ASTRA SEDAYA FINANCE

advertisement
INDONESIA
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Fixed Income Research
Penawaran Obligasi
ASTRA SEDAYA FINANCE
17 Januari 2005
INDUSTRI PEMBIAYAAN
Struktur Penawaran
Jenis instrumen
Obligasi
Jumlah
Rp 1 triliun
Jangka Waktu
370 hari - 5 tahun
Pembayaran bunga
Triwulanan
Peringkat
idAA-
Lembaga Pemeringkat PEFINDO
–
ASF merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia dengan pangsa
saldo pembiayaan konsumen mencapai 13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan
konsumen non bank per September 2004.
–
Posisi sebagai market leader di industri pembiayaan otomotif sangat didukung oleh jaringan
operasional yang luas, strategi pemasaran yang tepat, basis konsumen yang kuat dan
penerapan manajemen risiko yang prudent.
–
Strategi untuk tidak memfokuskan pembiayaan hanya kepada jenis, merek atau produsen
otomotif tertentu telah memberikan keleluasaan bagi ASF dalam menangkap peluang
bisnis yang ada. Kegiatan pembiayaan ASF tetap tumbuh meski beberapa merek
kendaraan mengalami penurunan dalam penjualan atau pangsa pasar akibat tingginya
persaingan di industri otomotif.
–
Kegiatan pembiayaan otomotif ASF selama 9 bulan pertama tahun 2004 telah melampaui
kegiatan pembiayaan selama tahun 2003, baik secara nilai maupun unit kendaraan yang
dibiayai.
–
Akses ke sumber pendanaan yang luas sangat mendukung ASF meningkatkan kegiatan
pembiayaan otomotifnya dan memperoleh cost of fund yang efisien.
–
Leverage yang meningkat diperkirakan tidak akan membebankan neraca perusahaan,
mengingat ASF memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyalurkan pembiayaan dan
menjaga kualitas aktivanya untuk tetap baik.
–
Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan NPL yang rendah merupakan karakteristik
utama aktiva ASF. Kemampuan meningkatkan aktiva produktif dengan mempertahankan
kualitas aktiva tetap baik tidak terlepas dari praktek manajemen risiko yang handal, yang
diadopsi dari sistem manajemen risiko perusahaan dengan rating AAA dari General Electric.
–
Strategi interest maturity gap yang telah diterapkan ASF selama ini diperkirakan mampu
melindungi profitabilitas perusahaan yang berasal dari portofolio pembiayaan saat ini
terhadap potensi kenaikan suku bunga.
–
Risiko bisnis akibat ketergantungan pada sektor otomotif yang sangat terkait dengan
kinerja perekonomian diperkirakan masih tetap ada, meski industri otomotif merupakan
industri yang sangat berkembang di Indonesia.
Sumber : AAA Sekuritas
Profil Hutang Obligasi
per 30 September 2004
Obligasi
ASF II
ASF III
ASF IV
ASF V
Jumlah
(Rp miliar)
119,8
581,6
1.150,0
1.500,0
Jatuh
Tempo
2005
2007
2008
2008
Sumber : ASF
Pemegang Saham
per 30 September 2004
PT General Electric Service
PT Astra International Tbk.
PT Sedaya Multi Investama
47,00%
44,28%
8,72%
IKHTISAR KEUANGAN
Sumber : ASF
(Rp miliar)
Kas
2001
2002
2003
Sep-04
43,4
69,9
80,5
76,9
63,6
Piutang pembiayaan
1.008,9
1.375,9
1.659,9
3.018,7
4.183,3
Total aktiva
1.223,6
1.635,1
1.893,3
3.299,4
4.582,4
Total hutang
664,7
876,0
981,6
2.281,2
3.284,5
Total ekuitas
437,4
590,9
713,8
874,7
1.003,1
Pendapatan usaha
354,8
571,3
670,1
891,5
1.048,8
Pendapatan pembiayaan
281,9
490,5
578,4
762,5
914,7
Laba usaha
116,4
235,8
292,7
341,9
323,8
Laba bersih
83,6
168,3
207,1
245,8
226,8
Marjin laba usaha (%)
32,8
41,3
43,7
38,3
30,9
Marjin laba bersih (%)
29,6
34,3
35,8
32,2
24,8
9,6
11,8
11,7
9,5
9,3
Imbal hasil atas ekuitas (%)
19,7
32,7
31,8
30,9
29,3
Net interest margin (%)
28,7
26,1
26,3
22,2
21,8
Ekuitas/Aktiva (%)
35,7
36,1
37,7
26,5
21,9
Hutang/ekuitas (x)
1,5
1,5
1,4
2,6
3,3
Imbal hasil atas aktiva (%)
Jimmy Randiatmoko
[email protected]
(62-21) 515 2640
Jakarta - INDONESIA
2000
Sumber: ASF, diolah AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
1
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Kekuatan Perusahaan
Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia
Kemampuan meningkatkan tingkat pertumbuhan pembiayaan konsumen yang lebih tinggi dari
industri, mendorong pangsa pembiayaan konsumen ASF terhadap nasional terus tumbuh. Perolehan
pangsa pasar yang mencapai sekitar 9,4% di tahun 1999 terus mengalami kenaikan hingga mencapai
13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan konsumen non bank di bulan September 2004.
Pada periode yang sama, saldo pembiayaan konsumen ASF tumbuh dengan CAGR 62,7%, sementara
industri tumbuh dengan CAGR 51,6%.
Jaringan operasional yang luas dengan basis nasabah yang kuat
Posisi sebagai market leader sangat didukung oleh jaringan pemasaran ASF yang tersebar luas di
seluruh Indonesia. Tidak kurang dari 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin
bersama dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif dimiliki oleh ASF. Belum lagi jaringan pemasaran
yang disediakan oleh Astra International melalui showroom-showroom mobilnya yang dapat digunakan
oleh ASF untuk menyalurkan pembiayaan otomotif. Dengan luasnya jaringan pemasaran ini,
kemampuan ASF dalam melakukan penetrasi pasar semakin baik. Saat ini, ASF sudah melayani
lebih dari 600 ribu nasabah.
Kemampuan menghasilkan pembiayaan yang cukup tinggi dengan kualitas yang tetap
terjaga
ASF memiliki kemampuan menghasilkan pembiayaan yang cukup tinggi. Selama periode JanuariSeptember 2004, rata-rata nilai pembiayaan baru yang diproduksi ASF per bulan mencapai
Rp 718,2 miliar. Jumlah ini meningkat dari tahun 2003 yang mencapai rata-rata Rp 433,0 miliar per
bulan. Meski pertumbuhan pembiayaan baru cukup tinggi, ASF tetap memiliki kemampuan menjaga
kualitasnya tetap baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah. Rasio
keterlambatan saldo piutang lebih dari 30 hari terhadap piutang pembiayaan kotor relatif kecil dan
stabil pada kisaran 1% selama tahun 2004.
Akses ke sumber pendanaan yang luas
ASF memiliki akses ke sumber dana yang luas. Hal ini tidak terlepas dari reputasi ASF sebagai
perusahaan pembiayaan yang prudent sehingga selalu mendapat kepercayaan dari lembaga
perbankan dan non bank untuk memperoleh pendanaan. Pendanaan tersebut antara lain pinjaman
bank, skema pembiayaan bersama dan anjak piutang. ASF juga memiliki track record yang baik
dalam setiap penerbitan obligasinya dengan selalu melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu
tanpa harus direstrukturisasi. Akses ke sumber pendanaan yang luas ini sangat dibutuhkan untuk
menjaga kelangsungan usaha ASF dan juga untuk memperoleh cost of fund yang efisien.
Permodalan yang memadai
ASF memiliki struktur permodalan yang memadai. Rasio perbandingan antara ekuitas dengan aktiva
yang mencapai 21,9% per September 2004 relatif lebih tinggi dibanding industri pembiayaan
konsumen yang mencapai 13,1%. Sementara rasio perbandingan antara hutang terhadap ekuitas
cenderung meningkat seiring dengan strategi pendanaan ASF yang mengoptimalkan peluang di
pasar modal dalam mendukung ekspansi pembiayaannya. Namun peningkatan rasio ini masih jauh
di bawah ketentuan Menteri Keuangan yang mengijinkan rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan
pembiayaan maksimal sebesar 15 kali. Peningkatan ini diperkirakan tidak akan membebani neraca
ASF mengingat perusahaan ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan pembiayaan
dan menjaga kualitasnya untuk tetap baik.
2
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Potensi Risiko
Kinerja penjualan otomotif yang sangat terkait dengan kinerja perekonomian
Bisnis pembiayaan otomotif memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan industri otomotif.
Jika industri otomotif mengalami perkembangan yang negatif seperti yang terjadi di tahun 1998
ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, maka industri pembiayaan otomotif juga akan mengalami
hal yang sama. Sementara jika industri otomotif tumbuh positif, maka industri pembiayaan juga
akan berkembang seperti yang terjadi sejak tahun 1999. Dengan melihat kondisi ekonomi Indonesia
yang semakin membaik saat ini serta sifat industri otomotif yang cepat berkembang, industri
pembiayaan otomotif masih memiliki prospek yang cerah. Selain itu, mobil bekas yang juga menjadi
objek pembiayaan ASF dapat menjadi penyeimbang jika bisnis mobil baru mengalami perkembangan
yang kurang baik.
Tingkat persaingan yang semakin tinggi
Industri pembiayaan merupakan industri yang sangat tinggi tingkat persaingannya, tidak hanya
antar perusahaan pembiayaan, tetapi juga dengan lembaga perbankan yang masuk ke bisnis yang
menguntungkan ini. Kegiatan pemasaran yang cukup agresif akan menyebabkan tingkat suku
bunga pembiayaan sangat kompetitif sehingga dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan
pembiayaan. Namun dengan kinerja operasional dan cost of fund yang efisien, diperkirakan tingkat
profitabilitas ASF masih tetap tinggi.
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
3
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Tentang Perusahaan
Perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia
PT Astra Sedaya Finance (ASF) merupakan perusahaan pembiayaan otomotif terbesar di Indonesia.
Kemampuan meningkatkan tingkat pertumbuhan pembiayaan konsumen yang lebih tinggi dari
industri, mendorong pangsa pembiayaan konsumen ASF terhadap nasional terus tumbuh. Perolehan
pangsa pasar yang mencapai sekitar 9,4% di tahun 1999 terus mengalami kenaikan hingga mencapai
13,2% terhadap industri perusahaan pembiayaan konsumen non bank di bulan September 2004.
Pada periode yang sama, saldo pembiayaan konsumen ASF tumbuh dengan CAGR 62,7%, sementara
industri tumbuh dengan CAGR 51,6%.
Objek pembiayaan yang terdiversifikasi
Objek pembiayaan otomotif ASF cukup luas, tidak hanya mobil-mobil yang diproduksi maupun
yang didistribusikan oleh PT Astra International Tbk. (sebagai pemegang langsung maupun tidak
langsung 53% saham ASF), tetapi juga merek-merek mobil yang diproduksi dan didistribusikan
oleh perusahaan selain Astra. Aktifitas pembiayaannya pun tidak terbatas untuk mobil-mobil baru,
tetapi juga mobil bekas, baik mobil Astra maupun non Astra. Sejak tahun 2003, ASF juga memasuki
bisnis pembiayaan sepeda motor non Honda. Namun hal ini tidak menghadapkan ASF kepada risiko
bisnis yang lebih besar mengingat perusahaan ini memiliki sistem manajemen risiko yang handal.
Pengalaman selama 23 tahun di bisnis pembiayaan, membuat ASF sangat mengenal pasar
pembiayaan di Indonesia.
Selain pembiayaan otomotif, ASF juga melakukan pembiayaan sewa guna usaha untuk alat-alat
berat, seperti yang biasa digunakan di industri perkebunan, pertambangan dan konstruksi. Namun
kontribusi bisnis yang sempat terhenti kegiatannya pada tahun 1999 akibat krisis ekonomi dan
dilanjutkan kembali pada tahun 2002 ini masih relatif kecil terhadap total portofolio pembiayaan
ASF. Sampai dengan bulan September 2004, rasio piutang pembiayaan sewa guna usaha terhadap
total piutang pembiayaan ASF mencapai 1,9%.
Tabel 1. Perkembangan Kegiatan Usaha ASF Relatif Terhadap Industri
(dalam Rp miliar)
Pembiayaan Konsumen
Industri
ASF
Pangsa Pasar
Sewa Guna Usaha
Industri
ASF
Pangsa Pasar
1999
2000
2001
2002
2003 Sep-04
CAGR
4.323
406
9,4%
8.515
1.009
11,8%
12.361
1.376
11,1%
16.594
1.660
10,0%
22.666
2.976
13,1%
31.199
4.105
13,2%
51,6%
62,7%
10.928
-
13.731
-
14.133
-
12.576
0
0%
11.594
43
0,4%
13.499
78
0,6%
4,5%
n.a.
Sumber : ASF, Bank Indonesia, diolah AAA Sekuritas
Memiliki keleluasaan dalam menangkap peluang bisnis di industri otomotif
Dengan tidak memfokuskan pembiayaan hanya kepada jenis, merek atau produsen otomotif tertentu
telah memberikan keleluasaan bagi ASF dalam menangkap peluang bisnis yang ada. Ini bisa dilihat
pada terus tumbuhnya kegiatan pembiayaan ASF, meski beberapa merek kendaraan mengalami
penurunan dalam penjualan atau pangsa pasar akibat tingginya persaingan di industri otomotif.
Industri otomotif nasional terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan selama tahun
2004. Penjualan mobil nasional mencapai 483 ribu unit yang berarti jauh melampaui penjualan
sebelum krisis yang mencapai 340 ribu unit. Bahkan angka penjualan ini telah melampaui prediksi
penjualan tahun 2004 yang awalnya diperkirakan mencapai hanya 380 ribu unit. Penjualan yang
cukup tinggi menempatkan Indonesia di urutan kedua setelah China sebagai negara dengan tingkat
pertumbuhan penjualan mobil terbesar di dunia (Sumber: Bisnis Indonesia, 05/01/05 dan
14/01/05).
Sementara itu, sepeda motor yang telah menunjukkan pertumbuhan penjualan sebesar CAGR
45,5% dalam waktu 5 tahun ini, kembali mengalami peningkatan di tahun 2004 mencapai 3,9 juta
unit, meningkat 38,3% dari tahun sebelumnya.
4
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Gambar 1. Perkembangan Penjualan Otomotif Nasional
Motor (juta unit)
Mobil (ribu unit)
483
299
300
318
3,9
354
2,8
2,3
1,6
2004
2003
2002
2001
2000
1999
2004
2003
2002
2001
0,5
2000
1999
94
0,9
Sumber : Diolah dari data GAIKINDO dan AISI
Berlanjutnya pertumbuhan penjualan otomotif di tahun 2004 ini banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Di antaranya adalah:
–
–
–
–
Perkembangan ekonomi Indonesia yang terus menunjukkan pertumbuhan yang positif sampai
dengan tahun 2004 ditambah dengan kondisi keamanan yang tetap stabil, telah memberikan
keyakinan para pelaku usaha terhadap kelanjutan pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.
Munculnya varian-varian mobil baru dengan harga di bawah Rp 100 juta.
Tingkat suku bunga pasar yang relatif rendah menambah daya beli masyarakat.
Adanya dukungan dari industri perbankan dan lembaga pembiayaan konsumen yang memberikan
pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor dengan bunga menarik.
Kegiatan usaha yang tetap fokus pada pembiayaan otomotif telah memberikan manfaat yang
sangat besar bagi ASF dari tumbuh pesatnya penjualan mobil dan sepeda motor secara kredit di
Indonesia. Meski strategi untuk tetap fokus pada pembiayaan otomotif telah memberikan
keuntungan yang signifikan, namun keterkaitan yang sangat erat dengan industri otomotif masih
memberikan risiko akibat konsentrasi. Risiko ini terkait dengan kinerja industri otomotif yang
cenderung fluktuatif, terpengaruh oleh kinerja ekonomi secara keseluruhan. Meski risiko yang
berkaitan dengan kinerja perekonomian berada di luar kendali perusahaan, namun ASF tetap berusaha
meminimalisir risiko tersebut dengan melakukan diversifikasi terutama berkaitan dengan objek
pembiayaan dan wilayah kegiatan usaha.
Jaringan pemasaran yang luas
Selain karena kondisi pasar otomotif yang membaik, terus meningkatnya kegiatan usaha ASF juga
didukung oleh jaringan pemasaran yang luas. Sampai dengan bulan September 2004, jaringan
pemasaran ASF telah mencapai 28 jaringan operasional dan 7 point of sales yang terjalin bersama
dengan lebih dari 1.900 dealer otomotif yang tersebar di seluruh Indonesia. Dealer-dealer tersebut
memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kegiatan pembiayaan ASF. Untuk itu,
ASF terus berusaha memperkuat hubungan kerja samanya dengan memberikan kemudahankemudahan pemrosesan aplikasi pembiayaan, produk-produk pembiayaan yang inovatif serta
program reward yang menarik bagi para dealer. Kemampuan ASF dalam menetapkan strategi
pemasaran dan menjalin hubungan yang sangat baik dengan para dealer telah mendorong
pertumbuhan pembiayaan ASF yang lebih cepat dan pangsa pasar yang terus meningkat. Strategi
pemasaran yang tepat dan jaringan operasi yang luas ini mampu memperkuat basis nasabah ASF
hingga mencapai lebih dari 600.000 nasabah.
Akses ke sumber pandanaan yang luas
Dukungan sumber dana yang kuat juga menjadi keunggulan ASF sebagai lembaga pembiayaan
terkemuka di Indonesia. Akses yang luas ke dana perbankan, lembaga keuangan dan pasar modal
mendukung ASF untuk mampu mengelola sumber pendanaannya dengan baik guna memperoleh
cost of fund yang efisien. Sumber pendanaan yang kuat sangat dibutuhkan menunjang kegiatan
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
5
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
usaha ASF, mengingat sebagai lembaga keuangan non bank, ASF tidak diperkenankan menghimpun
dana masyarakat secara langsung.
Akses yang luas ke sumber pendanaan ini juga dibutuhkan untuk mengendalikan risiko suku bunga
dan melindungi interest margin-nya. Strategi pendanaan ASF adalah menyelaraskan gap antara
profil pendanaan dengan profil pembiayaannya. Sumber dana jangka pendek digunakan untuk
mendanai pembiayaan jangka pendek, sedangkan dana jangka panjang digunakan untuk mendanai
pembiayaan jangka panjang. Selain itu, pembiayaan yang membebankan suku bunga tetap kepada
nasabah dibiayai oleh sumber dana yang memiliki suku bunga yang tetap juga. Praktek assets
liabilities management yang baik dibutuhkan untuk mengurangi dampak risiko dari perubahan arah
pergerakan suku bunga pasar terhadap profitabilitas perusahaan.
6
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Fokus 9M04
Kinerja operasional dan keuangan ASF selama 9 bulan pertama tahun 2004 dinilai sangat baik.
Omzet pembiayaan ASF sampai dengan bulan September berhasil melampaui total omzet selama
tahun 2003. Pendapatan bunga dan laba ASF juga mengalami peningkatan, meski tingkat
persaingan di industri pembiayaan otomotif masih cukup tinggi. Posisi pasar yang kuat dengan
brand image yang baik serta strategi pemasaran yang tepat dengan kemampuan mengelola
sumber pendanaan yang efisien merupakan kunci sukses meningkatnya kinerja perusahaan di
tahun ini.
Kinerja Operasional
Omzet 9 bulan pertama 2004 sudah melampaui omzet selama tahun 2003
Nilai pembiayaan baru selama 9 bulan pertama tahun 2004 berhasil melampaui nilai pembiayaan
baru selama tahun 2003. Sampai dengan bulan September, total omzet ASF mencapai Rp 6,5
triliun dengan rata-rata nilai pembiayaan baru per bulan mencapai Rp 718,2 miliar. Jumlah ini
meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,2 triliun dengan rata-rata pembiayaan
baru per bulan mencapai Rp 433,0 miliar.
Gambar 2. Pertumbuhan Nilai Pembiayaan Yang Disalurkan
Rp triliun
6,5
7,0
6,0
5,2
5,0
4,0
3,4
4,0
3,8
3,0
2,0
1,0
2000
2001
2002
2003
Sep-04
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Tumbuhnya nilai pembiayaan baru ini dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap
pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor. Selama tahun 2004 sampai dengan bulan September,
jumlah mobil baru yang dibiayai ASF mencapai 42.859 unit. Jumlah ini meningkat 36,3% dari
tahun 2003 yang mencapai 31.450 unit. Sementara itu, porsi pembiayaan mobil baru ASF terhadap
penjualan mobil baru nasional juga mengalami peningkatan dari 8,9% di tahun 2003 menjadi
12,3% selama 9 bulan pertama tahun 2004.
Selain pembiayaan mobil baru, pembiayaan mobil bekas juga terus menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan. Selama 9 bulan pertama 2004, jumlah mobil bekas yang dibiayai ASF
sudah melampaui volume pembiayaan selama tahun 2003. Terus meningkatnya jumlah unit mobil
bekas yang dibiayai ini sejalan dengan strategi ASF menuju ke pembiayaan yang lebih terdiversifikasi.
Selain untuk meminimalisir risiko akibat konsentrasi, tujuan dari strategi ini adalah untuk menangkap
peluang pasar yang ada dan yield pembiayaan yang lebih tinggi. Untuk ke depannya, diharapkan
pembiayaan mobil bekas akan mengambil porsi yang cukup signifikan terhadap total portofolio
pembiayaan ASF, baik secara nilai maupun unit yang dibiayai.
Tabel 2. Kinerja Penjualan Otomotif Nasional dan Volume Pembiayaan ASF
2000
Volume pembiayaan otomotif ASF
Mobil baru (unit)
Mobil bekas (unit)
Motor (unit)
Volume penjualan mobil nasional
Astra (unit)
Non Astra (unit)
Total (unit)
2001
2002
2003
Sep-04
30.320
15.096
-
33.615
15.420
-
29.688
14.560
-
31.450
24.222
10.796
42.859
24.287
29.806
150.575
148.090
298.665
138.192
161.437
299.629
135.773
182.021
317.794
147.074
207.260
354.334
154.514
194.222
348.736
Sumber : ASF, GAIKINDO
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
7
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Kinerja Keuangan
Laba sebelum pajak naik 37,2%
Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembiayaan tersebut, aktiva pembiayaan ASF tercatat
mengalami peningkatan sebesar 38,6% dari tahun 2003. Aktiva produktif yang 98,1% merupakan
piutang pembiayaan konsumen ini tumbuh dari Rp 3,0 triliun di tahun 2003 menjadi Rp 4,2 triliun
per September 2004. Ini berarti aktiva produktif ASF sudah mengalami pertumbuhan sebesar
CAGR 46,1% sejak tahun 2000. Dengan terus tumbuhnya aktiva pembiayaan, kinerja pendapatan
ASF juga terus mengalami kenaikan. Selama 9 bulan pertama tahun 2004, laba sebelum pajak
tumbuh 39,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan
bunga bersih sebesar 82,0%. Bottom line ASF juga mengalami peningkatan sebesar 36,3% di
periode yang sama.
Tabel 3. Ikhtisar Laba Rugi
(dalam Rp miliar)
Pendapatan bunga
Beban bunga
Pendapatan bunga bersih
Pendapatan non bunga
Pendapatan operasi
Beban operasional
Laba usaha sebelum beban penyisihan
Beban penyisihan
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih
2Q04
3Q04
QoQ (%)
9M03
9M04
YoY (%)
331,2
(111,5)
219,7
37,8
257,5
(75,9)
181,6
(75,9)
105,7
(32,5)
73,2
346,3
(102,4)
243,8
54,1
298,0
(102,3)
195,6
(73,2)
122,4
(35,9)
86,5
4,6
(8,1)
11,0
43,2
15,7
34,7
7,8
(3,5)
15,8
10,5
18,2
509,2
(160,8)
348,4
89,6
438,0
(136,0)
302,0
(69,3)
232,7
(66,3)
166,4
914,7
(280,5)
634,1
134,1
768,3
(238,8)
529,5
(205,6)
323,8
(97,0)
226,8
79,6
74,5
82,0
49,7
75,4
75,6
75,3
196,6
39,2
46,4
36,3
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Kinerja profitabilitas yang relatif stabil
Kinerja ASF dari sisi profitabilitas dinilai cukup stabil. Rasio laba usaha sebelum beban penyisihan
terhadap total pendapatan berada pada kisaran 50%. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan ASF
mengendalikan beban operasionalnya di mana rasio beban operasi terhadap pendapatan bertahan
pada kisaran 22%. Selain itu, struktur profitabilitas ASF saat ini juga dinilai masih memberikan
perlindungan yang cukup bagi ekuitas perusahaan terhadap potensi kerugian akibat tak tertagihnya
piutang pembiayaan. Hal ini ditunjukkan oleh rasio laba usaha sebelum beban penyisihan terhadap
beban penyisihan yang mencapai 2,6 kali di bulan September 2004.
Tabel 4. Analisa Profitabilitas
Laba usaha sebelum beban penyisihan/
total pendapatan (%)
Laba sebelum pajak/total pendapatan (%)
Laba bersih/total pendapatan (%)
Laba bersih/rata-rata aktiva (%)
Laba bersih/rata-rata ekuitas (%)
Beban operasional/pendapatan bersih (%)
Laba usaha sebelum beban penyisihan/
beban penyisihan (x)
9M03
FY03
3M04
6M04
9M04
50,4
38,9
27,8
9,3
29,3
22,7
51,2
38,3
27,6
9,5
30,9
21,6
54,5
34,3
24,0
7,4
29,5
21,7
51,0
31,1
21,6
7,5
32,6
20,9
50,5
30,9
21,6
7,7
32,2
22,8
4,4
4,0
2,7
2,5
2,6
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
8
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Profil Keuangan
Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah merupakan
karakteristik utama dari aktiva ASF. Meningkatnya delinquency rate menjelang akhir tahun
lebih disebabkan oleh faktor musiman daripada karakteristik nasabah yang memburuk.
Meningkatnya komponen hutang di dalam struktur permodalan masih dapat dikelola dengan baik
dan diperkirakan tidak akan membebankan neraca ASF mengingat perusahaan ini memiliki
kemampuan menyalurkan pembiayaan yang sangat tinggi dan manajemen risiko yang prudent.
Kualitas Aktiva
Kualitas yang baik merupakan karakteristik aktiva ASF
Kualitas yang baik dengan delinquency rate dan non performing loan yang rendah merupakan
karakteristik utama dari aktiva ASF. Meski aktiva produktif mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi dalam beberapa tahun terakhir, namun ASF tetap mampu menjaga kualitas aktivanya dengan
baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan praktek manajemen risiko yang handal, yang diadopsi dari
sistem manajemen risiko perusahaan dengan rating AAA dari General Electric. Penerapan provisi
yang konservatif dan proses underwriting pembiayaan dan koleksi yang cermat menyebabkan
risiko kerugian akibat tak tertagihnya piutang dapat diminimalisir.
Provisi konservatif untuk memberikan perlindungan bagi ekuitas
Meski secara historis deliquency rate ASF cukup rendah, namun manajemen tetap konservatif
dalam mengelola portofolio pembiayaannya. Hal ini bisa dilihat pada rasio saldo penyisihan piutang
ragu-ragu yang dibentuk terhadap pokok piutang pembiayaan yang dikelola ASF (termasuk piutang
joint financing yang risikonya ditanggung ASF) selalu dijaga sebesar 3%. Saldo penyisihan ini
mampu meng-cover saldo piutang pembiayaan kotor yang terlambat lebih dari 60 hari sebanyak
lebih dari 8 kali per September 2004. Sementara kerugian aktual yang diwakili oleh net write off
hanya mencapai rata-rata 0,7% terhadap pokok piutang selama 5 tahun terakhir. Praktek penyisihan
piutang ragu-ragu yang konservatif ini diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi permodalan
ASF dari risiko kerugian akibat tak tertagihnya piutang.
Tabel 5. Indikator Kualitas Aktiva
2000
2001
3.378,7
1.008,9
1.078,4
5.061,7
1.375,9
1.473,2
Penyisihan piutang pembiayaan yang diragukan
Saldo awal (Rp miliar)
Penyisihan tahun berjalan (Rp miliar)
Penghapusan (Rp miliar)
Saldo akhir (Rp miliar)
15,0
56,4
(1,8)
69,5
69,5
33,4
(5,6)
97,4
97,4
28,2
(15,5)
110,1
110,1
108,1
(74,1)
144,1
144,1
191,6
(101,1)
234,6
Rasio-rasio
Saldo penyisihan/piutang kotor (%)
Saldo penyisihan/pokok piutang (%)
Penyisihan tahun berjalan/penghapusan (x)
Penghapusan/pokok piutang (%)
Saldo penyisihan/keterlambatan > 30 hari (x)
2,1
6,4
30,6
0,2
86,2
1,9
6,6
6,0
0,4
41,4
2,0
6,2
1,8
0,9
19,7
2,0
4,6
1,5
2,3
1,6
2,3
5,3
1,9
2,3
21,4
Piutang pembiayaan - kotor (Rp miliar)
Piutang pembiayaan - bersih (Rp miliar)
Pokok piutang pembiayaan (Rp miliar)
2002
2003 Sep-04
5.630,7 7.197,6 10.411,5
1.660,0 3.018,7 4.183,3
1.770,1 3.162,8 4.417,9
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Permodalan
Permodalan yang memadai dengan leverage yang terkendali
Kondisi permodalan ASF dinilai cukup memadai. Rasio perbandingan antara ekuitas dengan aktiva
yang mencapai 21,9% per September 2004 relatif lebih tinggi dibanding industri pembiayaan
konsumen yang mencapai 13,1%. Sementara rasio perbandingan antara hutang terhadap ekuitas
cenderung meningkat seiring dengan strategi pendanaan ASF dalam mengoptimalkan peluang yang
ada di pasar modal dalam mendukung ekspansi pembiayaannya. Namun peningkatan rasio ini
masih jauh di bawah ketentuan Menteri Keuangan yang mengijinkan rasio hutang terhadap ekuitas
perusahaan pembiayaan maksimal sebesar 15 kali. Peningkatan ini diperkirakan tidak akan
membebani neraca ASF mengingat perusahaan ini memiliki kemampuan yang tinggi dalam
melakukan pembiayaan dan menjaga kualitasnya untuk tetap baik.
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
9
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Ke depan diperkirakan ASF akan tetap menjalankan strategi pendanaan melalui pasar modal,
lembaga perbankan, dan lembaga non bank, selain menggunakan modalnya sendiri. Ke depannya
belum ada rencana dari para pemegang saham untuk melakukan penambahan modal. Nampaknya
ASF saat ini lebih mengutamakan pembentukan ekuitas secara internal dengan mengandalkan
kemampuannya menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Dengan rasio imbal hasil atas ekuitas
mencapai rata-rata 31,9% dalam 4 tahun terakhir, total ekuitas ASF tumbuh dengan CAGR 21,2%
dalam periode yang sama.
Tabel 6. Ringkasan Neraca
Aktiva produktif
Penyertaan
Aktiva tetap
Aktiva lain-lain
Total aktiva
Hutang + anjak piutang
Kewajiban lain-lain
Ekuitas
Total kewajiban dan ekuitas
Rasio Kecukupan Modal
Ekuitas/aktiva (%)
Hutang/aktiva (%)
Hutang/ekuitas (x)
Rasio proteksi permodalan (%)
2000
2001
2002
2003 Sep-04
1.052,2
38,7
10,8
121,9
1.223,6
664,7
121,5
437,4
1.223,6
1.445,7
43,3
9,0
137,1
1.635,1
876,0
168,2
590,9
1.635,1
1.740,4
43,0
10,5
99,4
1.893,3
981,6
197,9
713,8
1.893,3
3.095,7
58,5
16,1
129,2
3.299,4
2.281,2
143,5
874,7
3.299,4
4.246,9
56,7
21,7
257,1
4.582,4
3.284,5
294,8
1.003,1
4.582,4
35,7
54,3
1,5
3,1
36,1
53,6
1,5
8,0
37,7
51,8
1,4
11,4
26,5
69,1
2,6
4,0
21,9
71,7
3,3
3,4
Sumber : ASF, diolah AAA Sekuritas
Likuiditas
Likuiditas yang sangat baik didukung oleh akses yang luas ke sumber dana
Sebagai lembaga keuangan non bank yang tidak diperkenankan menghimpun dana masyarakat
secara langsung, ASF dinilai memiliki kondisi likuiditas yang sangat baik. Berkat reputasinya sebagai
lembaga pembiayaan terkemuka di Indonesia dengan pengalaman selama 23 tahun, ASF telah
mendapat kepercayaan dari institusi perbankan dan non bank, baik lokal maupun asing, untuk
memperoleh pendanaan baik berupa pinjaman langsung maupun dalam skema pembiayaan bersama
(joint financing). Tidak kurang dari Rp 8,3 triliun komitmen telah diberikan oleh sektor perbankan
dan institusi keuangan dalam bentuk joint financing sampai dengan bulan September 2004.
Selain itu, ASF juga memperoleh fasilitas pinjaman bank yang digunakan untuk membiayai modal
kerja perusahaan termasuk di dalamnya membiayai kegiatan pembiayaan, dimana jumlahnya
mencapai Rp 1,2 triliun. Sampai dengan bulan September 2004, fasilitas tersebut baru dimanfaatkan
sebesar 79,3%.
Memiliki track record yang baik dalam setiap penerbitan obligasi
Selain memperoleh dana dari bank, ASF juga memiliki akses pendanaan yang kuat ke pasar modal.
Didukung dengan kemampuan melunasi pokok hutang dan beban bunga tepat waktu bahkan di saat
krisis tahun 1998, ASF memiliki reputasi sebagai perusahaan pembiayaan yang prudent. Sampai
dengan bulan September 2004, posisi hutang obligasi ASF yang belum jatuh tempo mencapai Rp
1,85 triliun yang terdiri dari obligasi ASF II berjumlah Rp 119,8 miliar (jatuh tempo Mei 2005), ASF
III berjumlah Rp 581,6 miliar (jatuh temponya bervariasi yaitu Mei 2005 dan Mei 2007), obligasi IV
berjumlah Rp 1,15 triliun (jatuh tempo antara bulan Maret 2005 dan Maret 2008), dan obligasi V
berjumlah Rp 1,5 triliun (jatuh tempo pada Oktober 2008).
Selain kedua sumber pendanaan yang disebut di atas, ASF masih memiliki alternatif pendanaan
lainnya yaitu penjualan aset. Fasilitas penjualan aset (anjak piutang) ini diberikan oleh GE Services
dengan nilai komitmen mencapai Rp 1 triliun. Sampai dengan September 2004, fasilitas ini baru
dimanfaatkan sekitar 53%.
10
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Tabel 7. Sumber Pendanaan Perbankan dan Lembaga Keuangan per September 2004
Nama Bank/Lembaga Keuangan
Bank Bumiputera
BCA
BNI
Bank Permata
Citibank
DBS
GE Finance Indonesia
JP Morgan
NISP
Mizuho
HSBC
Stanchart
Total
Pinjaman Bank
Joint Financing
Anjak Piutang
350
150
100
90
150
30
193
100
1.163
475
2.000
800
5.000
8.275
1.000
1.000
Sumber : ASF
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
11
Astra Sedaya Finance
17 Januari 2005
Prospek Usaha
Meski pada tahun 2004, kegiatan pembiayaan ASF telah mencatat nilai pembiayaan tertinggi
dalam sejarah berdirinya perusahaan ini, namun prospek bisnis pembiayaan ASF dan prospek
industri ke depan diperkirakan masih cukup bagus. Permintaan terhadap pembiayaan kepemilikan
kendaraan bermotor diperkirakan masih tinggi. Beberapa faktor pendukung pertumbuhan ini adalah:
–
Proyeksi perkembangan ekonomi tahun 2005 yang tetap baik, terutama dari sisi makro yang
didukung oleh situasi global yang solid, stabilitas ekonomi makro yang terjaga serta membaiknya
kondisi sosial ekonomi dalam negeri. Diperkirakan pada tahun 2005, ekonomi Indonesia akan
tumbuh pada kisaran 5 – 5,5%. Dengan terus tumbuhnya pertumbuhan ekonomi ini berdampak
pada meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya beli termasuk terhadap kendaraan bermotor.
–
Suku bunga pinjaman diperkirakan tetap rendah, meski ada potensi mengalami sedikit kenaikan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal.
ƒ Dampak kenaikan harga BBM yang kemungkinan besar terjadi di tahun 2005 terhadap
inflasi diperkirakan masih dapat dikompensasi oleh relatif terjaganya nilai tukar rupiah,
kembali stabilnya harga minyak dunia dan kondisi sosial politik dalam negeri yang kondusif.
Hal ini menyebabkan inflasi di tahun 2005 masih relatif terkendali.
ƒ Kebijakan suku bunga rendah diperkirakan masih akan dipertahankan oleh Bank Indonesia,
selain masih lemahnya stimulus fiskal, juga diharapkan dapat segera memulihkan fungsi
intermediasi perbankan.
ƒ Spread suku bunga simpanan dan pinjaman masih cukup lebar, di mana dengan tingkat
persaingan perbankan yang cukup ketat, suku bunga pinjaman diperkirakan tidak akan
naik terlalu tinggi.
Selain dapat meningkatkan daya beli masyarakat, rendahnya suku bunga pinjaman ini juga
berdampak pada kinerja profitabilitas perusahaan pembiayaan mengingat dana perbankan
merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan
usaha perusahaan pembiayaan. Andaikata kenaikan suku bunga terjadi, dengan menerapkan
strategi interest maturity gap, diperkirakan profitabilitas ASF yang berasal dari portofolio
pembiayaan saat ini tidak terganggu.
–
Dari sisi penawaran, meningkatnya penjualan otomotif di masa depan juga dipengaruhi oleh
beberapa hal.
ƒ Terus diproduksinya jenis mobil dengan harga dibawah Rp 100 juta. Di tahun 2004, jenis
mobil dengan harga jual yang cukup terjangkau ini mendominasi penjualan otomotif secara
nasional.
ƒ Hadirnya pemain-pemain baru di industri otomotif seperti China, Malaysia, Italia dan India
diperkirakan akan menambah tekanan pada persaingan yang sudah cukup tinggi di Indonesia.
Hal ini tentu berdampak pada strategi harga masing-masing produsen yang pada akhirnya
akan memberikan keuntungan bagi masyarakat.
Dengan prediksi tingkat permintaan dan penawaran kendaraan bermotor yang cukup bagus ini,
diperkirakan angka penjualan mobil nasional di tahun 2005 dapat mencapai 500.000 unit.
Bahkan beberapa pengamat telah menunjukkan optimisme bahwa penjualan mobil tahun 2005
bisa menembus angka 520.000 unit (Sumber: Bisnis Indonesia, 14/01/2005).
12
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
Astra Sedaya Finance
Gambar 3. Pertumbuhan Base Lending Rate
60%
50%
40%
30%
20%
10%
Jul-04
Jan-04
Jul-03
Jan-03
Jul-02
Jan-02
Jul-01
Jan-01
Jul-00
Jan-00
Jul-99
Jan-99
Jul-98
Jan-98
0%
Sumber : Bloomberg, diolah AAA Sekuritas
Gambar 4. Spread Suku Bunga Pinjaman dan Simpanan Perbankan
(% )
(% )
18,0
21,0
15,0
18,0
15,0
12,0
12,0
9,0
9,0
6,0
6,0
SBI 1 Bln (LHS)
Deposito 1 Bln (LHS)
Kredit Modal Kerja (LHS)
Kredit Konsumsi (RHS)
Nop-04
Sep-04
Jul-04
Mei-04
Mar-04
Jan-04
Nop-03
Sep-03
Jul-03
Mei-03
Mar-03
Jan-03
Nop-02
Sep-02
Jul-02
0,0
Mei-02
0,0
Mar-03
3,0
Jan-02
3,0
Tabungan (LHS)
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia - Bank Indonesia, diolah AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
13
Astra Sedaya Finance
PT Astra Sedaya Finance
Proyeksi Laporan Neraca
(dalam Rp miliar)
17 Januari 2005
2003
2004E
2005P
2006P
2007P
2008P
2009P
Kas
Piutang pembiayaan bersih
Piutang lain-lain
Aktiva pajak tangguhan
Beban dibayar di muka
Aktiva tetap
Aktiva lain-lain
Investasi
Total aktiva
76,9
2.976,1
94,7
41,6
35,1
16,1
0,3
58,5
3.299,4
79,2
5.088,9
94,7
41,6
35,1
19,7
0,3
58,5
5.418,0
351,2
5.897,2
94,7
41,6
35,1
19,2
0,3
58,5
6.497,8
2.304,9
7.045,9
94,7
41,6
35,1
22,8
0,3
58,5
9.603,8
2.651,5
8.021,2
94,7
41,6
35,1
22,3
0,3
58,5
10.925,3
3.100,6
9.223,8
94,7
41,6
35,1
25,9
0,3
58,5
12.580,6
3.542,9
10.530,3
94,7
41,6
35,1
25,4
0,3
58,5
14.328,8
Pinjaman
Hutang lain-lain
Beban yang harus dibayar
Hutang pajak
Total kewajiban
Ekuitas
Total kewajiban dan ekuitas
1.911,0
431,5
54,4
27,8
2.424,7
874,7
3.299,4
3.665,9
431,5
54,4
27,8
4.179,6
1.238,5
5.418,0
4.366,8
431,5
54,4
27,8
4.880,5
1.617,3
6.497,8
7.081,3
431,5
54,4
27,8
7.595,0
2.008,9
9.603,8
8.053,3
431,5
54,4
27,8
8.567,0
2.358,2
10.925,3
9.284,3
431,5
54,4
27,8
9.798,0
2.782,6
12.580,6
10.583,5
431,5
54,4
27,8
11.097,2
3.231,6
14.328,8
2003
2004E
2005P
2006P
2007P
2008P
2009P
759,3
10,5
121,8
891,5
1.254,7
2,3
138,0
1.395,0
1.491,3
6,5
149,1
1.646,9
1.740,1
39,8
156,6
1.936,6
1.924,4
74,3
154,0
2.152,7
2.222,7
86,3
177,8
2.486,7
2.472,7
99,7
197,8
2.770,1
242,7
192,8
114,2
549,7
341,9
(96,0)
245,8
362,5
295,8
177,1
835,3
559,7
(195,9)
363,8
522,1
341,8
200,2
1.064,1
582,9
(204,0)
378,9
744,1
411,3
178,7
1.334,2
602,4
(210,8)
391,5
983,7
461,2
170,3
1.615,2
537,5
(188,1)
349,4
1.126,9
522,1
184,8
1.833,8
653,0
(228,5)
424,4
1.291,4
587,6
200,4
2.079,4
690,7
(241,8)
449,0
2003
2004E
2005P
2006P
2007P
2008P
2009P
10,0%
13,0%
35,0%
10,0%
13,0%
35,0%
10,0%
13,0%
35,0%
10,0%
13,0%
35,0%
10,0%
13,0%
35,0%
35,4
23,0
6,4
26,5
6,9
5,7
20,8
2,1
27,1
13,0
17,6
24,9
31,1
20,2
4,9
21,6
6,1
5,1
21,2
1,8
26,9
13,0
15,4
20,9
25,0
16,2
3,4
16,0
4,6
4,5
21,4
1,5
25,5
13,0
12,5
21,6
26,3
17,1
3,6
16,5
4,9
4,4
21,0
1,6
25,8
13,0
12,7
22,1
24,9
16,2
3,3
14,9
4,5
4,4
21,2
1,5
25,0
13,0
12,0
22,6
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas
PT Astra Sedaya Finance
Proyeksi Laporan Laba Rugi
(dalam Rp miliar)
Pendapatan
Pendapatan dari pembiayaan
Pendapatan bunga
Pendapatan lain-lain
Total pendapatan
Beban usaha
Beban keuangan
Beban operasional
Beban penyisihan piutang ragu-ragu
Total beban usaha
Laba sebelum pajak
Beban pajak
Laba bersih
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas
PT Astra Sedaya Finance
Rasio Proyeksi Keuangan
Asumsi
Pertumbuhan pembiayaan baru
Rata-rata cost of fund
Income tax
Rasio keuangan
Marjin laba usaha (%)
Marjin laba bersih (%)
Imbal hasil atas aktiva (%)
Imbal hasil atas ekuitas (%)
Imbal hasil atas rata-rata piutang (%)
Beban operasional/rata-rata aktiva (%)
Beban operasional/pendapatan bersih (%)
Interest coverage (x)
Rata-rata assets yield (%)
Rata-rata beban pendanaan (%)
Net Interest Margin (%)
Ekuitas/aktiva (%)
38,3
27,6
9,6
19,7
11,8
7,4
21,6
2,4
32,6
16,8
22,2
26,5
40,1
26,1
8,3
34,4
9,0
6,8
21,2
2,5
31,1
13,0
22,1
22,9
Sumber : Estimasi AAA Sekuritas
14
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
17 Januari 2005
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
Astra Sedaya Finance
15
PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas
(Member of Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange)
ƒ General :+62-21-5152640
ƒ Fixed Income Dealing :+62-21-5153747
ƒ Investment Banking : +62-21-5155415
26/F Artha Graha Building
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190, Indonesia
Facsimile:+62-21-5152644
E-mail: [email protected]
Disclaimer : The information contained herein has been compiled from sources that we believe to be reliable.No warranty (express or implied) is made to the
accuracy or completeness of the information.All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date, without regards to its fairness,
and are subject to change without notice.This document has been prepared for general information only, without regards to the specific objectives, financial situation
and needs of any particular person who may receive it. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereof
by any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees.This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any
securities.This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or
related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon
or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. Available only to person having professional experience in matters relating
to investments.© PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2005.
Printed by Xpress Print Pte Ltd (65) 6880 2828
Download