PENDAHULUAN Pola hidup manusia yang tidak seimbang menyebabkan tingginya pertumbuhan kanker di dunia. Metode terapi yang lazim dilakukan selama ini untuk mengatasi kanker adalah radiasi dan kemoterapi. Metode ini membutuhkan biaya yang mahal dalam proses pengobatannya. Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah penggunaan bahan alam sebagai alternatif agen antikanker. Menurut Depkes RI, definisi tanaman obat Indonesia sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978 ialah tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu. Selain itu, tanaman obat dapat digunakan sebagai formula bahan baku obat yang diekstraksikan dan ekstrak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai obat (Siswanto et al. 1997). Rosita dan Moko (1993) melaporkan bahwa tempuyung (Sonchus arvensis) merupakan tanaman obat potensial di Indonesia sebagai bahan baku industri obat modern maupun tradisional. Tanaman ini memiliki banyak khasiat, di antaranya untuk mengobati asam urat, diuretik, batu ginjal, kencing batu, bengkak, batuk, asma, bronkitis, dan berpotensi sebagai antikanker. Hal ini disebabkan S. arvensis mengandung banyak senyawa bioaktif, seperti golongan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Senyawaan tersebut sering digunakan dalam dunia pengobatan (Khurniasari 2004). Senyawa yang diduga memiliki aktivitas antikanker biasanya diujikan terlebih dahulu dengan metode uji letalitas larva udang (BSLT) menggunakan larva udang Artemia salina sebagai hewan uji. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksik senyawa antikanker (Meyer et al. 1982). Penelitian ini bertujuan mencari manfaat lain S. arvensis terutama di bidang pengobatan sebagai senyawa antikanker berdasarkan toksisitasnya terhadap A. salina dengan uji in vitro metode BSLT. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Obat Penggunaan obat tradisional atau jamu di masyarakat merupakan bentuk pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan, serta merupakan warisan budaya turun-temurun masyarakat Indonesia. Obat tradisional telah menjadi bagian integral dari kehidupan Indonesia. Untuk mengembangkan dan mempertanggungjawabkan pemakaian obat tradisional tersebut, dilakukan beberapa pengujian ilmiah tentang khasiat dan keamanannya (Wijayakusuma et al. 1992). S. arvensis (Gambar 1) merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah telantar, dan terkadang ditanam sebagai tanaman obat. Tanaman yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50–1.650 m dpl. Tanaman ini mengandung getah putih dengan akar tunggang yang kuat, batang berongga, dan berusuk (Iskandar 2007). Gambar 1 Tanaman tempuyung (Sonchus arvensis) koleksi Pusat Studi Biofarmaka IPB (2010). Ekstrak S. arvensis memiliki beberapa efek farmakologi, salah satunya dapat digunakan sebagai antikanker. Hal ini disebabkan kandungan metabolit sekunder flavonoid dalam S. arvensis yang diduga kuat sebagai senyawa bioaktif antikanker. Mekanisme penghambatan sel kanker oleh flavonoid adalah dengan menduduki tempat pengikatan adenosin trifosfat (ATP) dari protein kinase, sehingga menurunkan aktivitas protein kinasenya. Protein kinase merupakan enzim yang berperan penting dalam transduksi sinyal yang memacu siklus perbanyakan pada sel-sel kanker (Hanahan & Weinberg 2000). 1