10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Menurut Kennedy & Soemanagara hubungan antara komunikasi dengan pemasaran merupakan hubungan yang erat. Penggabungan kajian pemasaran dan komunikasi mengahasilkan kajian yang disebut dengan komunikasi pemasaran. Sehingga muncul pengertian dari komunikasi pemasaran sebagai aplikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Definisi lain dari komunikasi pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang menggunakan teknik-teknik komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pada khalayak agar tujuan perusahaan tercapai.1 Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentuan suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran, komunikasi adalah proses dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Sedangkan komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan. 1 John E Kennedy & Darmawan Soemanagara, Marketing Communication: Taktik dan Strategi, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada khalayak terutama target pasar mengenai keberadaan produk dipasar. Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang disebut dengan bauran promosi atau bauran pemasaran. Didalam bauran pemasaran terdapat berbagai jenis promosi, yaitu penjualan tatap muka, promosi penjualan, publisitas serta perusahaan langsung. Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa komunikasi konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengertahui produk pasar. Komunikasi pemasaran juga secara berhati-hati dan penuh perhitungan dalam menyusun rencana komunikasi perusahaan. Penentuan siapa saja yang menjadi sasaran komunikasi akan sangat menentukan keberhasilan komunikasi, dengan penentuan sasaran yang tepat, proses komunikasi akan menjadi efektif dan efisien. Model komunikasi pemasaran yang biasa dikembangkan pada umumnya tidak jauh dengan proses komunikasi dalam ilmu komunikasi seperti yang tertera pada gambar berikut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Model Komunikasi Pemasaran Gambar 1. Model Komunikasi Pemasaran Pertama kali pesan komunikasi datang dari sumber, dalam pemasaran sumber berarti pihak yang mengirim pesan pemasaran kepada konsumen. Pihak yang mengirim pesan tentu saja perusahaan. Proses selanjutnya yaitu perusahaan menentukan bagaimana pesan itu disusun agar dapat dipahami dan direspon secara positif oleh penerima dalam hal ini konsumen. Pada proses tersebut ditentukan pula jenis komunikasi apa yang akan digunakan. Apakah pesan akan disampaikan melalui iklan, personal selling, promosi penjualan, public relation atau pemasaran langsung. Proses encoding ini juga disebut sebagai proses menerjemahkan tujuan-tujuan komunikasi kedalam bentuk pesan yang akan dikirim kepada penerima. 2 2 Djaslim Saladin, Manajemen Pemasaran, bandung: Linda Karya, 2003, Hal 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Proses selanjutnya yaitu menyampaikan pesan melalui media. Jika pesan dirancang dalam bentuk iklan, maka pesan harus disampaikan dalam bentuk media cetak atau media elektronik. Pesan yang disampaikan dalam media cetak akan berbeda bentuk dan strukturnya dengan pesan yang disampaikan dalam media elektronik. Pesan dalam media cetak biasanya bersifat detail dan menjelaskan karakteristik produk secara lengkap. Sedangkan pesan yang akan disampaikan dalam media elektronik seperti radio dan espond tidak boleh secara detail menerangkan produk karena akan sangat memakan biaya. Proses penyampaian pesan melalui media ini disebut sebagai proses transmisi. Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima. Ketika pesan diterima, penerima akan memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan. Respon yang diberikan bisa positif, espond atau netral. Respon positif tentu saja adalah respon yang diharapkan oleh pengirim pesan. Respon positif identik dengan terjadinya keserasian antara harapan pengirim pesan dengan tanggapan penerima pesan. Dengan perkataan lain, pesan yang dirancang direspon sesuai dengan keinginan perancangan pesan. Kesesuaian antara harapan pengirim dengan tanggapan penerima inilah yang diharapkan terjadi, karena hal ini akan mempengaruhi perilaku konsumen secara positif.3 Proses memberikan espond an menginterpretasikan pesan yang diterima disebut sebagai proses decoding. Proses decoding berarti penerima pesan memberi interprestasi atas pesan yang diterima. Proses decoding ini akan dilanjutkan dengan 3 Brown, Stanley A, Customer Relationship Management hal 43 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 tindakan konsumen sebagai penerima pesan, jika pesan yang sampai diterima secara positif, maka hal ini akan memberikan pengaruh positif pada sikap dan perilaku konsumen. Sikap positif konsumen terhadap suatu produk akan mendorong konsumen untuk melakukan tindakan pembelian, karena dibatasi oleh kemampuan daya beli. Sedangkan sikap espond terhadap produk akan menghalangi konsumen untuk melakukan tindakan pembelian. Janganlah sikap espond , sikap positif pun tidak semuanya diakhiri dengan pembelian, apalagi jika seseorang mempunyai sikap espond , pasti akan sangat menghalangi tindakan pembelian. Oleh karena itu, pembentukan sikap positif terhadap produk sangat penting dilakukan oleh perusahaan. Proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang dikirimkan. Perusahaan mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan harapan, artinya mendapat espond an tindakan yang positif dari konsumen atau justru pesan tidak sampai efektif. Pengukuran efektifitas pesan adalah tingkat penjualan produk yang ditawarkan ke pasar. Pesan melalui iklan disebut berhasil atau efektif jika tingkat penjualan produk setelah proses penyampaian pesan meningkat secara signifikan. Sebaliknya pesan yang disampaikan tidak efektif apabila penjualan produk tidak meningkat, atau justru turun. Indikator penjualan ini seharusnya menjadi sinyal awal bagi perusahaan untuk melakukan penelitian atas pesan yang disampaikan ke konsumen4. Tujuan iklan umumnya mengandung misi komunikasi, dimana iklan adalah suatu komunikasi massa yang dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan 4 Kotler, Phillips, Manajemen Pemasaran Jilid 2 hal 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 informasi, mengembangkan sikap atau mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi perusahaan. Teori komunikasi massa dalam proses mempengaruhi perilaku konsumen yang lazim digunakan adalah metode DAGMAR. Dalam pendekatan DAGMAR (Defining Advertising Goals for Measured Advertising Results) dikembangkan suatu metode yang disebut proses komunikasi yang terdiri dari langkah-langkah yang harus dilalui suatu produk untuk sampai pada tujuan yang dikehendaki yaitu berupa tindakan yang diambil konsumen. Gambar 2. Model Proses Komunikasi Seorang calon pembeli yang belum pernah melihat dan mendengar sesuatu produk bermula pada keadaan yang disebut ketidaksadaran yaitu tidak sadar kehadiran produk. Langkah kedua adalah pemahaman, langkah ini dibutuhkan sebagai suatu proses sebelum orang mengatakan suka atau tidak suka terhadap sesuatu produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Kemudian menuju suatu sikap, dimana diukur perasaan suka atau tidak suka. Langkah terakhir adalah tindakan, dimana produsen mengharapkan agar calon pembeli mengambil tindakan-tindakan yang diharapkan seperti pergi ke toko untuk membeli produk. Komunikasi dilakukan sebagai tindakan awal pemasaran, istilah pemasaran dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan nama marketing yang berarti penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Jadi dalam pemasaran terdapat berbagai macam kegiatan seperti, membeli, menjual dan mengangkut barang. Menurut Djaslim Saladin pemasaran berasal dari kata market, pasar dapat diartikan sebagai tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan tukar menukar barang. 5 Selain itu, definisi pemasaran menurut para ahli adalah sebagai berikut : Menurut Basu Swasta DH dan Irawan menyatakan bahwa pemasaran yaitu: 6 “Pemasaran adalah merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba” 5 6 Djaslim Saladin, Manajemen Pemasaran, bandung: Linda Karya, 2003, Hal 1 Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern, Jogyakarya: Liberty. 2001, hal 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mempertahankan 17 Sedangkan menurut Djaslim Saladin:7 “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan menejerial dari individu dan kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keiinginan melalui menciptakan, penawaran dan pertukaran dengan produk lain” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok atau utama dalam menjalankan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mendapatkan laba. Untuk menganalisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif dapat menggunakan analisa SWOT, Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masingmasing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau mungkin akan dihadapi oleh organisasi dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bersifat apa adanya bagi masalah yang dihadapi oleh organisasi.8 7 8 Djaslim Saladin, Op.Cit., hal 2 Kotler, Phillips, Manajemen Pemasaran Jilid 2 hal 46 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Analisa ini terbagi menjadi empat komponen dasar yaitu: a. Strength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. b. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. c. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. d. Threat (T) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang dating dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan. Setelah menganalisa situasi dan kondisi perusahaan, strategi yang harus dilakukan adalah merebut pasar, strategi ini berasal dari serangkaian langkah berkesinambungan yang terdiri atas tiga tahap, yaitu penerapan startegi segmentasi, targeting dan positioning. a. Segmentasi Marketer akan sangat sulit memasarkan produknya kepada pasar yang disifatnya sangat heterogen (kebutuhan dan keinginan pasar sangat bervariasi – berbeda satu sama lainnya). Oleh karena itu, marketer harus membuat pasar menjadi homogeny (sama) dalam satu kelompok tertentu yang lebih spesifik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 (disebut segmentasi pasar), menentukan berapa segmentasi pasarnya dan berapa alokasi sumber daya yang diperlukan untuk melayani segmen pasar yang ditargetkan tersebut. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.9 b. Tageting Targeting diartikan sebagai kegiatan menentukan pasar sasaran yaitu tindakan memilih satu atau lebih segmentasi untuk dilayani. Untuk ini perlu penilian atas peluang eksternal/daya tarik segmen dan kekuatan bisnis/internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. c. Positioning Positioning adalah tindakan perusahaan untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Sehingga dengan demikian konsumen memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Bagi perusahaan tindakan untuk meneliti atau mengindentifikasi posisi pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing atau mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat dengan posisi pesaingnnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri. 9 Basu Swasta dan Irawan, Op,Cit, hal 12. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 “Positioning is the act of designing the company’s offer so that it occupies a distinct and value placed in the tarhet customer mind”10 Maknanya, mencari “posisi” didalam pasar, langkah ini dilakukan setelah menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning adalah suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Keputusan pemilihan target pasar merupakan titik utama dari strategi pemasaran itu sendiri dan menjadi dasar dalam menentukan tujuan dan pengembangan strategi positioning.11 Oleh karena itu, strategi positioning merupakan faktor utama dalam meningkatkan kekuatan posisi pasar perusahaan di suatu pasar tertentu dibandingkan dengan pesaingnya. Dari definisi diatas terkandung pengertian bahwa positioning berorientasi pada pemikiran atau persepsi konsumen. Jadi positioning adalah usaha untuk menemukan suatu celah dibenak konsumen agar konsumen mempunyai citra yang khusus terhadap produk atau merek produk atau bahkan terhadap perusahaan. Gain dan Ali Hasan,12 Positioning merupakan penempatan sebuah merek dibagian pasar dimana merek tersebut akan mendapatkan sambutan positif dibanding produk-produk saingan. Dengan demikian, istilah positiong dapat dimaknai sebagai: 10 11 12 Phillip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid2, Edisi Kesembilan, Jakarta: PT. Dadi Kaguna Abadi, 1997, Hal 262. Cravens, D.w.,Pemasaran Startegis, Terjemahan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991, hal 255. Ali Hasan, Marketing, Yogyakarta: Medpress, 2008, Hal 200. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 a. Pernyataan tentang apa arti produk dan bagaimana pelanggan dapat mengevaluasinya. b. Upaya menempatkan produk atau merek dipasar tertentu kedalam persepsi pembelian. 2.2 Komunikasi Pemasaran Terpadu Komuniasi merencanakan, Pemasaran melaksanakan Terpadu dan (IMC) adalah memonitoring suatu pesan-pesan proses merek untuk yang menciptakan hubungan dengan konsumen. 13 Untuk menciptakan hubungan ini melalui IMC, diperlukan adanya penekanan pada sinergi, kreativitas, integrasi dan komunikasi dalam jalinan hubungan yang berjalan secara berkesinambungan. IMC juga dijabarkan sebagai sebuah proses yang melibatkan berbagai bentuk komunikasi 14. Bentuk-bentuk komunikasi ini merupakan gabungan dari bujukan, informasi, pengingat dan menghibur khalayak sasaran, yang secara keseluruhan akan mempengaruhi sikap khalayak sebagai konsumen. Termasuk dalam proses IMC adalah semua yang dilakukan oleh organisasi, perusahaan, para karyawan dan mereknya terhadap target khalayak serta publik, baik disengaja atau tidak dan proses berkesinambungan. IMC adalah suatu proses komunikasi berkesinambungan yang fokus pada konsumen, serta akan menghasilkan hubungan merek (brand relationship) dengan konsumen dan calon konsumen. 13 Tom Duncan, Principles of Advertising & IMC, 2nd Ed, New York: McGraw-Hill, 2005 14 Paul Copley, Marketing Communication: Management Concept and Theories, Cases and Parctices, United Kingdom: Elsevier Butterworth Heinemann Oxford 2004 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Jika hubungan merek yang tercipta cukup kuat, akan memberi imbas positif berupa pengakuan nilai merek (brand equity), penjualan (sales) dan laba (profit). Jika hubungan merek yang tercipta tidak kuat, barnd equity juga akan lemah sehingga penjualan dan laba yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Proses komunikasi berkesinambungan, karena IMC tidak mengenal awal atau akhir. Perusahaan-perusahaan akan secara terus-menerus mengevaluasi dampak pesan-pesan merek terhadap perilaku khalayak dan akan segera melakukan penyesuaian atau koreksi atas program komunikasi pemasarannya sesuai dengan keperluan. Dalam konteks ini, perencanaan yang dibuat perusahaan akan memberikan arah untuk menciptakan dan menyampaikan pesan-pesan merek. Brand experience menimbulkan penguatan hubungan merek (Brand relationship) dan berimbas pada peningkatan penjualan, peningkatan laba dan penguatan posisi merek di pasar. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah brand experience negatif, akan berimbas pada kelemahan hubungan merek sehingga menjadi gagal jual, hilangnya konsumen dan pengkauan merek dipasar akan tergerus atau menurun15. IMC juga merupakan bentuk pengelolaan interaksi perusahaan ke konsumen dan calon konsumen yang dilakukan secara berkesinambungan dari hari ke hari. Karena binis terus berkembang, maka komunikasi merek (brand communication) juga harus mengikutinya. Selalu saja ada konsumen dan calon konsumen yang akan menanyakan sesuatu, mengeluh atau memberi saran. Semua ini harus didengar dan direspon segera secara memuaskan. Saat ini, untuk menciptakan hubungan merek 15 Kennedy, Jhon E. & Darmawan Soemanagara, Marketing Communication hal 65 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 (brand relationship) dan komunikasi merek (brand communication) akan diperlukan lebih banyak upaya. Tidak lagi cukup hanya dengan mengirimkan pesan-pesan ke konsumen dan calon konsumen.16 Gambar 3. Skema Intergrated Marketing Communication Berdasarkan berbagai paparan sebelumnya, IMC adalah suatu konsep dan juga suatu proses. Untuk memahami makna terintegrasi (integrated) dalam konteks ini, diperlukan penganalisisan integrasi dan sinergi secara bersamaan. Secara harfiah, integrasi adalah beberapa bagian yang bergabung dalam satu kesatuan. Salah satu hasil dari integrasi adalah sinergi, yaitu intergrasi dari beberapa komponen individual sehingga menghasilkan satu kesatuan yang jauh lebih kuat dari sekedar menjumlahkan berbagai komponen tersebut. 16 Kertajaja, Judhit W,Customer Relationship Management hal 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 Pada saat pesan-pesan merek saling memperkuat satu sama lain, akan tercipta sinergi. Sebaliknya, jika saling berbeda, pesan-pesan tersebut akan membingungkan dan tidak akan memperkuat hubungan merek (brand relationship) sehingga tidak menghasilkan sinergi. Dipasar, brand relationship yang tidak menguat atau bahkan melemah ini akan direfleksikan dalam bentuk penjualan dan laba yang menurun. Karena konsumen berkurang, pangsa pasar pun merosot, hal ini dikarena konsumen berpindah ke merek lain. Para praktisi menyebut aktivitas ini sebagai “one voice, one look”. Integrated harus muncul disemua kondisi dimana konsumen akan selalu berhubungan dengan merek tersebut, seperti pelayanan konsumen. Jika tidak, pesanpesan komunikasi pemasaran yang dilakukan sangat konsisten dan terintegrasi pun tetap akan meninggalkan lubang didalamnya sehingga berpontesi untuk gagal atau tidak sepenuhnya kembali. Melalui pemahaman konsep IMC, suatu perusahaan akan menyadari pentingnya untuk lebih terintegrasi. Lalu, dengan memahami prosesnya, perusahaan akan mengetahui kapan harus memulai. Pada dasarnya, integrasi mirip kualitas. Perusahaan-perusahaan akan terus meningkatkannya, meski tidak mungkin mencapai 100%. Karena itu, banyak perusahaan menggunakan IMC agar dapat lebih terintegrasi, antara lain dengan meningkatkan kualitas komunikasi, mempertahankan konsumen dan membangun merek. Telah terjadi perubahan mendasar arah komunikasi pemasaran “Para pemasaran harus menjadi integrator”. Secara internal, memadukan kemampuan teknologi dengan permintaan pasar. Secara eksternal, membawa http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 konsumen ke dalam perusahaan menjadi partisipan dalam pengembangan dan adaptasi produk/layanan17. Pada dasarnya kegiatan komunikasi pemasaran berkorelasi dengan dua prinsip yang saling terkait dengan komunikasi dan pemasaran, yaitu khalayak sasaran dan peran komunikasi. Sedangkan kunci keberhasilan komunikasi adalah khalayak sasaran. Oleh karena itu, penentuan khalayak sasaran menjadi prinsip pertama, karena khalayak sasaran menentukan format isi pesan. Isi pesan akan efektif, jika penyampaiannya disesuaikan dengan kadar persepsi khalayak. Agar pesan dipersepsikan khalayak sasaran seperti yang diharapkan oleh pengiklan, isi pesan harus dipolakan dan disesuaikan dengan kerangka pemikiran khalayak 18. Proses komunikasi pemasaran berawal dari penentuan khalayak sasaran, dari sini kemudian ditentukan dan definisikan bentuk dan metode pengembangan program komunikasi pemasaran yang efektif. Khalayak sasaran menentukan kepada siapa pesan itu ditujukan. Pemahaman karakteristik khalayak menentukan pola penyampaian pesan. Khalayak adalah sasaran pesan yang terdiri dari dua kelompok Utama. Kelompok pertama, mereka yang aktif mencari informasi. Kelompok kedua, mereka yang pasif mencari informasi. Prinsip berikutnya adalah peran dari kegiatan komunikasi pemasaran itu sendiri. Pesan kegiatan komunikasi pemasaran ini terdiri dari dua kategori: kategori 17 Ibid hal 52 18 Oliver, Richard, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Hal 35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 pertama, kegiatan komunikasi pemasaran yang berperan secara langsung untuk menaikkan penjualan dengan memberikan janji keunggulan secara rasional atau aktual. Kegiatan seperti ini biasanya disebut sebagai kegiatan komunikasi pemasaran hard selling. Perngertian hard selling disini, kegiatan tersebut bertujuan langsung untuk melakukan penjualan. Khalayak yang dituju, akan tergerak untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan sebagai tanggapan terhadap aktifitas komunikasi pemasaran lainnya dengan menciptakan kesadaran merek atau pencitraan, yang biasanya disebut sebagai periklanan soft selling. Pengertian soft selling, merupakan kegiatan komunikasi pemasaran yang bertujuan secara tidak langsung untuk mengubah pemahaman, mengubah sikap atau mengubah tingkah laku khalayak sasaran tanpa harus langsung membeli produk19. 2.2.1 Faktor-faktor dalam Menentukan Bauran Komunikasi Pemasaran Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam mengembangkan bauran komunikasi mereka, yaitu: 1. Jenis Pasar Produk Alokasi bauran komunikasi beragam antara pasar konsumen dan pasar bisnis. Pemasar konsumen cenderung menghabiskan biaya promosi penjualan dan iklan yang lebih banyak sedangkan pemasar bisnis cenderung menghabiskan lebih banyak untuk penjualan personal. Secara umum, penjualan personal lebih sering digunakan 19 Ibid hal 40 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 dalam batang kompleks, mahal dan beresiko dan dalam pasar dengan penjual yang lebih sedikit, tetapi lebih besar. 2. Tahap Kesiapan Pembeli Alat komunikasi mempunyai efektifitas biaya yang beragam dalam berbagai tahap kesiapan pembeli. Iklan dan publisitas memainkan peran terpenting dalam tahap pembentukan kesadaran. Pemahaman pelanggan terutama dipengaruhi oleh iklan dan penjualan personal. Keyakinan pelanggan paling dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan. Pemesanan kembali juga dipengaruhi oleh penjualan personal dan promosi penjualan dan oleh iklan pengingat. 3. Tahap Siklus hidup produk Alat komunikasi juga mempunyai efektifitas biaya yang beragam dalam berbagai tahap siklus hidup produk. Dalam tahap pengenalan, iklan, acara dan pengalaman. Serta publisitas mempunyai efektifitas biaya tertinggi, diikuti oleh penjualan personal untuk mendapatkan cakupan distribusi dan promosi penjualan serta pemasaran langsung untuk mendorong percobaan. Dalam tahap pertumbuhan, permintaan mempunyai momentumnya sendiri melalui pemasaran dari mulut ke mulut. Dalam tahap kedewasaan, iklan, acara dan pengalaman serta penjualan personal semuanya menjadi semakin penting. Dalam tahap penurunan, promosi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 penjualan tetap kuat, alat komunikasi lain berkurang, dan wiraniaga hanya memberikan perhatian minimal kepada produk.20 2.3 Konsep Strategi Customer Retention Marketing Mercer mendefinisikan CRM sebagai sebuah strategi bisnis untuk memilih dan mengelola hubungan yang sangat menguntungkan dengan pelanggan 21. Sementara Claudia Imhoff22 menjelaskan bahwa: “.. Pemanduan strategi bisnis, informasi tentang pelanggan dan teknologi yang mendukung sehingga semua interaksi yang menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi pelanggan” Customer Retention Marketing adalah tentang berinteraksi dengan setiap pelanggan yaitu menciptakan situasi win-win dimana anda menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan sebagai imbalannya pelanggan akan memberikan loyalitas kepada produk anda23. CRM muncul sebagai konsekuensi logis dari semakin ketatnya persaingan dan semakin tingginya tuntutan pelanggan terhadap produk atau layanan yang mereka inginkan. Bagi suatu perusahaan wujud ancaman persaingan adalah kehilangan pelanggan lama atau tidak berhasil merebut hati pelanggan pontensialnya atau bahkan kedua20 21 22 Imhoff, Claudia CRM Back to the Future hal 48 Mercer, Customer Retention Marketing Program in Automotive Industry (A March & Mc Lennan Company), 2002 hal 8 Claudia Imhoff, CRM Back to the Future, Intellegent Sollution, 2002 hal 9 23 Temporal, Paul and Martin Trott, Romancing the Customer Maximazing Brand Value Through Powerfull Relationship Management,Jhon Willey and Sona, Singapure, 2001 hal 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 duanya. Maka kemampuan agar dapat membeli pelanggan loyal terhadap produk atau layanan menjadi suatu keharusan. Berkaitan dengan ini pemasar harus tahu benar siapa pelanggannya satu persatu. Dalam keadaan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali membuat suatu marketing database yang menyimpan semua informasi tentang konsumen. Baik data demografinya, Lifestyle, hobi dan historical transaction nya24. Dari database yang dimiliki, dilakukanlah identifikasi pelanggan, lalu pengelompokan yang kemudian menemukan layanan yang disesuaikan dan diberikan kepada pelanggan melalui sebuah interaksi, sehingga rangkaian aktifitas dalam CRM adalah Identifikasi, Diferensiasi, Interaksi dan Customiziation yang kita kenal sebagai model Customer Retention Marketing. Dalam jurnal Universitas Horward menyebutkan, dasar dari CRM secara singkat terwakili dengan empat langkah yang merupakan inti dari CRM, yaitu IDIC. Pertama, Identification, yaitu mengidentifikasikan pelangan. Kedua, Differensiasi, yaitu membedakan dan pengelompokan pelanggan baik berdasarkan kebutuhan atau nilai mereka bagi perusahaan. Ketiga, Interaction yaitu berinteraksi dengan pelanggan. Keempat, Customization yaitu melakukan penyesuaian atas produk atau layanan yang ditawarkan kepada pelanggan dalam interaksi. Retensi pelanggan selalu memiliki posisi penting dalam pembentukan sukses dibisnis marketing dan sekarang ini telah menjadi pusat strategi dalam merangkul 24 Syarifuddin Chan, Relationship Marketing, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hal 58 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 hubungan dengan pelanggan. CRM tidak hanya sebagai suatu transaksi yang sederhana namun sebagai fokus utama dalam bisnis ke marketing. Dengan memiliki keterampilan unggul dalam mengelola hubungan dengan pelanggan loyal, perusahaan dapat membuat suatu kolaborasi keuntungan. Hubungan yang terjalin antara pelanggan dengan perusahaan biasanya terjalin cukup lama. Pelanggan biasanya lebih fokus atau personal yaitu dengan melalui komunikasi one to one marketing. CRM membutuhkan kerjasama yang terintegrasi dalam perusahaan termasuk didalamnya data pelanggan. Dalam melakukan Customer Retention Marketing Ruth P. Stevens menjelaskan “It’s presents seven proven strategies for retention marketing: meeting customer expectation, customer service, penetration marketing, defetion preventation, continues relationship selling, loyality program and customer win back”. Dari kutipan diatas kita melihat bahwa ada 7 strategi yang dapat digunakan dalam melaksanakan Customer Retention Marketing. Memberikan dan melebihi yang diinginkan pelanggan menjadi strategi pertama, pada strategi ini perusahaan diharapkan dapat menepati janji yang telah diberikan kepada pelangan. Pada tatanan strategi ini perusahaan harus yakin memiliki produk yang kompetitif, semua elemen marketing produk benar pada tempatnya yaitu sesuai dengan apa yang telah diinginkan pelanggan. Ini merupakan inti dari suatu bisnis, tanpa hal ini investasi pada program retensi sia-sia25. 25 Sutisna, Perilaku Konsumen hal 56 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 Strategi-strategi berikutnya bagaimana kita dapat memanage pelanggan dengan adanya Customer Service yang dapat berfungsi selain menjadi cost center tapi juga dapat menjadi profit center, melakukan penetrasi pemasaran, menghindari pelanggan yang lari ke pesaing (Devection Preventive), terus melakukan hubungan yang berkelanjutan, melakukan program-program yang dapat memberikan keuntungan untuk pelanggan dan berusaha untuk dapat mengambil kembali pelanggan yang lari kepesaing. 2.3.1 Model IDIC Model ini dibuat oleh Peppers dan Rogers, Firma Konsultasi. Model ini menyarankan bahwa setiap perusahaan harus mengambil empat langkah dalam membangun hubungan yang lebih erat one-to-one relationship dengan pelanggan. Proses IDIC dalam CRM selalu bertautan dengan data pelanggan. Identifikasi didefinisikan dalam kamus Longman sebagai, Kemampuan atau proses untuk mengenali seseorang atau sesuatu karena pengalaman sebelumnya26. Sementara differensiasi adalah proses mengenali perbedaan antara benda-benda atau manusia27. Format data baik itu teks inputan, pick list dan check mark haruslah dilakukan dengan sebuah aturan yang baku. Seperti dalam penulisan nama, alamat dan katagorisasi. Kesalahan dalam penginputan data berdampak pada hasil analisa terhadap aktifitas yang dilakukan. 26 Longman Dictionary of Contemporary English, Pearson Eucation Limited, 2003 hal 705 27 Peppers, Don and Rogers, Martha Managing Customer Relationship hal 375 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Pencatatan data yang terstruktur dengan baik akan dengan mudah diolah, mengenai identifikasi dan pengelompokan data, Jill Griffin menjelaskan komputer dengan kriteria pencarian yang tepat, dapat mengindentifikasi para pelanggan dalam beberapa detik saja, database memungkinkan perusahaan mengelompokan nama menurut tahapan tertentu dan memperhatikan setiap anggota sub kelompok sesuai dengan kondisi mereka masing-masing28. Interaksi didefinisikan dalam buku Francis Buttle sebagai berinterakasi dengan pelanggan untuk menyakinkan bahwa perusahaan mengerti keinginan dari pelanggan dan hubungan mereka dengan supplier dan brand29. Jurnal Howard menjelaskan tentang peran interaksi dalam akusisi data. Akusisi data selamanya dan pasti dilakukan melalui interaksi dengan pelanggan. Saat berinteraksi dengan pelanggan petugas akan mengajukan pertanyaan dan mencatat data yang disampaikan pelanggan pada sistem 30. Customization oleh Longman didefinisikan sebagai, merubah sesuatu agar lebih sesuai, lebih special dan terlihat tidak biasa-biasa saja. Pada tataran data, proses ini merupakan hasil identifikasi dan diferensiasi. Setelah di identifikasi dan dikelompokan maka data tersebut digunakan untuk menentukan layanan atau produk yang akan di customized sesuai dengan kebutuhan31. Komputer dengan kriteria 28 Jill Griffin, Customer Loyality, How to Earn it how to Keep it,Jhon Willey & Son, inc Company, 2003 hal 39 29 Francis Buttle, Customer Relationnship Management, concepts and Tools, Elsevier Ltd 2009, Hal 19 30 Harvard Management Update, A Crash Course in Customer Relationship Management, Harvard Business School Publishing, 2001 hal 4 31 Longman Dictionary, op cit, hal 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 pencarian yang tepat, dapat mengindentifikasi para pelanggan dalam beberapa detik saja, database memungkinkan perusahaan mengelompokan nama menurut tahapan tertentu dan memperhatikan setiap anggota sub kelompok sesuai dengan kondisi mereka masing-masing. Surat-surat penawaran, pertanyaan-pertanyaan dan pembicaraan telepon dapat dilakukan dengan akurasi yang tepat sehingga dapat membantu perusahaan anda membangun pelanggan yang loyal 32. 2.4 Loyalitas Pelanggan Oliver33 memberikan definisi loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut: “Customer Loyality is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistenly in the future, despite situational influences and marketing efforts having the pontential to cause switvhing behavior.” Loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebutkan perubahan perilaku. Loyalitas pelanggan akan terbentuk apabila kepuasannya dipenuhi oleh produsen. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang mendapatkan nilai lebih (value) dari sebuah produk/merek, pemasok, dan produsen. Pelanggan akan puas bila harapan akan produk atau jasa terpenuhi. Dengan demikian, loyalitas yang terbentuk dari kepuasan pelanggan akan meningkatkan profit setiap perusahaan. 32 33 Jill Griffin, op.cit., hal 44 Ricard Oliver, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: CV. Alfabeta, 1996, Hal 392 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 2.4.1. Karakteristik Loyalitas Pelanggan Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan, penting bagi kita untuk memahami karakteristiknya. Griffin34 memberikan pengertian loyalitas : When a Customer is loyal, he or she exhibits purchase behavior defined as non-random purchase expressed over time by some decision making un/it. Griffin menambahkan beberapa ciri pelanggan loyal, yaitu: a. Makes regular repet purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur) b. Purchase across product and service line (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari perusahaan anda) c. Refers other (memberikan referensi pada orang lain), and d. Demonstrates in immunity to the pull of competition (menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing/tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing) Pembentukan karakter dari seorang audiens sasaran menjadi seorang pelanggan loyal bukanlah hal mudah. Perusahaan terlebih dahulu harus memahami karakteristik audiens sasarannya dan berupaya serius memenuhi segala keinginan dan kebutuhannya serta senantiasa memberikan kepuasan yang lebih kepada pelangganya dibanding perusahaan lainnya. 2.4.2. Manfaat Loyalitas Pelanggan 34 Jill Griffin, Customer Loyality: Menumbuhkan dan mempertahankan Kesetiaan Pelanggan, Jakarta: Penerbit Erlanggan, 2003, hal 113 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Pelanggan loyal akan lebih baik daripada pelanggan yang kurang loyal karena memiliki pelanggan loyal biasanya akan menghasilkan keuntungan sepanjang perjalanan bisnis perusahaan tersebut. Griffin juga mengemukakan keuntungankeuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan loyal, antara lain:35 a. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan baru lebih mahal) b. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pemesan, dll) c. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit) d. Meningkatkan penjulan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. e. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. f. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll) 2.4.3. Tingkatan loyalitas pelanggan Untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus memulai beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang 35 Ibid 116 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi pelanggan loyal perusahaan. Griffin menjelaskan bahwa tingkatan loyal terbagi atas enam tingkat, yaitu 36; a) Suspect Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemesaan, jadi suspect adalah menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai kecendurangan terhadap pembelian. b) Prospect Prospect adalah pelanggan pontensial yang mempunyai daya tarik terhadap perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan perusahaan. c) Customers Suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini termasuk beberapa pembelian ulang) yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan. d) Clients Pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan tetapi lebih memiliki dorongan pasif daripada aktif terhadap perusahaan. e) Advocates Pelanggan yang memberikan dorongan yang positif pada perusahaan dengan merekomendasikannya kepada orang lain. f) Partners Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang keduanya saling memperlihatkan keuntungan. 37 36 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran hal 102 37 Ibid 104 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Gambar 4. Piramida Loyalitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 2.5 Customer Retention Marketing Membentuk Loyalitas Pelanggan Kepuasan merupakan kunci yang menciptakan, meningkatkan dan membina hubungan dengan pelanggan dan menjadi dasar dari keefektifan Customer Retention yang telah dilakukan. Tingkat kepuasan dan strategi marketing yang ada dapat mengembangkan serta lebih meningkatkan kepuasan pelanggan, itu pula alasannya mengapa Customer Retention merupakan dasar dari terbentuknya loyalitas. Loyalitas dibangun untuk meningkatkan penjualan, hal ini disebabkan pelanggan lebih mengutamakan kepercayaan pada reputasi barang yang mereka belum beli. Semua ini karena pelanggan yang pernah membeli, mengetahui kualitas barang tersebut dan mengerti prosesnya akan membuat biaya pelayanan lebih murah, mereka tidak memerlukan banyak bantuan. Pelanggan-pelanggan inilah yang memiliki loyalitas tinggi yang akan merekomendasikan produk kepada kerabatnya. 38 Konsep loyalitas pelanggan lebih banyak dikaitkan dengan perilaku daripada sikap. Seorang pelanggan yang loyal benar-benar memiliki ketetapan mengenai apa yang akan dibeli dan dari siapa. Selain itu pelanggan yang loyal dalam rentang waktu tertentu melakukan pembelian tidak kurang dari dua kali, dengan demikian kepuasan pelanggan tidak menjamin menjadikannya pembeli ulang. Yang membuat terjadinya pembelian ulang adalah loyalitas pelanggan. Upaya memperoleh kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi sikap pelanggan. Loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh dua hal penting yaitu Customer Retention Marketing dan Total Pangsa Pelanggan. Customer Retention memperlihatkan seberapa lama hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan 38 Kincaid, Judith W, Customer Relationship Management hal 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 pelanggan. Sementara pangsa pelanggan menunjukan presentasi anggaran pelanggan yang dibelanjakan kepada perusahaan. Jill Griffin menjelaskan bahwa pengalaman positif dengan perusahaan lain menjadikan pelanggan semakin peka dan sering tidak toleran terhadap perusahaan yang memberikan sesuatu yang mutunya dibawah standart. Pelanggan yang sangat potensial juga rentan terhadap pesaing yang dapat menawarkan produk atau jasa yang lebih terspesialisasi yang dibuat secara khusus untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.39 Para pelanggan cenderung menjadi loyal terhadap perusahaan apabila mereka memiliki hubungan yang personal dengan para tenaga penjualan. Pelanggan yang secara teratur membeli dari orang yang sama akan bergantung pada bantuan orang tersebut dalam mengambil keputusan pembelian berikutnya. Tenaga penjual juga menganggap lebih mudah untuk menghadapi pelanggan yang sama berkali-kali daripada membina hubungan baru. Hubungan simbiosis ini menguntungkan perusahaan maupun pelanggan. Pada umumnya pelanggan berulang memiliki kemungkinan yang besar untuk terpuaskan dan pegawai yang berurusan dengan pelanggan yang puas cenderung lebih menikmati pekerjaannya 40. 39 Jill Griffin, Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetian Pelanggan, Edisi Revisi dan Terbaru, Penerbit Erlangga 2005 hal 8 40 Ibid 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Membangun loyalitas dengan mengembangkan dan menggunakan berbagai macam alat dan kemampuan yang akan membantu kita medeliferkan secara efektif, terkordinasi dan memberikan interaksi yang positif dengan pelanggan kita 41. Setiap perusahaan pasti selalu menginginkan pelanggannya untuk memiliki loyalitas yang terus meningkat dari waktu ke waktu sehingga tahap yang lebih tinggi akan membuat pelanggan tersebut tidak mudah berpindah kepada pihak pesaing. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kadar loyalitas pelanggan ke tingkat lebih tinggi maka perusahaan harus meningkatkan manfaat yang diberikan kepada pelanggan, karena loyalitas selalu bergerak searah dengan laju pertumbuhan manfaat. Jika perusahaan tidak bisa memberikan manfaat tambahan kepada pelanggan, selama itu pula loyalitas pelanggan tidak akan beranjak ketingkat yang lebih tinggi. Konsistensi ini biasanya akan membawa perusahaan menjadi pemimpin industri. Dalam bukunya Kottler & Keller menjelaskan untuk mendapatkan suatu loyalitas dari pelanggan perusahaan dapat menggunakan cara dengan mengahantarkan nilai pelanggan yang lebih tinggi yaitu proposi (penawaran) nilai atau Value Proposition. Value Propotion terdiri dari seluruh kelompok manfaat yang dijanjikan perusahaan untuk menghantarkan, Proposisi nilai melebihi positioning inti penawaran.42 Ditepati atau tidaknya janji itu tergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengelola Value Delivery System. Sistem Pengantar Nilai ini meliputi semua pengalaman yang akan didapatkan pelanggan dalam proses memperoleh dan 41 Judith W Kincaid, Op cit hal 34 42 Phillip Kottler&Kevin Keller, Manajemen Pemasaran, Penerbit Erlangga 2002, hal 138 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 menggunakan penawaran. Inti dari Value Delivery System yang baik adalah sekumpulan proses bisnis inti yang membantu perusahaan menghantarkan nilai konsumen yang berbeda.43 43 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 http://digilib.mercubuana.ac.id/