BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Bohlander dan Snell (2010) manajemen sumber daya manusia (MSDM) yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasikan suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas usahanya dalam bekerja. Sedangkan, menurut Marwansyah (2010), manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. Adapun menurut Hasibuan (2008), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 8 9 Sedangkan Mangkunegara (2011 ) “Manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwaa manajemen sumber daya manusia merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mengatur orang atau karyawan sesuai dengan tujuan organisasi. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) wajib diterapkan di perusahaan besar maupun perusahaan kecil untuk membuat perusahaan tersebut dapat terus berkembang karena keberhasilan suatu organisasi itu juga bergantung pada karyawan di dalam organisasi tersebut. Menurut Mangkunegara ( 2011 ) terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu : a. Pengadaan Fungsi pengadaan meliputi Perencanaan sumber daya manusia, Analisis jabatan, Penarikan pegawai, Penempatan kerja, Orientasi kerja. b. Pengembangan 10 Fungsi pengembangan meliputi Pendidikan dan pelatihan, pengembangan karir, penilaian karir, dan penilaian prestasi kerja. c. Kompenasi Pemberian balas jasa mencakup balas jasa langsung berupa gaji dan insentif sedangkan balas jasa tidak langsung berupa keuntungan dan kesejahteraan. d. Integrasi Fungsi integritas mencakup kebutuhan karyawan, motivasi kerja, kepuasaan kerja, disiplin kerja, dan partisipasi kerja. e. Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan meliputi komunikasi kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian konflik kerja, konseling kerja, dan pemisahaan tenaga kerja f. Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pension, dan sebab-sebab lainnya. 2. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seorang karyawan. Menurut Mangkunegara (2010) kinerja adalah “hasil kerja 11 secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan.” Kinerja karyawan tidak lepas dari motivasi dan faktor lain seperti kemampuan yang dimiliki oleh karyawan sendiri. Mangkunegara (2009) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Oleh karena itu pihak manajemen harus mendorong karyawannya untuk selalu bekerja dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan. Suwatno (2011) berpendapat bahwa “kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakannya. Sedangkan menurut Supriyanto dan Machfud (2010) kinerja diartikan “sebagai suatu hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu”. Sementara Wibowo (2009), Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kinerja yang padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh seorang pegawai 12 dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jasa dan barang. Satuan waktu yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih. Kriteria ditentukan oleh persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang yang mengadakan penilaian kinerja. Kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Kinerja dapat berjalan baik apabila karyawan mendapatkan gaji sesuai harapan, mendapatkan pelatihan dan pengembangan, lingkungan kerja yang kondusif, mendapat perlakuan yang sama, pembatan karyawan sesuai keahliannya serta mendapatkan bantuan perencanaan karir, serta terdapat umpan balik dari perusahaan. a. Kriteria Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan potensi pegawai secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Menurut Bernardin dan Russel yang diterjemahkan oleh Umam (2010), mengemukakan bahwa: “Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) pada organisasi tempat mereka bekerja”. 13 Sedarmayanti (2011), mengemukakan bahwa:“Penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seseorang.” Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pegawai sangat perlu dilakukakan, karena dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap setiap karyawan, untuk proses tindak lanjut setelah mengetahui apa kekurangan dan kelebihan dari kinerja bawahannya, maka manajemen dapat mengetahui tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi kekurangan serta mempertahankan kelebihan tersebut, sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang strategis mengenai hasil evaluasi kinerja serta komunikasi yang telah dilakukan oleh atasan dan bawahan sehingga tujuan instansi akan cepat tercapai. Menurt Suwatno (2007) Pihak-pihak yang melakukan penilaian kinerja karyawan dapat dibedakan kedalam 2 (dua) kelompok, yaitu : 1) Penilai informal Penilai informal adalah penilaian yang melakukan penilaian mengenai kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing karyawan baik atau buruk, penilai ini adalah masyarakat, konsumen atau rekanan yang diharapkan dengan bersikap objektif. 14 2) Penilai formal Penilai formal adalah seseorang atau komite yang mempunyai wewenang formal menilai bawahannya didalam maupun diluar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijaksanaan selanjutnya terhadap setiap karyawan. Dalam penilai formal ini dibedakan atas penilai individual dan penilai kolektif. Penilai individual adalah seorang atasan langsung yang secara individual menilai perilaku dan kinerja karyawan yang menjadi bawahannya apakah baik, sedang atau kurang. Hasil penilaian kemudian diajukan kepada atasan langsung penilai untuk disahkan atau ditandatangani. Penilai kolektif adalah suatu tim atau kolektif secara bersama-sama melakukan penilaian kinerja karyawan dan menetapkan kebijaksanaan selanjutnya terhadap karyawan tersebut. b. Aspek-aspek Yang Dinilai dalam Penilaian Kinerja Sedarmayanti (2008), mengemukakan bahwa dalam melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan/prestasi kerja, yang dapat dibedakan dalam aspek penilaian. Aspek penilian adalah hal yang pada dasarnya merupakan sifat atau cirri yang dapat menunjukkan pelaksanaan suatu pekerjaan tertentu dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dengan 15 baik. Ciri pelaksanaan pekerjaan yang berhasil digunakan kembali untuk menilai setiap pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan secara rutin. Terdapat 7 aspek untuk mengukur penilaian kinerja menurut Sedarmayanti, yaitu : 1) Prestasi Kerja Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan tersebut mengenai uraian pekerjaannya. 2) Tanggung jawab Kejadian karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanannya, pekeerjaan dan hasilkerjanya, sarana dan prasarana yang digunakannya, perilaku serta hasil kerja dari bawahannya. 3) Ketaatan karyawan mentaati segala peraturan yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan atau organisasi. 4) Kejujuran 16 Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, memenuhi perjanjian baik untuk dirinya sendirimaupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya. 5) Kerjasama Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain, sehingga hasil pekerjaan akan lebih baik. 6) Prakarsa (inisiatif) Kemampuan berfikir yang rasional dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisa, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapat kesimpulan dan membuat keputusan. 7) Kepemimpinan Kemampuan untuk memimpin, mempengaruhi, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif. c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Gibson, (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu yang terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor yang mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari variabel psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja 17 dan stres kerja. Sedangkan faktor yang ketiga yang mempengaruhi kinerja adalah faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan, struktur organnisasi, desain pekerjaan, desain organisasi, dan karir. Menurut Rahmatullah (dalam Martha, 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: 1) Faktor individual yang terdiri dari kemempuan dan keahlian latar belakang, demografi dan motivasi kerja serta disiplin kerja. 2) Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, atitude, personality dan pembelajaran. 3) Faktor organisasi terdiri dari sistem atau bentuk organisasi sumber daya, kepemimpinan, komunikasi, lingkungan kerja, budaya kerja, budaya organisasi, penghargaan, struktur, diklat dan job design. 3. Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi. Nitisemito (2008), menyatakan bahwa lingkungan kerja adaah segala sesuatu yang ada di 18 lingkungan sekitar para pekerja dan yang dapat mempengruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, misalnya kebersihan, musik, dan lain-lain. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya akan dapat menurunkan motivasi kerja karyawan. Sedangkan menurut Ahyari (2011) Lingkungan kerja merupakan suatu faktor yang seclingkungan kerja adalah lingkungan dimana para karyawan tersebut melakssanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap pegawai dalam menyelesaikan tanggung jawab kepada organisasi. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas dan menyelsaikan tugas – tugasnya. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja. Sedangkan menurut Sedarmayati (2011) “Lingkungan kerja maksudnya adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta 19 pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, yang dapat memepengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja. a. Jenis Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2008) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : (1) lingkungan kerja fisik, dan (2) lingkungan kerja non fisik. 1) Lingkungan kerja Fisik Menurut Sedarmayanti (2009) yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja dimana dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan kerja fisik sendiri dapat dibagi dalam dua kategori, yakni : a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya). b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi 20 manusia, misalnya : temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. 2) Lingkungan Kerja Non Fisik Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antar tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki. Jadi lingkungan kerja non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri. Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan. Menurut Mangkunegara (2009), untuk menciptakan hubungan hubungan yang harmonis dan efektif, pimpinan perlu: 21 a) meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja b) menciptakan suasana yang meningkatkatkan kreativitas. Pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja. b. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti (2009) bahwa faktor–faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja adalah sebagai berikut: 1) Penerangan/ Cahaya Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran bekerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu 22 cahaya langsung, cahaya setengah langsung, cahaya tidak langsung dan cahaya setengah tidak langsung. 2) Suhu Udara Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau – bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 3) Suara Bising Salah satu populasi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut daat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan sonsentrasi,maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan 23 pekerjaan dapat dilakukan engan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. 4) Keamanan Kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan. 5) Hubungan Karyawan Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja akan membawa dampak yang positif bagi keryawan, sehingga kinerja karyawan dapat meningkat. 6) Tata Warna di Tempat Kerja Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadangkadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, 24 karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. 7) Dekorasi di Tempat Kerja Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 8) Musik di Tempat Kerja Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagulagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja. Menurut Sumamur dalam penelitian Nasution dan Rodhiah (2008), tiga faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, yaitu : a) Fasilitas Kerja. Lingkungan yang kurang mendukung pelaksanaan kerja ikut menyebabkan kinerja yang kurang, seperti kurangnya alat kerja, ruang kerja yang pengap, ventilasi yang kurang serta prosedur yang tidak jelas. 25 b) Gaji dan tunjangan. Gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerjaan membuat pekerja setiap saat melirik ke lingkungan kerja yang lebih menjamin pencapaian harapan kerja. c) Hubungan kerja. Kelompok kerja yang menampakkan loyalitas yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kerja karena satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lain akan saling mendukung pencapaian tujuan dan atau hasil. 4. Pengertian Stress Kerja Stres kerja merupakan suatu tanggapan adapatif, dibatasi oleh perbedaan individual dan proses psikologis, yaitu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologi atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang di tempat individu tersebut berada. Stres yang positif di sebut eustress , sedangkan stress yang berlebihan dan bersifat merugikan disebut distress. Pengertian stress kerja menurut Mangkunegara (2008) adalah: Perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stress kerja ini tampak dari simptom, antara lain emosi tidak stabil,perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan. Hasibuan (2009), mengemukakan bahwa suatu 26 kondisi yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang, orang yang stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis. Sedangkan Rivai (2009), mengemukakan bahwa :“Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan phisikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang karyawan” lebih jauh menyatakan bahwa stres kerja dapat mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapitugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugastertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh (Sunyoto,2008). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stress kerja merupakan suatu kondisi yang merefleksikan rasa tertekan, tegang, yang mempengaruhi emosi dan proses berfikir seorang karyawan untuk mengerjakan pekerjaannya sehingga menghambat tujuan organisasi a. Faktor yang mempengaruhi stress kerja Mangkunegara (2008) berpendapat bahwa : Penyebab stress kerja, antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja. Menurut Handoyo (2008) penyebab-penyebab stress antara lain: beban kerja yang terlalu 27 berlebihan, tekanan waktu, kualitas supervise yang jelek, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan peranan ( role ambiguity), frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok, perbedaan antara nilai-nilai perusahan dan karyawan, berbagai bentuk perubahan. Menurut Robbins (2008) mengatakan timbulnya stres di pengaruhi oleh beberapa faktor-faktor : 1) Faktor Organisasi Dalam faktor organisasi berpengaruh juga terhadap stres kerja karyawan dimana semua aktivitas di dalam perusahaan berhubungan dengan karyawan. Seperti Tuntutan kerja atau beban kerja yang terlalu berat, Kerja yang membutuhkan tanggung jawab tinggi sangat cenderung mengakibatkan stres tinggi. 2) Faktor Lingkungan Adanya lingkungan sosial turut berpengaruh terhadap stres kerja pada karyawan. Dimana adanya dukungan sosial berperan dalam mendorong seseorang dalam pekerjaannya, apabila tidak adanya faktor lingkungan sosial mendukung maka tingkat stres karyawan akan tinggi. yang 28 3) Faktor Individu Adanya faktor individu berperan juga dalam mempengaruhi stres karyawan. dalam faktor individu kepribadian seseorang lebih berpengaruh terhadap stres pada karyawan. Dimana kepribadian seseorang akan menentukan seseorang tersebut mudah mengalami stres atau tidak. b. Dampak Stres Kerja Dampak dari stres kerja dapat di kelompokan menjadi 3 kategori menurut Robbins (2008) sebagai berikut : 1) Gejala Fisiologis, bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung, dan pernapasan, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung. 2) Gejala Psikologis, stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam bekerja. Dan dalam bekerja muncul ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, konsentrasi berkurang dan menunda-nunda pekerjaan. 3) Gejala Perilaku, mencangkup perubahan dalam kebiasaan hidup, gelisah, merokok, nafsu makan berlebihan, dan gangguan tidur. 29 Dampak stress kerja bagi perusahaan menurut Tampubolon (2009) menyebutkan kerugian finansial yang akan diterima perusahaan akibat stres kerja karyawan antara lain: absen karena sakit, waktu manajemen berkurang karena kehilangan peran karyawan dalam rencana manajemen, pengaruh pada karyawan lainnya yang terbebani pekerjaan karyawan yang absen, pengunduran diri dan perekrutan yang membutuhkan latihan dan pengembangan, kecelakaan dan kesalahan di tempat kerja, dan tuntutan hokum. Beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi dan perusahaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: a) Terjadi hambatan baik dalam manajemen maupun operasional b) Mengganggu kenormalanaktivitas kerja c) Menurunnya tingkat produktivitas d) Menurunnya kerugian pemasukan finansial dan keuntungan perusahaan, dialami perusahaan disebabkan ketidakseimbangan antar produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya 30 Dampak stres menurut penulis akibat dari stres sendiri dapat mempengaruhi fisik, psikologi, dan perilaku manusia. Kebanyakan akibat tersebut mempengaruhi manusia secara negatif. Dimana stres tersebut akan berpengaruh terhadap aktivitas seseorang atau pekerjaan seseorang, sehingga akan mengalami tekanan yang di akibatkan dari stres tersebut. c. Pencegahan Stress Kerja Pada dasarnya stress kerja merupakan bahaya pekerjaan yang dapat dicegah dan dikendalikan. Menurut WHO (2005), terdapat tiga langkah dalam mencegah terjadinya stress kerja, antara lain: 1) Pencegahan primer Pencegahan stress primer dapat dilakukan dengan melakukan penyesuaian ergonomik, mendesain lingkungan dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan pekerja, dan melakukan pengembangan organisasi dan manajemen. Dalam mendesain lingkungan dan pekerjaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar mencegah terjadinya stress pada pekerja. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain pekerjaan yang baik 2) Pencegahan sekunder Untuk melakukan pencegahan stress sekunder dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan 31 dan pelatihan kepada para pekerja dalam mencegah dan mengatasi stress kerja. 3) Pencegahan tersier Langkah pencegahan terakhir yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan sensitivitas dan respon sistem manajemen serta meningkatkan pelayanan kesehatan kerja. Pencegahan tersier ini menekankan pada peningkatan respon dan pelayanan kesehatan kerja yang efisien. Program manajemen stress kerja juga seharusnya dikembangkan dalam langkah pencegahan ini. 5. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Mahardiani (2013), “Pengaruh Stress Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Bank Jateng Cabang Koordinator dan Cabang Pembantu Wilayah Kota Semarang”. Hasil peneltian menunjukkan bahwa stress kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawa, sedangkan lingkungan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawa. Penelitian ini dimana persahaan diharapkan untuk lebih memperhatikan keadaan dari karyawan yang ada di persahaannya agar lebih mampu meningkatkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Perusahaan juga harus mampu memperbaiki suatu lingkngan yang ada Penelitian yang dilakukan Takasenseran (2014), “Pengaruh Lingkungan Kerja , Stress Kerja dan Komunikasi Terhadap Kinerja 32 Pegawai (Studi Kasus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara)”. Hasil penelitian ditemukan hipotesis ditemukan bahwa stress kerja dan komunikasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Lingkungan kerja merupakan faktor atau variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan. Penelitian Nahrotul (2013) Pengaruh Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja, dan Stres Kerja Terhadp Kinerja Karyawan PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Jember. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Motivasi kerja, lingkungan kerja, dan stress kerja secara langsung berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, sementara stress kerja akan menurunkan kinerja karyawan di PT.JNE Jember. Study Tahir (2011) Job stress is increasingly becoming an epidemic in the work environment. emloyee is constantly encountering trouble, crisis and conflict in the work environment prevailing in the public office that require them to cope with.The central theme of this research study is focused on digging out the fundamentalcauses of job stress of employees. Further, how job stress affects their job performance and job satisfaction. This research study adopts 33 quantitativeapproach using questionnaire methods. Several procedures were applied to carry outrigorous quantitative analysis. Organizations can help reduce the overall effects of job stress by developing and implementing prevention and intervention methods tohelp employees manage and cope with job stress. The findings of this paper revealed that job stress has negativeco relation with job performance. Tahir (2011) Stres kerja semakin menjadi epidemi di lingkungan kerja. Karyawan terus menghadapi kesulitan, krisis dan konflik di lingkungan kerja yang berlaku di kantor publik yang mengharuskan mereka butuh untuk mengatasinya. Studi penelitian ini difokuskan pada menggali dasar penyebab stres kerja karyawan. Selanjutnya, bagaimana stres kerja mempengaruhi kinerja pekerjaan merek. Penelitian ini menggunakan pendekatatan kuantitave menggunakan metode kuesioner. Beberapa prosedur yang diterapkan untuk melakukan analisis kuantitatif. Organisasi dapat membantu mengurangi efek keseluruhan stres kerja dengan mengembangkan dan menerapkan metode pencegahan dan intervensi tohelp karyawan mengelola dan mengatasi stres pekerjaan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja memiliki hubungan negative dengan kinerja kerja. Jamil (2014) The study examined the specific effects of the stress of work, working environment and job autonomy on employee performances. Quantitative data collected from employees of the 34 banking sector. For the analysis, we have used regression analysis techniques. The results showed that job stress has a relationship with the employee's performance. Working conditions have also a positive impact on employee performance. These factors determine the performance. In our opinion if the company is able to develop the desired facilities for their employees, so they can be better Jamil (2014) Studi ini meneliti efek khusus dari stres kerja, lingkungan kerja dan otonomi pekerjaan pada kinerja karyawan. Data kuantitatif dikumpulkan dari sektor karyawan perbankan. Untuk analisis, kita telah menggunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres kerja memiliki hubungan dengan kinerja karyawan. Kondisi lingkungan kerja memiliki juga dampak positif pada kinerja karyawan. Faktor-faktor ini menentukan kinerja. Dalam pendapat kami jika perusahaan mampu mengembangkan fasilitas yang diinginkan untuk karyawan mereka, maka mereka bisa lebih baik. B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan dari latar belakang , rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan sebuah rerangka pemikiran yang berfungsi untuk menuntun sekaligus mencerminkan alur berfikir yang merupakan dasar bagi perumusan hipotesis. 35 Lingkungan Kerja H1 (X1) Kinerja H3 (Y) Stress Kerja (X2) H2 Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah , tujuan penelitian dan rerangka penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. H2 : Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. H3 : Lingkungan Kerja dan Stress Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.