Perlu Revitalisasi Kegiatan Kemahasiswaan Dikirim oleh prasetya1 pada 19 October 2009 | Komentar : 0 | Dilihat : 3289 Pembicara Workshop Pola Pembinaan Kemahasiswaan yang Produktif Aktivitas pembinaan organisasi kemahasiswaan di UB mendapat autokritik. Selain dinilai masih kurang aktif, tingkat keikutseertaan mahasiswa sebagai penggerak kegiatan kemahasiswaan juga belum tercapai. Hal itu terangkum dalam "Workshop Pola Pembinaan Kemahasiswaan yang Produktif" di gedung Widyaloka UB, Jum''at (16/10). Hadir dalam kesempatan itu adalah mantan Pembantu Rektor III Drs. Tjahjanulin Domai, para pimpinan universitas bidang kemahasiswaan dan perwakilan-perwakilan tiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UB. Drs. Tjahjanulin Domai menyampaikan kegiatan kemahasiswaan perlu mendapat sinergi jejaring dari tingkat universitas dan fakultas. "Seringkali tidak ada kesesuaian antara kegiatan organisasi di tingkat fakultas dengan universitas meskipun kegiatannya dan bidang organisasinya sama", tutur Ulin, panggilan akrab Drs. Tjahjanulin Domai yang pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor III UB Bidang kemahasiswaan selama 2 periode berturutturut. Ulin menambahkan, jika ada sinergi antara kegiatan kemahasiswaan di tingkat fakultas dan universitas, bukan tidak mungkin keduanya bisa saling menguatkan. Faktor-faktor penunjang lain baik sarana-prasarana maupun dukungan pendanaan seringkali menjadi penghambat laju perbaikan aktivitas organisasi kemahasiswaan. Menurut Presiden EM UB Nana Abdul Aziz, tidak bisa dipungkiri lagi aspek finansial organisasi menjadi salah satu penunjang keberhasilan kinerja organisasi. Di sisi lain, Nana mengakui aktivitas dan kreativitas kemahasiswaan di UB masih tertinggal dengan beberapa kampus lain di Indonesia. Beberapa kampus seperti UI dan lainnya telah berhasil menerapkan lembaga pemerintahaan mahasiswa yang lebih sehat, mirip miniatur pemerintahan negara. Sedangkan di UB masih perlu bekerja keras lagi karena masih terkendala dengan koordinasi antar organisasi baik di tingkat universitas, fakultas, maupun antara keduanya. Sementara itu, staf ahli Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan Prof. Abdul Hakim menyampaikan, untuk memperbaiki pembinaan organisasi mahasiswa di UB perlu ditemukan dulu apa penyebabnya selama ini. "Selama belum banyak tahu masalahnya, tentu tidak mungkin menawarkan solusi", tuturnya. Ia juga mengkritisi minimnya aktivitas kemahasiswaan jika dibandingkan dengan jumlah organisasi yang ada. Saat ini setidaknya ada 33 UKM di tingkat pusat. Hakim menganalogikan, jika setiap UKM memiliki dua program kegiatan per tahun, maka terdapat 66 kegiatan dan rata-rata 5 kegiatan per bulan. Kenyataannya, kegiatan UKM masih minim dan belum tampak tiap bulannya. Target keikutsertaan mahasiswa dalam tiap-tiap UKM juga dinilai masih kurang. Dalam rencana kerja kemahasiswaan universitas, ditargetkan terdapat 20 persen mahasiswa yang turut aktif dalam organisasi baik di tingkat universitas maupun fakultas. Ditargetkan pula setiap tahun jumlah tersebut meningkat sebanyak 5 persen. Jika diasumsikan total mahaisswa UB sebanyak 28.000, maka setidaknya harus ada 5.600 mahasiswa aktif berorganisasi dan minimal meningkat sebanyak 1.400 mahasiswa setiap tahunnya. Jumlah ini menurut Hakim belum tercapai jika yang dinilai adalah mereka yang benar-benar aktif. Jika tidak ada perbaikan, pasti akan terjadi penurunan regenerasi kemahasiswaan di tahun-tahun mendatang. Dalam kondisi ini, menurutnya perlu diadakan revitalisasi program kerja tiap-tiap UKM. Perlu ada pelaporan mana UKM yang benar-benar aktif dan mana yang punya nama tetapi tidak ada program yang dijalankan. Workshop belum mencapai pada pembahasan solusi terhadap permasalahan pembinaan kemahasiswaan yang efektif. Akan diadakan workshop lanjutan di kemudian hari guna mmbahas hal ini.[fjr]