olahraga seba menurunkan gula bapak b di rw 06 karya ilm

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
OLAHRAGA SEBAGAI INTERVENSI UNTUK
MENURUNKAN GULA DARAH PADA KELUARGA
BAPAK B DI RW 06 KELURAHAN SUKATANI
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
ANINDINI WINDA AMALIA, S.KEP
0906510634
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
OLAHRAGA SEBAGAI INTERVENSI UNTUK
MENURUNKAN GULA DARAH PADA KELUARGA
BAPAK B DI RW 06 KELURAHAN SUKATANI
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
ANINDINI WINDA AMALIA, S.KEP
0906510634
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk
telah saya nyatakan benar
Nam
NPM
Tanda Tangan
: Anindini Winda Amalia., S.Kep
: 0906510634
:
Tanggal
: 14 Juli 2014
iii
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:
Nama
: Anindini Winda Amalia, S.Kep
NPM
: 0906510634
Program Studi
: Program Profesi Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilmiah
: Olahraga sebagai Intervensi untuk Menurunkan
Gula Darah Pada Keluarga Bapak B di RW 06
Kelurahan Sukatani
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Ns. Sukihananto, S.Kep., M.Kep (
)
Penguji
: Ns. Maulina, S.Kep., M.Kep
)
(
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: ..........................
iv
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Olahraga sebagai Intervensi untuk Menurunkan Kadar Gula pada
Keluarga Bapak B di RW 06 Kelurahan Sukatani.” Penulisan karya ilmiah
akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir
Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Ns. Sukihananto., S.Kep., M.Kep
selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
3. Ibu DR. Enie Novieastari Mukti selaku pembimbing akademik penulis.
4. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
5. dr. Anti selaku kepala Puskesmas Cimanggis yang telah bekerja sama dengan
kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan.
6. Bapak Agus Suwarno dan Ibu Sri Jamilah selaku orang tua, adik saya Herasfin
Isyana Aristianti dan Auliya Khanza Qorita yang penulis sayangi dan selalu
mendoakan dengan segenap cinta, mendukung keberhasilan laporan penulisan
baik secara moril maupun materil.
7. Teman-teman FIK angkatan 2009, dan teman-teman FIK PKKMP peminatan
Komunitas, terutam kelompok diabetes mellitus RW 06 Okti, Ranti, Kurnia,
Kak Dewi dan Kak Yuyun, kalian memang hebat.
v
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
8. Keluarga Bapak B, khususnya Ibu S yang telah menerima mahasiswa dengan
baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam Praktik Klinik
Keperawatan Masyarakat Perkotaan.
9. Masyarakat di RW 06 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam
pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia
menyediakan waktu dan tempat untuk kami.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini.
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir
ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
penyusunan penulisan di masa yang akan datang.
Depok, 14 Juli 2014
Anindini Winda Amalia., S.Kep
vi
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan
dibawah ini:
Nama
: Anindini Winda Amalia, S.Kep
NPM
: 0906510634
Program Studi
: Profesi Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Olahraga sebagai Intervensi untuk Menurunkan Kadar Gula pada Keluarga
Bapak B di RW 06 Kelurahan Sukatani
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 14 Juli 2014
Yang Menyatakan
(Anindini Winda Amalia, S.Kep)
vii
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Anindini Winda Amalia, S.Kep
: Profesi Ilmu Keperawatan
: Olahraga sebagai Intervensi untuk Menurunkan Gula
Darah pada Keluarga Bapak B di RW 06 Kelurahan
Sukatani
Diabetes merupakan salah satu masalah yangterjadi pada masyarakat perkotaan.
Beberapa faktor yang meningkatkan angka diabetes di perkotaaan adalah pola
hidup yang tidak sehat, kurang aktifitas, dan obesitas. Karya ilmiah akhir ini
bertujuan untuk memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah diabetes mellitus di RW 06 Kelurahan Sukatani.
Intervensi utama yang menjadi fokus pembahasan adalah olahraga. Olahraga
mampu menurunkan gula darah keluarga Bapak B, khususnya Ibu S dari 364
mg/dl menjadi 217 mg/dl.
Kata kunci: Asuhan keperawatan keluaarga, Diabetes mellitus, Gula darah,
Olahraga
viii
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Anindini Winda Amalia, S.Kep
: Ners
: Excercise as intervention for Decrease Blood Glucose in
Bapak B family’s in RW 06 Kelurahan Sukatani
Diabetes is one of the the problems in urban communites. Some factors that
increase the rate of diabetes in urban is unhealthy lifestyle, lack of activity, and
obesity. The aim of this final assigment is provide descriptive management of
family nursing care with diabetes mellitus at RW 06 Kelurahan Sukatani. Primary
nursing intervention in this case is exercise. Exercise in Bapak B family’s
especially Ibu S has improved blood glucose level 364 mg/dl to 217 mg/dl.
Keywords: Blood Glucose, Diabetes Mellitus, Exercise, Family nursing care.
ix
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..............
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Perumusan Masalah .................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
1.4.1 Keluarga ......................................................................
1.4.2 Pendidikan Keperawatan..............................................
1.4.3 Pelayanan Keperawatan ...............................................
1.4.4 Penelitian Selanjutnya..................................................
1
6
7
7
7
7
7
8
8
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Perkotaan /Urban Nursing...
2.2 Keluarga Diabetes Mellitus ......................................................
2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .......................................
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus .......................................
2.2.3 Faktor Risiko Diabetes Mellitus...................................
2.2.4 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus ...........................
2.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus ....................................
2.2.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus .............................
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Mellitus ......
2.4 Kerangka Konsep .....................................................................
9
11
11
11
12
13
14
15
21
25
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan .........................................................
3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan.......................................
3.4 Implementasi Keperawatan ......................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan ..............................................................
26
28
29
29
30
x
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 34
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan
Konsep kasus terkait................................................................. 38
4.3 Analisis Intervensi olahraga sebagai Intervesi Unggulan dengan
Konsep dan Penelitian terkait ................................................... 41
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... 42
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................
5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas .....................................
5.2.2 Keluarga.........................................................................
5.2.3 Masyarakat/Kader..........................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
44
44
44
45
45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
xii
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi san modernisasi
terutama terjadi pada masyarakat kota besar di Indonesia menjadi oenyebab
terjadinya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif (WHO, 2014). Di
Indonesia telah terjadi transisi penyakit degeneratif yang biasanya terjadi pada
usia lansia, namun sekarang terjadi pada orang yang usianya lebih muda (Perkeni,
2011). Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung
kronis, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi,
hiperlipidemia dan lain sebagainya (Sudoyo, dkk., 2010).
Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di
dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi
global penyakit degeneratif (WHO, 2014). Faktor utama penyebab terjadinya
penyakit degeneratif tersebut adalah pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan
merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktifitas fisik kurang, stress,
sering tidur larut malam dan pencemaran lingkungan (Suyono, 2010). Salah satu
penyakit degeneratif yang sudah menjadi masalah kesehtan masyarakat, baik
secara global, regional, nasional, dan lokal adalah Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjasi akibat kegagalan
pangkreas memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunkan insulin secara
efektif. DM mempunyai sindrom klinik yang ditandai adanya poliuria, polidipsi,
dan polifagia serta disertai peningkatan kadar glukosa darah. Di Indonesia DM
merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan karena dapat
menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus
diamputasi, penyakit jantung, dan stoke (Depkes, 2014).
Global status report on NDC World Health Organization (WHO) tahun 2010
telah melaporkan bahwa 60% penyebab kematian di dunia
1
adalah karena
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
2
penyakit degeneratif. Dimana diabetes mellitus menduduki peringkat keenam
sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta jiwa orang meninggal akibat diabetes
dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada tahun 2030 diperkirakan diabetes
mellitus menempati urutan ketujuh penyebab kematian di dunia (Depkes, 2013).
Pada tahun 2012, dikatakan prevalensi angka kejadian diabetes mellitus di dunia
adalah sebanyak 371 juta jiwa (IDF, 2013) dimana proporsi kejadia diabetes
mellitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus
dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 (CDC,
2012). Secara epidemologi diperkirakan bahwa pada tahun 2030, prevalensi DM
di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa (Depkes, 2013).
International Diabetes Federation (2013) telah menyatakan bahwa lebih dari 371
juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan
Indonesia merupakan negara urutan ketujuh yang memiliki prevalensi DM
tertinggi di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia, dan Mexico. Data terakhir
menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia untuk daerah perkotaan sebesar
5,7% dan 73,7% pasien Dm tidak terdiagnosa dan tidak mengkonsumsi obat,
sedangkan prevalensi toleransi gula predaiabetes sebesar 10,2%. Laporan
Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2011, bahwa jumlah penderita DM
sebesar 1,03% dengan jumlah kematian sebesar 1,5% di unit rawat inap rumah
sakit di Indonesia (Depkes, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diperoleh bahwa prevalensi
diabetes mellitus meningkat sesuai bertambahnya umur, dan paling banyak pada
kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 5,5%. Wanita memiliki prevalensi lebih
banyak menderita diabetes
mellitus sebanyak 2,3% dibandingkan laki-laki
sebanyak 2,0%. Berdasarkan persebaran tempat tinggal di daerah perkotaan
(2,5%) memiliki prevalensi diabetes lebih tinggi
daripada daerah pedesaan
(1,7%). Prevalensi DM juga cenderung tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi dan dengan penghasilan yang tinggi. Prevalensi penduduk
dewasa di Indonesia yang memiliki obesitas sebanyak 15,4% (Riskesdas, 2013).
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
3
Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan
masyarakat (Depkes, 2006).
Tujuan umum dari keperawatan ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Sedangkan tujuan khusus dari keperawatan kesehatan
masyarakat adalah
meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi, menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas
merusmuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
menanggulangi
masalah
kesehatan/keperawatan
masalah,
kesehatan/keperawatan,
yang
mereka
hadapi,
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri ( self
care ), serta tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap
masalah kesehatan (Depkes, 2006).
Keperawatan kesehatan masyarakat cakupannya sangat luas, tidak hanya
menangani suatu permasalahan yang membutuhkan adanya penyembuhan dari
suatu penyakit tetapi juga adanya upaya pencegahan. Oleh karena itu di ruang
lingkup keperawatan
kesehatan masyarakat mencakup peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
(kuratif),pemulihan
kesehatan
(rehabilitatif),
dan
mengembalikan
serta
memfungsikan kembali baik individu, keluarga dan kelompok-kelompok
masyarakat kelingkungan sosial dan masyarakat (resosialitatif) (Depkes, 2006).
Perawat komunitas memainkan peran penting dalam penanggulanag DM di
masyarakat, yang meliputi sebagai: 1) Advokat: perawat komunitas memberikan
nasehat kepada keluarga dengan DM tentang pengelolaan DM secara mandiri,
memberikan informasi mengenai layanan kesehatan bagi penderita DM, dan
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
4
mengupayakan sistem layanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita DM. 2)
Kolabolator; perawat komunitas bekerja sama dengan berbagai profesi kesehatan
lain dan organisasi yang berada di komunitas dalam upaya penanggulangan DM.
3) Pelaksana; perawat komunitas memberikan asuhan keperawatan langsung
kepada penderita DM sebagai individu, keluarga dan masyarakat. 4) Pendidik;
perawat komunitas memberikan pendidikan kesehatan baik pada tingkat
pencegahan primer, sekunder, dan tersier agar penderita DM dapat mengelola DM
secara mandiri. 5) Peneliti; Perawat melakukan penelitian atau menelaah
fenomena DM seperti peningkatan prevalensi dan perilaku penderita DM
(Allender, Rector, dan Warner, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada
masyarkat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah diabetes mellitus
pada agregat dewasa. Praktik penulisan diawali dengan wawancara dengan kader
dan pembagian kuesioner yang dilakukan di RW 06 Kelurahan Sukatani. Dari
hasil wawancara dan pembagian kuesioner kepada 36 responden didapatkan data,
36,1% (13 orang) memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus.
Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor risiko DM karena keturunan di wilayah
RW 06 Kelurahan Sukatani rendah. Selanjutnya, data mengenai kondisi keluarga
terkait tanda dan gejala DM, menunjukkan bahwa 38,9% responden (14 orang)
sering haus tanpa sebab yang jelas, 41,7% responden (15 orang) sering buang air
kecil terutama di malam hari, 30,6% responden (11 orang) sering lapar dan
banyak makan, 55,4% (20 orang) responden memiliki anggota keluarga yang
gemuk. Dari data, tampak menunjukkan bahwa ada anggota keluarga responden
yang memiliki tanda dan gejala DM.
Hasil kunjungan keluarga yang menjadi keluarga kelolaan di RW 06 Kelurahan
Sukatani (18 keluarga), diperoleh hasil ada 78 % yang memiliki masalah aktual
diabetes mellitus. Berdasarkan pola hidup keluarga kelolaan mahasiswa di RW
O6 diperoleh data 80% tidak berolahraga, 50% suka makan minum manis, dan
10% mengalami obesitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga kelolaan di
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
5
RW 06 merupakan keluarga yang memiliki masalah dengan diabetes mellitus
sehingga perlu dibina.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak B selama tujuh
minggu bertempat di RT 03 RW 06 Kelurahan Sukatani. Keluarga Bapak B (68
tahun) dan Ibu S (50 tahun), memiliki dua orang anak yaitu An M (32 tahun) dan
An N (16 tahun). Anak M sudah menikah dan tinggal bersama istri dan anaknya
di rumah Bapak B. Keluarga Bapak B merupakan keluarga extended family
dengan masalah kesehatan keluarga dengan diabetes mellitus. Ibu S merupakan
kelolaan utama dalam asuhan keperawatan menderita DM sejak 10 tahun yang
lalu, saat awal dilakukan pemeriksaan GDS (10 Mei 2014) diperoleh hasil 364
mg/dl, memiliki berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm dengan IMT 27,34.
Ibu S mengatakan memiliki keluhan sering lapar, sering haus, dan sering kencing.
Pada pengkajian aktivitas fisik Ibu S menggunakan Global Physical Activity
Questioner diperoleh hasil aktivitas fisik Ibu S termasuk rendah karena tidak
melakukan aktivitas berat minimal dari 20 menit/ hari selama 3 hari atau aktivitas
sedang selama 5 hari atau berjalan paling sedikit 30 menit/ hari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang dilakukan Ibu S masih rendah,
sehingga memicu kadar gula darah masih tinggi. Hasil penelitian Kosen & Usman
(2004) menunjukkan 84,9 % penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia kurang
aktivitas fisik.
Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi
dalam mengatasi masalah diabetes mellitus yang terjadi pada keluarga. Evaluasi
dilakukan setelah semua tindakan keperawatan telah dilakukan. Penulis
memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat
diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan keluraga dengan DM.
Impelentasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak B melalui pendidikan
kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
6
terkait masalah diabetes mellitus dengan menjelaskan kepada keluarga tetang
pengertian DM, faktor resiko DM, tanda dan gejala DM, serta akibat DM.
Mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang
mempunyai masalah DM denga memberikan informasi makanan yang dianjurkan,
dibatasi dan dihindari terkait DM; porsi makanan yang dibutuhkan; cara
penyusunan menu; penyusunan jadwal makanan; olahraga yang dapat dilakukan
untuk penderita DM.
Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan
keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan
yang dipilih adalah olahraga. Implementasi mengenai aktivitas fisik dilakukan
karena terjadi penurunan kadar gula darah yang dimiliki Ibu S setelah dilakukan
intervensi selama empat minggu.
Olahraga secara teratur adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan serta berperan penting dalam penanganan DM baik
tipe 1 maupun tipe 2, khususnya dalam mengontrol gula darah. Manfaat olahraga
bagi penderita DM adalah menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan
sensivitas sensulin, menurunkan berat badan, dan meningkatkan fungsi jantung
serta menurunkan tekanan darah (Praet & Loan, 2009).
Savas, et al (2004) menunjukkan bahwa terjadi penurunan glukosa darah sebesar
8,1% pada 9 wanita penderita DM setelah mengikuti program olahraga selama 4
minggu dan meningkat menjadi 12,5% penurunan glukosa darah setelah menjalani
program olahraga selama 16 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa olahraga teratur
dalam jangka waktu lama dapat menurunkan glukosa darah lebih besar (Praet &
Loan, 2009).
1.2. Perumusan Masalah
Penyakit DM saat ini mengalami peningkatan prevalensi di semua negara
termasuk Indonesia. Penyakit DM juga memberikan dampak merugikan bagi
individu,
keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah
sehingga
memerlukan
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
7
penanganan yang serius. Olahraga bagi penderita DM merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk menurunkan glukosa darah dan mencegah terjadinya
komplikasi. Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa tertarik untuk
mengetahui
manfaat olahraga sebagai upaya menurunkan kadar gula darah keluarga yang
mengalami DM.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Bapak B di RW 06 Kelurahan Sukatani, Kota Depok dengan
masalah diabetes mellitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Memberikan gambaran mengenai masalah diabetes mellitus yang terdapat
pada agregat dewasa
1.3.2.2
Memberikan gambaran mengenai hasil pengkajian keperawatan pada
keluarga Bapak B
1.3.2.3
Memberikan gambaran mengenai diagnosis keperawatan yang muncul
pada keluarga Bapak B
1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai perencanaan intervensi keperawatan
berupa inovasi unggulan terkait olahraga pada keluarga Bapak B
1.3.2.5 Memberikan gambaran terkait implementasi keperawatan pada keluarga
Bapak B
1.3.2.6 Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada keluarga
Bapak B
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Keluarga
Keluarga dapat mendapatkan pengetahuan tentang cara perawatan pasien
DM di rumah, salah satunya olahraga untuk menurunkan gula darah
terutama bagi penderita DM.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
8
1.4.2. Pendidikan Keperawatan
Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan
kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga
mengenai pentingnya olahraga dalam menurunkan kadar gula darah penderita
DM.
1.5.1 Pelayanan Keperawatan
Mengembangankan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi
kesehatan mengenai olahraga dalam menurunkan kadar gula darah. Penulisan ini
dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat
kesehatan masyarakat, pada program peyakit tidak menular khususnya diabetes
mellitus di Puskesmas Kelurahan Sukatani dalam mengembangkan media promosi
kesehatan tentang olahraga yang dapat dilakukan penderita DM dan penyuluhan
pada keluarga dengan masalah DM.
1.5.2 Penelitian Selanjutnya
Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan
penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan
pentingnya olahraga dalam menurunkan kadar gula darah penderita DM.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan / Urban Nursing
Keperawatan komunitas merupakan integral dari keperawatan profesional yang
mengkombinasikan pengetahuan dan keilmuannyaan untuk fokus pada promotif,
pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan individu, keluarga, dan komunitas
(Canadian Public Health Association, 2010). Perawat kesehatan masyarakat
adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Allender & Spradley, 2001).
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok,
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan,
ketidakmauan
maupun
ketidakmampuan
dalam
menyelesaikan
masalah
kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait
masalah kesehatan prioritas daerah terutama yang belum memanfaatkan
pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan pelayanan kesehatan tetapi
memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah (Allender & Spradley, 2001)
Intervensi keperawatan adalah kegiatan keperawatan yang berpusat pada klien
yang diberikan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah atau diagnosis
keperawatan (McCabe, 2001). Stanhope dan Lancaster (2000) menyatakan
strategi intervensi keperawatan komunitas dalam mengatasi masalah kesehatan
meliputi pendidikan kesehatan, proses kelompok, pemberdayaan, patnership, dan
perawatan langsung.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk merubah
perilaku individu, kelompok, dan masyarkata, yaitu perilaku yang dianggap
9
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
10
merugikan kesehatan menuju perilaku yang bermanfaat bagi kesehatan.
Pendidikan kesehatan mencakup tindakan pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan yang optimal dilakukan secara terus menerus pada beberapa fase
kegiatan seperti fase deteksi penyakit, pengobatan, rehabilitasi, dan fase
perawatan (Glanz, Rimer, & Vismanth, 2008).
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan dengan cara menghimpun individu-individu yang mempunyai
kesamaan dan mengumpulkannya dalam suatu kelompok (Stanhope & Lancaster,
2004). Intervensi keperawatan dalam tatanan komunitas lebih efektif dan
mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan pada individu, keluarga, dan
komunitas apabila bekerjasama dengan masyarakat, berbagai kelompok di
masyarakat dapat dikembangkan sesuai sengan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat, misalnya posbindu.
Pemberdayaan adalah proses pengembangan pengetahuan dan ketrampilan untuk
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan untuk
mengubah hidup (Alleander & Spradley, 2001). Proses pemberdayaan yang
dilakukan melalui tahap: 1) penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan
peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan mengelola masalah kesehatan
secara mandiri, 2) transformasi pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola
masalah kesehatan secara mandiri, 3) tahap peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sehingga terbentuk inisiatif dan inovatif untuk mengantarkan
kemandirian mengelola masalah kesehatan secara mandiri (Allender, Rector, &
Warner, 2010).
Patnership merupakan kesepakatan antara orang-orang untuk tujuan saling
menguntungkan. Patnership yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah
membangun jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait dengan
penanggulangan masalah kesehatan yang terjadi. Pihak-pihak tersebut meliputi
profesi kesehatan lain (dokter, ahli gizi), stake holder (puskesmas, dinas
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
11
kesehatan), sponsor, dan organisasi masyarkat (PKK, Posbindu) (Allender &
Spradley, 2001).
Perawatan langsung adalah memberikan asuhan langsung kepada klien yang
memiliki
masalah
kesehatan,
dengan
pendekatan
berpikir
kritis
untuk
meningkatkan keberhasilan jangka panjang dengan membantu membangun suatu
komunitas sehat yang aman dan memiliki unsur yang memungkinkan masyarakat
untuk mncapai dam mempertahankan kualitas dan fungsi hidup yang tinggi
(Potter & Perry, 2009).
2.2. Konsep Diabetes Mellitus
2.2.1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer & Bare, 2002).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis maupun
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi klinis hilangnya toleransi
karbohidrat (Price & Wilson, 2005).
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakterisitik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja atau
keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Perkeni,2011; ADA, 2012). Sehingga dapat
disimpulkan, diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin maupun menurunnya kerja
insulin.
2.2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
DM diklasifikasikan menjadi insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) atau
diabetes tipe 1, dan non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau
diabetes tipe 2. Klasifikasi diabetes yang lainnya adalah diabetes mellitus yang
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
12
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan diabetes mellitus
gestasional (Black & Hawk, 2009).
Diabetes mellitus tergantung insulin atau DM tipe 1 lebih dikenal faktor
keturunan, dan terjadi di baawah usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe ini
disebabkan oleh faktor genetik yang mengakibatkan respon autoimun, yang
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dan mengganggap seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu auto antibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan juga
berpengaruh, dimana virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan dekstruksi sel beta (Corwin, 2009; Smeltzer & Bare, 2002).
DM tipe 2 atau NIDDM lebih sering dipengaruhi oleh gaya hidup, salah satunya
faktor obesitas. DM tipe 2 ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
kerja insulin. Hal ini terjadi karena reseptor pada sel yang menjadi kurang peka
terhadap insulin. Penderita DM tipe 2 memiliki kelainan terhadap pengikatan
insulin dengan reseptor, yang disebabkan oleh kurangnya jumlah reseptor yang
responsif pada membran sel (Black & Hawks, 2009). Diabetes tipe 2 merupakan
jenis DM yang paling banyak ditemukan pada penderita diabetes, yaitu hampir 90
% dari keseluruhan penderita DM (Gonder, Frederick, Cox, & Clarke, 2002).
2.2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Faktor resiko diabetes mellitus dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat diubah
dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu berat
badan berlebih, obesitas, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, kurang aktivitas,
dan merokok. Sedangkan untuk faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia,
ras, suku bangsa, jenis kelamin, dan riwayat keluarga (Black & Hawks, 2009).
Menurut Sustrani, Alam & Hadibroto (2010) faktor resiko diabetes mellitus
anatara lain:
a. Faktor usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan
cepat setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut terutama
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
13
setelah usia 45 tahun pada mereka yang memiliki berat badan erlebih,
sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
b. Faktor keturunan (genetik)
DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga menderita DM,
Kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin
dengan baik. Namun, resiko terkena DM juga tergantung pada faktor
kelebihan berat badan, kurang dan stress.
c. Faktor kegemukan / obesitas
1) Perubahan gaya hidup dari tradisonal ke gaya hidup barat
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis – manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar
serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk
menurunkan stres, tetapi gula dan lemak dapat berakibat fatal dan
beresiko terjadinya DM.
2) Makanan berlebihan
Obesitas bukan karena makanan yang manis dan kaya lemak saja,
tetapi juga disebabkan karena konsumsi yang terlalu banyak yang
disimpan di dalam tubuh.
3) Hidup santai dan kekurangan aktivitas
d. Faktor demografi
1) Jumlah penduduk meningkat
2) Urbanisasi
3) Penduduk berumur di atas 40 tahun meningkat
2.2.4. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Tanda dan gejala daiabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala akut dan
gejala kronik (Perkeni, 2011):
1. Gejala Akut
Gejala penyakit diabetes mellitus dari satu penderita ke penderita lain
bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun samapai
saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banya
(poli) yaitu banyak makan (polifagi), banyak minum (polidipsi), dan
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
14
banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut jika tidak segera diobati, maka
akan timbul gejala nafsu makan berkurang dan berat badan turun dengan
cepat (5-10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu), mudah lelah, timbul rasa mual,
bahkan penderita akan koma yang disebut koma diabetikum.
2. Gejala kronik
Gejala kronik yang dialami penderita DM adalah kesmutan, kulit terasa
panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita, gigi
mudah goyang dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan
impotensi.
2.2.5. Kompilkasi Diabetes Mellitus
Kondisi kadar gula darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi tersebut diabagi menjad dua yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi ketoasidosis siabetik, hiperosmolar
non ketotik, dan hipoglikemia. Sedangkan komplikasi kronik meliputi
makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada
pembuluh darah besar seperti jantung, darah tepi, dan otak. Mikroangiopati terjadi
pada pembuluh darah kecil seperti kapiler retina mata dan kapiler ginjal (Perkeni,
2011).
Tabel 2.1. Komplikasi Kronik yang terjadi pada Diabtes Mellitus
Beserta Tanda Patologis (Ignativius & Workman, 2006)
Mikroangiopati
Makroangiopati
Komplikasi
Neuropati
Nepropati
Retinopati
Sistem tubuh
Neurologi
Genitourinari
Sensori
Kardiovaskuler
Vaskuler perifer
Tanda patologis
Baal, nyeri parah
Gagal ginjal
Penglihatan kabur
Infark Miokard
Gangren
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
15
2.2.6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari empat faktor
yaitu edukasi, diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakologi dengan preparat
hiperglikemik oral dan insulin. Beberapa pelaksanaan diabetes mellitus adalah:
a. Edukasi
Penyuluhan kesehatan pada penderita DM merupakan suatu hal yang amat
penting dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah atau
setidaknya menghambat munculnya penyakit kronik maupun komplikasi
yang ditakuti oleh penderita DM. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang
baik antara penderita DM dan keluarganya dengan para petugas kesehatan
atau penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga
lain. Untuk dapat menyuluh dengan sendirinya para penyuluh harus benar –
benar dapat memahami dan menyadari pentingnya pendidikan kesehatan
tentang diabetes mellitus serta mampu menyusun serta menjelaskan materi
penyuluhan yang hendak disampaikan pada penderita DM. Dalam
penyampaian materi penyuluhan tersebut, peyuluh dapat memakai berbagai
macam sarana seperti ceramah, seminar, diskusi kelompok, dan sebagainya.
Semuanya itu bertujuan untuk mengubah pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), dan perilaku (behaviour).
Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
yang berhubungan dengan gaya hidup. Penderita diabetes mellitus yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang diabetes mellitus dan selanjutnya
dapat mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya
hingga ia dapat hidup lebih lama (Price & Wilson, 2005).
Penyuluhan diabetes mellitus dapat dilakukan untuk pencegahan primer,
sekunder, dan tersier. Adapun pada pencegahan primer, dilakukan terhadap
orang – orang yang belum menderita diabetes mellitus tetapi beresiko untuk
menderita. Untuk pencegahan primer ini tentu saja kita harus mengenal faktor
– faktor yang berpengaruh pada timbulnya diabetes mellitus dan berusaha
mengeliminasi faktor tersebut (Price & Wilson, 2005).
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
16
Penyuluhan dalam hal pencegahan sekunder adalah dengan mengelola pasien
diabetes mellitus, sejak awal kita perlu waspada akan kemungkinan
komplikasi – komplikasi kronik yang mungkin timbul. Sejauh mungkin kita
harus berusaha mencegah timbulnya komplikasi tersebut. Pencegahan tersier
perlu dilakukan pada pasien diabetes mellitus, bila komplikasi kronik timbul
sehingga dalam hal ini penyuluh mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut
dengan
usaha
pengelolaan
komplikasi
sebaik-baiknya
dan
usaha
merehabilitasi pasien sedini mungkin sebelum kecacatan menetap dan tidak
lagi dapat diperbaiki.
b. Diet
Tahap
pertama
dalam
diet
adalah
mendapat
riwayat
diet
untuk
mengidentifikasi kebiasaan makan klien dan gaya hidupnya. Tujuan yang
paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita DM adalah
pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Presentase kalori
yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari
karbohidrat sebesar 45 - 65%, lemak sebesar 20 – 25%, dan protein sebesar
10 – 20 % dari total asupan energi (Perkeni, 2011)
Tujuan penatalaksanaan diet secara umum pada penderita DM diabetes
mellitus adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal, mencapai dan mempertahankan lemak mendekati
kadar
yang optimal, mencegah komplikasi akut atau kronik dan
meningkatkan kualitas hidup. Penatalaksanaan diet diabetes mellitus ada 3
(tiga) J yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM diabetes
mellitus, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makanan. Berikut
ini uraian mengenai ketiga hal tersebut: (Perkeni, 2011)
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
17
1. Jumlah Makanan
Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita
DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang
disarankan berkisar antara 1100-2900 KKal.
Sebelum menghitung berapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal
(idaman) seseorang.Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca :
Berat Badan Idaman : 90% X (tinggi badan dalam cm = 100) X 1 kg.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
seorang pasien diabetes :
a. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat
badan idaman dengan sejumlah kalori :
- Berat badan idaman dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki
- Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal untuk perempuan
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk
kegiatan sehari-hari (lihat tabel 1). Tampak pada tabel itu ada tiga
jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat.
- Kerja ringan : tambah 10 % dari kalori basal
- Kerja sedang : tambah 20 % dari kalori basal
- Kerja berat : tambah 40-100% dari kalori basal
- Tambahkan kalori sekitar 20-30% pada keadaan sbb:
1) Pasien kurus
2) Pasien masih tumbuh kembang
3) Ada stres misalnya infeksi, hamil atau menyusui
- Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung tingkat
kegemukannya.
b. Cara lain tertera pada tabel 2.2 yang tampaknya lebih mudah. Tampak
pada table itu bahwa seseorang dengan dengan berat badan normal
yang bekerja santai memerlukan 30 Kkal/kg BB idaman. Bagi orang
yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 Kkal/kg BB idaman.
Dengan cara ini tidak perlu ditambahtambahkan lagi.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
18
c. Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb :
- Pasien kurus : 2300-2500 Kkal
- Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal
- Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal
2. Jenis Makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana
harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat.
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup,
gula, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat
tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun
singkong, bit dan bayam harus dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi
seperti pisang, pepaya, mangga, sawo, rambutan, apel, duku, durian,
jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah
sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol,
labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat.
Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang tercantum
dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa
membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan
kebosanan, dapat diganti dengan makanan penukar lain. Perlu diingat
dalam penggunaan makanan penukar, kandungan zat gizinya harus sama
dengan makanan yang digantikannya.
3. Jadwal Makan
Penderita diabetes mellitus harus membiasakan diri untuk makan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes mellitus makan
sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan
interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada
kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan
perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
19
glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas
akibat kekurangan zat gizi.
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan
diabetes mellitus. Latihan jasmani berupa olahraga secara teratur (3 – 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes. Kegiatan sehari-hari seperti jalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang.
Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensivitas insulin, sehingga akan memperbaiki glukosa darah.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesehatan
jasmani (Perkeni, 2011).
d. Intervensi farmakologi
Intervensi farmakologis sangat diperlukan bagi penderita diabetes mellitus.
Intervensi farmakologis meliputi: OHO (Obat Hipoglikemik Oral), terapi
insulin khususnya bagi penderita DM type 1, dan obat hipoglikemik oral.
ï‚· Obat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Cara kerja golongan ini adalah: merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel
beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, memepertinggi kepekaan
jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.
Indikasi pemberian obat golongan sulfoniluria adalah: bila berat badan
sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan
insulin kurang dari 40 u/hari, bila tidak ada stress akut,seperti infeksi
berat.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
20
Semua Sulfonilurea meningkatkan berat badan dan beresiko menyebabkan
hipoglikemi, menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl serta menurunkan
HbA1c sampai 0.8–1.7% .
Karena obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka dosis yang diberikan
sekecil mungkin dan harus dimonitor GDP sampai 110-140mg/dL.
Generasi pertama (Tolbutamide, Acetohexamide, Tolazamide, and
Chlorpropamide) sudah tidak digunakan lagi (terutama di US) karena
meningkatkan reaksi obat dengan obat lain.
b.
Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan
biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan
istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemi.
Efek samping penggunaan obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia,
neusea, nyeri abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien
dengan gangguan hati dan ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau
insufisiensi cardiorespiratory.
c. Tiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitifitas insulin pada jaringan otot
dan adipose dan sedikit menghambat produksi glukosa di hati. relatif aman
untuk pasien gangguan ginjal karena dimetabolisme di hati dan
dikeluarkan melalui feses.
d. Pengahambat Glukosidase Alfa/Glukosidase Inhibitors
Generik: Acarbose (Glucobay) lansung menurunkan GDPP. Bekerja
dengan cara menghambat absorbsi karbohidrat pada usus halus, absorbsi
dextrins, maltose, sucrose, dan KH tergangu dengan pemberian acarbose
tetapi tidak menghambat penyerapan glucose dan lactose.
Dimakan bersamaan suapan pertama pengobatan dengan Arcabose dapat
menurunkan GDP sampai 35–40 mg/dl dan HbA1c sampai 0.4–0.7%.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
21
Terapi Acarbose tidak menyebabkan peingkatan berat badan atau
hipoglikemi (karena hanya berefek lokal), KI yaitu gangguan hepar, ginjal
(keatinin>2mg/dl) dan GI. Efek samping dari obat ini adalah peningkatan
flatus, nyeri abdominal, dan diare.
e. Terapi Kombinasi Insulin
Cara kerja Insulin adalah Fungsi utama mengkounter hormon peningkat
glukosa
dan
mempertahankan
gula
darah
normal,
menstimulasi
lipogenesis, menurunkan lipolisis dan meningkatkan transport asam amino
ke dalam sel, menstimulasi pertumbuhan, sintesis DNA dan replikasi sel.
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis yang
penting menurut cara kerjanya (Junadi dalam Riyadi dan Sukarmin, 2008:
88), diantaranya adalah:
a.
Cepat: RI (reguler insulin), dengan masa kerja 2—4 jam. Contoh
obatnya adalah Actrapid.
b.
Sedang: NPN, denga masa kerja 6—12 jam.
c.
Lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin), masa kerjanya 18—24 jam.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu
(8—20 unit) disesuaikan denga reduksi urine dan glukosa darah.
2.3. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Mellitus
Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus
dengan masalah uatama Diabetes Militus meliputi : (Friedman, 2003)
1. Data Umum
Yang perlu dikaji adalah jenis kelamin, umur, pendidikan. Pada
pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada
kemampuan dalam pengelolaan diabetes dan pandangan pasien
mengenai perawatan sendiri diabetes mellitus. Pada pengkajian umur
diketahui bahwa faktor usia berpengaruh pada diabetes melitus dan usia
dewasa tua (> 40 tahun) adalah resiko tinggi untuk DM.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
22
2. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya diabetes
melitus. Dan diketahui bahwa diabetes melitus adalah penyakit
autoimun yang ditentukan secara genetik. (Price & Wilson, 2005)
3. Status Sosial
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan kepala
keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan juga kebutuhankebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial
ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh
pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan
keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter dan
fasilitas kesehatan lainnya.
4. Riwayat Keluarga Inti
Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga dan apakah dari anggota keluarga tersebut ada yang
mempunyai penyakit keturunan. Karena sebagaimana telah diketahui
bahwa diabetes melitus juga merupakan salah satu dari penyakit
keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga
terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
5. Karakteristik Lingkungan
Yang perlu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakteristik
rumah, tetangga dan komunitas, geografis keluarga, sistem pendukung
keluarga dimana karakteristik rumah dan penataan lingkungan yang
kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita
diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit
sembuh
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
23
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan
dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi
keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan
keluarga
dalam
mengenal
tanda-tanda
gangguankesehatan selanjutnya.
b. Fungsi Keperawatan
1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab,
tanda dan ejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,
tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan, karena diabetes melitus memerlukan
perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makannya.
Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara pengaturan
makan yang benar pada diabetes melitus.
2)
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji
adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila
anggota keluarga terserang diabetes melitus. Kemampuan
keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung
kesembuhan.
3)
Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauhmana keluarga
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
24
mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes melitus.
4)
Untuk
mengetahui
sejauhmana
kemampuan
keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji
bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat
pemeliharaan
lingkungan
kemampuan
keluarga
untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan
dari pasien diabetes melitus.
5)
Untuk
mengetahui
sejauhmana
kemampuan
keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung
terhadap kesehatan seseorang.
f. Fungsi Sosialisasi
Pada kasus penderita DM yang sudah mengalami komplikasi seperti
ganggren, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam
keluarga maupun didalam komunitas sekitas keluarga.
d.
Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes militus perlu dikaji riwayat kehamilannya
untuk mengetahui adanya tanda-tanda diabetes melitus gestasional,
karena diabetes gestasional terjadi pada saat kehamilan. Pada pria
juga perlu dikaji kemungkinan terjadi gangguan reproduksi seperti
disfungsional ereksi, kecenderungan yang terjadi pada penderita DM
dengan jenis kelamin laki-laki mengalami gangguan fungsi ereksi.
e.
Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan
penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang segan untuk
mencari
pertolongan
dokter
ataupun
petugas
kesehatan
lainnya.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
25
2.4. Kerangka Konsep
Teori dan konsep
kesehatan masalah
perkotaan:
- Urbanisasi dan
pertumbuhan
penduduk serta
masalah kesehatan
yang terjadi
- Peran perawat
komunitas dalam
menangani masalah
kesehatan
Diabetes
Mellitus
1. Pengertian
2. Faktor
resiko
3. Tanda &
gejala
4. Komplikasi
5. Pencegahan
6. perawatan
Asuhan
Keperawatan
Keluarga
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
Intervensi Unggulan
untuk menurunkan
gula darah penderita
DM:
Olahraga
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1. Pengkajian Keperawatan
Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak B (68 tahun) dan
Ibu S (50 tahun) pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa.
Keluarga Bapak B memiliki dua orang anak yaitu An. M (32 tahun) dan An. N
(16 tahun). Keluarga Bapak B merupakan tipe keluarga extended family dimana di
dalam satu keluarga terdapat dua keluarga inti yaitu keluarga Bapak B dan
keluarga An M yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Keluarga
Bapak B berada di RT 03 RW 06 Kelurahan Sukatani.
Keluarga Bapak B menganut agama Islam. Baik Bapak B maupun Ibu S berasal
dari Madura. Bapak dan Ibu S, keduanya tidak tamat sekolah. Bapak B dan Ibu S
menikah sekitar 35 tahun yang lalu, setelah menikah mereka kemudian merantau
ke Jakarta untuk memulai usahanya berjualan sate. Usaha berjualan sate
merupakan usaha keluarga, sehingga dalam menjalankan usahanya tersebut Bapak
B dibantu oleh istri, anak dan menantunya. Penghasilan keluarga Bapak B tidak
menentu, namun di atas Rp 2.000.000, 00 per bulan.
Pada hari Sabtu, tanggal 10 Mei 2014 dilakukan pengkajian awal pada keluarga
Bapak B diperoleh hasil bahwa terdapat masalah diabetes mellitus pada Ibu S.
Pemeriksaan GDS saat itu diperoleh hasil 364 mg/dl. Ibu S memiliki riwayat
diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu. Ibu S mengatakan saat pertama kali
mengetahui sakitnya tersebut dan dibawa ke rumah sakit GDS saat itu mencapai
500 mg/dl.
Keluhan yang dirasakan Ibu S bila gula darahnya naik adalah lemas, pusing,
sering buang air, dan pandangan kabur. Keluhan tersebut muncul ketika Ibu S
sedang banyak pikiran, sehingga kurang bisa mengontrol makanan yang
dikonsumsinya. Masalah yang sering dipikirkan Ibu S terkait suaminya yang
memiliki hipertensi dan sering kambuh serta anak keduanya yang sedang
26
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
27
menuntut ilmu di Madura. Ibu S mengatakan bila kadar gulanya sedang tinggi
biasanya Ibu S langsung tidak makan nasi dan tidak makan yang manis – manis
lagi. Ibu S tidak mengkonsumsi obat secara rutin, Ibu S hanya mengkonsumsi
obat bila dirasa gula darahnya tinggi. Obat yang biasa dikonsumsi Ibu S adalah
glibenclamide 5 mg 1 kali dalam sehari. Ibu S mengatakan jarang berolahraga.
Pada saat pengkajian Ibu S memiliki BB 70 kg dan TB 160 cm, hasil pengukuran
IMT Ibu S diperoleh 27,34 (Obese I). Ibu S mengatakan selama sakit gula ini, Ibu
S telah mengalami penurunan berat badan ± 10 kg. Untuk sirkulasi perifer Ibu S
kurang baik, Ibu S merasa baal di bagian kakinya dan ada bekas luka di telapak
kakinya yang belum tertutup sempurna.
Untuk konsumsi gula, Ibu S mengatakan mengkonsumsi gula tropicana (gula
khusus penderita diabetes mellitus) ketika minum teh, namun Ibu S mengatakan
sudah jarang minum teh sekarang. Ibu S masih mengkonsumsi kue manis dan
biskuit. Untuk pola makan, Ibu S mengatakan dalam sehari dia makan 2 – 3 kali
sehari. Untuk pagi hari biasanya Ibu S mengkonsumsi kentang rebus, untuk siang
atau malam Ibu S baru mengkonsumsi nasi.
Pada pengkajian aktivitas fisik Ibu S menggunakan Global Physical Activity
Questioner diperoleh hasil aktivitas fisik Ibu S termasuk rendah karena tidak
melakukan aktivitas berat minimal dari 20 menit/ hari selama 3 hari atau aktivitas
sedang selama 5 hari atau berjalan paling sedikit 30 menit/ hari. Dalam sehari
aktivitas yang dilakukan oleh Ibu S termasuk ringan, biasanya aktivitas yang
dilakukan Ibu S di pagi hari adalah membantu menusuk sate untuk jualan, bila
sudah selesai Ibu S duduk-duduk santai sambil menonton TV. Untuk semua
pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, memberishkan rumah
dilakukan oleh menantunya. Ibu S juga mengtakan jarang berolahraga.
Saat dikaji mengenai 5 tugas keluarga, terutama TUK 1 mengenal diabetes
mellitus pada keluarga Bapak B mengatakan belum terlalu tahu mengenai
pengertian, penyebab dan cara mencegah diabetes mellitus. Ibu S hanya dapat
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
28
mengatakan dua dari tanda dan gejala diabetes mellitus yaitu sering kencing dan
penurunan berat badan. Terkait TUK 2 fungsi keluarga dalam mengambil
keputusan untuk merawat, Ibu S dapat mengatakan belum tahu akibat dari
diabetes mellitus. Kemudian TUK 3 kemampuan merawat, keluarga belum tahu
cara-cara melakukan perawatan di rumah, terutama diet diabetes mellitus dan
olahraga yang dapat dilakukan untuk penderita diabetes mellitus. Pada TUK 4,
yakni kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan, keluarga belum memahami
cara modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan diabetes
mellitus. Pada TUK 5 yaitu kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan, keluarga sudah mampu untuk membawa anggota keluarga yang sakit
ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan klinik dokter. Namun, Ibu S tidak
memeriksakan gula darahnya secara rutin, hanya jika ada keluhan-keluhan
tertentu Ibu S berobat ke puskesmas atau klinik di sekitar rumah.
3.2. Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik dapat ditegagkan diagnosis keperawatan ketidakkefektifan
pemeliharaan kesehatan terkait diabetes mellitus pada Ibu S dan resiko infeksi
pada Ibu S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut didapatkan bahwa diagnosis
utama pada keluarga Bapak B adalah diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan terkait diabetes mellitus pada Ibu S.
Definisi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan untuk
mengidentifikasi mengelola, atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini, terdapat satu diantara tanda
berikut, yaitu a) kurang minat dalam meningkatkan perilaku sehat, b)
menunjukkan perilaku kurang adaptif terhadap perubahan lingkungan, c)
menunjukkan kurang pengetahuan tentang praktik dasar kesehatan, d) riwayat
kurang perilaku sehat, e) melaporkan atau tampak mengalami gangguan sistem
pendukung pribadi, f) melaporkan atau tampak tidak mampu mengemban
tanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar (NANDA, 2012).
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
29
3.3. Perencanaan Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima
tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan
8 kali kunjungan, keluarga mampu melakukan pemeliharaan kesehatatan terkait
diabetes mellitus pada Ibu S dengan efektif. Sedangkan tujuan khususnya adalah
1) Keluarga mampu mengenal masalah DM dengan: menyebutkan pengertian
DM, penyebab DM, tanda dan gejala DM, dan mengidentifikasi anggota keluarga
yang menderita DM; 2) Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami DM dengan: keluarga mampu menyebutkan akibat dan
komplikasi DM bila tidak ditangani dengan baik serta keluarga mampu
mengambil keputusan untuk memutuskan merawat Ibu S dengan DM; 3) Keluarga
mampu melakukan perawatan kesehatan terkait DM dengan: keluarga mampu
menyebutkan perawatan untuk DM (olahraga, diet DM, dan cek gula rutin) dan
keluarga
dapat
memodifikasi
mendemonstrasikan
lingkungan
untuk
senam
kaki;
4)
Keluarga
mampu
mengatasi
DM;
5)
Keluarga
mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang telah dilakukan berpedoman pada tugas kesehatan keluarga
meliputi mengenal masalah DM (pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
mengidentifikasi keluarga yang mengalami DM), memutuskan merawat anggota
keluarga dengan dengan DM (mengetahui komplikasi dari DM dan mengambil
keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan DM), merawat anggota
keluarga dengan DM (olahraga, diet DM, dan demontrasi senam kaki),
memodifikasi lingkungan untuk masalah DM, dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.
Setelah dilakukan implementasi selama 8 kali kunjungan diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan kadar gula darah pada Ibu S. Implementasi yang merupakan
intervensi unggulan adalah pelaksanaan olahraga. Setelah diberikan penjelasan
mengenai manfaat olahraga untuk menurunkan kadar gula darah, Ibu S mulai
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
30
mengatur jadwal harian utnuk melakukan olahraga 30 menit (3-5 kali dalam
seminggu).
Olahraga yang telah dilakukan Ibu S adalah jalan kaki selama 30 menit secara
rutin (3-5 kali dalam seminggu). Jalan kaki yang dilakukan adalah jalan kaki yang
terjadwal selama 30 menit tiap harinya. Saat melakukan jalan kaki tersebut, Ibu S
ditemanin anak ataupun suaminya. Jalan kaki yang dilakukan Ibu S biasanya
dilakukan pagi hari setelah shalat subuh. Selain itu Ibu S juga menyempatkan
untuk melakukan senam diabetes seminggu sekali dibantu oleh anaknya. Ibu S
juga menyempatkan untuk melakukan aktivitas fisik yang lain seperti
membersikan rumah.
Selain melakukan olahraga, Ibu S juga mengatur makanan yang harus dimakan.
Ibu S telah melakukan diet sesuai dengan anjuran yang telah dijelaskan oleh
mahasiswa. Namun, dalam pelaksanannya terkadang Ibu S masih memakan apa
yang tidak boleh dimakan bagi penderita DM. Untuk itu dalam pelaksanaannya
diperlukan dukungan dari keluarga sehingga Ibu S dapat menjalankan diet
tersebut sesuai dengan anjuran yang telah diberikan.
3.5. Evaluasi Keperawatan
Implementasi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan
kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi
yang dilakukan. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan
melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif , dan menilai tingkat kemandiran
keluarga.
Evaluasi SOAP dilakukan setiap kali kunjungan, sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan diakhir kunjungan sebelum terminasi dengan keluarga. Evaluasi SOAP
dan evaluasi suamatif dari keluarga Bapak B didapatkan keluarga dapat
menyebutkan pengertian DM dengan tepat, keluarga dapat menyebutkan
penyebab dari DM, keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala DM, keluarga
dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang memiliki DM dan memutuskan
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
31
merawatnya, keluarga mengetahui komplikasi dari DM, keluarga dapat merawat
anggota keluarga dengan DM, keluarga dapat memodifikasi lingkungan dan
keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Tugas kesehatan keluarga pertama, mengenal masalah diabetes mellitus evaluasi
yang diperoleh keluarga mampu menjelaskan pengertian diabetes mellitus dengan
tepat. Menurut keluarga diabetes mellitus adalah penyakit yang diakibatkan gula
dalam darah tinggi, lebih dari 200 mg/dl. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5
penyebab DM antara lain keturunan, stress, dan suka makan manis. Keluarga
dapat menyebutkan 5 dari 10 tanda dan gejala DM antara lain: sering buang air
kecil di malam hari, cepat lapar, BB turun, cepat lelah, dan luka susah sembuh.
Keluarga mampu mengidentifikasi penyakit Ibu S dengan melihat faktor resiko,
tanda dan gejala DM yang dimiliki Ibu S.
Tugas kesehatan keluarga yang kedua, memutuskan merawat anggota keluarga
yang mengalami DM didapatkan evaluasi keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7
akibat dan komplikasi DM bila tidak ditangani dengan baik antara lain: kerusakan
ginjal, kebutaan, stroke, dan penyakit jantung. Keluarga memutuskan untuk
merawat Ibu S yang mengalami DM.
Tugas kesehatan keluarga yang ketiga, merawat anggota dengan DM didapat
evaluasi keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara perawatan DM: olahraga,
diet DM, dan cek gula. Keluarga juga dapat mendemonstrasikan senam kaki yang
diajarkan mahasiswa dengan baik. Untuk intervensi unggulan yang dipilih adalah
olahraga, terbukti setelah dilakukan olahraga selama 5 minggu secara teratur
terjadi penurunan kadar gula dari 364 mg/dl menjadi 217 mg/dl. Olahraga yang
menjadi fokus intervensi adalah jalan kaki. Setiap Ibu S jalan kaki, akan
dimasukkan ke dalam kalender olahraga. Sehingga dapat dievaluasi berapa kali
Ibu S, melakukan olahraga tiap minggunya.
Tugas kesehatan keluarga yang keempat, memodifikasi lingkungan didapatkan
evaluasi keluarga dapat melakukan modifikasi lingan dengan cara: menjauhkan
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
32
makanan yang harus dihindari Ibu S, makan bersama dengan Ibu S untuk
mengkontrol jumlah makan yang dikonsumsi, dan menghindaribenda tajam yang
ada di lantai.
Pada tugas kesehatan yang kelima, memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
didapatkan evaluasi keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
untuk pemeriksaan, perawatan atau pengobatan pada masalah DM. Keluarga
mengatakan akan membawa anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yang ada
seperti puskesmas, dokter praktek, rumah sakit serta rajin mengunjungi posbindu
tiap bulannya.
400
350
300
250
200
Sebelum olahraga
150
Sesudah Olahraga
100
50
0
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu Minggu V Minggu
IV
VI
Grafik Gula Darah Sewaktu Ibu S
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan
oleh kemampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 8 x 45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak B berubah
dari tingkat kemandirian I menjadi tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan
oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat,
keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
33
keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga
melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. Rencana tindak lanjut pada
keluarga Bapak B adalah meminta keluarga untuk tetap melakukan olahraga dan
memasukkan ke dalam kalender olahraga dan menyarankan agar keluarga
memiliki alat cek gula sendiri sehingga dapat memonitor gula darah pada Ibu S.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISI SITUASI
4.1. Profil Lahan Praktek
Kecamatan Tapos Kota Depok memiliki 7 kelurahan antara lain: Kelurahan
Cimpaeun, Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Tapos, Kelurahan Jatijajar,
Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukamaju, dan Kelurahan Sukatani.
Puskesmas Sukatani digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa denga wilayah
kelolaan berada pada Kelurahan Sukatani.
Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan yang dilakukan oleh
mahasiswa berada di RW 06 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Kota Depok.
Wilayah RW 06 Kelurahan Sukatani terletak pada posisi sebagai berikut: Sebelah
Utara berbatasan dengan RW 07 Kelurahan Sukatani, sebelah Selatan berbatasan
dengan Jalan Pekapuran dan RW 06 Kelurahan Sukamaju Baru, sebelah Timur
berbatasan dengan RW 13 Kelurahan Sukatani, dan sebelah Barat berbatasan
dengan RW 23 Kelurahan Sukatani.
Pengkajian komunitas yang dilakukan pada agregat dewasa di RW 06 Kelurahan
Sukatani diperoleh hasil RW 06 terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT), yaitu RT 01,
02, 03, 04, 05, dan 06. Jumlah kepala keluarga di RW 06 adalah sebanyak 800
KK, dengan pesebaran KK yang bervariasi tiap rukun tetangganya. Pada RT 01
terdapat 150 KK, RT 02 terdapat 147 KK, RT 03 terdapat 200 KK, RT 04 terdapat
175 KK dan RT 05 terdapat 75 KK, sedangkan RT 06 terdiri dari 50 KK.
Sedangkan jumlah individu agregat dewasa yang berada di RW 06 adalah
sebanyak 1360 jiwa, dengan pesebaran laki-laki 625 jiwa dan perempuan 735
jiwa.
Karakteristik RW 06 pada sub sistem lingkungan fisik, lingkungan di RW 06
adalah lingkungan yang padat, dimana tiap rumah saling berdempetan atau
menyambung. Rata-rata perumahan penduduk terbuat dari beton dengan tipe
34
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
35
permanen yang sudah memiliki ventilasi dan biasanya terdiri dari 1 pintu utama
dan 2 atau lebih jendela.
Sebagian besar rumah hunian warga merupakan rumah milik sendiri, sebagian
lainnya tinggal pada rumah dengan status kepemilikan yaitu rumah sewaan. Pada
lingkungan RW 06, terutama di sekitar RT 01 dan RT 05 terdapat kavling dengan
rumah-rumah besar yang tersusun rapi dan memiliki halaman di setiap rumahnya.
Lingkungan RW 06 cukup padat dan ramai oleh kendaraan karena dilalui jalan
raya. Lingkungan RW 06 juga banyak terdapat warung kelontong yang menjual
berbagai kebutuhan rumah tangga dan berbagai jenis makanan.Selain itu terdapat
pula banyak pedagang makanan yang berkeliling ke lingkungan RW 06.
Berdasarkan hasil observasi juga didapatkan bahwa terdapat beberapa selokan
kecil dan selokan yang besar sebagai saluran pembuangan air pada lingkungan
RW 06. Warga di RW 06 tidak memiliki tempat pertemuan khusus seperti aula,
balai
atau
posko
khusus
untuk
melakukan
pertemuan
atau
kegiatan
bersama.Biasanya kegiatan bersama seperti perkumpulan kader atau pengajian
dilakukan di salah satu rumah warga ataupun di mushola atau di masjid atau lebih
sering di rumah bu RW. Kemudian terdapat juga sekolah dan GOR yang ada pada
lingkungan RT 03. Selain itu terdapat juga tempat ibadah seperti mushola dan
masjid di RW 06. Akses untuk mencapai lingkungan RW 06 termasuk cukup
mudah karena terdapat beberapa angkutan umum yang melewati jalan utama.
Pelayanan kesehatan dan sosial yang terdekat di wilayah RW 06 diantaranya
adalah Puskesmas Kelurahan Sukatani. Warga di RW 06 menggunakan fasilitas
kesehatan seperti posyandu dan praktik bidan terdekat untuk mendapatkan
pelayanan berupa penyuntikan KB dan imunisasi, sedangkan Puskesmas
Kelurahan Sukatani dimanfaatkan untuk mendapatkan pengobatan terkait masalah
kesehatan yang dialami. Selain itu juga, warga RW 06 juga sering menggunakan
fasilitas kesehatan lainnya seperti Klinik pengobatan swasta dan Rumah Sakit
Sentra Medika.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
36
Lingkungan RW 06 memiliki fasilitas pelayanan sosial seperti posyandu dan
posbindu yang dilaksanakan sebulan sekali setiap tanggal 6. Jumlah kader di
lingkungan RW 06 yaitu 12 kader. Kondisi balita pada lingkungan RW 06
berdasarkan hasil observasi dan keterlibatan langsung pada kegiatan posyandu (7
Mei 2014) didapatkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi yang baik,
dan hanya beberapa yang memiliki status gizi kurang dan buruk. Rata-rata orang
tua dari balita di lingkungan RW 06 memiliki pemahaman yang cukup mengenai
gizi seimbang pada anak.
Kegiatan posbindu di lingkungan RW 06 juga dilaksanakan sebulan sekali
berbarengan dengan kegiatan posyandu. Jumlah masyarakat yang mengunjungi
posbindu di RW 06 mencapai 75 lansia dengan perbandingan lansia laki-laki dan
perempuan yaitu 26 lansia laki-laki dan 49 lansia perempuan. Namun, setiap
kegiatan posbindu, tidak semuanya rutin datang. Berdasarkan hasil observasi dan
keterlibatan langsung dalam kegiatan posbindu (7 Mei 2014), didapatkan bahwa
rata-rata lansia pada lingkungan RW 06 mengeluhkan rasa berat dan nyeri pada
tengkuk, pusing, serta kaku dan nyeri pada persendian, dan juga kesemutan.
Kebanyakan dari lansia di lingkungan RW 06 juga memiliki tekanan darah tinggi.
Meskipun memiliki lingkungan RW 06 memiliki pelayanan sosial berupa
posbindu dan posyandu yang rutin setiap bulannya, namun beberapa penduduk di
RW 06 masih belum memanfaatkan fasilitas posyandu dan posbindu dengan baik.
Tingkat ekonomi masyarakat di RW 06 mayoritas adalah menengah ke bawah
dengan sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai pekerja pabrik dan buruh
serabutan. Sebagian dari warga RW 06 yang tinggal di daerah kavling (pada
wilayah RT 01, RT 02, RT 04, dan RT 06) merupakan warga dengan status
ekonomi menengah ke atas. Pekerjaan yang dimiliki warga yang tinggal di
kavling lingkungan RW 06 beragam mulai dari PNS, pengacara, ataupun
wiraswasta.
Keamanan di lingkungan RW 06 cukup kondusif.Angka kriminalitas rendah
meskipun pencurian pernah terjadi. Warga di lingkungan RW 06 mengantisipasi
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
37
dengan cara mengunci pintu pagar rumah. Terdapat pula kegiatan warga seperti
siskamling atau ronda malam untuk menjaga keamanan di wilayah RW 06 pada
malam hari. Mayoritas penduduk RW 06 memiliki motor pribadi sebagai alat
transportasi sehari-hari. Lainnya, penduduk RW 06 juga memanfaatkan fasilitas
transportasi seperti angkutan umum.
Sistem pemerintahan dan politik di RW 06 dapat dilihat dari kegiatan di RW 06
seperti adanya RW Siaga. Selain itu terdapat kelompok masyarakat yang
membentuk sebuah kegiatan bermanfaat, seperti kelompok ibu majelis ta’lim yang
mengadakan pengajian dan kegiatan marawis setiap minggu, dan kader kesehatan
yang setiap bulannya melaksanakan kegiatan di Posyandu dan Posbindu RW 06.
Media komunikasi yang sering dijumpai di RW 06 Kelurahan Sukatani
Kecamatan Tapos Kota Depok adalah koran, radio atau TV yang dimiliki oleh
hampir semua warga. Mayoritas warga di RW 06 menggunakan fasilitas
komunikasi telepon seluler dan juga telepon rumah. Komunikasi secara masif
yang dilakukan untuk seluruh warga di lingkungan RW 06 biasanya menggunakan
pengeras suara yang terdapat di masjid atau musholla. Biasanya pengeras suara
digunakan untuk mengumumkan informasi penting kepada warga seputar kegiatan
rutin RW seperti pelayanan posyandu dan posbindu. Poster-poster juga terdapat di
sepanjang jalan pada wilayah RW 06 sebagai media informasi seperti poster
kampanye dan instansi sekolah. Khusus untuk sumber informasi kesehatan,
biasanya warga RW 06 mendapatkannya dari kader kesehatan.
Tingkat pendidikan warga RW 06 sangat bervariasi mulai dari yang tidak sekolah,
tingkat SD sampai SMA dan perguruan tinggi. Sebagian besar warga RW 06 telah
menyelesaikan pendidikannya sampai dengan tingkat SD. Di sekitar RW 06
terdapat sekolah SD Negeri yang umumnya anak-anak penduduk RW 06
bersekolah disana.
Sarana rekreasi warga RW 06 tidaklah banyak. Tidak tampak sarana tempat
bermain anak-anak, dan hanya sedikit lahan untuk anak bermain karena padatnya
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
38
bangunan serta penduduk yang tinggal di RW 06.Sarana olahraga seperti lapangan
dapat ditemukan di kawasan RT 02, RT 04, RT 03, dan RT 05. Selain itu terdapat
GOR yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan olahraga. Secara
umum, keadaan lingkungan RW 06 memiliki letak yang cukup strategis.
Hasil kuesioner terkait DM di RW 06 Kelurahan Sukatani dengan jumlah
responden sebanyak 36 orang menunjukkan sebanyak 36,1% (13 orang) memiliki
riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus. Selanjutnya, data mengenai
kondisi keluarga terkait tanda dan gejala DM, menunjukkan bahwa 38,9%
responden (14 orang) sering haus tanpa sebab yang jelas, 41,7% responden (15
orang) sering buang air kecil terutama di malam hari, 30,6% responden (11 orang)
sering lapar dan banyak makan, 55,4% (20 orang) responden memiliki anggota
keluarga yang gemuk. Dari data, tampak menunjukkan bahwa ada anggota
keluarga responden yang memiliki tanda dan gejala DM. Sedangkan untuk
perilaku terkait DM sebanyak 83,3% (30 orang) memiliki perilaku kurang terkait
pencegahan dan perawatan DM.
Keluarga kelolaan mahasiswa yang ada di RW 06 ada 18 keluarga, dengan 14
orang memiliki diagnosis aktual untuk DM dan 4 orang sisanya memiliki
diagnosis resiko untuk DM. Hasil observasi keluarga kelolaan diperoleh 80% (15
orang) tidak berolahraga. Hasil wawancara dengan kader sudah ada dua orang
yang meninggal di RW 06 Kelurahan Sukatani akibat DM.
4.2. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait
KKMP
Tingginya prevalensi diabetes mellitus yang sebagian besar tergolong dalam DM
tipe 2 disebabkan oleh interaksi faktor – faktor keturunan genetis dan paparan
terhadap lingkungan (WHO, 2012). Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat
meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah perpindahan dari pedesaan ke perkotaan
atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan gaya hidup seseorang.
Diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan
obesitas. Kondisi obesitas tersebut memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
39
dewasa, obesitas akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2, empat kali lebih
besar dibandingkan dengan status gizi normal (Bennet, 2000).
Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas juga merupakan
faktor resiko mayor dalam memicu terjadinya. Latihan fisik yang teratur dapat
meningkatkan kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik,
termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa
(Bennet, 2000).
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan
dan metabolisme energi yang dikendalikan beberapa faktor biologik spesifik dan
secara fisiologis terjadi akumulasi jaringan lemak yang tidak terkontrol atau
berlebihan di jaringan asiposa sehingga mengganggu kesehatan (Soegondo, 2007).
Obesitas merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya penyakit
diabetes mellitus. Pada orang yang obesitas, karena masukan makanan yang
berlebihn, kelenjar pangkreas akan bekerja lebih kleras untuk menormalkan kadar
glukosa darah akibat masukan makanan yang berlebihan. Mula – mula kelenjar
pangkreas masih mampu mengimbangi dengan memproduksi insulin yang lebih
banyak, sehingga kadar glukosa darah masih dapat dijaga agar tetap normal.
Tetapi pada suatu ketik sel beta kelenjar pangkreas akan mengalami kelelahan dan
tidak mampu untuk memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi
kelebihan masukan kalori. Akibatnya kadar glukosa darah akan tinggi dan akan
mengalami toleransi glukosa terganggu yang akhirnya akan menjadi diabetes
mellitus (Waspadji, 2007).
Hasil Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus pada
orang yang obesitas (IMT ≥ 27) sebesar 9,1 sedangkan prevalensi pada orang
normal (IMT 18,5 – 24,9) hanya sebesar 4,4 per 100 penduduk. Penelitian Irawan
(2010) menyatakan bahwa orang yang mengalami kegemukan beresiko 1,52 kali
menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
40
kegemukan dan yang mengalami obesitas beresiko 2,40 kali untuk menderita
diabetes mellitus dibandingkan orang yang tidak mengalami obesitas.
Pengkajian pada keluarga kelolaan yang dikelola mahasiswa menunjukkan bahwa
Ibu S memiliki berat badan berlebih dengan IMT 27,34 (Obese I). Hal tersebut
merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan Ibu S memiliki diabetes
mellitus. Pada pasien lain yang berada di RW 06 Kelurahan Sukatani
menunjukkan sebanyak 10 % dari 18 pasien kelolaan mahasiswa memiliki berat
badan berlebih (obesitas) yang mengakibatkan orang tersebut mengalami diabetes
mellitus.
Olahraga yang dilakukan secara teratur sangat penting selain untuk menghindari
kegemukan, juga dapat mencegah terjadinya penyakit akibat pola hidup seperti
dibetes, serangan jantung, stroke (Irawan, 2010). Pada waktu melakukan olahraga
otot – otot akan memakai lebih banyak glukosa daripada waktu tidak melakukan
olahraga, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Melalui
akitivitas fisik, insulin akan bekerja lebih baik sehingga glukosa dapat masuk ke
dalam sel untuk dibakar menjadi tenaga (Soegondo, 2008). Hasil kunjungan
dengan keluarga kelolaan mahasiswa yang mengalami diabetes mellitus di RW 06
kelurahan Sukatani menunjukkan sebanyak 80% dari 18 pasien kelolaan tidak
berolahraga. Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
mengakibatkan diabetes mellitus di RW 06 kelurahan Sukatani karena kurang
olahraga.
Stress juga bisa dapat menjadi faktor resiko DM tipe 2 di masyarakat urban
karena pada keadaan stress akan berkaitan dengan peningkatan berat badan dan
inefektif, yang disebabkan karena makanan yang tidak terkendali, tidak
berolahraga, gangguan secara emosional dan tubuh memproduksi hormon
epineprine dan kristol yang dapat menghambat kerja insulin sehinga dapat
meningkatkan kadar gula darah (Wetherill, 2001).
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
41
4.3. Analisis Olahraga sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan
Penelitian Terkait
Olahraga merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah
diabetes mellitus. Aktifitas fisik memberikan manfaar yaitu meningkatkan insulin,
menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menurunkan berat badan,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi sert menghilangkan stres
(American Diabetes Association, 2008).
Penelitian eksperimental terhadap 15 orang kelompok kontrol dan 15 kelompok
intervensi dengan olahraga 4 kali / minggu selama 8 minggu pada penderita
diabetes mellitus dengan agregat dewasa mengurangi glycosilat hemoglobin
(HbA1C) tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
berat badan (Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal, 2001). Penelitian dari Ralls
(2014)
daerah yang masyarakatnya melakukan olahraga secara teratur
menunjukkan angka kematian terkait diabetes mellitus lebih rendah.
Penelitian mata-analysis dilakukan oleh Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal
(2003) menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olahraga dapat meningkatkan
kerja jantung dan menurunkan kadar gula dalam darah (HbA1C) pada pasien DM
tipe 2. Sedangkan penelitin eksperimental yang dilakukan Sigal et al (2007)
menyimpulkan olahraga aerobik dan latihan fisik secara tertaur dapat mengontrol
gula darah menjadi lebih baik.
Canadian Diabetes Association (2008) merekomendasikan bagi penderita DM
untuk melakukan olahraga dengan intensitas sedang seperti jalan cepat, bersepeda,
dan semua erobik atau olahraga dengan intensitas berat seperti jogging, bersepeda,
dan berenang dengan durasi 150 menit, sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Sedangkan American Diabetes Association (2010) merekomendasikan olahraga
bagi penderita DM adalah olahraga dengan intensitas sedang dengan durasi 150
menit dan frekuensinya 1 kali seminggu.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
42
Olahraga yang dilakukan setidaknya tiga hari berturut-turut
menunjukkan
sensifitas insulin yang tinggi berlangsung selama 24-72 jam setelah sesi latihan.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan optimalisasi penurunan glukosa dalam
darah, olahraga harus dilakukan secara teratur sepanjang minggu (Siget et al,
2006). Olahraga sedang yang dilakukan minimal 5 kali dalam seminggu dapat
menurunkan berat badan dan mengontrol kadar gula dalam darah ( Kirk & Lesse,
2009).
4.4. Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan
Upaya mengatasi permasalahan diabetes mellitus dapat dilakukan secara
multidisiplin dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar
setiap komponen dalam masyarakat. Intervensi dalam pembinaan keluarga yang
seharusnya dilakukan secara berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas
untuk mengatasi masalah diabetes mellitus yang terdapat di masyarakat.
Intervensi dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan
terkait diabetes mellitus. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan
setiap program terutama terkait masalah diabetes mellitus diperlukan agar
hasilnya dapat dilihat secara nyata.
Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang berkelanjutan
dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan
tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan
masyarakat dengan melatih kader setempat terkait diabetes mellitus dan
pengaktivan kegiatan posbindu lima langkah. Kader dapat memberikan
penyuluhan terkait diabetes mellitus dalam fungsi posbindu di langkah kelima.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina keluarga,
mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada
keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya
bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Mahasiswa
melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
43
kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah diabetes mellitus yang dapat
dilakukan dalam kegiatan posbindu setiap bulan.
Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu melakukan
advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara
rutin dan berkala, terutama posbindu untuk memantau kadar gula darah.
Salah satu cara alternatif untuk menurunkan kadar gula darah penderita DM
adalah dengan pengaturan makan dan manajemen stress. Hal ini dikarenakan
pengaturan makan dapat menstabilkan kadar glukosa darah dan lipid-lipid dalam
batas normal (Soegondo, 2007). Hal ini harus diperhatikan oleh semua pihak
karena semakin bertambah usia seseorang maka akan terjadi penurunan fungsi
organ tubuh yaitu fungsi otak yang berhubungan dengan daya ingat. Sehingga
dengan bertambahnya umur penderita Diabetes Melitus maka kemampuan untuk
melakukan perencanaan makan sehari-hari juga akan semakin menurun.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi di
daerah perkotaan terutama pada agregat dewasa.
5.1.2. Pengkajian di keluarga Bapak B menunjukkan bahwa Ibu S memiliki
masalah diabetes mellitus, ditandai dengan riwayat DM sejak 10 tahun
yang lalu, hasil gula darah lebih dari 200 mg/dl, sering haus, kencing di
malam hari, lemas, obesitas dan kurang aktivitas.
5.1.3. Diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan terkait masalah kesehatan
pada Ibu S adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait diabetes
mellitus.
5.1.4. Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan Ibu S
berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga.
5.1.5. Implementasi untuk mengatasi masalah kesehatan Ibu S sesuai dengan
asuhan keperawatan keluarga dengan intervensi unggulan adalah olahraga
untuk menurunkan gula darah Ibu S.
5.1.6. Hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak B selama
7 minggu, dilakukan dengan mengevaluasi gula darah sewaktu Ibu S, dan
didapatkan hasil penurunan GDS Ibu S dari 364 mg/dl menjadi 217 mg/dl.
Tingkat kemandirian keluarga Bapak B saat ini meningkat dari tingkat
kemandirian I menjadi tingkat kemandirian III.
5.2 Saran
5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas
Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait diabetes mellitus.
Media penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga
sehingga efektifitas penyampain informasi dapat berjalan optimal. Perawat
kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga
dengan keluarga yang berisiko tinggi memiliki masalah diabetes melllitus secara
44
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
45
rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam
penemuan kasus masalah diabetes mellitus di masyarakat.
5.2.2 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan diabetes
mellitus melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan,
memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi.
Keluarga diharapkan dapat menerapkan olahraga secara teratur untuk mencegah
kenaikkan gula darah. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posbindu setiap bulan
untuk mengecek kadar gula darahnya dan menanyakan kepada petugas kesehatan
mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait diabetes mellitus.
5.2.3 Masyarakat/Kader
Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian
penyuluhan kesehatan, khususnya diabetes mellitus dalam kegiatan posbindu.
Kader harus menerapkan posbindu dengan lima langkah yang sesuai sehingga
dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai masalah diabetes
mellitus. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait masalah diabetes
mellitus yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Sukatani. Adanya pencatatan
tentang masalah diabetes mellitus tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan
tindak lanjut agar masalah diabetes mellitus dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
Daftar Pustaka
Alleander, J.A. & Spradley, B.W. (2001). Community health nursing: Concept
and practice. Fifth Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community health nursing:
promoting and protecting the public’s health. 7th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
American Diabetes Association. (2008). Standar of medical care in diabetes.
Diabetes Care.
American Diabetes Association. (2010). Standar of medical care in diabetes.
Diabetes Care.
American Diabetes Association. (2012). Standar of medical care in diabetes.
Diabetes Care.
Bennet, P. (2000). Epidemology of type 2 diabetes mellitus. Diabetes melllitus
fundamental and clinical text. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing: Clinical
management for positive outcomes. Eight edition. Sangapore: Saunders
Elsevier.
Boule, N.G., Haddad, E., Kenny, G.P., Well, G.A., & Sigal, R.J. (2001). Effest
of exercise on glycemic control and body mass in type 2 diabetes melllitus:
a meta-analysis of controlled clinical trials. The Journal of the American
Medical Association, 286(10), 1218-27.
Canadian Diabetes Association. (2008). Clinical practice guidelines dor the
prevention and management of diabetes in Canada. Canadian Journal of
Diabetes, 32, 51-52.
Canadian Public Health Association. (2010). Community health nursing practice
in canada: Roles and activities. Ottawa: CPHA.
Corwin, E. (2009). Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Alih bahasa Subekti, N.B.
Jakarta: EGC.
Depkes. (2006). Pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
Depkes. (2013). Peluncuran blueprint for change dalam pengendalian DM di
Indonesia. Diakses 20 Juni 2014. http://pppl.depkes.go.id/focus?id=1138
Depkes. (2014). Tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia. Diakses
5 Juli 2014. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=414.
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family nursing:
research, theory, & practice. New Jersey: Person Education, Inc.
Glanz, K., Rimer, B.K., & Viswanath. (2008). Health behavior and health
education: Theory, research, and practice. Francisco: Jossey-Bass.
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan faktor resiko kejadian diabetes mellitus tipe 2
di daerah urban Indonesia. Tesis. Jakarta: FKM UI.
Kirk, A., & Leese, G. (2009). Encouraging physical avtivity interventios among
people with type 2 diabetes. Journal of Diabetes nursing,13, 26-31.
Kosen, S., & Usman., Y. (2004). Epidemiologi penyakit degeneratif fan gizi
lebih di indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Sistem
dan Kebijakan Kesehatan, Depkes RI.
McCabe, P. (2001). Complementary therapies in nursing and midwifery: from
vision to practice. Australia: Ausmed Publication.
NANDA Internasional. (2012). Nursing diagnoses: Definition and classification
(2012 – 2014). Oxford: Wiley-Blackwell.
Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe
2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni.
Potter, P.A., & Perry, A.G. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih bahasa Renata komalasari,
dkk. Jakarta: EGC.
Praet, S.F.E., & Loan, L.J.C.V. (2009). Exercise theraphy in type 2 diabetes.
Acta Diabetol Journal, 46: 263-278.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Pathophysiology: clinical conceps of
disease process. New York: McGraw-Hill.
Riskesdas. (2007).
Riset kesehatan dasar. Jakarta: Balai Penelitian &
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Riskesdas. (2013).
Riset kesehatan dasar. Jakarta: Balai Penelitian &
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
Sigal, et al. (2007). Effects of aerobic training resistance training, or both on
glycemic control in type 2 diabetes. Annals of Internal medicine, 147, 357369.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Textbook of medical surgical nursing. 10th
Edition. USA: Lippincott & Wilkins.
Soegondo, S. (2007). Obesitas, dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4.
Jilid III. Jakarta: FK UI.
Soegondo, S. (2007). Penatalaksanaan diabetes terpadu. Jakarta: FK UI.
Soegondo, S. (2008). Hidup secara mandiridengan diabetes mellitus. Jakarta:
FK UI.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. St.
Louis Missouri: Mosby.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, L., Simadibrata, K.M., & Setuati, S.
(2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: balai
Penerbit FK UI.
Sustraini, L., Alam, S., & Hadibroto, I. (2010). Diabetes: Informasi lengkap
untuk penderita dan keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Suyono, S. (2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Waspadji, S. (2007). Hidup sehat dengan diabetes sebagai panduan penyandang
diabetes dan keluarganya serta petugas kesehatan terkait. Cetakan Kedua.
Jakarta: FK UI.
Wetherill, D.M.S. (2001). Yang perlua anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
Alex media komputindo.
WHO. (2012). Prevention of diabetes mellitus. Diakses 6 Juni 2014.
http://www.who.int/blindness/publications/diabetes/en/.
WHO.
(2014).
Urban
health.
Diakses
6
http://www.who.int/topics/urban_health/en/
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
Juni
2014.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Personal
Nama Lengakap
: Anindini Winda Amalia
Tempat, Tanggal Lahir
: Kediri, 25 Januari 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Perum Persada Sayang E1a
Kediri
Alamat Kost
: Jalan Haji Mahali No. 43
Margonda Raya Depok
No. Handphone
: 085710121617
Email
: [email protected]
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Golongan Darah
:B
B. Riwayat Pendidikan Formal
No.
Nama Sekolah
Tahun
1.
Fakultas Imu Keperawatan, Universitas Indonesia
2009-sekarang
2.
SMA Negeri 2 Kediri
2006-2009
3.
SMP Negeri 1 Kediri
2003-2006
4.
SD Negeri Banjaran IV Kota Kediri
1997-2003
5.
TK Perwanida
1995-1997
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA
No.
1.
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan diri pada
keluarga Ibu S
terkait
Diabetes
Melitus.
Jangka
panjang
Setelah tindakan
keperawatan
7x45
menit
tidak
terjadi
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan diri
pada Ibu S
terkait Diabetes
Melitus.
Tujuan
Jangka pendek
1.
Kriteria
Kriteria Evaluasi
Standar
Rencana Intervensi
Keluarga
mampu
mengenal
masalah
Diabetes Melitus.
1.1. Menyebutkan
arti
Diabetes Melitus.
Respon verbal
Diabetes Melitus yaitu penyakit
dimana kadar glukosa/gula di dalam
darah tinggi/ melebihi batas normal
karena
tubuh
tidak
dapat
melepaskan atau menggunakan
hormon insulin secara cukup.
Gula darah normal (puasa) adalah
70-110 mg/dL, kadar normal gula
darah sewaktu adalah 80-200
mg/dL.
1.1.1 Diskusikan dengan keluarga
tentang pengertian Diabetes
Melitus.
1.1.2 Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya.
1.1.3 Evaluasi kembali penjelasan
yang sudah diberikan.
1.1.4 Beri reinforcement positif
atas
usaha
keluarga
menjelaskan kembali.
1.2. Menyebutkan
penyebab
Diabetes
Melitus.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 3
diantara 5 penyebab Diabetes
Melitus:
1. Faktor keturunan.
2. Usia.
3. Stress.
4. Kegemukan.
5. Gaya hidup yang tidak baik
(senang mengkonsumsi makanan
manis dan kurang olahraga).
1.2.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang penyebab Diabetes
Melitus.
1.2.2. Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya.
1.2.3. Tanyakan kembali penyebab
Diabetes Melitus kepada
keluarga.
1.2.4. Beri reinforcement positif.
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
2.
1.3. Menyebutkan tanda
dan gejala Diabetes
Melitus.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 5
diantara 10 tanda dan gejala
Diabetes Melitus:
1. Sering buang air kecil terutama
pada malam hari.
2. Cepat merasa lapar dan haus.
3. Berat badan menurun tanpa
penyebab.
4. Cepat merasa lelah dan
mengantuk.
5. Penyembuhan luka yang lama.
6. Gatal-gatal, khususnya pada
alat kelamin.
7. Sering merasa kesemutan.
8. Gairah seks menurun.
9. Penglihatan kabur.
10. Ibu yang melahirkan bayi lebih
dari 4 kg .
1.3.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang tanda dan gejala dari
Diabetes Melitus.
1.3.2. Beri
kesempatan
pada
keluarga untuk bertanya.
1.3.3. Tanyakan kembali tentang
tanda dan gejala yang telah
didiskusikan.
1.3.4. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang benar.
1.4. Mampu
mengidentifikasi
anggota
keluarga
yang
mengalami
Diabetes Melitus.
Respon verbal
Menyebutkan anggota keluarga
yang mengalami Diabetes Melitus
seperti tanda dan gejala diatas.
1.4.1. Diskusikan dengan anggota
keluarga yang mempunyai
tanda dan gejala diatas.
1.4.2. Motivasi keluarga untuk
memeriksakan
penyakit
tersebut.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 3
diantara 7 akibat komplikasi
Diabetes Melitus:
1. Luka sulit disembuhkan, mati
ras/baal, timbul gangren.
2.1.1. Diskusikan dengan dengan
keluarga tentang akibat lanjut
Diabetes Melitus.
Memutuskan
untuk
merawat anggota keluarga
yang mengalami Diabetes
Melitus.
2.1. Keluarga
mampu
menyebutkan akibat
lanjut dari Diabetes
Melitus.
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kerusakan ginjal.
Penyakit jantung.
Stroke.
Impotensi.
Kebutaan.
Koma/penurunan kesadaran.
2.1.2. Beri
kesempatan
pada
keluarga untuk bertanya bila
ada yang belum jelas.
2.1.3. Beri reinforcement positif
pada keluarga.
Respon verbal
Keluarga mengambil keputusan
untuk merawat dan mengatasi
masalah Diabetes Melitus.
2.2.1. Motivasi keluarga untuk
mengatasi masalah yang
dihadapi.
2.2.2. Beri reinforcement positif
atas keputusan yang diambil
keluarga.
3.1. Menyebutkan
cara
pencegahan Diabetes
Melitus.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari
4 cara pencegahan penyakit
Diabetes Melitus:
1. Konsul ketenaga kesehatan
secara teratur untuk cek gula
darah.
2. Memakan makanan sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
3. Berolah raga secara teratur.
4. Mengkonsumsi obat sesuai
anjuran.
3.3.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang cara pencegahan
Diabetes Melitus.
3.3.2. Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya
3.3.3. Tanyakan
kembali
pada
keluarga
tantang
cara
pencegahan Diabetes Melitus.
3.3.4. Beri reinforcement positif
pada keluarga
3.2. Keluarga
mampu
menyebutkan
cara
perawatan
anggota
keluarga
yang
mengalami Diabetes
Melitus.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 4 perawatan Diabetes Melitus:
1. Pengaturan diet makan.
2. Akivitas fisik (Olahraga).
3. Pemantauan rutin gula darah
minimal 1 bulan sekali.
3.4.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang perawatan Diabetes
Melitus.
3.4.2. Lakukan demontrasi untuk
pengaturan
diet
makan
Diabetes Melitus.
2.2. Keluarga
mampu
mengambil keputusan
untuk
mengatasi
anggota
keluarga
yang
mengalami
Diabetes Melitus.
3.
Keluarga mampu merawat
anggota keluarga dengan
Diabetes Melitus.
Respon
Psikomotor
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
4. Pencegahan luka diabetes.
4.
3.4.3. Lakukan demonstrasi untuk
melakukan
senam
kaki
Diabetes Melitus.
3.4.4. Minta
keluarga
untuk
redemonstrasi
dengan
bimbingan perawat.
3.4.5. Beri
kesempatan
pada
keluarga untuk bertanya yang
tidak dimengerti.
3.4.6. Tanyakan kembali apa yang
telah dijelaskan.
3.4.7. Beri reinforcement positif
atas
jawaban
dan
redemontrasi yang benar.
Keluarga
mampu
memodifikasi lingkungan:
4.1. Menyebutkan
caracara
modifikasi
lingkungan
untuk
mengatasi
masalah
Diabetes Melitus.
Respon Verbal
Keluarga mampu menyebutkan 2
dari
3
cara
memodifikasi
lingkungan pada penderita Diabetes
Melitus:
1. Menghindari dari bahaya fisik
(benda-benda tajam yang kecil
tersebar di lantai).
2. Meletakkan makanan/cemilan
yang dihindari Ibu S pada
tempat yang tertutup.
3. Makan bersama dengan Ibu S
untuk mengkontrol jumlah
makanan yang dikonsumsi.
4. Lingkungan rapi, terang, dan
bersih.
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
4.1.1. Diskusikan bersama keluarga
cara
memodifikasi
lingkungan.
4.1.2. Beri kesempatan keluarga
untuk bertanya.
4.1.3. Tanya kembali tentang cara
modifikasi lingkungan.
4.1.4. Motivasi keluarga untuk
melakukannya.
5.
Keluarga
mampu
memanfaatkan pelayanan
kesehatan
fasilitas
kesehatan yang ada untuk
mengatasi
Diabetes
Melitus.
5.1. Mampu menjelaskan
jenis
fasilitas
pelayanan kesehatan
terdekat.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 3
dari 6 fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat digunakan dalam
penanganan DM, antara lain:
1. Puskesmas.
2. Posyandu.
3. Rumah Sakit.
4. Praktek perawat.
5. Dokter paktek.
6. Praktek bidan.
5.1.1. Diskusikan dengan keluarga
tentang
jenis
fasilitas
pelayanan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan sesuai
kemampuan keluarga.
5.1.2. Beri kesempatan keluarga
untuk mengulangi dan beri
pujian atas jawaban yang
benar.
5.2. Mampu menyebutkan
manfaat
fasilitas
pelayanan kesehatan.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan: sebagai
sarana
untuk
pemeriksaan,
perawatan/pengobatan
Diabetes
Melitus, sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi yang akurat
dan tepat untuk mengatasi masalah
Diabetes Melitus.
5.2.1
Keluarga
membawa
anggota
keluarga yang sakit Diabetes
Melitus ke fasilitas pelayanan
kesehatan: Puskesmas, Posyandu,
RS, Praktek perawat, Dokter
praktek, dan Praktek bidan.
5.3.1. Motivasi keluarga untuk
membawa anggota keluarga
yang mengalami Diabetes
Melitus ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
5.3.2. Beri reinforcement positif
pada keluarga atas usaha
yang telah dilakukan.
5.3. Keluarga
mampu
membawa
anggota
keluarga yang sakit
Diabetes Melitus ke
fasilitas kesehatan
Respon verbal
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
5.2.2
Diskusikan bersama keluarga
tentang manfaat fasilitas
kesehatan.
Beri kesempatan keluarga
untuk mengulangi dan beri
pujian atas jawaban yang
benar.
Olahraga sebagai ..., Anindini Winda Amalia, FIK UI, 2014
Download