rangkaian kegiatan yang terpanjang. Waktu penyelesaian jalur ini akan menandai waktu penyelesaian proyek. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Tempat Penelitian dilakukan di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. 3.1.Waktu Pelaksanaan penelitian ini selesai dalam waktu 4 bulan, yaitu Agustus sampai Desember 2013. 3.2.Metode Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur Mempelajari metode-metode yang akan dipakai dalam penelitian ini, dan mempelajari cara-cara menganalisanya 2. Pengumpulan dan Implementasi data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dari kontraktor proyek dan pemerintah daerah, serta membuat projet network dari data yang telah didapat. 3. Analisis Kemudian melakukan analisa terhadap jaringan kerja yang telah dibuat untuk menentukan titik kritis agar didapat waktu optimal pengerjaan proyek Fly Over SKA dikota Pekanbaru tersebut. DAFTAR PUSTAKA Siswanto, Operations Research, Edisi II, Erlangga, Jakarta 2006. Soeharto Iman, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Edisi I. Erlangga, Jakarta 1999 http://bappeda.pekanbaru.go.id/berita/1150/fly-over-adi-sucipto---soekarno-hattapada-2014/page/1/ (diakses pada hari Jum’at, 11 Oktober 2013 Pukul 20.29 WIB) http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pekanbaru (diakses pada hari Jum’at, 11 Oktober 2013 Pukul 20.47 WIB)