DILEMA JATI DIRI KEUANGAN NEGARA Ditulis oleh

advertisement
DILEMA JATI DIRI KEUANGAN NEGARA
Ditulis oleh:
Mustofa Kamal
Pusdiklatwas BPKP
ABSTRAK
Keuangan Negara merupakan pilar fundamental bangsa. Keberadaannya sangat
dibutuhkan dalam penyelenggaraan Negara. Tak sedikit posisinya di beberapa lembaga atau
badan hukum masih diperdebatkan oleh beberapa anak bangsa. Untuk mengatasi itu, keuangan
Negara harus dikembalikan ke khittahnya. Jati diri keuangan Negara perlu dibedah untuk
mengidentifikasi ciri dan inti keuangan Negara.
Ciri dan inti keuangan Negara harus diidentifikasi dalam suatu lembaga atau badan.
Teknik identifikasinya dapat dilakukan dengan tabel pencarian jejak jati diri keuangan Negara
yang ada dalam tubuh yuridis lembaga atau badan hukum tersebut. Dan untuk kian memperkuat
posisi keuangan Negara, perlu dilakukan inventarisasi keuangan Negara di seantero lembaga atau
badan hukum yang terkait keuangan Negara. Dengan itu, dilemma seputar keuangan Negara
dapat dikurangi bahkan sirna.
I.
PENDAHULUAN
Sepanjang hayat Negara Kesatuan Republik Indonesia tak pernah sepi dengan dinamika.
Baik dinamika materiil maupun immaterial. Dinamika materiil berupa dinamika
infrastruktur, sedangkan dinamika immaterial berwujud, antara lain, demokrasi.
Sebuah keniscayaan dalam demokrasi adalah pro dan kontra. Hal itu sah-sah saja bahkan
memang layak ada sebagai penghias temaram kehidupan bernegara, namun menjadi sangat
tidak diharapkan dan tidak kondusif jika pro dan kontra sudah masuk ke ranah fundamental
bangsa, yaitu keuangan Negara.
Aliran keuangan Negara dari mulai perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban
selalu tak luput dari terpaan godaan penyimpangan. Uniknya, tubuh keuangan Negara selalu
ternoda, namun jarang ada pihak yang mau mengakuinya. Jati diri keuangan Negara jelas-
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
2
jelas terkoyak, namun sidik jari pelaku susah diburu, bahkan jika teridentifikasi pun, pelaku
selalu mengelak.
Yang lebih tragis lagi, bukan sosok pelaku penyimpangan yang sulit untuk dicubit,
namun jati diri keuangan Negara masih dipertanyakan oleh beberapa anak bangsa. Tidak
sedikit eksistensi jati diri keuangan keuangan Negara yang tersebar seantero badan atau
lembaga tergiring (bahkan digiring) masuk dalam perangkap dilema. Ironinya, peniup dan
pendukung pro dan kontra dalam dilemma tersebut adalah para panutan bangsa.
Tulisan ini tidak membedah tentang penyimpangan keuangan Negara, namun
menguraikan seputar dilema jati diri keuangan Negara dan solusi reduksinya.
II.
POTRET DILEMA JATI DIRI KEUANGAN NEGARA
Republika hari Selasa tanggal 26 Januari 2010 memberitakan bahwa ragam pendapat
beberapa tokoh tentang “Dana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)” di arena pansus century,
apakah termasuk kategori keuangan Negara atau bukan. Pendapat mereka terbelah, ada yang
pro, ada yang kontra dan ada juga yang abu-abu alias tidak tegas mengungkap jati diri
‘keuangan negara’. Berikut ini cuplikan pendapat para tokoh tersebut:
A. Yang mengatakan bahwa Dana LPS merupakan bagian dari Keuangan Negara adalah
Tumpak Hatorangan Panggabean (Plt Ketua KPK), Jusuf Kalla (mantan wakil presiden),
dan Prof HAS Natabaya (Guru Besar Hukum Tata Negara Unhas).
B. Yang mengatakan bahwa Dana LPS bukan bagian dari Keuangan Negara adalah:
1. Darmin Nasution (Pejabat sementara Gubernur BI): “Dana LPS untuk bailout bukan
bagian dari keuangan Negara”
2. Prof Erman Rajakgukguk (Guru Besar Hukum Ekonomi UI): “Uang dari badan
hukum adalah milik badan hukum. Dana Rp 4 triliun, sudah menjadi modal LPS,
walaupun itu berasal dari APBN yang dipisah”.
C. Yang tidak secara tegas untuk mengatakan apakah dana LPS bagian dari keuangan
Negara atau bukan:
1. Sri Mulyani (Menteri Keuangan): “Dana LPS adalah kekayaan Negara yang
dipisahkan”
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
3
2. Burhanuddin Abdullah (mantan gubernur BI): “Dana LPS berasal dari anggaran
Negara”
3. Anwar Nasution (mantan Ketua BPK/mantan Deputi Gubernur BI): “Dana LPS itu
berawal dari uang Negara”
4. Boediono (wakil presiden): “saya serahkan kepada ahli hukum”
Fragmen yang telah mengemuka itu hanyalah sebongkah gunung es dilema. Jati diri
keuangan Negara masih menjadi objek empuk perdebatan, bahkan berpotensi sepanjang
masa hidup bangsa debat kusir itu selalu mampir. Kian dahsyat dan hebat corak perdebatan
itu karena dilakoni oleh para panutan dan tokoh yang fatwanya berhembus di atmosfer
gedung DPR dan bergema ke seantero nusantara.
Sungguh malang nian makhluk yang bernama keuangan Negara, dibentuk dan
dilahirkan, tapi masih diperdebatkan jati dirinya. Tak berlebihan kiranya kalau timbul
pertanyaan; apa sih yang mereka ributkan? Kenapa mesti mendengar pendapat orang?
Kenapa tidak dilakukan diagnosa jati diri keuangan Negara, terus cari jejaknya di LPS, ada
atau tidak ?
III.
JATI DIRI KEUANGAN NEGARA
Setiap sesuatu pasti mempunyai jati diri yang dapat membedakan dengan lainnya,
sekaligus dapat menggambarkan batasan-batasan pengertian dan makna sesuatu tersebut. Jati
diri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) arti, yaitu; 1) Ciri-ciri,
gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; identitas; dan 2) Inti, jiwa,
semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas.
Dari dua arti diatas dapat dinyatakan bahwa jati diri sesuatu merupakan cirri dan inti
sesuatu tersebut. Jati diri keuangan Negara dapat diketahui dari ciri dan inti keuangan
Negara. Hal itu dapat ditanyakan kepada yang melahirkan dan menjaganya. Yang melahirkan
keuangan Negara adalah Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara,
sedangkan diantara yang menjaganya adalah Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
4
A. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 menyebutkan bahwa “Keuangan
Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Kemudian, pasal 2 UU tersebut menyebutkan bahwa Keuangan Negara meliputi:
1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan Negara;
4. Pengeluaran Negara;
5. Penerimaan Daerah;
6. Pengeluaran Daerah;
7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan
daerah;
8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Di pasal 2 itu tersurat bahwa diantara yang termasuk dalam keuangan Negara
(yang berkaitan dengan pihak lain) adalah kekayaan Negara yang dikelola pihak lain baik
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang (angka 7) dan kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan pemerintah (angka 9).
Berikutnya, di penjelasan UU tersebut diuraikan bahwa “pendekatan yang
digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses,
dan tujuan”. Ini merupakan poin kunci yang dapat digunakan untuk mengetahui cirri dan
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
5
inti keuangan Negara. Coba cermati dengan seksama ke-4 ciri dan inti keuangan Negara
tersebut:
1. Dari sisi obyek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan,
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Pernyataan diatas dapat digambar sebagai berikut:
Ciri dan inti keuangan Negara disini adalah hak dan kewajiban yang “dapat dinilai
dengan uang, berwujud kebijakan, kegiatan, uang atau barang dan di 3 (tiga) cluster,
yaitu bidang fiscal, bidang moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dari gambar tersebut dapat dibuat rumus keuangan Negara. yaitu:
Keuangan Negara = bidang fiscal + bidang moneter +
pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan
dimana:
Bidang fiscal = {(± Rp x kebijakan terkait fiskal) + (± Rp x kegiatan terkait fiscal)
+ (± uang terkait fiscal) + (±Rp x barang terkait fiskal)}
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
6
Bidang moneter = {(±Rp x kebijakan terkait moneter) + (±Rp x kegiatan terkait
moneter) + (±uang terkait moneter) + (±Rp x barang terkait
moneter)}
Pengelolaan kekayaan Negara yg dipisahkan =
{(±Rp x kebijakan terkait kekayaan Negara yg dipisahkan) +
(±Rp x kegiatan terkait kekayaan negara yang dipisahkan) +
(± uang terkait kekayaan negara yang dipisahkan) + (±Rp x
barang terkait kekayaan negara yang dipisahkan)}
± berarti hak (+) dan kewajiban (-)
Yang menarik disitu diuraikan bagian dari salah satu cluster keuangan Negara
adalah PENGELOLAAN kekayaan negara yang dipisahkan, BUKAN sekedar
“kekayaan Negara yang dipisahkan”. Disitu tersirat makna bersifat on going activity
(sepanjang aktivitas), BUKAN initial outlay atau jumlah penyertaan modal pertama
saja. Semua orang kemungkinan besar tahu apa yang dimaksud dengan
“pengelolaan”. Kalau tidak tahu, ….hemmm … TERLALU !
2. Dari sisi subyek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek
sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada
kaitannya dengan keuangan negara.
Pernyataan ini dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
7
Dari sini sangat jelas ciri dan inti keuangan Negara. Salah satu poin yang perlu
dicermati adalah “badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan Negara”. Makna
kata “yang ada kaitan” tentu bisa berarti modal untuk mendirikan, suntikan dana
penyelamatan, dana akuisisi dan sebagainya. Berangkat dari situ dapat diidentifikasi
dan ditentukan, kira-kira badan apa saja yang dapat dikategorikan dengan itu. LPSkah? KPU-kah? Panwaslu-kah? Dan lain-lain.
3. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan
kebijakan
dan
pengambilan
keputusan
sampai
dengan
pertanggunggjawaban.
Pernyataan tersebut dapat digambar sebagai berikut:
4. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Pernyataan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
8
Itulah keempat ciri dan inti keuangan Negara. Uraian tersebut mencerminkan
bahwa jati diri keuangan Negara dapat diidentifikasi dengan pendekatan Subjek Predikat
Objek Keterangan (SPOK). Jika identifikasi tersebut dilakukan pada lembaga/badan
hokum/pihak lain maka SPOK yang relevan adalah:
ü Subjeknya: badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara
ü Predikatnya: kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek mulai dari
perumusan
kebijakan
dan
pengambilan
keputusan
sampai
dengan
pertanggunggjawaban
ü Objeknya:
o semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan, kegiatan, uang, dan barang dalam pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan
o kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah
ü Keterangannya: kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan obyek dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
Negara.
B. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Dalam penjelasan UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, disebutkan bahwa “keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
9
kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan,
termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban
yang timbul karena :
1. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga
Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;
2. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha
MilikNegara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan
yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak
ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara”.
Dari itu dapat diidentifikasi diantara jati diri keuangan Negara jika beririsan dengan
pihak lain adalah:
ü Subjeknya : badan hukum
ü Predikatnya: penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban objek.
ü Objeknya
: kekayaan negara dalam bentuk apapun, termasuk bagian kekayaan
negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena pelaksanaan predikat diatas.
IV.
SOLUSI REDUKSI DILEMA JATI DIRI KEUANGAN NEGARA
A. Kembalikan Keuangan Negara Pada Khittahnya
Potensi kisruh seputar jati diri keuangan Negara masih akan selalu terbuka selama
para birokrat dan tokoh tidak mengembalikan jati diri keuangan negara kepada khittahnya. Oleh karena itu, WAJIB hukumnya jati diri keuangan Negara dikembalikan kesana.
Untuk mengidentifikasi jati diri keuangan Negara, tanyakan kepada induk semang yang
melahirkan dan menjaganya, yaitu Undang undang nomor 17 tahun 2003 tentang
keuangan Negara dan Undang-undang nomor 31 dan 1999 tentang pemberantasan
tipikor.
Ciri dan inti keuangan Negara yang telah digelar diatas dapat dijadikan acuan
untuk mengidentifikasi jati diri keuangan Negara yang ada di suatu lembaga atau badan
hukum, bukan “diserahkan ke ahli hukum” yang komentarnya membuat anggota dewan
bingung. Negara ini menjunjung tinggi supremasi hukum, bukan supremasi orang yang
berlabel ahli hukum.
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
10
Teknis diagnosa jati diri keuangan Negara dalam tubuh lembaga atau badan
hokum tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Penulis yakin seabreg pakar bisa
dikerahkan untuk merancangnya. Poin yang perlu ditekankan dalam teknik itu adalah
pada tujuannya yaitu meyakini keberadaan jati diri keuangan Negara pada lembaga atau
badan (selain BUMN dan BUMD).
Disini disajikan contoh teknik diagnosa, yaitu dengan menggunakan tabel
pencarian jejak jati diri keuangan negara. Cari dan temukan jejak ciri dan inti keuangan
Negara dalam tubuh lembaga atau badan hokum itu. Sebagai contoh, jejak cirri dan inti
keuangan Negara akan diidentifikasi dalam tubuh LPS. Untuk itu dapat digunakan tabel
pencarian jejaknya sebagai berikut:
1. Tabel Pencarian jejak Jati diri keuangan Negara dari sisi Subjek:
No.
Sesuai Khittah Keuangan
Negara
UU no. 17/2003 UU 31/1999
1.
badan lain yang
ada kaitannya
dengan
keuangan
Negara
Badan hokum
Lokasi jejak jati diri keuangan Negara
dalam tubuh LPS
(menurut UU no.7/2009)
Pasal 2 ayat (2) LPS adalah badan
hukum
Ayat (4) LPS bertanggung jawab kepada
presiden
Pasal 89.(1) LPS wajib menyampaikan
laporan tahunan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 88 kepada presiden dan
DPR, paling lambat tanggal 30 April
tahun berikutnya
Dari pencarian yang pertama dapat diidentifikasi secara jelas bahwa LPS adalah
badan hukum yang ada kaitannya dengan keuangan Negara. Hal itu terlihat pada
“bertanggung jawab kepada presiden dan wajib menyampaikan laporan tahunan
kepada presiden dan DPR”. Jadi jejak jati diri keuangan Negara sebagai subjek
melekat kuat pada LPS.
2. Tabel Pencarian jejak Jati diri keuangan Negara dari sisi Predikat:
Sesuai Khittah Keuangan Negara
No.
2.
UU no. 17/2003
kegiatan yang
berkaitan dengan
UU 31/1999
penguasaan,
pengurusan
Lokasi jejak jati diri keuangan Negara
dalam tubuh LPS
(UU no.7/2009)
Pasal 5.(2).a, dalam menjalankan
fungsinya, LPS mempunyai tugas:
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
11
pengelolaan obyek
mulai dari perumusan
kebijakan dan
pengambilan
keputusan sampai
dengan
pertanggunggjawaban
dan
pertanggung
jawaban
objek
Merumuskan, menetapkan
kebijakan dalam rangka turut aktif
memelihara stabilitas system
perbankan
Pasal 6.(1).c, dalam melaksanakan
tugas mempunyai wewenang
melakukan pengelolaan kekayaan
dan kewajiban LPS
Di langkah yang kedua, jejak jati diri keuangan Negara juga tertoreh di LPS. Dalam
kedua pasal tersebut Nampak bahwa diantara tugas dan kewenangan LPS berkaitan
dengan tugas Negara dan keuangan Negara. Hal itu tercermin dari “turut aktif
memelihara stabilitas system perbankan dan pengelolaan kekayaan dan kewajiban
LPS”. Kekayaan LPS adalah bagian dari keuangan Negara (seperti terurai di poin c).
3. Tabel Pencarian jejak Jati diri keuangan Negara dari sisi Objek:
Sesuai Khittah Keuangan Negara
No.
3.
UU no. 17/2003
UU 31/1999
ü semua hak dan
kewajiban negara
yang dapat
dinilai dengan
uang, termasuk
kebijakan,
kegiatan, uang,
dan barang
dalam
pengelolaan
kekayaan negara
yang dipisahkan
ü kekayaan pihak
lain yang
diperoleh dengan
menggunakan
fasilitas yang
diberikan
pemerintah
kekayaan
negara
dalam
bentuk
apapun,
termasuk
bagian
kekayaan
negara dan
segala hak
dan
kewajiban
Lokasi jejak jati diri keuangan Negara
dalam tubuh LPS
(UU no.7/2009)
Pasal 81. (2), kekayaan LPS
merupakan asset Negara yang
dipisahkan
Pasal 81.(3) LPS bertanggung jawab
atas pengelolaan dan penatausahaan
semua asetnya
Pasal 82.(2) kekayaan LPS yang
berbentuk investasi hanya dapat
ditempatkan pada surat berharga
yang diterbitkan oleh Pemerintah
Indonesia dan/ atau Bank Indonesia.
Pasal 83.(2) dalam hal akumulasi
cadangan penjaminan mencapai
tingkat sasaran sebesar 2,5% dari
total simpanan pada seluruh bank,
bagian surplus sebagaimana diatur
pada ayat (1) merupakan PNBP
Pasal 85.(1) dalam hal modal LPS
kurang dari modal awal sebagaimana
dimaksud dalam pasal 81 ayat (1),
pemerintah dengan persetujuan DPR
menutup kekurangan tersebut.
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
12
Pasal 88.(3), laporan keuangan LPS
diaudit oleh BPK RI
Pasal 8. (1) setiap bank yang
melakukan kegiatan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan
Dari sisi objek kian lebih jelas lagi jejak jati diri keuangan Negara di LPS. Tak
tanggung-tanggung minimal ada 7 poin (pasal). LPS hidup dari fasilitas Negara (pasal
8), kekayaannya merupakan asset Negara yang dipisahkan, Negara menutup modal
(jika kekurangan) dan diaudit oleh BPK. Perlu diketahui bahwa BPK mempunyai
kewenangan
untuk
melakukan
pemeriksaan
atas
pengelolaan
dan
pertanggungjawaban keuangan Negara.
4. Tabel Pencarian jejak Jati diri keuangan Negara dari sisi Keterangan:
Sesuai Khittah Keuangan Negara
No.
4.
UU no. 17/2003
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan
dan/atau penguasaan obyek dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan Negara
Lokasi jejak jati diri keuangan
Negara dalam tubuh LPS
(UU no.7/2009)
Pasal 4.b, fungsi LPS adalah turut
aktif dalam memelihara stabilitas
sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya
Keberadaan jejak jati diri keuangan Negara kian paripurna di tubuh LPS dengan
bukti jejak keterangan tujuan. Negara mempunyai kewajiban menjaga stabilitas
system perbankan. Hal itu diwujudkan dalam kebijakan pengelolaan keuangan
negara bidang moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia. Dan LPS
mempunyai fungsi diantaranya turut aktif dalam memelihara stabilitas perbankan.
Jadi,
fungsinya
berjalan
dalam
rangka
mendukung
penyelenggaraan
pemerintahan Negara.
Keempat contoh pencarian jejak jati diri keuangan Negara yang tersaji diatas
terlihat nyata sekali ciri dan inti keuangan Negara ada di tubuh LPS. Jejaknya tidak
samar-samar yang mudah kabur oleh angin pendapat tapi kental di sekujur tubuh LPS
yang semestinya tak mudah terkikis. Kalau sudah seperti itu, masih ragukah bahwa dana
LPS adalah bagian dari keuangan Negara? masih perlukah pendapat orang ?.
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
13
B. Inventarisasi keuangan Negara
Solusi reduksi dilemma seputar jati diri keuangan Negara yang kedua adalah
dengan melakukan inventarisasi keuangan Negara. Hal ini mungkin terkesan aneh (ah …
masak!). Tapi tak masalah kalau itu dianggap aneh. Pertanyaannya, lebih aneh yang
mana:
1. pendapat orang yang mengatakan bahwa dana LPS bukan bagian keuangan Negara,
atau
2. pemerintah perlu melakukan inventarisasi keuangan Negara?
Penulis yakin 100%, poin a sangat aneh bin ajaib.
Inventarisasi keuangan Negara bukanlah khayalan cerita legenda yang tak
mungkin nyata. Langkah itu sangat wajar dan logis mengikuti jejak saudara kandungnya,
yaitu ‘inventarisasi kekayaan Negara (Barang Milik Negara)’. Jiwanya sama tapi tak
serupa.
Inventarisasi keuangan Negara perlu dilakukan terhadap posisi keuangan Negara
yang ada di beberapa badan atau lembaga selain BUMN dan BUMD. Di pihak-pihak
yang berpotensi dilema saat me-justifikasi bahwa dananya adalah bagian keuangan
Negara.
Hal itu dapat menguatkan posisi keuangan negara jika diterjang angin puyuh
masalah. Sehingga apabila terjadi kisruh, seperti bank century, pihak berwenang
langsung bisa mengambil langkah strategis dan taktis. Tak perlu menunggu kerja pansus.
Tak perlu menanti wajah jemu media massa penuh dengan fragmen anggota dewan yang
sangat tidak lucu.
V.
KESIMPULAN
Dilema seputar jati diri keuangan Negara telah mengemuka dan berpotensi selalu ada.
Jati diri keuangan Negara seharusnya dapat diketahui dan dikenal dengan mencermati cirri
dan inti keuangan Negara. Hal itu dapat dilihat dari aturan yang melahirkan dan menjaganya,
yaitu UU nomor 17 tahun 2003 dan UU no 31 tahun 1999.
Untuk mengurangi dilema tersebut maka identifikasi keuangan Negara harus
dikembalikan kepada khittahnya, yang melahirkan dan menjaganya. Dengan itu, identifikasi
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Dilema Jati Diri Keuangan Negara
14
posisi keuangan negara yang ada di suatu lembaga/badan hukum dapat mudah dilakukan.
Teknik identifikasinya dapat menggunakan tabel pencarian jejak jati diri keuangan Negara.
Aksi nyatanya dengan menelusur jejak jati diri keuangan negara ke dalam tubuh
lembaga/badan hukum tersebut, dapat menggunakan UU pendiriannya. Sebagai contoh
penelusuran jejajk jati diri keuangan Negara pada tubuh LPS. Hasil penelusuran
mencerminkan bahwa jati diri keuangan Negara sangat nyata disana.
Yang tak kalah pentingnya, solusi reduksi dilema adalah ‘inventarisasi keuangan
negara’. Langkah ini perlu dirintis sebagai upaya meminimalisasi potensi dilemma jati diri
keuangan Negara di kemudian hari. Setelah identifikasi jati diri keuangan Negara
dilaksanakan, maka tak ada lagi pihak yang akan berpendapat macam-macam.
Kalau ada orang yang sudah tahu jati diri ‘bajaj’ yang rodanya 3 (tiga) dan lain-lain.
Maka manakala dia melihat itu di garasi orang, dia PASTI akan mengatakan itu bajaj.
Mungkin hanya orang yang mabuk, linglung dan BERSANDIWARA yang melihat bajaj tapi
menyebutnya dokar atau kereta … apa kata dunia!!!
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 24 Tahun
2004 tengan Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang
Republika, KPK: Dana LPS Uang Negara, Jakarta, 26 Januari 2010
Mustofa Kamal / NIP 19720601 1993 03 1001
Download