PEMPROV SULBAR DISIPLINKAN PENGELOLAAN ANGGARAN radarsulbar.fajar.co.id Pemprov mengakui proses penetapan APBD Sulbar selalu pada penghujung tahun. Padahal idealnya APBD pokok tahun depan disahkan pertengahan tahun berjalan. Isu ini mencuat pada focus group discussion (FGD)i yang dilaksanakan Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Pemprov Sulbar, Kamis 6 April di d’Maleo Hotel&Convention Mamuju. Dalam acara tersebut menghadirkan pemateri diantaranya Sekretaris Daerah Pemprov Sulbar, Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, Kepala BPKPD Sulbar, Kepala Bappeda Sulbar, dan Kabid Anggaran dan Bina Kabupaten BPKPD Sulbar, serta diikuti seluruh perwakilan pemda setiap kabupaten maupun DPRD. Ismail Zainuddin mengatakan bahwa dalam penyusunan APBD pada hakekatnya memperhatikan keselarasan dan keterpaduan program-program pemerintah pusat maupun program pemerintah provinsi. Konsep ini agar kegiatan yang akan dilaksanakan sejalan dengan nawacita pemerintah dalam meningkatkan perekonomian suatu daerah. “APBD yang besar akan berpengaruh terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) yang besar pula, walaupun belum semua daerah mampu menjadikan APBD sebagai pengungkit ekonomi daerah,” kata Ismail. Ismail menambahkan bahwa keterlambatan pengesahan APBD akan dapat mempengaruhi perekonomian daerah. Karena ketika APBD terlambat ditetapkan, maka dimasa APBD belum disahkan, aliran dana dari sektor pemerintahan akan terlambat. “Ketika APBD terlambat ditetapkan, maka akan menghambat aliran dana pemerintah yang juga menyebabkan kelesuan ekonomi di daerah,” kata Ismail. “Kendala yang dihadapi Pemprov Sulbar saat ini adalah lemahnya pembinaan dan pengawasan kepada kabupaten/kota. Hal itu juga dikarenakan terbatasnya SDM BPKPD Sulbar yang merupakan kendala umum yang kita hadapi dalam penyusunan APBD, khususnya yang berkenaan dengan masalah penyamaan persepsi mengenai substansi kebijakan dibidang penyusunan dan pelaksanaan anggaran,” imbuh Ismail. Subbagian Hukum – Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat Selain itu, Ismail mengharapkan setiap pengelolaan uang yang bersumber dari APBD bisa dikelola secara detail, sehingga bisa menghindari pelanggaran-pelanggaran yang berimbas buruk bagi pemangku kebijakan. “Dalam rangka menangani dan menghindari permasalahan tersebut, saya minta kepada para pejabat BPKPD provinsi maupun kabupaten supaya dapat mengambil langkah-langkah koordinasi dan konsolidasi yang dialami daerah masing-masing,” harapnya. “Kedepan juga kita harus hati-hati dan tetap menjaga setiap uang yang bersumber dari APBD, direncanakan, dikelola, dan dipertanggungjawabkan dengan baik dalam arti dihindari adanya penggunaan anggaran yang bertentangan dengan rambu-rambu yang sudah digariskan dalam peraturan perundang-undangan,” tegas Ismail. Adapun tujuan FGD BPKPD dilaksanakan untuk menyatukan cara pandang terhadap pengelolaan keuangan provinsi maupun kabupaten, sehingga lebih baik dalam pengelolaan dan penyusunan anggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber berita : 1. Harian Sulbar Expres, Pemprov Ingin Ubah Pola Pengesahan APBD, Jum’at, 7 April 2017. 2. radarsulbar.fajar.go.id., Disiplinkan Pengelolaan Anggaran, Jum’at, 7 April 2017. Catatan : UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011, Permendagri No. 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2017, antara lain menyatakan bahwa : 1. Asas umum pengelolaan keuangan daerah adalah keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. 2. Prioritas program dari masing-masing SKPD provinsi disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Manusia dan Masyarakat; (2) Pembangunan Sektor Unggulan; (3) Pemerataan dan Kewilayahan; (4) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; dan (5) Pembangunan Ekonomi, yang tercantum dalam RKP Tahun 2017, sedangkan prioritas program dari masing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan dengan urusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telah disinkronisasikan dengan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional dimaksud, juga telah disinkronisasikan dengan prioritas program provinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2017. Subbagian Hukum – Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat 3. Pemerintah daerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017, mulai dari penyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambat akhir bulan Juli 2016. Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampai dengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah dengan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2017, paling lambat tanggal 30 Nopember 2016, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 312 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. 4. DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama rancangan Perda tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hakhak keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan. i Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah adalah suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1998). Menurut Henning dan Coloumbia (1990), diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Subbagian Hukum – Perwakilan Provinsi Sulawesi Barat