daftar isi - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, VERBA OCHIRU,
KOROBU, DAN TEORERU, SERTA SEMANTIK
2.1
Verba Bahasa Jepang
2.1.1 Pengertian Verba
Dalam tata bahasa Jepang, terdapat 10 jenis kata. salah satu dari jenis kata tersebut
adalah verba (doushi). Nomura dalam Sudjianto (2004,149) menyatakan, kata kerja (doushi)
adalah kata yang dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu.
Dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat.
Verba (動詞), yaitu kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu
kalimat dan mengalami perubahan bentuk (Sutedi,2003:42). Menurut Sitomorang (2007:8),
menjelaskan bahwa doushi (動詞) dalam bahasa Jepang mempunyai ciri-ciri (1) dapat berdiri
sendiri, (2) berkonjugasi, mengalami perubahan bentuk, (3) bermakna sesuatu kegiatan,
keberadaan, atau perubahan keadaan, (4) dapat menjadi predikat dalam kalimat. Makna verba
(動詞) dapat dilihat dari kanjinya.
動く= ugoku, dou = gerak
詞 = kotoba, shi = kata
動詞 = doushi = kata yang bermakna gerak
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Isao (2000:364) menyebutkan bahwa verba ( 動詞) adalah kata yang
menyatakan peristiwa yang merupakan inti kalimat yang bisa dipakai bersama dengan frase
nominal (pelengkap), dimana melibatkan kakujoshi.
Dari beberapa pengertian verba (動詞) yang telah dikemukakan di atas, penulis
menarik suatu kesimpulan bahwa verba (動詞) adalah salah satu kelas kata yang menyatakan
aktivitas, keberadaan atau keadaan (peristiwa), mengalami perubahan (katsuyou), dapat
berdiri sendiri dan bisa menjadi predikat dalam suatu kalimat.
2.1.2 Jenis Verba
Banyak istilah yang menunjukkan jenis-jenis verba (doushi 動詞) tergantung pada
dasar pemikiran yang dipakainya. Diantaranya Shimizu dalam Sudjianto (2007:150)
menunjukkan jenis doushi sebagai berikut.
1.
Jidoushi (verba intransitif)
Verba ini menunjukkan kelompok doushi yang tidak berarti mempengaruhi pihak
lain, tidak disertai dengan objek penderita.
Contoh :
a. 行く
iku (pergi)
b. 来る
kuru (datang)
c. 起きる okiru (bangun)
d. 出る
deru (keluar)
e. 流れる nagareru (mangalir)
f. 入る
hairu (masuk)
Universitas Sumatera Utara
g. 集まる atsumaru (berkumpul)
h. 寝る
2.
neru (tidur)
Tadoushi (verba transitif)
Verba yang menunjukkan kelompok doushi yang menyatakan arti mempengaruhi
pihak lain, dan memiliki objek penderita.
Contoh :
a. 起こす okosu (membangunkan)
b. 出す
dasu (mengeluarkan)
c. 流す
nagasu (mengalirkan)
d. 入れる ireru (memasukkan)
e. 集める atsumaru (mengumpulkan)
f. 寝かす nekasu (menidurkan)
g. 開ける akeru (membuka)
3.
Shodoushi
Jenis verba ini adalah verba (doushi 動 詞 ) yang memasukkan pertimbangan
pembicara, oleh karena itu tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif dan kausatif. Selain itu,
tidak memiliki bentuk perintah dan ungkapan kemauan (ishihyoogen). Diantara kata-kata
yang termasuk kelompok ini, kelompok doushi (動詞) yang memiliki makna potensial.
Contoh :
1. 見える
mieru (terlihat)
2. 聞こえる
kikoeru (terdengar)
3. にあう
niau (sesuai)
Universitas Sumatera Utara
4. 行ける
ikeru (dapat pergi)
Selain jenis verba di atas ada juga jenis verba bahasa Jepang lainnya.
(Sutedi,2003:47)
1.
Kelompok I
Kelompok ini disebut dengan (godan doushi 五 段 動 詞 ), karena mengalami
perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang. Yaitu [あ、い、う、え、お
a, i, u, e,
o] cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf (う、つ、る、く、ぐ、む、ぬ、ぶ、
す
u, tsu, ru, ku, gu, mu, nu, bu, su).
Contoh :
1. 言う
i-u (berkata)
2. 待つ
ma-tsu (menunggu)
3. 帰る
kae-ru (pulang)
4. 書く
ka-ku (menulis)
5. 急ぐ
iso-gu (terburu-buru)
6. 飲む
no-mu (minum)
7. 死ぬ
shi-nu (mati)
8. 呼ぶ
yo-bu (memanggil)
9. 貸す
ka-su (meminjamkan)
2.
Kelompok II
Universitas Sumatera Utara
Kelompok ini disebut dengan [ichidan doushi 一段動詞]、karena perubahannya
terjadi pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini, yaitu yang berakhiran suara [
えーる e-ru] atau yang disebut kami-ichidan doushi dan yang berakhiran [いーる i-ru]
disebut shimo-ichidan-doushi.
Contoh :
1. 食べる tabe-ru (makan)
2. 入れる ire-ru (memasukkan)
3. 浴びる abi-ru (mandi)
4. 見る
mi-ru (melihat)
5. 借りる kari-ru (meminjam)
6. 折りる oriru-ru (melipat)
3.
Kelompok III
Kelompok verba ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan, sehingga
disebut (henkaku-doushi 変格動詞) yang hanya terdiri dari dua verba berikut.
1. する
suru (melakukan)
2. 来る
kuru (datang)
Menurut Terada Takango dalam Sudjianto (2007:150-151) menambahkan jenis-jenis
verba lainnya, yaitu :
1. Fukugou doushi
Universitas Sumatera Utara
Fukugou doushi adalah doushi yang terbentuk dari gabungan dua buah kata atau lebih.
Gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu kata.
Contoh :
1. 話し合う
hanashiau (berunding)
2. 調査する
chousa suru (menyelidiki)
3. 近寄る
chika yoru (mendekati)
2.
Haseigo toshite no doushi
Diantara doushi (動詞) ada juga doushi yang memakai prefiks atau doushi yang
terbentuk dari kelas kata lain dengan cara menambahkan sufiks. Kata-kata tersebut secara
keseluruhan dianggap sebagai satu kata.
Contoh :
1.
さ迷う
samayou (mengembara, berkelana)
2.
汗ばむ
asebamu (berkeringat)
3.
春めく
harumeku (bersuasana musim bunga)
3.
Hojo doushi
Hojo doushi adalah doushi (動 詞)yang menjadi bunsetsu tambahan.
Contoh :
1.
机の上に本がある
Tsukue no ue ni hon ga aru
(di atas meja ada buku)
2.
彼はあそこにいる
Universitas Sumatera Utara
Kare wa asoko ni iru
(dia ada di sana)
3.
姉に河合人形をもらう
Ane ni kawai ningyou o morau
(mendapat boneka baru dari kk pr saya)
Verba juga bisa diklasifikasikan secara semantik, seperti dijelaskan dalam buku A
Dictionary of Basic Japanese Grammar (Seichimakino dan Tsutsui, 1997:582-584) yaitu :
1.
Verba Stative
Verba ini menunjukkan keberadaan, yang menyatakan diam/tetap. Biasanya verba ini
tidak muncul bersamaan dengan verba bantu-iru.
Contoh :
1.
いる
iru (ada)
2.
できる
dekiru (dapat)
3.
要る
iru (membutuhkan)
2.
Verba Continual
Verba ini berfungsi dengan verba bantu-iru untuk menunjukkan aspek pergerakan,
yang menyatakan selalu, terus menerus.
Contoh :
1.
食べる
2.
飲む
3.
Verba Punctual
taberu (makan)
nomu (minum)
食べている tabete iru (sedang makan)
飲んでいる nonde iru (sedang minum)
Universitas Sumatera Utara
Verba ini berkonjungsi dengan verba bantu-iru untuk menunjukkan tindakan atau
perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/posisi setelah melakukan suatu tindakan
atau penempatan suatu benda. Verba ini menyatukan tepat pada waktunya.
Contoh :
1.
知る
shiru (tahu)
知っている
shitte iru (mengetahui)
2.
打つ
utsu (memukul)
打っている
utte iru (memukuli)
4.
Verba Non-volitional
Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin, bentuk perintah, dan bentuk
kesanggupan. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan emosi atau perasaan.
Verba ini menyatakan bukan kemauan.
Contoh :
1.
愛する aisuru (mencintai, berkenaan dengan perasaan )
2.
好む
5.
Verba movement
konomu (menyukai, mengingini, berkenaan dengan perasaan)
Verba ini menunjukkan pergerakan.
Contoh :
1.
走る
hashiru (berlari)
2.
歩く
aruku (berjalan)
2.1.3
Fungsi Verba
Universitas Sumatera Utara
Verba berfungsi menjadi predikat dalam kalimat, untuk itu posisinya terletak di akhir
kalimat.
Contoh :
1. 私はパンを食べます。
Watashi wa pan o tabemasu.
Saya makan roti
2. 妹はビデオを見ました。
Imouto wa bideo o mimashita
Adik(pr) menonton video
(Minna no nihongo I, 1998:48,51)
Ada juga verba berfungsi membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya
dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya fuzokugo. (Sudjianto, 2004:159)
Contoh :
1. カレンダーに今角予が書いてあります。
Karendaa ni kongetsu no yotei ga kaite arimasu.
Di kalender ada tertulis rencana bulan ini.
2. 山田さんにワゴン車を 貸してもらいます。
Yamada san ni wagonsha o kashite moraimasu.
Mendapat pinjaman mobil dari Yamada.
(Minna no nihongo I,1998:198,200)
Verba juga berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat,
dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vocal /u/. (Sudjianto,2004:149)
Contoh :
Universitas Sumatera Utara
1. これは日本で売っていない雑誌だ。
Kore wa nihon de utte inai zasshida.
Ini adalah majalah yang tidak dijual di jepang.
2. 会議で意見を言った人は山田さんだ。
Kaigi de iken o itta hito wa yamada san da.
Orang yang menyatakan pendapatnya dirapat adalah Yamada.
(Minna no nihongo I, 1998:182)
2.2
Verba Ochiru, Korobu, dan Taoreru
1.
Verba Ochiru
Verba ochiru adalah termasuk ke dalam kelompok II (ichidan doushi 一段動詞). Di
bawah ini akan dijelaskan pengertian dari verba tersebut.
a. Nomoto (1988:865) menyatakan bahwa verba ochiru adalah jatuh, yang didefenisikan
pindah ke tempat yang lebih rendah karena gaya berat, atau disebabkan tidak ada lagi
penopangnya.
Contoh :
飛行機が落ちる
Hikuouki ga ochiru
Kapal terbang jatuh
b. Makino Michio menyatakan bahwa :
Ochiru : to become no longer balanced or supported and drop suddenly.
Terjemahan :
Universitas Sumatera Utara
Ochiru adalah tidak memiliki keseimbangan dan daya tahan ataupun dapat kecewa, dan
dapat jatuh seketika
Contoh :
秋になると、木の葉が落ちる。
Aki ni naruto, ki no ha ga ochiru
Pada saat musim gugur, daun-daun jatuh
c. Menurut Nomoto, verba ochiru juga bermakna hilang, berkurang yang berhubungan
dengan benda atau barang yang ada selama ini atau yang seharusnya ada jadi tidak ada
lagi.
Contoh :
選択したら、汚れが落ちる
Sentaku shitara, yogore ga ochir
Apabila dicuci, noda akan hilang.
d. Sutedi (2003:133) menyatakan bahwa verba ochiru adalah jatuh yang bisa
menggunakan semua jenis benda sebagai subjeknya, baik benda hidup maupun tidak.
Conntoh :
さるが木から落ちる。
Saru ga ki kara ochiru.
Kera jatuh dari pohon.
e. Masih menurut Nomoto juga, verba ochiru selain mengandung makna jatuh, juga bisa
bermakna turun, menjadi lebih bawah atau lebih baik buruk kalau dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya atau keadaan biasa sebagai tolak ukur.
Contoh :
Universitas Sumatera Utara
あの店は最近評判が落ちている。
Ano mise wa saikin hyouban ga ochite iru.
Toko itu akhir-akhir ini kepopulerannya menurun.
f.
Dalam Kokugo Jiten 国語辞典 menyatakan bahwa
Ochiru : 高い所から急に下がる。
Takai tokoro kara kyuu ni shita ga aru.
Dari tempat yang tinggi tiba-tiba ada di bawah
Contoh :
階段から落ちる
Kaidan kara ochiru
Jatuh dari tangga
g. Nomoto juga menambahkan verba ochiru selain bermakna jatuh dan hilang juga bisa
bermakna gagal, seperti hal dalam ujian.
Contoh :
入学試験に落ちてしまった。
Nyuugaku shiken ni ochite shimatta.
Saya gagal dalam ujian masuk.
h. Verba ochiru menurut Michizuki adalah
Ochiru : あるものが上から下へ自然に移動する。
Terjemahannya :
Ochiru : barang-barang yang ada berpindah tempat secara alami dari atas ke bawah.
Contoh :
荷物が落ちそうだ。
Universitas Sumatera Utara
Nimotsu ga ochisouda.
Barang-barang kelihatannya akan jatuh.
2.
Verba Korobu
Verba korobu adalah termasuk ke dalam kelompok I (godan doushi 五段動詞).
Berikut akan dijelaskan tentang pengertian verba tersebut di bawah ini.
a. Nomoto (1988: 608) menjelaskan bahwa, verba korobu adalah jatuh, yang didefenisikan
tergelincira karena kehilangan keseimbangan sebab didorong maupun terantuk.
Contoh :
転んで足に怪我をしました
Koronde ashi ni kega o shimashita
Karena jatuh mendapat luka di kaki.
b. Sutedi (2003:129) menyatakan bahwa verba korobu adalah jatuh, apabila dilihat dari
subjeknya, verba korobu hanya berupa manusia atau binatang (sesuatu yang bernyawa
saja) yang hanya bias digunakan.
Contoh :
馬が転んだ。
Uma ga koronda.
Kuda jatuh.
c. Makino Michio dan Tsutsui menyatakan bahwa,
Korobu : to drop suddenly from upright position and lie flat or broken
Terjemahan :
Jatuh tiba-tiba dari posisi yang tinggi dan terbaring atau patah
Universitas Sumatera Utara
Contoh :
子供が転んだ。
Kodomo ga koronda.
Anak jatuh
d. Sutedi juga menambahkan (2003:130) verba korobu adalah jatuh dan bias digunakan
apabila jatuhnya subjek dari posisi yang sedang bergerak (berjalan atau berlari).
Contoh :
ゴールを目前にして、池田選手が転んだ。
Gooru wo mokuzen ni shite, Ikeda senshu ga koronda.
Ketika mendekati finish, atlit Ikeda jatuh.
e. Ichirou (1950:381) menyatakan bahwa korobu adalah taoreru yang artinya jatuh
Contoh : 転ばないように、注意してください
Supaya tidak terjatuh, hati-hati
f.
Verba korobu bisa digunakan apabila jatuhnya subjek sampai tergeletak, atau terbaring
juga bias jatuh hanya terduduk atau jongkok (Sutedi, 2003:131)
Contoh :
次郎さんは転んで日是を打った。
Jirou san wa koronde hize o utta.
Jiro terjatuh, dan lututnya terbentur.
g. Menurut Shoji dan Hirotase menyatakan bahwa
Korobu : to stumble, slip, or lose one`s balance while walking or running.
Terjemahannya :
Universitas Sumatera Utara
Korobu : tersandung, terpeleset, atau kehilangan keseimbangan ketika berjalan ataupun
berlari.
Contoh ;
スキーで転んで、あの骨を折った。
Sukii de koronde, ano hone o otta.
Jatuh ketika bermain ski dan mematahkan kaki.
3.
Verba Taoreru
Verba taoreru termasuk dalam kelompok II (ichidan doushi 一段動詞), untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan di bawah ini.
a. Nomoto (1988:1169) menyatakan verba taoreru adalah jatuh, rubuh, tumbang atau juga
jatuh terbaring dari benda yang semula tegak.
Contoh :
地震で本棚が倒れる。
Jishin de hondana ga taoreru.
Karena gempa bumi, rak buku jatuh.
b. Menurut Sutedi (2003:129) verba taoreru adalah jatuh dan bisa digunakan baik benda
bernyawa maupun benda mati sebagai subjeknya.
Contoh :
机の上にある花瓶が倒れた。
Tsukue no ue ni aru kabin ga taoreta.
Vas bunga yang ada di atas meja jatuh.
c. Dalam Effective Japanese Usage Dictionary, menayatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
Taoreru : to fall down or fall in suddenly, often after breaking apart.
Terjemahan
Taoreru : jatuh atau terjatuh tiba-tiba, patah jadi dua
Contoh :
地震で棚に並べている本が倒れた。
Jishin de tana ni narabete iru hon ga taoreta.
Karena gempa buku yang tersusun di rak jatuh.
d. Sutedi juga menambahkan (2003:130) bahwa verba taoreru untuk menyatakan arti
jatuh atau terjatuh ketika subjek dalam kondisi bergerak seperti berjalan atau berlari dan
juga bisa dalam kondisi diam.
Cintoh :
山田君は貧血なので、朝礼のとき倒れてしまった。
Yamada kun wa hinketsu nanode, chourei no toki taorete shimatta.
Yamada karena kekurangan darah, ketika sedang berlangsung apel pagi terjatuh/
tergeletak.
e. Menurut Shoji dan Hirotase verba taoreru adalah
Taoreru : taoreru is used when upright objects becomes horizontal
Terjemahannya :
Taoreru : taoreru digunakan ketika objek tegak lurus menjadi mendatar.
Contoh :
台風で木が倒れた。
Taifuu de ki ga taoreta.
Karena topan, pohon tumbang.
Universitas Sumatera Utara
f.
Menurut Sutedi juga (2003:131) setelah objek terjatuh, verba taoreru bisa digunakan
apabila subjek terjatuh sampai tergeletak atau berbaring.
Contoh :
太郎さんは倒れて頭を打った。
Tarou wa taorete atama o utta.
Taro terjatuh dan kepalanya terbentur.
g. Dalam Kokugo Jiten 国語辞典 verba taoreru adalah sama denagan korobu yaitu jatuh.
Contoh :
石つまずいてた倒れる
Ishi tsumazuiteta taoreru
Karena tersandung batu, terjatuh.
h. Verba taoreru selain bermakna jatuh, juga memilliki makna lain, yaitu bersifat ragam
sastra seperti tidak dapat bangun dan berdiri sebab kehilangan tenaga.
Contoh :
独裁政権は感嘆には倒れないようだ。
Dokusai seiken wa kantan ni wa taorenai youda.
Pemerintahan diktator rupanya tidak dapat digulingkan dengan mudah.
2.3
Makna Verba `jatuh` Dalam Bahasa Indonesia
Verba atau kata kerja adalah merupakan salah satu kelas kata yang penting dalam
bahasa termasuk bahasa Indonsia. (Salim, 2002:1703).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Chaer (2006:100) menyebutkan bahwa kata-kata yang dapat diikuti oleh frase
dengan ........, baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang
menyatakan penyerta, disebut kata kerja.
Ciri-ciri verba bahasa Indonesia menurut Drs. Peter Salim M.A (2002:1703) yaitu :
a.
Berfungsi sebagai predikat
b.
Mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses atau keadaan
c.
Verba, khususnya yang bermakna keadaan tidak dapat dibri prefix ter- yang berarti
paling
Pembagian verba, dari segi bentuknya verba bahasa Indonesia dapat dibagi atas :
a. Verba asal, verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Contoh : makan, duduk dll.
b. Verba turunan : verba yang dibentuk dengan membubuhkan afiks pada dasar kata atau
kelompok kata.
1. Dasar bebas, afiks wajib. Mendasar, memanjang, membekas, berlari
2. Dasar bebas, afiks manasuka (mem)-buang, (men)-jual
3. Dasar terikat, afiks wajib, bertamu, beperang, mempermalukan
4. Reduplikasi, berlari-lari, memaki-maki
5. Majemuk, cuci tangan, campur aduk
Ada juga pembagian verba menurut fungsinya, yang lazim terdapat dalam bahasa
Indonesia adalah :
a. Verba intransitif atau tak transitif yaitu verba yang mempunyai objek
b. Verba kausatif yaitu verba yang menyebabkan sesuatu terjadi, biasanya diikuti oleh
akhiran –kan, dan –i
c. Verba transitif yaitu verba yang mempunyai objek
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembahasan skripsi ini akan dibahas verba ochiru, korobu, dan taoreru yang
artinya ‘jatuh’ dalam bahasa Indonesia. Untuk itu juga harus diketahui makna dari kata
‘jatuh’ dalam bahasa Indonesia.
Suharso dan Ana (2005:201) mengatakan bahwa ‘jatuh’ adalah terlepas dan turun
kebawah dengan cepat, bertepatan dengan cepat, berhenti memegang kekuasaan.
Jatuh dalam bahasa Indonesia merupakan verba. Seperti yang diungkapkan oleh
Moeliono (1988:353) ada 10 makna jatuh dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1. (Terlepas dari) turun ke bawah dengan cepat baik ketika masih dalam gerakan turun
maupun sudah sampai ke tanah.
2. Merosot, turun banyak (harga, nilai)
3. Sampai ke….;tiba di….;tembus ke…..
4. Bertepatan dengan, berbetulan dengan…..
5. Berhenti memegang kekuasaan (tentang pemerintah, cabinet)
6. Bangkrut (took, kongsi)
7. Kalah atau dirampas musuh (kota, bentng)
8. Tidak lulus (ujian) sangat menderita (rugi, sengsara)
9. Tidak tahan lagi (oleh godaan,pnderitaan,cobaan)
10. Menjadi (sakit, miskin,cinta)
2.4
Semantik
2.4.1 Defenisi Semantik
Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang
Universitas Sumatera Utara
berarti ”tanda’ atau ”lambang”. Yang dimaksud tanda atau lambang disini sebagai pedoman
kata sema itu adalah tanda linguistik. Seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Sausure
dalam Chaer (1994:60), yaitu bahwa setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu: (1)
yang
diartikan
(perancis:signifie,
inggris:signified)
dan
(2)
yang
mengartikan
(perancis:signifiant, inggris:signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak
lain dadripada konsep atau makna sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan
(signifiant, signifier) itu adalah tidak lain daripada bunyi-bunyi itu, yang berbentuk fonemfonem bahasa yang bersangkutan. Jadi dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri dari
unsur bunyi dan unsur makna.
Kemudian kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang
linguistik yang mempelajari hubungan tanda-tanda linguistik denngan hal-hal yang
ditandainya. Dengan kata lain bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau
arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna
atau tenatang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa
fornologi, gramatika, dan semantik. (Abdul Chaer,2002:2).
Batasan semantik dalam Ensiklopedia Britanika (Encyclopedia Britanica, vol 20)
dalm Pateda (2001:7) yang terjemahannya ”semantik adalah studi tentang hubungan antar
suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam ativitas bicara.”
secara empiris sebelum seseorang berbicara dan ketika seorang mendengar ujaran seseorang
terjadi proses mental pada diri keduanya. Dengan kata lain, baik pada pembicara maupun
pada pihak pendengar terjadi proses pemaknaaan. Soal makna menjadi urusan semantik.
Dapat disimpulakan bahwa semantik adalah subdisiplin lingiustik yang memberikan makna.
Dengan kata lain, semantik berojebkan makna.
Universitas Sumatera Utara
Sutedi (Sutedi,2003:103) menjelaskan semantik memegang peranan penting dalam
berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain adalah untuk
menyampaikan suatu makna. (Sutedi,2003:103). Apabila seseorang nenyampaikan ide
kepada orang lain, kemudian lawan bicara bisa memahami apa yang disampaiakn, hal ini
disebabakan karana ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik.
2.3.2
Jenis-jenis Makna Dalam Semantik
Menurut Chaer (1995:59) jenis atau tipe makan dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu :
a. Berdasarkan jenis makna semantiknya, makna dapat dibedakan menjadi makan leksikal
dan makna gramatikal.
Makna leksikal adalah makan yang sesuiai dengan referennya, makna yang sesuai
dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
kita. Contohnya kata makan, makna leksikalnya adalah memasukkan makanan ke dalam
mulut, mengunyah dan menelannya.
Apabila dicontohkan ke dalam kalimat, makna itu tamapak pada kalimat : kami makan
tiga kali sehari; adik makan bubur. Kata makan dalam kalimat ini sangat jelas bahwa
makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, mengunyah dan menelannya.
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses
gramatikal seperti proses aviksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Contoh proses
afiksasi /ter-/pada kata/angkut/ dalam kalimat barang yang sebanyak itu terangkut juga
oleh kenderaan mini tersebut, awalan ter- pada kata terangkut melahirkan makna ’dapat’,
dan dalam kalimat TV Bu Nia terangkut oleh mobil tetangga RW sebelah, seangkan
Universitas Sumatera Utara
kalimat ini melahirkan makna gramatikal ’tidak sengaja’. Contoh reduplikasi dapat dilihat
pada buku yang bermakna ’sebuah buku’ menjadi ’buku-buku’. Sebagai contoh komposisi
dapat dilihat dari kata sate ayam tidak sama dengan komposisi sate padang. Yang pertama
menyatakan asal bahan, yang kedua menyatakan asal tempat.
b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksern, dapat dibedakan
menjadi makna referensial dan makna non referensial.
Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen, yaitu sesuatu
diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata spidol dan pensil, kedua kata itu disebut
makna referensial karena kedua kata itu mempunyai referen yaitu sejenis alat tulis.
Sedangkan kata-kata yang tidak memiliki referen, maka kata itu disebut kata bermakna
non referensial. Contohnya seperti kata ’karena’ dan ’tetapi’ tidak mempunyai referen,
sehingga kata itu bermakna non referensial.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata-kata yang memiliki makna
referensial adalah kata-kata seperti spidol dan pensil, yang termasuk kelas kata tugas seperti;
preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non referensial.
c. Berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem, makna dapat
dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makan referensial, sebab makna denotatif
ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna
denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif karena itu sering disebut
sebagai makna sebenarnya. Contoh kata wanita dan perempuan, karena kata-kata ini
mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata
Universitas Sumatera Utara
perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama, tetapi dewasa ini kedua kata
tersebut mempunyai nilai rasa yang berbeda, yakni kata perempuan mempunyai nilai rasa
yang rendah, sedangkan kata wanita mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan
pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa positif atau negatif disebut makna konotasi,
atau disebut juga bukan makna yang sebenarnya.
d. Berdasarkan kesepakatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata atau
makna istilah
Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah
memiliki makna yang tetap dan pasti. Lebih jelasnya bisa dilihat dari contoh kata tangan dan
lengan, yang dalam bidang kedokteran istilah untuk kata-kata tersebut memiliki pengertian
yang berbeda. Makna tangan adalah ’pergelangan sampai ke jari-jari’, sedangkan makna
lengan adalah ’pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari
atau dalam bahasa umum, tangan dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya).
e. Berdasakan kriteria atau sudut pandang lain, jenis makna dibedakan menjadi makna
asosiatif, idiomatik, dan kolokatif
Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-lambang yang digunakan oleh
suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya kata melati
digunakan sebagai perlambang kesucian, kata merah digunakan sebagai perlambang
keberanian, dan kata srikandi digunakan sebagai perlambang kepahlawanan wanita.
Lain halnya dengan makna idiomatik, kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa
berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contohnya frase
menjual rumah bermakna ’si pembeli menerima rumah dan si penjual menerima uang’, tetapi
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan frase menjual gigi bukan bermakna ’si pembeli menerima gigi dan si penjual
menerima uang’, melainkan bermakna ’tertawa kera-keras’. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satuan bahasa (kata,frase, atau
kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur
pembentuknya.
Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan
makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase. Contohnya seperti
pada frase gadis itu cantik dan pemuda itu tampan. Kedua frase itu tidak sama maknanya
walaupun informasinya sama.
2.3.3
Manfaat Mempelajari Semantik
Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa
yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer,1994:11). Bagi orang-orang yang
menggeluti suatu bidang seperti bahasa apabila ingin melakukan penelitian bahasa, yang
belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan akan semantik memberi bekal teorutis kepadanya
untuk menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajari. Tidak jauh bedanya
dengan seorang guru apabila mempelajari semantik maka manfaat semantik akan
memberiakn manfaat teoritis dan juga manfaat praktis baginya.manfaat teoritis disini bagi
seorang guru perlunya karena dia sebagai guru bahasa harus benar-benar mempelajari akan
bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini akan membantunya nemahami lebih baik
akan konsep-konsep bahasa yang akan diajarkan olehnya. Lain halnya dengan manfaat
Universitas Sumatera Utara
praktis, manfaat yang akan diperolehnya adalah berupa kemudahan baginya dalam
mengajarkan bahasa itu kepada peserta didiknya.
Bisa juga dilihat manfaat mempelajari semantik bagi wartawan atau orang-orang
yang berkecimpung dalam dunia yang berhubungan dengan mengumpulkan berita atau
persuratkabaran. Mereka juga akan memperoleh manfaaat praktis dari mempelajari semantik.
Pengetahuan akan semantik akan memudahkannya dalam memilih kata-kata yang tepat
dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.
Beda halnya dengan orang awam kebanyakan, pengetahuan yang luas akan teori
tentang semantik dan manfaat mempelajari semantik tidaklah begitu diperlukan. Hanya saja
dasar-dasar semantik masih diperlukan yang berguna untuk mengetahui bagaimana
sekelilingnya, yang selalu adanya informasi-informasi baru. Mereka perlu mencerna apa saja
informasi yang hadir disekitarnya, yang mana seharusnya diserap atau tidak. Sebagai
masyarakat yang hidup di tengah-tengah lingkungan umum, tidak mungkin mereka bisa
hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung melalui bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Download