Tugas Membuat Makalah Kasus Etika Bisnis

advertisement
Tugas Kelompok
 1 kelompok 2 – 3 orang
 Makalah dikumpulkan via email ke [email protected] selambatnya pada 10 November
2016
 Font calibri, size 12 dengan spasi 1
 Makalah di presentasikan dan akan di jadwalkan kemudian
 Pembuatan Makalah Kasus dengan Content Masalah / Kasus sbb:
1. Budaya perusahaan
2. Tata kelola perusahaan (good corporate governance)
3. Manual kode etik perilaku perusahaan (corporate code conduct)
4. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)
5. Pelanggaran kode etik yang ada di dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, dan regulasi pemerintah lainnya yang
mengatur tentang praktik bisnis.
 Masing – masing membuat analisa Perusahaan dalam 5 permasalahan di atas, perusahaan
bisa berbeda – beda dan lebih dari 1 perusahaan.
CONTOH MAKALAH
Judul :
PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT UNILEVER
INDONESIA DALAM MENGATASI PENCEMARAN LINGKUNGAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL`...................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kasus............................................
B. Rumusan Masalah..................................................
C. Metode Penulisan...................................................
1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian CSR.......................................................
B. Sejarah CSR..............................................................
C. Dasar Hukum..........................................................
D. Alasan Terkait Bisnis.............................................
E. Prinsip-Prnsip yang Harus Dipegang dalam
Melaksanakan CSR.................................................
F.
Indikator Keberhasilan CSR......................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Dampak Negatif yang Ditimbulkan PT. Unilever
Bagi Masyarakat Tanpa Adanya CSR......................................
B.
Dampak Positif CSR terhadap Masyarakat.............................
C.
Upaya Penerapan Tangguna Jawab Sosial
Perusahaan PT. Unilever untuk Berkembang.........................
D. Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT. Unilever
Terhadap Pencemaran Limbah yang Ditimbulkan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
B.
Saran
...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kasus
Dewasa ini kesadaran akan lingkungan sudah meningkat. Masalah pencemaran sudah banyak
menarik minat, mulai lapisan bawah sampai lapisan atas. Setiap pemerintah daerah mewajibkan
pembuatan instalasi pengolahan limbah kepada pimpinan industri di daerahnya. bahkan sudah ada
yang diajukan kepengadilan karena pelanggaran limbah ini.
Perusahaan-perusahaan barupun banyak yang tumbuh dan berkembang di sekitar masyarakat. Dan
tidak sedikit pula yang merugikan masyarakat sekitar karena limbah yang dihasilkan tidak diolah atau
dibuang sebagaimana mestinya.
Pembangunan yang dilakukan besar-besaran di Indonesia dapat meningkatkan kemakmuran namun
disisi lain hal ini juga dapat membawa dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dampak yang
diakibatkan dari pencemaran lingkungan yang disinyalir dari buangan proses sebuah industri
mengakibatkan rusaknya ekosistem (pencemaran terhadap ikan dan air) serta mengakibatkan
sejumlah penyakit dimasyarakat sekitar
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kami tertarik untuk membuat karya tulis tentang bentuk
tanngung jawab perusaan terhadap limbah yang dihasilkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas permasalahan yang kami bahas yaitu :
1. Apakah dampak negatif yang ditimbulkan PT. Unilever bagi masyarakat?
2.
Seberapa jauhkah CSR berdampak positif bagi masyarakat ?
3. Bagaimana upaya penerapan tanggung jawab sosial perusahaan PT. Unilever untuk
berkembang bersama masyarakat?
4. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab sosial PT Unilever mengenai pencemaran limbah
yang ditimbulkan?
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami menggunakan teori-teori yang sudah ada untuk mendukung
kebenaran data karya tulis kami. CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di
mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus
berdasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau
deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun
untuk jangka panjang.
3
A. Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka
dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005)
Menurut Zadek, Fostator, Rapnas CSR adalah bagian yang tidak terpisahkan dari strategi bersaing
jagka panjang yang berorientasi pada avokasi pendampingan & kebijakan publik.
CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT)
yang baru. Undang-undang ini disyahkan dalam sidang paripurna DPR.
Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggungjawab sosial dan lingkungan bagi
perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan SDA, ayat 2 mengenai perhitungan biaya
dan asas kepatutan serta kewajaran, ayat 3 mengenai sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan lanjutan.
Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan
bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
Namun UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal
CSR bagi perusahaan nasional. Tentu saja kedua ketentuan undang-undang tersebut diatas membuat
fobia sejumlah kalangan terutama pelaku usaha swasta lokal. Apalagi munculnya Pasal 74 UU PT
yang terdiri dari 4 ayat itu sempat mengundang polemik. Pro dan kontra terhadap ketentuan
tersebut masih tetap berlanjut sampai sekarang. Kalangan pelaku bisnis yang tergabung dalam Kadin
dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang sangat keras menentang kehadiran dari pasal
tersebut.
Jika ditarik pada berbagai pengertian di atas maka CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap
kepentingan pada stakeholders dalam arti luas dari sekedar kepentingan perusahaan belaka. Dengan
kata lain, meskipun secara moral adalah baik bahwa perusahaan maupun penanam modal mengejar
keuntungan, bukan berarti perusahaan ataupun penanam modal dibenarkan mencapai keuntungan
dengan mengorbankan kepentingan-kepentngan pihak lain yang terkait.
B. Sejarah CSR
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman tahun
1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis.
Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur
dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak
peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.
Profit - Mendukung laba perusahaan
People - Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet - meningkatkan kualitas lingkungan
4
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya
untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosialekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang memiliki
kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan CSR.
Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan dan
corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih
bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer
terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century
Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the
World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987),
Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik
tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan
sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social activity) atau aktivitas sosial perusahaan.
Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang
merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat
sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan
advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari
alasan bahwasannya kegiatan perusahaan membawa dampak (baik maupun buruk) bagi kondisi
lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham,
melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi
perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok,
masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan
pemerintah selaku regulator.
C. Dasar Hukum
Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam:
UU. 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai diwajibkannya melakukan CSR. Direksi yang
bertanggung jawab bila ada permasalahan hukum yang menyangkut perusahaan & CSR.
Penjelasan pasal 15 huruf b UU Penanaman Modal menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
“tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat “.
5
Pasal 1 angka 3 UUPT , tangung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun
masyarakat pada umumnya.
D. Alasan Terkait Bisnis
Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics International
(Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di
antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang
perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) akan paling
berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand image-lah yang akan paling
memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis
fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR adalah ingin
"menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan
dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan.
Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk
mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.
E. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terusmenerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus memiliki
dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga
dan tidak dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari bahwa sebuah
bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR
yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas
sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan,
maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan mempertimbangkan sampai
kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure perusahaan
sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke harga jual
produk. “CSR yang benar tidak membebani konsumen.
F. Indikator Keberhasilan CSR
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi perusahaan dan masyarakat. Dari sisi perusahaan,
citranya harus semakin baik di mata masyarakat. Sementara itu, dari sisi masyarakat, harus ada
6
peningkatan kualitas hidup. Karenanya, penting bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan program CSR, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Satu hal yang perlu
diingat, “Salah satu ukuran penting keberhasilan CSR adalah jika masyarakat yang dibantu bisa
mandiri, tidak melulu bergantung pada pertolong orang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Dampak Negatif yang Ditimbulkan PT. Unilever bagi masyarakat Tanpa Adanya CSR
Dampak pencemaran lingkungan yang timbul akibat limbah pabrik PT. Unilever tanpa adanya CSR
dapat terbagi atas tiga jenis yaitu :
1.
Dampak Pencemaran Air
Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian terhadap manusia juga ekosistem yang ada
didalam air. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa :
•
Air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, hal ini diakibatkan oleh air
sudah tercemar sehingga tidak bisa digunakan lagi apalagi air ini banyak manfaatnya seperti untuk
diminum, mandi, memasak mencuci dan lain-lain,
•
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, contoh air yang terkena minyak tidak
dapat digunakan lagi sebagai solven atau sebagai air dalam proses industri kimia,
•
Air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian, seperti untuk irigasi, pengairan sawah
dan kolam perikanan. Apabila air sudah tercemar oleh senyawa an organik dapat mengakibatkan
perubahan drastis pada PH air. Air yang bersifat terlalu asam atau basa akan mematikan tanaman
dan hewan air, selain itu air yang tercemar oleh limbah B3 menyebabkan banyak ikan mati dan pada
manusia timbul penyakit kulit ( rasa gatal ).
2.
Dampak Pencemaran Udara
Dengan dibangunnya pabrik di perkotaan asapnya dapat mengakibatkan polusi udara sehingga
menganggu kenyamanan bagi para pemakai jalan.Apabila udara telah tercemar maka akan
menimbulkan penyakit seperti sesak napas.
3. Dampak Pencemaran Tanah.
Tanah yang telah tercemar oleh bahan pencemar seperti senyawa karbonat maka tanah tersebut
akan menjadi asam, H2S yang bersama CO membentuk senyawa beracun didalam tanah sehingga
cacing penggembur tanah mati.
Ketiga dampak pencemaran tanah ini dapat berakibat buruk terhadap lingkungan terutama karena
hasil kegiatan industri PT Unilever bila limbahnya langsung dibuang tanpa melalui proses pengolahan
lebih dahulu.
7
2.
Dampak Positif CSR terhadap Masyarakat
Dampak Positif CSR terhadap Masyarakat Sekitar, antara lain:
-
Lingkungan sosial menjadi lebih baik
-
Tingkat pengangguran berkurang di tengah maraknya PHK besar-besaran.
3. Upaya Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT. Unilever untuk Berkembang Bersama
Masyarakat
PT. Unilever berupaya untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas hidup yang lebih
baik bagi masyarakat. Yang terbukti, dari misinya, yaitu:
-
menggali dan memberdayakan potensi masyarakat,
-
memberikan nilai tambah bagi masyarakat,
-
memadukan kekuatan para mitra dan
-
menjadi katalisator bagi pembentukan kemitraan.
Dalam meningkatkan reputasi perusahaan, kami menekankan pentingnya berkesinambungan dalam
pelestarian lingkungan, kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha.
Perhatian utama PT. Unilever adalah memenangkan hati pelanggan (internal dan eksternal) dan
upaya membahagiakan konsumen dan masyarakat secara terus-menerus, dengan memahami dan
mengantisipasi kebutuhan mereka, serta menanggapinya secara mandiri, dengan cara:

Secara proaktif mendengarkan kebutuhan konsumen dan masyarakat menghasilkan
tindakan yang berfokus pada peningkatan nilai

Menanggapi dengan serius setiap persoalan pelanggan, pembeli dan masyarakat

Merencanakan secara efektif – memberikan waktu persiapan yang cukup untuk bekerja
dengan baik

Memenuhi apa yang dijanjikan – tepat waktu

Peduli terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitar
Perilaku ini diterapkan dalam kegiatan perusahaan sehari-hari. Tahun 2003, PT. Unilever
memperkenalkan Program 3C (Consumer, Customer and Community) Connection kepada
karyawannya. Mereka didorong untuk secara proaktif mendengarkan keinginan pelanggan,
konsumen dan masyarakat, guna mengumpulkan masukan bagi peningkatan kontribusi perusahaan.
Pertemuan bulanan dengan tokoh masyarakat dilakukan secara rutin, sebagai pendekatan yang
bottom-up. Berfokus pada kekuatan Unilever, perusahaan yakin dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar bagi masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
8
4.
Bentuk Tanggung Jawab Sosial PT Unilever terhadap Pencemaran Limbah yang Ditimbulkan
Tanggung jawab social perusahaan mengenai pencemaran limbah yang ditimbulkan perusahaan,
dapat diwujudkan melalui beberapa program, antara lain:
•
Program Pengembangan Usaha Kecil Menengah;
•
Program Pelestarian Sumber Air;
•
Program Daur Ulang dan
•
Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Dalam mengembangkan programnya, Perusahaan berpegang, pada 4 strategi utama yaitu:
•
Mengembangkan program yang terkait usaha kami;
•
Merumuskan model kegiatan atau program percontohan yang dapat diterapkan di daerah lain;
•
Bekerja sama dengan unsur-unsur masyarakat seperti LSM, lembaga pemerintah, pranata
pendidikan pelaku bisnis lain dan
•
Membuat replikasi model di daerah-daerah lain
Dalam melaksanakan inisiatif tanggung jawab sosial, kami menerapkan pendekatan menyeluruh bagi
setiap inisiatif. Melihat konteks yang lebih luas, mulai dari yang kecil untuk memastikan pencapaian
hasil yang baik lalu, kami bergerak cepat untuk mereplikasikan inisiatif tersebut, sehingga
dampaknya dapat dirasakan masyarakat luas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tanpa adanya CSR, PT. Unilever dapat menimbulkan dampak negatif yang berupa
pencemaran lingkungan.
2. Banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat sekitar dengan adanya CSR.
3. PT. Unilever turur berperan untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas hidup
yang lebih baik bagi masyarakat.
4. PT. Unilever melaksanakan program-program yang dapat mengatasi pencemaran
lingkungan.
9
B.
Saran
Tanggung jawab sosial PT Unilever ini akan suskses bila ada kerjasama diantara perusahaan dengan
masyarakat. Untuk mencapai dunia yang lebih setara, berkelanjutan tanpa kemiskinan dan
kerusakan lingkungan. Dibutuhkan pergeseran paradigma, dari pemenuhan “kepentingan individu”
menjadi “kepentingan bersama”, yaitu perubahan dari pengelolaan “corporate usual responsibility”
menjadi “corporate social responsibility”, yang berarti berubahnya orientasi dari gaya hidup “Saya”
menjadi “Kita”. Seluruh anggota masyarakat harus bekerja bersama sebagai team untuk membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo Soejono, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal, Indonesia, Mandar Maju,
Bandung: 1999.
Dwi Nurwoko (2006) Sosiologi teks pergaulan dan terapan. Jakarta : Kencana
http://business enveroment.wordpress.com/2007/03/01/program -C
http://www.djpp.depkumham.go.id/hukum-bisnis/84-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-corporatesocial-responsibility-dan-iklim-penanaman-modal.html
http://labitacanadase.webs.com/apps/blog/show/2694870
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung
Sonny A . Keraf, Etika BIsnis : Tuntutan dan Relevansinya, Yogyakarta, Kanisius, 1998.
10
Download