Abstrak Studi Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur

advertisement
Abstrak
Studi Empiris Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan Minuman
di Bursa Efek Indonesia
Oleh:
PANDHU SAKUMALA
NPM : 0541031120
Tlpn : 081279134333
Email : [email protected]
Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.
Penelitian ini menganalisis apakah terdapat pengaruh struktur aktiva,
profitabilitas, dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan
2008-2011 serta bertujuan untuk mengestimasi seberapa jauh pengaruh variabel
struktur aktiva, profitabilitas, dan likuiditas, terhadap struktur modal perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia.
Pengujian pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat
digunakan Uji Fisher (Uji F) dengan tingkat kepercayaan 95% atau α sebesar
0,05. Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS didapat nilai Fhitung (125,672) 
Ftabel (2,76) sehingga dapat dinyatakan bahwa menolak H0 dan menerima H1. Nilai Fhitung menunjukkan bahwa secara statistik Struktur Modal dipengaruhi oleh variabel
Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Likuiditas.
Secara parsial pengaruh variabel independen yaitu Struktur Aktiva secara positif dan
signifikan mempengaruhi Struktur Modal, secara statitistik variabel Profitabilitas
berpengaruh negatif atau berlawanan arah terhadap variabel terikat Struktur Modal..
Dengan taraf nyata (α) = 5%, dengan siginifikan sebesar 0.122 > 0.05 (α), hasil ini
membuktikan bahwa variabel Likuiditas (X3) secara statitistik tidak mempengaruhi
Struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Penelitian ini
hanya terbatas pada kajian empiris tentang faktor–faktor yang mempengaruhi struktur
modal perusahaan makanan dan minuman go public di BEI tetapi tidak sampai kepada
pemecahan masalah tentang bagaimana dampak struktur modal itu sendiri terhadap
kinerja perusahaan. Oleh karena itu, peneliti lain yang berminat terhadap permasalahan
struktur modal perusahaan manufaktur dapat mengembangkan penelitian ini dalam
rangka mengetahui dampak dari struktur modal yang digunakan perusahaan terhadap
kinerja perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang
semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu
dilakukan baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Upaya tersebut
merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan, karena menyangkut
pemenuhan dananya yang diperlukan.
Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
sumber dari dalam perusahaan, maka akan sangat mengurangi ketergantungannya
kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah sedemikian meningkatnya
karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan
semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari
luar perusahaan baik dari hutang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan
saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya.
Oleh karena itu, pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk
pengembangan bisnisnya. Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal
ataupun sumber eksternal. Karena itu, para manajer keuangan dengan tetap
memperhatikan cost of capital perlu menentukan struktur modal dalam upaya
menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri
ataukah dipenuhi dengan modal asing. Dalam melakukan keputusan pendanaan,
perusahaan juga perlu mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumbersumber dana ekonomis guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta
kegiatan usahanya.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian-penambahan hutang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi
sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan (Weston dan
Brigham, 1990). Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya hutang
cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian
yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Struktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam
penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai
variabel yang mempengaruhinya.
Menurut (Weston dan Brigham, 1990), setiap perusahaan menganalisis sejumlah
faktor, dan kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan. Target ini
selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak
manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur modal yang ditargetkan
tersebut. Jika tingkat hutang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin
perlu dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio
hutang sudah melampaui target, barangkali saham perlu dijual.
Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori yaitu
pendanaan internal dan pendanaan ekternal. Pendanaan internal dapat diperoleh
dari sumber laba ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh para
kreditor atau yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta atau pengambil
bagian dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal. Proporsi atau bauran
dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana
perusahaan disebut struktur modal perusahaan.
Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan,
karena baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang
langsung terhadap posisi finansialnya. Suatu perusahaan yang mempunyai
struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar
akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan tersebut.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang paling mempengaruhi struktur modal
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia, dapat membantu khususnya
pihak manajemen perusahaan yang ada dalam perusahaan tersebut dalam
menentukan bagaimana seharusnya pemenuhan kebutuhan dana untuk mencapai
struktur modal yang optimal harus dilakukan dan juga para investor di pasar
modal pada umumnya. Dengan demikian tujuan pihak manajemen perusahaan
untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (pemilik) dapat tercapai.
Sedangkan menurut (Riyanto, 1995), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi
oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah :
1. Tingkat bunga
2. Stabilitas dari earnings
3. Susunan dari aktiva
4. Kadar risiko dari aktiva
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
6. Keadaan pasar modal
7. Sifat manajemen
8. Besarnya suatu perusahaan
Selain teori diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal,
masih banyak lagi yang mengemukakan pendapatnya tentang hal tersebut. Dari
beberapa faktor yang dipilih oleh mereka, pada umumnya mempunyai kesamaan
dengan latar belakang alasan yang hampir sama pula.
Oleh karena faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal cukup banyak dan
tidak mudah untuk mengukurnya, serta data yang diperlukan juga tidak mudah
diperoleh, maka dalam penelitian ini penulis hanya mengambil beberapa faktor
yang diduga berpengaruh terhadap stuktur modal, antara lain: Struktur Aktiva,
Profitabilitas, dan Likuiditas.
Mengingat keputusan pendanaan merupakan keputusan penting yang secara
langsung akan menentukan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan hidup
dan berkembang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur
dan diterjemahkan kedalam karya tulis yang berjudul: “Studi Empiris FaktorFaktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan
yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah struktur modal perusahaan makanan dan minuman
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: struktur aktiva,
profitabilitas, dan likuiditas?
2. Dari keseluruhan variabel struktur aktiva, profitabilitas, dan
likuiditas, variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap
struktur modal makanan dan minuman?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Untuk mengestimasi seberapa jauh pengaruh variabel struktur aktiva,
profitabilitas, dan likuiditas, terhadap struktur modal perusahaan
makanan dan minuman di Indonesia.
1.3.2 Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah :
a. Untuk memberikan tambahan pengetahuan dan menguji pengetahuan
yang telah didapatkan ketika kuliah untuk dapat diaplikasikan dalam
menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
b. Menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi penelitian
yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang.
1.4 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
Struktur Aktiva
Profitabilitas
Struktur Modal
Likuiditas
1.5 Hipotesis
A. Struktur Aktiva (TA)
Ha1: Struktur Aktiva (TA) berpengaruh positif terhadap struktur modal.
B. Profitabilitas (NPM)
Ha2: Profitabilitas (NPM) berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
C. Likuiditas (CR)
Ha3: Likuiditas (CR) berpengaruh negatif terhadap struktur modal
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Struktur Modal
Salah satu isu penting yang harus dihadapi oleh para manajer keuangan menurut
(Sartono, 2000) adalah hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan.
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat
permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.
Menurut (Weston dan Brigham, 1990), setiap perusahaan menganalisis sejumlah
faktor, dan kemudian menetapkan struktur modal yang ditargetkan. Target ini selalu
berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak manajemen
perusahaan terdapat bayangan dari struktur modal yang ditargetkan tersebut. Jika
tingkat hutang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan
ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio hutang sudah melampaui
target, barangkali saham perlu dijual.
Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori yaitu
pendanaan internal dan pendanaan ekternal. Pendanaan internal dapat diperoleh dari
sumber laba ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh para kreditor atau
yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam
perusahaan atau yang disebut sebagai modal. Proporsi atau bauran dari penggunaan
modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur
modal perusahaan.
Teori struktur modal ini penting karena (1) setiap ada perubahan struktur modal akan
mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, hal ini disebabkan masing-masing
jenis modal mempunyai biaya modal sendiri-sendiri, (2) besarnya biaya modal secara
keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut of rate pada pengambilan
keputusan investasi. Oleh karena itu struktur modal akan mempengaruhi keputusan
investasi (Sutrisno, 2000).
Sedangkan menurut (Awat dan Mulyadi, 1989), berdasarkan sumbernya, ada tiga jenis
dana yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, yaitu: penerbitan
saham (equity financing), penerbitan obligasi sering disebut dengan pembelanjaan dari
luar (external financing). Sedangkan penggunaan laba ditahan (retained earnings)
disebut dengan pembelanjaan dari dalam perusahaan (internal financing). Dalam
keputusan pembelanjaan ini akan ditentukan perimbangan yang optimal dari berbagai
sumber dana yang akan digunakan. Yang dimaksud dengan struktur modal (capital
structure) adalah perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri
(saham).
Ada beberapa teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli, yaitu antara
lain pendekatan Tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller (MM), pendekatan
Laba Bersih atau Net Income (NI), pendekatan Laba Operasi atau Net Operating
Income (NOI), Balanced Theory dan Pecking Order.
2.1.1 Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan
tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan) dapat diubah dengan
merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950an. Menurut (Husnan, 1998) keadaan perusahaan menjadi lebih baik setelah perusahaan
menggunakan hutang karena nilai perusahaan meningkat (atau biaya modal perusahaan
menurun).
Menurut (Sartono, 2000), pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat
leverage tertentu, risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik biaya
modal sendiri maupun biaya hutang relatif konstan. Namun demikian setelah leverage
rasio hutang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan
biaya modal sendiri ini akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada
penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih murah. Akibatnya biaya modal
rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan
meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun
sebagai akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Dengan demikian menurut
pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap
perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan
maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang
minimum.
2.1.2
Pendekatan Modigliani dan Miller
Modigliani dan Miller (MM) dalam (Husnan, 1998), menyebutkan bahwa
dimungkinkan munculnya proses arbitrase yang akan membuat harga saham (nilai
perusahaan) yang tidak menggunakan hutang maupun yang menggunakan hutang,
akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi
yang memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang
sama dengan tingkat resiko yang sama pula. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan
tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan
hutang maupun modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran
pemilik perusahaan. Dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan
pendanaan menjadi tidak relevan. Karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat
dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (bersifat tax
deductible).
Dengan kata lain apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang
sama, tetapi yang satu menggunakan hutang sedangkan yang satunya tidak, maka
perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil.
Penghematan membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka
sudah tentu nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada
perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
2.1.3 Pendekatan Laba Operasi Bersih atau Net Operating Income (NOI)
Pendekatan NOI ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda
terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya
modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh
perusahaan. Pertama diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti halnya dalam
pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik
modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan. Oleh karenya tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai
akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata
tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak
penting (Sartono, 2000).
2.1.4
Pendekatan Balanced Theory dan Pecking Order Theory
Asimetrik informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor- faktor yang
mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order theory, sehingga cenderung
mendorong perilaku pecking order theory (Myers, 1984) yang dikutip dari (Rio,
2002). Untuk mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara
hutang atau ekuitas, para manajer akan menerbitkan sekuritas yang beresiko paling
kecil. Pecking order cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko.
Menurut (Myers, 1984), dalam (Rio, 2002), bahwa pecking order theory menyatakan
beberapa hal antara lain:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi)
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan
dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis.
3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai untuk fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan
bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi,
meskipun dalam kesempatan lain mungkin kurang.
4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Yaitu dimulai
dengan menerbitkan obligasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan sekuritas
yang berkarakteritik opsi (seperti obligasi konversi), baru kemudian bila masih
belum mencukupi saham baru diterbitkan.
5. Dalam teori pecking order, tidak ada satu target debt to equity ratio, karena ada dua
jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri berasal dari dalam
perusahaan lebih disukai daripada modal yang berasal dari luar perusahaan.
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut (Houston dan Bringham, 2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :
1.
Stabilitas Penjualan
2.
Struktur Aktiva
3.
Leverage Operasi
4.
Tingkat Pertumbuhan
5.
Profitabilitas
6.
Pajak
7.
Pengendalian
8.
Sikap manajemen
9.
Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat
10. Kondisi pasar
11. Kondisi internal perusahaan
12. Fleksibilitas keuangan
Sedangkan menurut (Riyanto, 1995), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi
oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah :
1.
Tingkat bunga
2.
Stabilitas dari earnings
3.
Susunan dari aktiva
4.
Kadar risiko dari aktiva
5.
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
6.
Keadaan pasar modal
7.
Sifat manajemen
8.
Besarnya suatu perusahaan
Selain teori diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, masih
banyak lagi yang mengemukakan pendapatnya tentang hal tersebut. Dari beberapa
faktor yang dipilih oleh mereka, pada umumnya mempunyai kesamaan dengan latar
belakang alasan yang hampir sama pula.
Oleh karena faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal cukup banyak dan tidak
mudah untuk mengukurnya, serta data yang diperlukan juga tidak mudah diperoleh,
maka dalam penelitian ini penulis hanya mengambil beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap stuktur modal, antara lain: struktur aktiva, profitabilitas dan
likuiditas. Selain itu dalam penelitian-penelitian terdahulu faktor-faktor tersebut
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal yang pengertiannya akan dijelaskan
sebagai berikut.
A. Struktur Aktiva (TA)
Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, kekayaan suatu perusahaan dapat dibedakan
antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Perbandingan atau perimbangan antara kedua
aktiva tersebut akan menentukan struktur kekayaan atau lebih dikenal dengan struktur
aktiva. Struktur aktiva menurut (Riyanto, 2001) adalah perimbangan atau perbandingan
baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan
aktiva tetap.
Sedangkan (Ghosh et al., 2005) mendefinisikan struktur aktiva sebagai
perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan (long term debt) dengan
total aktiva (total assets). Pengukuran struktur aktiva dilakukan dengan
melakukan perbandingan antara total hutang perusahaan dengan total aktiva yang
dimiliki.
Pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri jika perusahaan
menggunakan sumber pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan sedangkan
modal asing hanya sebagai pelengkap (Mayangsari, 1996). Hal ini disebabkan
oleh penggunaan aktiva tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa
fixed cost. Apabila perusahaan memakai modal asing, untuk membelanjakan
aktiva tetapnya maka cost tetap yang akan ditanggungnya juga akan besar.
(Mayangsari, 1996).
Struktur aktiva dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap sumber-sumber
pembiayaan. Menurut (Riyanto, 1995), kebanyakan perusahaan industri dimana
sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedangkan hutang sifatnya
hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian, semakin tinggi struktur aktiva (yang
berarti semakin besar jumlah aktiva tetap), maka penggunaan modal sendiri akan
semakin tinggi (penggunaan modal asing semakn sedikit) atau dengan kata lain struktur
modalnya akan semakin rendah.
(Haris dan Raviv, 1991) menyatakan bahwa perusahaan dengan level fixed assets
yang rendah mempunyai lebih banyak masalah asymmetric information
dibandingkan perusahaan dengan level fixed asset yang tinggi. Perusahaan dengan
level fixed assets yang tinggi umumnya adalah perusahaan yang besar, yang dapat
menerbitkan saham dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang
untuk mendanai investasinya.
B.
Profitabilitas (NPM)
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal
perusahaan adalah profitabilitas. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena
keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan tidak semua dibayarkan pada
investor dalam bentuk dividen tetapi juga disimpan dalam bentuk laba ditahan
yang merupakan sumber pendanaan internal bagi perusahaan. Sesuai dengan
Pecking Order Theory, yang menjelaskan bahwa perusahaan akan lebih memilih
sumber pendanaan yang berasal dari internal perusahaan dibandingkan dengan
eksternal perusahaan.
Menurut (Brigham dan Houston, 2001) perusahaan dengan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat
pengembalian tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar
pendanaan dengan dan interal. (Arifin, 2001) juga menyatakan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Tetapi hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan
(Sawitri, 2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan. Hal
ini dilihat dengan laba yang dihasilkan perusahaan akan terlebih dahulu
diprioritaskan untuk membayar bunga serta angsuran hutang perusahaan. Semakin
besar hutang perusahaan maka semakin besar pula kewajiban yang akan dibayar
oleh perusahaan. Sehingga setiap pertumbuhan laba yang terjadi pada perusahaan
tumbuh tidak terlalu cepat. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian
yang tinggi, memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang
profitable cenderung untuk memiliki hutang yang lebih kecil. Disamping itu,
perusahaan dengan aliran kas yang bebas atau profitabilitas yang tinggi, hutang
yang besar dapat membatasi kebebasan manajemen. Semakin tinggi keuntungan
yang diperoleh, berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang),
sehingga semakin rendah pula struktur modalnya.
Perusahaan dengan tingkat keuntungan yang lebih besar memiliki sumber
pendanaan internal yang lebih besar dan memiliki kebutuhan untuk melakukan
pembiayaan investasi melalui pendanaan eksternal yang lebih kecil. Karena itu,
pecking order theory memprediksi hubungan yang berkebalikan antara
profitabilitas dengan tingkat hutang jangka panjang. Sehingga penelitian ini
mengganggap bahwa terdapat pengaruh negatif antara profitability dengan
leverage untuk Pecking Order Theory. Artinya, perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang rendah mempunyai tingkat leverage yang tinggi. Sebaliknya
(Sofiati, 2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas
mempengaruhi struktur modal secara positif signifikan dan juga menyatakan
bahwa hutang mempengaruhi ekuitas secara positif signifikan. Penelitian yang
dilakukan oleh (Arifin, 2001) untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal pada perusahaan elektronika yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
sejak tahun 1992 sampai tahun 1999. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Karena perusahaan yang mempunyai profit yang tinggi akan lebih menyimpan
labanya sebagai laba ditahan yang akan digunakan sebagai sumber pendanaan
internal perusahaan.
E.
Likuiditas (CR)
Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo (Lancaster, 1998:14). Sedangkan
menurut Munawir (2002:93), likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya jangka pendek (current obligation). Secara khusus
jika ditinjau dari kebijakan yang dilakukan manajer dalam mengatur aktiva
perusahaan, maka likuiditas dapat diartikan sebagai proporsi dari aktiva
perusahaan yang diinvestasikan ke dalam kas dan marketable securities (surat
berharga) (Kim et al, 1998). Rasio antara cash ditambah marketable securities
terhadap total assets ini pada dasarnya merupakan rasio yang menunjukkan cash
position (Munawir, 2002:98). Dalam penelitian ini, pengertian mengenai konsep
likuiditas mengacu pada pengertian khusus tersebut. Kas (cash) adalah jumlah
uang tunai yang ada di perusahaan (cash on hand) dan rekening giro atau
simpanan di bank yang pengambilannya tidakdibatasi baik waktu maupun
jumlahnya (cash in bank) dan investasi jangka pendek, yang secara formal
disebut kas dan setara kas (cash equivalent) (Munawir, 2002:115).
Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar likuiditas (asset) perusahaan maka
struktur modalnya (dalam hal ini hutang) akan semakin berkurang, karena
perusahaan yang mempunyai total aktiva yang besar kemampuan untuk membayar
hutangnya pun lebih besar. Dengan total aktiva yang besar ini, perusahaan
akan lebih memilih untuk mendanai kegiatan usahanya dengan modal sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
jenis makanan dan minuman (foods and beverages) yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
yang memiliki laporan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan dalam
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pemilihan sampel dilakukan
berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel saham
perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Adapun
tujuan dari metode ini untuk mendapatkan sampel yang reprensentatif sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk
memperoleh sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur jenis makanan dan minuman (foods and
beverages) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu tahun 2008 sampai dengan 2011.
2. Perusahaan sampel telah menerbitkan laporan keuangan selama 4
(empat) tahun, yaitu tahun 2008 sampai dengan 2011.
3. Perusahaan yang memiliki data yang lengkap selama periode penelitian
untuk faktor-faktor yang diteliti, yaitu struktur aktiva (TA),
profitabilitas (NPM), dan likuiditas (CR).
3.2 Sumber Data dan Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder (secondary data)
dimana data tersebut adalah data yang berasal dari Laporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan dari Indonesian Capital Market
Direktory tahun 2008-2011. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Cross
Section Pooling Data dari perusahaan manufaktur. Cross Section Pooling data
dilakukan dengan cara menjumlahkan perusahaan-perusahaan manufaktur
jenis makanan dan minuman (foods and beverages) yang mampu memenuhi
kriteria sampel yang telah ditentukan selama periode penelitian yaitu dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
3.3 Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel dependen dan
variabel independen.
3.3.1 Variabel Dependen
Rasio Debt to Total Assets =
Jumlah Hutang
Jumlah Aktiva
3.3.2 Variabel Independen
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 (Tiga) variabel independen yaitu :
1. Struktur Aktiva (TA)
Rasio Tangible Assets =
Aktiva Tetap
Jumlah Aktiva
2. Profitabilitas (NPM)
Net Profitx Margin =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
3 . Likuiditas (CR)
Current Ratio =
Aktiva lancar
Hutang Lancar
3.4 Teknik Analisis Data
Penelitian ini akan menggunakan metode Multiple Regression untuk analisis
impact dari variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + et
Keterangan:
1.
Y
= Variabel Dependen (Struktur Modal)
X1
= Variabel Independen (Struktur Aktiva (TA))
X2
= Variabel Independen (Profitabilitas (NPM))
X3
= Variabel Independen (Likuiditas (CR))
a
= Intercept
b
= Koefisien Regresi (I=1,2,3,4)
et
= Pengganggu (error)
Pengujian Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur proporsi atau persentase
sumbangan variabel bebas terhadap variasi naik, turunnya variabel terikat (Y)
secara bersama-sama, dimana: 0 ≤ R2 ≤ 0. Jika R2 semakin besar (mendekati satu),
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Y) adalah besar. Berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan
pengaruh variabel bebas terhadap (Y). Sebaliknya jika R2 semakin mengecil
(mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Berarti model yang digunakan
tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat.
2.
Pengujian hipotesis secara simultan
Pengujian secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan uji F pada tingkat kepercayaan 95%
dengan derajat kebebasan (dfi) = k – 1 dan (df2) = n – k.
Kriteria pengujiannya :
Ho ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F tabel
Ho diterima dan Ha ditolak jika F hitung  F tabel
3. Pengujian hipotesis secara parsial
Pengujian secara parsial dilakukan oleh untuk mengetahui pengaruh signifikan
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95% dengan
derajat kebebasan (df) = n – k – 1
Hipotesis :
Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)
Kriteria pengujiannya :
Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung  t tabel
3.5 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini, untuk menguji apakah data
memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias
mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi. Pengujian yang
dilakukan adalah uji Normalitas, uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, dan
uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat
dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, (Ghozali,
2007). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau
mendekati normal. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi apakah data
berdistribusi normal atau tidak mengunakan analisis statistik non-parametrik OneSample Kolmogorov-Smirnov. Jika pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan p-value lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal dan
sebaliknya, jika p-value lebih kecil dari 0,05, maka data tersebut berdistribusi
tidak normal.
b. Uji Multikolineraritas
Multikolonieritas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir
sempurna antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, (Ghozali, 2007). Untuk
menguji adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menganalisis korelasi
antar variabel dan perhitungan nilai tolerance serta variance inflation factor
(VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 yang berarti
tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Dan
nilai VIF lebih besar dari 10, apabila VIF kurang dari 10 dapat dikatakan bahwa
variabel independen yang digunakan dalam model adalah dapat dipercaya dan
objektif.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas, (Ghozali, 2007). Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi homokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam satu model regresi ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini (t) dengan kesalahan pada
periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi, (Ghozali, 2007).
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson (DW test).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dls), maka koefisien
autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih
kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Statistik Deskriptif
Pada bab ini membahas sejumlah analisis berkaitan dengan data-data keuangan
yang diperoleh dari penelitian, berdasarkan pengamatan sejumlah variabel yang
dipakai dalam model regresi. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, bahwa penelitian ini melibatkan satu variabel dependen yaitu
struktur modal (DTA) dan 3 (Tiga) variabel independen yaitu struktur aktiva
(TA), profitabilitas (NPM), dan likuiditas (CR).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur jenis makanan
dan minuman (foods and beverages) yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sebelum 1 Januari 2008 dan tetap terdaftar sampai 31 desember 2011.
Perusahaan yang diperoleh adalah 20 perusahaan manufaktur jenis makanan dan
minuman (foods and beverages). Penentuan sampel dari penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Atas dasar kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan pada bab sebelumnya, maka diperoleh jumlah sampel dari penelitian
selama periode 2008 sampai 2011 adalah sebanyak 18 perusahaan manufaktur
jenis makanan dan minuman. Dapat dilihat pada lampiran 1.
Berdasarkan data yang telah diolah dapat dilihat nilai maksimum, minimum, mean
dan standar deviation tiap-tiap variabel disajikan dalam lampiran 2.
Berdasarkan lampiran 2 dapat diketahui bahwa mean debt to total asset tertinggi
pada tahun 2009 yaitu sebesar 961163.5, dan mean profitabilitas tertinggi pada
tahun 2010. Untuk mean likuiditas yang diukur dengan current rasio perusahaan
tertinggi pada tahun 2008. Untuk nilai maximum, minimum dan standar deviasi
dapat dilihat pada tabel tersebut.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Dalam analisis regresi berganda perlu dihindari penyimpangan asumsi klasik
supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi berganda
(Gujarati, 1995). Persyaratan untuk bisa menggunakan persamaan regresi
berganda adalah terpenuhinya asumsi klasik. Untuk mendapatkan nilai yang
efisien dan tidak bias atau BLUE (Best Linear Unbias Estimator) dari satu
persamaan regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui
model regresi yang dihasilkan memenuhi persyaratan asumsi klasik. Apabila
terjadi pelanggaran terhadap asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih
dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Struktur_Modal
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber : Data Lampiran Hasil Output Regresi, 2011
Dari analisis kurva dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar diagram dan
mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2. Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Struktur_Modal
Regression Standardized Predicted
Value
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Studentized Residual
Sumber : Data Lampiran Hasil Output Regresi, 2011
Dari gambar 2. dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y. sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
c. Uji Autokorelasi
Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan metode DurbinWatson. Dari hasil output regresi didapatkan nilai Durbin-Watson (DW
hitung) sebesar 1,901 atau 2. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW
hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 ≤ 2 ≤ 2 maka ini berarti tidak terjadi
autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah Uji Autokorelasi terpenuhi.
d. Uji Multikolinearitas
Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Struktur Aktiva (X1)
0,985
1,015
Profitabilitas (X2)
0,998
1,002
Likuiditas (X3)
0,985
1,016
Sumber: Data Primer diolah, Lampiran 8
Dari hasil output data didapatkan bahwa nilai semua nilai VIF<10 ini berarti
tidak terjadi multikolonieritas. Dan menyimpulkan bahwa uji multikolonieritas
terpenuhi. Berdasarkan berbagai macam pengujian di atas dapat disimpulkan
bahwa syarat asumsi klasik telah terpenuhi semua sehingga analisis data
dengan menggunakan persamaan regresi berganda dapat dilakukan.
4.3
Pengujian Regresi Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan Dengan program SPSS 16 For Windows diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Perhitungan Signifikan dan t-hitung Pada Masing-Masing Variabel
Variabel
Koefisien
t-hitung
Sig
Konstanta
1,516
4,366
0,000
Struktur Aktiva (X1)
2,839
3,318
0,002
Profitabilitas (X2)
-0,071
-2,134
0,039
Likuiditas (X3)
-0,486
-0,694
0,122
Sumber: Data Primer diolah, Lampiran 8
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut :
Y = 1,516 + 2,839X1 - 0,071X2 - 0,486X3
Dari model regresi yang terbentuk tersebut maka diperoleh hubungan antara
masing-masing variabel independen (Struktur Aktiva (X1), Profitabilitas (X2) dan
Likuiditas (X3)) dengan variabel dependen (Struktur Modal). yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai konstanta bertanda positif menyatakan, bahwa jika tidak ada kegiatan
dari ke-tiga variabel bebas tersebut yang mempengaruhi struktur modal, maka
struktur modal adalah positif.
2. Koefisien regresi X1 bertanda postif sebesar 2,839 menyatakan, bahwa
variabel struktur aktiva memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur
modal.
3. Koefisien regresi X2 bertanda negatif sebesar - 0,071 menyatakan, bahwa
variabel profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur
modal.
4. Koefisien regresi X3 bertanda negatif sebesar - 0,486 menyatakan, bahwa
variabel likuiditas memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur modal.
5. Ternyata variabel struktur aktiva dengan koefisien regresinya sebesar 2,839,
yang berarti mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan variabel
profitabilitas dan variabel likuiditas.
4.4
Pengujian Hipotesis Statistik Secara Keseluruhan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh semua variabel
independen bersama-sama terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan
adalah uji F terhadap signifikansi model regresi yang menunjukkan mampu
tidaknya model atau persamaan yang terbentuk dalam memprediksi nilai variabel
dependen dengan tepat. Pengujian bersifat satu arah dengan level of significant
sebesar 0,05 dan jumlah sampel sebanyak 18 dengan 4 tahun penelitian (2008
sapai dengan 2011) melibatkan 4 parameter yaitu 1 konstanta  0 dan 3 koefisien
yaitu 1,2, 3, ,. (df1= 72– 3 = 69)
Hipotesis statistik:
a.
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada
pengaruh secara keseluruhan antara variabel bebas terhadap variabel terikat)
b.
Jika F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak
ada pengaruh secara keseluruhan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat).
Uji Signifikan Secara Simultan
ANOVA
b
Sum of
Model
1
Squares
Regres s ion
Mean Square
3
34, 774
25, 138
68
2,061
196,461
71
Residual
Tot al
df
171,322
F
Sig.
125,672
a
,001
a. Predic tors : (Cons tant), Lik uiditas, Prof itabilitas, Tangible_As set
b. Dependent Variable: Struk tur_Modal
Pengujian keberartian pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap
variabel terikat digunakan Uji Fisher (Uji F) dengan tingkat kepercayaan 95%
atau α sebesar 0,05.
Fhitung
= 125,672
Ftabel 0,05 (4:72) = 2,76
Nilai signifikan
= 0,001
Karena Fhitung (125,672)  Ftabel (2,76) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Angka
tersebut menunjukkan bahwa secara statistik struktur modal (Y) dipengaruhi oleh
variabel struktur aktiva (TA), profitabilitas (NPM), dan likuiditas (CR).
4.5
Pengujian Pengaruh Masing-masing (Parsial) Variabel Bebas
Terhadap Variabel Terikat (Y1)
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel struktur aktiva (TA), profitabilitas
(NPM), dan likuiditas (CR) terhadap struktur modal (Y) secara sendiri-sendiri atau
parsial, digunakan uji t. Sedangkan untuk menghitung besarnya angka t tabel dengan
taraf signifikan 95% atau α sebesar 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – k – 1 =
72 – 4– 1 = 67.
Nilai t tabel = 1,667.
Hipotesis statistik Dengan kriteria :
a. Uji Positif
Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung ≤ t table
b. Uji Negatif
Ho ditolak dan Ha diterima jika t hitung negatif < t tabel negatif
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung negatif ≥ t tabel negatif
Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh nyata)
Ha : bi  0 (ada pengaruh nyata)
t-hitung > t-tabel
Ho ditolak, Ha diterima
t-hitung < t-tabel
Ho diterima, Ha ditolak
(Sarwono, 2006:188).
Uji Signifikan Nilai t hitung:
Tabel 3. Nilai Sig dan t-hitung untuk masing-masing variable bebas
Variabel Bebas
t-hitung
Sig
X1
3,318
0,002
X2
-2,134
0,039
X3
-0,694
0,122
Sumber: Data Primer diolah, Lampiran 8
1.
Pengujian Koefisien Parsial X1 (Struktur Aktiva – X1)
Berdasarkan hasil SPSS, ternyata didapat nilai:
t hitung = 3,318
ttabel
Nilai Signifikan 0,002
= 1.667
Ternyata t hitung = 3,318 > ttabel = 1.667, dan angka signifikansi 0,002 < 0,05, maka
H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. Artinya secara parsial
ada pengaruh antara variabel Struktur Aktiva (X1) terhadap Struktur Modal. Ini
berarti dapat dinyatakan bahwa, secara statitistik variabel Struktur Aktiva (X1)
berpengaruh positif atau searah terhadap variabel terikat Struktur Modal.
Pengujian yang pertama dilakukan terhadap variabel Struktur Aktiva (TA),
pengaruhnya terhadap Struktur Modal (DTA). Dari hasil perhitungan dapat
diketahui bahwa dengan taraf nyata (α) = 5%, TA memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 2,839 tingkat siginifikan sebesar 0.002 < 0.05 hasil ini membuktikan
bahwa variabel Struktur Aktiva (TA) secara positif dan signifikan
mempengaruhi Struktur Modal (DTA). Berdasarkan pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hipotesa yang telah
ditetapkan dalam awal bahwa Struktur Aktiva (TA) berpengaruh secara positif
terhadap Struktur Modal.
2.
Pengujian Koefisien Parsial X2 (profitabilitas – X2)
Berdasarkan hasil SPSS, ternyata didapat nilai:
t hitung = -2,134 Nilai Signifikan 0,039
ttabel
= -1.667
Ternyata t hitung = -2,134 < ttabel = -1.667, dan angka signifikansi 0,039 < 0,05,
maka H0 ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 %. Artinya secara
parsial ada pengaruh antara Profitabilitas (X2) terhadap Struktur Modal dan
pengaruh tersebut bersifat negatif. Ini berarti dapat dinyatakan bahwa, secara
statitistik variabel Profitabilitas (X2) berpengaruh negatif atau berlawanan arah
terhadap variabel terikat Struktur Modal.
Hasil regresi dari pengujian berikutnya terhadap Profitabilitas (NPM). Hasil yang
diperoleh dari pengujian regresi tersebut didapatkan nilai koefisien regresi sebesar
-0,071 dengan nilai siginifikan sebesar 0.039, hasil ini membuktikan bahwa
pengaruh variabel Profitabilitas (NPM) secara negatif mempengaruhi Struktur
Modal (DTA) (Ho ditolak dan Ha diterima). Dengan mendasarkan pada
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesa
yang telah diterapkan bahwa Profitabilitas (NPM) mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap Struktur Modal (DTA). Hal ini berarti bahwa semakin besar
Profitabilitas (dalam hal ini Net Profit) maka Struktur Modal perusahaan tersebut
juga semakin menurun.
3.
Pengujian Koefisien Parsial X3 (Likuiditas – X3)
Berdasarkan hasil SPSS, ternyata didapat nilai:
t hitung = -0,694 Nilai Signifikan 0,122
ttabel
= -1.667
Ternyata Nilai Signifikan Koefisien Parsial X3 (Likuiditas) adalah 0,122 nilai ini
lebih besar dari α yang ditentukan yaitu 0,05 dengan kata lain Likuiditas tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat Struktur Modal. Dengan taraf
nyata (α) = 5%, dengan signifikan sebesar 0.122 > 0.05 (α), hasil ini
membuktikan bahwa variabel Likuiditas (CR) secara statistik tidak
mempengaruhi Struktur Modal (DTA). Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima
dan Ha ditolak.
Dengan mendasarkan pada pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini tidak mendukung hipotesa yang telah ditetapkan pada bab awal
bahwa Likuiditas (CR) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Struktur
Modal. Secara teoritis hal ini berarti bahwa semakin besar Likuiditas (asset)
perusahaan maka Struktur Modalnya (dalam hal ini hutang) akan semakin
berkurang, karena perusahaan yang mempunyai total aktiva yang besar
kemampuan untuk membayar hutangnya pun lebih besar.
Rekapitulasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Struktur Aktiva (TA) dengan koefisien regresinya sebesar 2,839,
yang berarti mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan
variabel Profitabilitas (NPM) dan variabel Likuiditas (CR).
2. Pengujian Hipotesis Statistik Secara Keseluruhan menunjukkan bahwa
secara statistik Struktur Modal (Y) dipengaruhi oleh variabel Struktur
Aktiva (TA), Profitabilitas (NPM), dan Likuiditas (CR).
3. Secara parsial pengaruh variabel independen yaitu Struktur Aktiva (TA),
dan Profitabilitas (NPM) telah sejalan dengan teori yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu Struktur Aktiva (TA) secara
positif dan signifikan mempengaruhi Struktur Modal (DTA), secara
statistik variabel Profitabilitas (X2) berpengaruh negatif atau berlawanan
arah terhadap variabel terikat Struktur Modal.
4. Dari hasil statistik dapat dilihat bahwa Likuiditas (CR) sebagai variabel
independen yang mempunyai nilai t-hitung dan nilai signifikansinya lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian, pada α= 5%, variabel Likuiditas (X3)
tidak signifikan secara statistik dan secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel Struktur Modal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis apakah terdapat pengaruh struktur aktiva,
profitabilitas, dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan
2008-2011. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pengaruh variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat digunakan Uji
Fisher (Uji F) dengan tingkat kepercayaan 95% atau α sebesar 0,05. Hasil
perhitungan dengan menggunakan SPSS bahwa Fhitung (125,672)  Ftabel (2,76)
sehingga dapat dinyatakan bahwa menolak H0 dan menerima H1. Nilai F-hitung
menunjukkan bahwa secara statistik Struktur Modal dipengaruhi oleh variabel
Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Likuiditas.
2. Secara parsial pengaruh variabel independen yaitu Struktur Aktiva dan
Profitabilitas telah sejalan dengan teori yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya yaitu Struktur Aktiva secara positif dan signifikan mempengaruhi
Struktur Modal, secara statitistik variabel Profitabilitas berpengaruh negatif
atau berlawanan arah terhadap variabel terikat Struktur Modal.
3. Dengan taraf nyata (α) = 5%, dengan siginifikan sebesar 0.122 > 0.05 (α),
hasil ini membuktikan bahwa variabel Likuiditas (X3) secara statitistik tidak
mempengaruhi Struktur modal. Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima dan
Ha ditolak.
5.2
1.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel yang terlalu sedikit sehingga sangat besar
kemungkinan tidak mampu merepresentasikan populasi dengan baik.
Sedikitnya sampel merupakan salah satu kelemahan penelitian ini.
2.
Penelitian ini hanya dilakukan dengan periode selama 4 tahun, sehingga hasil
penelitian ini belum tentu reliabel untuk digunakan sebagai bahan justifikasi
untuk jangka panjang
3.
Variabel yang digunakan hanya meliputi faktor fundamental dan tidak
memperhitungkan faktor teknikal dan makro, sebaiknya dapat menggunakan
faktor teknikal dan makro dalam mempengaruhi struktur modal perusahaan.
5.3 Saran
Beberapa saran yang bisa dikemukakan dengan adanya Kesimpulan dan
keterbatasan penelitian ini antara lain:
1.
Penelitian ini hanya terbatas pada kajian empiris tentang faktor–faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan makanan dan minuman go public
di BEI tetapi tidak sampai kepada pemecahan masalah tentang bagaimana
dampak struktur modal itu sendiri terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena
itu, peneliti lain yang berminat terhadap permasalahan struktur modal
perusahaan manufaktur dapat mengembangkan penelitian ini dalam rangka
mengetahui dampak dari struktur modal yang digunakan perusahaan terhadap
kinerja perusahaan.
2.
Disarankan kepada perusahaan, penentuan struktur modal dengan menggunakan
hutang pada tingkat tertentu (sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih
diperkenankan) sebagai sumber pendanaanya dapat meningkatkan profitabilitas
dan nilai perusahaan. Sedangkan dari pertumbuhan perusahaan yang positif
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam peningkatan aset memiliki potensi
yang tinggi untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang.
3.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data tahun 2008–2011,
sehingga untuk tahun–tahun yang lain atau tahun–tahun mendatang, hasil
penelitian ini masih perlu diuji kembali.
4.
Penelitian yang akan datang juga sebaiknya menambah variable independen
yang masih berbasis pada data laporan keuangan selain yang digunakan
dalam penelitian ini dengan tetap berlandaskan pada penelitian-penelitian
sebelumnya, seperti growth opportunities, corporate tax, tingkat bunga dan
variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2005. Pengantar Pasar Modal. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Arifin, Ali. 2002. Membaca Saham. Edisi Pertama. Andi. Yogyakarta.
Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi tujuh. BPFE Press.
Yogyakarta.
Brigham, F. Eugene, Gapenski C.Louis, Philip R.Daves, (1999), Intermediate
Financial Management, Sixth Edition, The Dryden Press.
Bringham, & Houston, (2006), “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Edisi
Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri. 2005. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja
Grafindo. Jakarta.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP
AMP YKPN. Yogyakarta
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. BPFE.
Yogyakarta
Sakti, Rio Bahtianan, (2002), “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan,
Operating Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Industri Dasar dan Kimia di
Bursa Efek Jakarta”, Tesis Magister Ekonomi Universitas Gajah Mada,
Tidak dipublikasikan.
Sartono, Agus, Ragil sriharto, (1999), “Faktor-faktor Penentu Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur diIndonesia”, Sinergi Vol 2 No.2.
Sudarmanto, Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Graha
Ilmu. Yogyakarta
The Institute For Economic and Financial Research (ECFIN). 2004. Indonesian
Capital Market Directory.
Usman, Marzuki. Riphat Singgih, Ika Syahrir. 1997. Pengetahuan Dasar Pasar
Modal. Institute Bankir Indonesia bekerjasama dengan Jurnal Keuangan dan
Moneter, Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Weston, J. Fred, Eugene F. Brigham, (1990), Manajemen Keuangan Edisi
Sembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Download