perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i LINGKAR

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK
OBESE USIA SEKOLAH DASAR
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Ilmu Biomedik
Oleh:
Agustina Wulandari
S500109004
MAGISTER KEDOKTERAN KELURGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2013
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK
OBESE USIA SEKOLAH DASAR
Disusun Oleh:
Agustina Wulandari
S500109004
Telah disetujui oleh Tim pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Pembimbing I
Nama
Prof. Dr. H. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K)
Tanda Tangan
…………….
NIP. 19441226 197310 1 001
Pembimbing II
Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH
…..…………
NIP. 19591201 198603 2 008
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal : ....................
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM
NIP. 19621022
commit to199503
user 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LINGKAR LEHER SEBAGAI PREDIKTOR DISLIPIDEMIA PADA ANAK
OBESE USIA SEKOLAH DASAR
Disusun Oleh:
Agustina Wulandari
S500109004
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan
Ketua
Nama
Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM
Tanda Tangan
Tanggal
…………….
…………….
…………….
.……………
…………….
.……………
…………….
……………..
NIP. 19621022 199503 1 001
Sekretaris Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D
NIP. 19490317 197609 1 001
Anggota
Penguji
1. Prof. Dr. H. Harsono Salimo, dr, Sp.A(K)
NIP. 19441226 197310 1 001
2. Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH
NIP. 19591201 198603 2 008
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi Magister
Universitas Sebelas Maret
Kedokteran Keluarga Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS
Dr. Hari Wujoso, dr., SpF., MM
NIP. 19610717 198601 1 001
NIP. 19621022 199503 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Agustina Wulandari
NIM : S500109004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Lingkar leher sebagai
prediktor dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar adalah betul-betul karya
saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini, diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, Maret 2013
Yang membuat pernyataan
Agustina Wulandari
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis dengan judul Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese
usia sekolah dasar. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk memenuhi
persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat
Utama Ilmu Biomedik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, namun karena
dorongan keluarga, teman dan bimbingan guru-guru penulis maka tulisan ini dapat
terwujud. Banyak pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan
penulisan ini, jadi kiranya tidaklah berlebihan apabila pada kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada
Prof. Dr. dr. H. Harsono Salimo, Sp.A(K) selaku pembimbing metodologi
penelitian dan dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K), MPH selaku pembimbing
substansi sekaligus pembimbing akademik yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran dalam proses
penyelesaian tesis ini. Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesarbesarnya juga penulis haturkan kepada Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D
yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan koreksi,
commit to user
bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini,
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang
telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program
Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran
Keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
4. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan Sp.PD-KR FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti program PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi dan program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
5. drg. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sebagai PPDS I Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi untuk menggunakan fasilitas dan
sarana yang ada di RSUD Dr. Moewardi.
6. dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K), MPH selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi,
terima kasih telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi untuk
commit to user
mengikuti PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD Dr.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Moewardi dan program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret.
7. dr. Muhammad Riza, SpA, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Anak Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran/RSUD Dr. Moewardi program Magister di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan.
8. Semua staf pengajar di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, PPS UNS
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
9. Semua staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran/RSUD
Dr. Moewardi: Prof. Dr. dr. H. Harsono Salimo, Sp.A(K); Prof. Dr. dr. H. B.
Soebagyo, Sp.A(K); dr. Mustarsid, Sp.A(K); dr. Sunyataningkamto, Sp.A; dr.
Syahrir Dullah, Sp.A; dr. Yulidar Hafidh, Sp.A(K); dr. Ganung Harsono,
Sp.A(K); dr. H. Rustam Siregar, Sp.A; dr. Endang Dewi Lestari, SpA.(K), MPH;
dr. Pudjiastuti, SpA.(K); dr. Sri Lilijanti, SpA.(K); Dra. Suci Murti Karini, MSi;
dr. Dwi Hidayah, Sp.A, M.Kes; dr. Sri Martuti, Sp.A, M.Kes; dr. Muhammad
Riza, Sp.A, M.Kes; dr. Annang Giri M, Sp.A, M.Kes; dr. Ismiranti Andarini,
Sp.A, M.Kes; dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A, M.Kes; dr. Fadhilah Tia Nur, Sp.A,
M.Kes, terimakasih atas segala bimbingan, dorongan semangat serta doa, semoga
Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah beliau-beliau berikan.
10. Orangtua penulis tercinta Bapak Ir. Suyatmo dan Ibu Sartini yang dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang telah membesarkan, membimbing dan mendidik
sehingga penulis dapat mencapai jenjang pendidikan seperti sekarang ini, semoga
commit to user
Allah SWT memberikan balasan yang sebaik-baiknya.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Bapak mertua dr. H. Iskandar Zulkarnaen, Sp.A(K) (Alm) dan Ibu mertua Hj.
Istiyah tercinta, penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak ternilai
atas segala dukungan, doa, pengertian, dan pengorbanan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
12. Suami tercinta drg. Ismiarto Triwisono, terima kasih atas pengorbanan dan
kesetiaan yang telah diberikan selama menjalani pendidikan dan kedua putri
penulis (bidadari kecil) yang tercinta Jada Rasheesa Duma dan Yara Nasheefa
Ashla, keluguan dan kelucuannya menjadi inspirasi dan semangat untuk segera
menyelesaikan tesis ini serta memotivasi penulis untuk menjadi pribadi dan ibu
yang senantiasa lebih baik.
13. Adik tercinta Yulianto Budi Susilo, S.Farm, Apt beserta keluarga, kakak ipar dr.
Ismiranti Andarini, Sp.A, M.Kes beserta keluarga dan drg. Ismirianawati beserta
keluarga yang penulis hormati, terima kasig telah memberikan semangat dan
motivasi untuk segera menyelesaikan tesis ini.
14. Mbak Diah, mas Joko, mas Muh, mbak Tyas, mbak Nanik, mbak Asri dan mbak
Rina, terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini serta penulis
mohon maaf apabila banyak tutur kata maupun sikap penulis yang tidak berkenan.
15. Segenap Kepala perawat dan perawat ruang PICU, NICU, HCU Neonatus, Melati
2 dan Poliklinik anak RSUD Dr. Moewardi, terima kasih atas segala bantuan dan
kerjasamanya selama ini serta penulis mohon maaf apabila banyak tutur kata
maupun sikap penulis yang tidak berkenan.
16. Kepala sekolah, guru, orangtua murid, dan murid-murid SDN Mangkubumen 15
Surakarta dan SDN Kleco 1 Surakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan
commit to user
penelitian ini.
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Seluruh staf Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi dan laboratorium Prodia
Surakarta, penulis haturkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.
18. dr. Melita Widyastuti, dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, dr. Novi Yurita Sari, dr.
Vera Irawati Kurnia, dr. Rosidin, dr. Nova Ariyanto W, terimakasih atas doa,
dukungan, semangat serta kebersamaan dalam suka maupun duka selama ini.
Tetaplah menjadi sahabat yang terbaik walaupun jarak akan memisahkan kita
kelak. Untuk teman residen lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
terima kasih atas segenap doa, dukungan dan kebersamaan selama ini.
19. Para dokter muda, terima kasih atas kerjasamanya dalam mengerjakan tugas di
bangsal anak.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
kedokteran terutama di bidang Ilmu Kesehatan Anak dan penulis mohon maaf apabila
terdapat penulisan serta kata yang salah. Segala masukan akan penulis jadikan kritik
membangun untuk lebih baik lagi.
Wassalamu‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Surakarta, Maret 2013
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
ii
BERITA ACARA ..........................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………… ...................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiii
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
ABSTRAK .....................................................................................................
xvi
ABSTRACT ...................................................................................................
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar belakang ........................................................................
1
B. Rumusan masalah ...................................................................
3
C. Tujuan penelitian ....................................................................
3
1. Tujuan umum ...................................................................
3
2. Tujuan khusus ..................................................................
3
D. Manfaat penelitian ..................................................................
4
1. Manfaat bidang akademik ................................................
4
2. Manfaat bidang pelayanan ...............................................
4
3. Manfaat bidang kedokteran keluarga ...............................
5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
6
A. Kajian Teori............................................................................
6
1. Definisi dan kriteria obesitas ...........................................
6
2. Perjalanan perkembangan obesitas ..................................
8
3. Epidemiologi obesitas ......................................................
9
4. Faktor-faktor penyebab obesitas ......................................
commit to user
5. Patofisiologi obesitas .......................................................
9
12
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Dampak obesitas ..............................................................
14
7. Dislipidemia pada obesitas ..............................................
15
8. Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia ..................
20
B. Kerangka konsep ....................................................................
22
C. Hipotesis .................................................................................
23
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
24
A. Desain penelitian ....................................................................
24
B. Tempat dan waktu .................................................................
24
C. Populasi ..................................................................................
24
D. Sampel dan cara pemilihan sampel ........................................
24
E. Besar sampel .........................................................................
25
F. Identifikasi variabel penelitian ...............................................
25
G. Definisi operasional................................................................
25
H. Izin subyek penelitian…………………………….................
30
I.
Alur penelitian……………………………………………….
31
J.
Pengolahan data……………………………………………..
32
K. Jadwal kegiatan……………………………………………..
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
35
A. Hasil penelitian ......................................................................
35
1. Karakteristik data dasar .....................................................
36
2. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan area under curve ukuran lingkar leher terhadap dislipidemia ..............................
37
3. Analisis bivariat antara lingkar leher, aktivitas fisik, dan
asupan makan dengan dislipidemia ...................................
40
B. Pembahasan ...........................................................................
44
C. Keterbatasan penelitian .........................................................
49
BAB V PENUTUP .....................................................................................
50
A. Kesimpulan ............................................................................
50
B. Saran…………………………………………………………
50
C. Implikasi penelitian……………………………………… ....
51
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
commit to user
52
LAMPIRAN ...................................................................................................
58
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1
Jadwal kegiatan ...........................................................................
34
Tabel 2
Karakteristik dasar subyek penelitian .........................................
36
Tabel 3
Prevalensi dislipidemia pada anak obese ....................................
37
Tabel 4
Titik potong lingkar leher anak laki-laki.....................................
38
Tabel 5
Titik potong lingkar leher anak perempuan ................................
39
Tabel 6
Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki ....................................................
Tabel 7
Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki ....................................................
Tabel 8
43
Hasil analisis uji t tidak berpasangan antara lingkar leher dengan
dislipidemia pada anak obese perempuan ...................................
Tabel 13
42
Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada anak obese perempuan .................................................
Tabel 12
42
Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia pada anak obese perempuan ................................................
Tabel 11
41
Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki ....................................................
Tabel 10
41
Hasil analisis uji Mann-Whitney antara lingkar leher dengan
dislipidemia pada anak obese laki-laki .......................................
Tabel 9
40
43
Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia
pada anak obese perempuan ........................................................
44
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Skema jalur mekanisme regulasi keseimbangan energi ..............
14
Gambar 2 Jalur eksogen dan endogen transportasi dan sintesis lemak .......
17
Gambar 3 Bagan kerangka konsep ..............................................................
22
Gambar 4 Bagan alur penelitian ..................................................................
31
Gambar 5 Kurva ROC lingkar leher anak obese laki-laki dengan titik potong ≥ 31.5 cm ............................................................................
38
Gambar 6 Kurva ROC lingkar leher anak obese perempuan dengan titik
potong ≥ 30.5 cm ........................................................................
39
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
AUC
: Area Under Curve
BB
: Berat Badan
CDC
: Centers for Diseases Control and Prevention
CLASS
: Children’s Leisure Activities Study Survey
CT Scan
: Computed Tomography Scan
DEXA
: Dual Energy X-ray Absorbsimetry
FFAs
: Free Fatty Acids
HDL
: High-density Lipoprotein
IMT
: Indeks Massa Tubuh
IDL
: Intermediate-density Lipoprotein
IK
: Interval Kepercayaan
IRS-1
: Insulin Receptor Substrate-1
LDL
: Low-density Lipoprotein
LPL
: Lipoprotein Lipase
METs
: Metabolic equivalents
MRI
: Magnetic Resonance Imaging
NDN
: Nilai Duga Negatif
NDP
: Nilai Duga Positif
NPY
: NeuropeptideY
OR
: Odds Ratio
RK
: Rasio Kemungkinan
ROC
: Receiver Operator Curve
SD
: Standar Deviasi
TB
: Tinggi Badan
TLK
: Tebal Lipatan Kulit
TNFα
: Tumor Necrosis Factor Alfa
USG
: Ultrasonography
VLDL
: Very low-density Lipoprotein
commit to user
: World Health Organization
WHO
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.
Ethical clearence ..................................................................
58
Lampiran 2.
Penjelasan penelitian ............................................................
59
Lampiran 3.
Formulir persetujuan mengikuti penelitian ..........................
60
Lampiran 4.
Angket penelitian .................................................................
61
Lampiran 5.
Daftar nama subyek penelitian..............................................
77
Lampiran 6.
Hasil olah data SPSS 17.0 ....................................................
81
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Agustina Wulandari. NIM : S500109004. 2013. Lingkar leher sebagai prediktor
dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. H.
Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH. Program
Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Obesitas tubuh bagian atas berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler
yaitu dislipidemia. Lingkar leher adalah salah satu alat ukur lemak tubuh bagian atas
pada anak-anak obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkar leher
sebagai prediktor dislipidemia. Desain penelitian ini adalah potong lintang. Lingkar
leher dan kadar profil lipid serum kemudian diukur untuk menentukan dislipidemia.
Dislipidemia didefinisikan sebagai hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, hiperLDL kolesterolemia dan/atau hipo-HDL kolesterolemia. Receiver Operator Curve
(ROC) digunakan untuk menentukan titik potong ukuran lingkar leher. Analisis
variabel bebas terhadap variabel tergantung dilakukan secara bivariat menggunakan
uji Chi-Square atau uji Fisher. Analisis bivariat lingkar leher dalam skala rasio
dengan dislipidemia dilakukan menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji MannWhitney. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi
logistik. Semua hasil ditampilkan dalam odds ratio (OR) dengan interval kepercayaan
95%. Dari 50 anak yang ikut serta dalam penelitian, 28 anak berjenis kelamin lakilaki (56%) dan 22 anak berjenis kelamin perempuan (44%). Titik potong ukuran
lingkar leher anak laki-laki adalah 31.5 cm (sensitivitas 95.2% dan spesifisitas 28.6%)
dan 30.5 cm (sensitivitas 84.2% dan spesifisitas 33.3%) untuk anak perempuan. Odds
ratio dislipidemia berdasarkan titik potong lingkar leher adalah 8.00 (95% IK 0.59106.93, p = 0.145) untuk anak obese laki-laki dan 2.67 (95% IK 0.14-23.37, p =
1.000) untuk anak obese perempuan, hasil ini tidak bermakna secara statistik.
Berdasarkan hasil uji beda rerata didapatkan hubungan bermakna antara lingkar
leher dan dislipidemia pada anak obese laki-laki (p = 0.048), namun lingkar leher
tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese perempuan (p = 0.577).
Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dan aktivitas fisik terhadap
dislipidemia. Kesimpulan: Lingkar leher berhubungan dengan dislipidemia pada anak
obese laki-laki, namun tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese
perempuan. Titik potong lingkar leher pada penelitian ini tidak dapat dijadikan
prediktor untuk mendeteksi dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.
Kata kunci: Lingkar leher, anak-anak, obesitas, dislipidemia
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Agustina Wulandari. NIM: S500109004. 2013. Neck circumference as predictor of
dyslipidemia in obese school-aged children. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. H.
Harsono Salimo, dr, Sp.A(K), II: Endang Dewi Lestari, dr, Sp.A(K), MPH, Medical
Family Study Program, Post Graduate Program, Special Interest Biomedical Science,
University of Sebelas Maret, Surakarta.
The upper body obesity is related to cardiovascular disease risk factors such as
dyslipidemia. Neck circumference is one of various techniques for assessing upper
body fat content for obese children. The main aim of the present study was to analyze
neck circumference as screening tool for assessing dyslipidemia. This study was a
cross sectional study. We measured the neck circumference and serum lipid profile to
identify dyslipidemia. Dyslipidemia is defined as hypercholesterolemia,
hypertriglyceridemia, hyper-LDL and/or hypo-HDL cholesterolemia. Receiver
Operator Curve (ROC) was used to derive the optimal gender-specific neck
circumference threshold for predicting dyslipidemia. Categorical data was analyzed
using Chi-square test or Fisher test. Numerical data was analyzed using t-test or
Mann-Whitney test. Multivariate logistic regression model also was used to analyze
the data and significant at a p-value < 0.05. From 50 obese children, 28 were boys
(56%) and 22 were girls (44%). Neck circumference cut-off point for boys was 31.5
cm (sensitivity 95.2% and specificity 28.6%) and 30.5 cm (sensitivity 84.2% and
specificity 33.3%) for girls. The odds ratio of dyslipidemia among boys and girls with
a higher value than cut-off points was 8.00 (95% CI 0.59-106.93, p = 0.145) and 2.67
(95% confidence interval (95% CI 0.14-23.37, p = 1.000). There is significant
relationship between neck circumference and dyslipidemia in obese boys (p = 0.048),
but not in obese girls (p = 0.577). The relationship between lipid intake or physical
activity toward dyslipidemia were not significant. Summary: Neck circumference and
dyslipidemia have significant relationship in obese boys, but not in obese girls. Cutoff point neck circumference in this study can not be used to screen dyslipidemia in
obese school-aged children.
Keywords: Neck circumference, childhood, obesity, dyslipidemia
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global.
Prevalensinya dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang
berkembang makin meningkat (WHO, 2000). Prevalensi obesitas pada anak usia
prasekolah di Amerika Serikat tahun 2008 adalah 14.6% dan menurut data dari
Centres for Disease Control and Prevention (CDC) didapatkan
peningkatan
prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun di Amerika Serikat yaitu dari 6% pada
tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 2003-2004 (Yanovski dkk, 2007; CDC, 2009).
Menurut De Onis (2000), prevalensi anak sekolah dengan overweight di negara
sedang berkembang juga menunjukkan peningkatan, paling banyak di dapatkan di
Amerika latin dan Karibia (4.4%), kemudian Afrika (3.9%) dan Asia (2.9%). Namun
secara mutlak, jumlah terbesar terdapat di kawasan Asia yaitu sekitar 60% atau 10.6
juta jiwa. Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 12.2% untuk anak usia prasekolah,
9.5% untuk anak usia sekolah laki-laki dan 6.4% untuk anak usia sekolah perempuan
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Menurut Nasar tahun 1995,
di Jakarta prevalensi obesitas paling banyak didapatkan pada remaja wanita (10.2%)
daripada laki-laki (3.1%). Prevalensi obesitas anak usia sekolah di Jawa tengah
sebesar 6.6% untuk anak laki-laki dan 4.6% untuk anak perempuan (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan di Surakarta, prevalensi obesitas
didapatkan sebesar 9.7% (Hidayah dkk, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Obesitas pada masa anak-anak berisiko tinggi menjadi obesitas dewasa. (PiSunyer, 1994). Obesitas juga berpotensi mengalami penyakit metabolik dan penyakit
degeneratif dikemudian hari seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, gangguan
fungsi hati, diabetes mellitus, dan lain-lain (Taitz, 1991; WHO, 2000). Profil lipid
darah anak obesitas cenderung menyerupai profil lipid penderita penyakit
kardiovaskuler yaitu meliputi peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density
lipoprotein), trigliserida, kadar insulin dan penurunan kadar kolesterol HDL (highdensity lipoprotein), sehingga anak obesitas memiliki risiko sebesar 1.7-2.6 kali untuk
mendapatkan penyakit kardiovaskuler di usia dewasa (Sjarif, 2003; Martuti dkk,
2008).
Menurut Vague (1956), faktor risiko penyakit kardiovaskuler berhubungan erat
dengan perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh. Penelitian lain
menyatakan bahwa obesitas tubuh bagian atas berhubungan lebih kuat dengan
hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, hiperinsulinemia dan gout daripada
obesitas tubuh bagian bawah (Hirschle dkk, 2005; Ben-Noun & A Laor, 2006).
Obesitas bagian atas dapat dinilai dengan berbagai metode seperti lingkar pinggang
dan lingkar leher (Nafiu dkk, 2010).
Kelemahan dari pengukuran lingkar pinggang antara lain adalah teknik
pengukuran yang cukup memakan banyak waktu, dipengaruhi oleh budaya dan
musim, dipengaruhi oleh perubahan besarnya perut postpandrial dan kemampuan
ekspirasi maksimal (Nafiu dkk, 2010). Lingkar leher merupakan cara pengukuran
yang lebih mudah dan tidak terpengaruh oleh budaya, musim maupun perubahan
besarnya perut postprandial. Pada penelitian yang dilakukan Nafiu dkk (2010) lingkar
commit to user
leher telah teruji berkorelasi baik dengan indeks massa tubuh (IMT) dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
menjadi alat skrining yang sederhana serta hemat waktu untuk mengidentifikasi
obesitas secara individual.
Hubungan yang erat antara lingkar leher dengan dislipidemia, kadar glukosa dan
asam urat telah diteliti pada orang dewasa obese dan didapatkan cut off point (titik
potong) ukuran lingkar leher sebagai prediktor kelainan tersebut (Ben-Noun & A
Laor, 2006). Pada anak obese usia sekolah dasar, penelitian mengenai lingkar leher
sebagai prediktor dislipidemia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan antara lingkar leher dengan
dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar sehingga didapatkan cara
pemeriksaan yang mudah dan murah sebagai prediktor dislipidemia.
B. Rumusan Masalah
Apakah lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak
obese usia sekolah dasar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis ukuran lingkar leher anak obese usia sekolah dasar sebagai
prediktor dislipidemia.
2. Tujuan khusus
a. Mendapatkan prevalensi dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar
di Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
b. Mendapatkan titik potong ukuran lingkar leher terhadap dislipidemia pada
anak obese usia sekolah dasar.
c. Mengenalisis hubungan antara asupan lemak dengan dislipidemia pada
anak obese usia sekolah dasar.
d. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada
anak obese usia sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bidang akademik
a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada civitas akademika berupa
informasi bahwa ukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor
dislipidemia pada anak obese usia sekolah dasar.
b. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan
penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.
2. Manfaat bidang pelayanan
a. Mendapatkan alat skrining yang mudah, murah, dan hemat waktu berupa
pengukuran lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia pada anak obese
usia sekolah dasar.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penyusunan protokol
tetap (protap) pelayanan dalam upaya deteksi dan penatalaksanaan secara
dini anak obese usia sekolah dasar yang mengalami dislipidemia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
3. Manfaat bidang kedokteran keluarga
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi dokter keluarga
sebagai pemberi pelayananan primer yang berparadigma sehat dalam
upaya promotif dan preventif seputar permasalahan obesitas dan
dislipidemia yang sejalan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif secara
profesional, holistik, dan komprehensif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi dan kriteria obesitas
WHO mendefinisikan obesitas atau kegemukan sebagai suatu kelainan atau
penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan
(WHO, 2000). Proses yang mendasari terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan
antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga kelebihan energi tersebut
disimpan dalam bentuk penimbunan jaringan lemak (Sjarif, 2011).
Kriteria obesitas harus terpenuhi baik secara klinis maupun antropometri. Secara
klinis anak obesitas memiliki tanda dan gejala seperti wajah bulat, pipi tembem, dagu
rangkap, leher pendek, payudara besar, perut buncit, dinding perut yang berlipat-lipat,
kedua tungkai berbentuk huruf X dan penis yang tampak kecil pada anak laki-laki.
Pada kulit bisa didapatkan ruam, intertrigo, dermatitis moniliasis, jerawat dan
acanthosis nigricans (Sjarif, 2011; Subardja dkk, 2010).
Bentuk fisik obesitas dibedakan menurut distribusi lemak yaitu obesitas tubuh
bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body
obesity). Obesitas tubuh bagian atas disebut juga apple shape body bila lebih banyak
lemak di tubuh bagian atas (dada dan pinggang). Obesitas tubuh bagian atas lebih
banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal juga
sebagai android obesity (Subardja dkk, 2010). Tipe obesitas ini berhubungan lebih
kuat dengan diabetes, hipertensi, dan dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
kardiovaskuler dan metabolik daripada obesitas tubuh bagian bawah (Boivin dkk,
2001).
Obesitas tubuh bagian bawah (pear shape body) adalah penimbunan lemak yang
berlebihan di tubuh bagian bawah (pinggul dan paha) (Subardja dkk, 2010). Tipe
obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut gynoid obesity.
Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita
(Bergman VC dkk, 2001).
Secara antropometris penentuan obesitas dapat dilakukan dengan beberapa metode
pengukuran, antara lain sebagai berikut (Sjarif, 2011):
a. Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan tinggi badan (BB/TB), dikatakan
obesitas bila BB/TB > persentil ke-95 atau > 120% atau z-score = + 2 standar
deviasi.
b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK) bisep,
trisep, subskapular dan suprailiaka, disebut obesitas bila TLK > persentil ke-85.
c. Menghitung indeks massa tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan baku pengukuran obesitas pada anak dan
remaja (Sjarif, 2002). Indeks massa tubuh menjadi petunjuk untuk menentukan
kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram
dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Interpretasi IMT tergantung
pada umur dan jenis kelamin anak. Klasifikasi IMT terhadap umur adalah sebagai
berikut: usia 0-5 tahun dikatakan obese jika z-score ≥ +3 standar deviasi
berdasarkan kurva WHO 2006 dan untuk anak usia 5-19 tahun disebut obesitas
jika z-score ≥ +2 standar deviasi dengan menggunakan kurva WHO reference
commit to user
2007 atau ≥ persentil ke-95 jika menggunakan kurva CDC 2000 (Sjarif, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
IMT berkorelasi dengan distribusi lemak tubuh (Nafiu dkk, 2010). Sehingga
obesitas juga dapat ditentukan dengan cara mengukur distribusi lemak tubuh bagian
tertentu seperti lingkar pinggang, lingkar leher, skinfold, ratio lingkar pinggang dan
pinggul, atau dengan pemeriksaan penunjang seperti USG (ultrasonography), DEXA
(Dual Energy X-Ray Absorbsimetry), CT Scan (Computed Tomography Scan), dan
MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Nafiu dkk, 2010).
2. Perjalanan perkembangan obesitas
Terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam kaitannya
dengan terjadinya obesitas, yaitu periode prenatal pada trisemester ketiga kehamilan,
periode adiposity rebound pada usia 6-7 tahun dan periode adolescence (Dietz, 1998).
Puncak penimbunan lemak awal terjadi pada umur 6-8 bulan. Setelah periode tersebut
pembentukan lemak mulai menurun dan berhenti pada umur 28 bulan. Pada usia 1
tahun terjadi demobilisasi lemak sehingga pada usia 6 tahun seorang anak mempunyai
kandungan lemak tubuh paling sedikit. Mulai usia 6 tahun sampai masa sebelum
pubertas, penimbunan sel lemak akan meningkat kembali (rebound) yang berarti
deposit sel lemak dimulai kembali. Usia mulai terjadinya rebound ini sangat
menentukan untuk terjadinya obesitas yang menetap. Apabila proses rebound terjadi
dini, maka kemungkinan untuk menetapnya obesitas makin besar (Dietz WH, 1998).
Pi-Sunyer (1994) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa sekitar 26.5% anak
obesitas akan tetap obesitas untuk dua dekade berikutnya dan 80% remaja obesitas
akan menjadi dewasa yang obesitas pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
3. Epidemiologi obesitas
Prevalensi obesitas pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat tahun 2008
adalah 14.6% dan menurut data dari Centres for Disease Control and Prevention
(CDC) didapatkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak usia 12-18 tahun di
Amerika Serikat yaitu dari 6% pada tahun 1970an menjadi 17% pada tahun 20032004 (CDC, 2009; Yanovski dkk, 2007). Menurut De Onis tahun 2000, prevalensi
anak sekolah dengan overweight di negara sedang berkembang juga menunjukkan
peningkatan, paling banyak didapatkan di Amerika latin dan Karibia (4.4%),
kemudian Afrika (3.9%) dan Asia (2.9%). Namun secara mutlak, jumlah terbesar
terdapat di kawasan Asia yaitu sekitar 60% atau 10.6 juta jiwa.
Di Indonesia prevalensi obesitas adalah 12.2% untuk anak usia prasekolah, 9.5%
anak usia sekolah laki-laki dan 6.4% anak usia sekolah perempuan (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan menurut Nasar tahun 1995, di
Jakarta prevalensi obesitas paling banyak didapatkan pada remaja wanita (10.2%)
daripada laki-laki (3.1%). Prevalensi obesitas anak usia sekolah di Jawa tengah
sebesar 6.6% untuk anak laki-laki dan 4.6% untuk anak perempuan (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2007). Sedangkan di Surakarta, prevalensi obesitas
didapatkan sebesar 9.7% (Hidayah, 2006).
4. Faktor-faktor penyebab obesitas
Berdasarkan
hukum
termodinamik,
obesitas
disebabkan
akibat
ketidak-
seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan
energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak (Taitz, 1991). Gangguan
commit to user
keseimbangan energi ini, sebagian besar disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
(obesitas primer) sedangkan hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh faktor
endogen (obesitas sekunder) seperti kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(Subardja dkk, 2010).
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti atau bersifat multifaktorial.
Obesitas diduga akibat interaksi antara penyebab yang tidak dapat diubah yaitu faktor
genetik dan penyebab yang dapat diubah yaitu faktor lingkungan (Taitz, 1991;
Subardja dkk, 2010).
a. Faktor genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua
orang tua obesitas, maka 80% anaknya akan menjadi obesitas. Apabila salah satu
orang tua obese, maka kejadian obesitas pada anak menjadi 40% dan apabila kedua
orang tua tidak obesitas, prevalensi anak menjadi obesitas sekitar 14% (Sjarif,
2003). Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting
metabolic rate thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol
nafsu makan yang jelek atau gangguan pada gen-gen penyebab obesitas seperti
leptin, dan sindrom tertentu (Kopelman, 2000; Subardja dkk, 2010). Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kerentanan terhadap obesitas dapat
ditentukan secara genetik (Kopelman, 2000).
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan menentukan ekspresi fenotip obesitas (Kopelman, 2000). Faktor
lingkungan meliputi antara lain aktivitas fisik, nutrisional, sosial ekonomi dan gaya
hidup (Taitz, 1991). Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy
expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Beberapa
commit to user
penelitian yang dilakukan di negara maju mendapatkan hubungan antara aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang
rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar 5 kg (Kopelman, 2000).
Sebagai contoh, penelitian di Amerika menunjukkan bahwa anak yang
menonton televisi 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5.3 kali lebih
besar dibanding mereka yang menonton televisi 2 jam setiap harinya (Kopelman,
2000). Di sisi lain, penelitian yang dilakukan di Jepang menunjukkan bahwa anak
yang mempunyai kebiasaan olah raga terhindar dari risiko obesitas (OR: 0.48)
(Fukuda, 2001).
Peranan faktor nutrisi pada obesitas dimulai sejak dalam kandungan, jumlah
lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Selanjutnya
kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti waktu
pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat, dan
lemak atau kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi
(Sjarif, 2003). Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok
dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar
dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak (OR 1.7). Keadaan ini
disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar,
cenderung tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih
kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat.
Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan semakin
meningkatkan selera makan dan memicu terjadinya konsumsi yang berlebihan
(Kopelman, 2000).
Kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi.
commit to user
Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
terbatas, sehingga apabila terjadi asupan protein yang berlebihan maka kelebihan
tersebut akan segera dioksidasi. Karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan
dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah yang kecil, sehingga asupan
karbohidrat yang berlebihan akan menyebabkan sekitar 60-80% energinya
disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Sedangkan lemak mempunyai kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak yang tidak diiringi
peningkatan oksidasi lemak mengakibatkan sekitar 96% lemak disimpan dalam
jaringan lemak (WHO, 2000).
Faktor sosial ekonomi dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi terjadinya
obesitas. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi (Sjarif, 2003). Perubahan gaya hidup akhir-akhir ini justru menjurus
pada penurunan aktivitas fisik pada anak, seperti ke sekolah dengan naik kendaraan
dan anak yang lebih senang bermain komputer/games, menonton televisi atau
video dibanding bermain dengan teman. Selain itu, semakin mudahnya
memperoleh bermacam-macam makanan cepat saji dengan harga yang terjangkau,
semakin berisiko menimbulkan obesitas pada anak (Sjarif, 2003).
5. Patofisiologi obesitas
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon yang terlibat dalam pengaturan
penyimpanan energi melalui sinyal-sinyal efferent yang berpusat di hipotalamus
commit to user
setelah mendapatkan sinyal afferent dari perifer yaitu dari jaringan adiposa, usus dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
jaringan otot. Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan asupan makanan,
menurunkan pengeluaran energi) dan katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran
energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal
pendek (situasional) mempengaruhi porsi makan dan waktu makan serta berhubungan
dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yaitu kolesistokinin.
Sinyal panjang yang diperankan oleh fat-derived hormone leptin dan insulin mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi. Di dalam sistem ini leptin memegang peran
utama sebagai pengendali berat badan. Sumber utama leptin adalah jaringan adiposa
yang disekresi langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menembus sawar
darah otak menuju ke hipotalamus (Schwartz, 2000).
Peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah dapat merangsang anorexigenic
center (ventromedial hypothalamic) di hipotalamus agar menurunkan produksi
neuropeptide Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan asupan makanan,
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan
adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada feeding center/orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Pada
sebagian besar orang obesitas, mekanisme ini tidak berjalan walaupun kadar leptin di
dalam darah tinggi dan disebut sebagai resistensi leptin. Apabila asupan energi
melebihi dari yang dibutuhkan maka massa jaringan adiposa meningkat. Bila
hipertrofi adiposit ini mencapai tingkat tertentu akan terjadi rangsangan pembentukan
sel lemak baru dari bakal sel lemak (preadiposit) sehingga terjadi hiperplasi dan
peningkatan visceral fat (lemak sentral) (Schwartz, 2000).
Peningkatan visceral fat mengakibatkan ketidakseimbangan produksi beberapa
commit to user
produk metabolik, hormon dan beberapa mediator kimiawi. seperti free fatty acids
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
(FFAs) serta Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) yang menghambat fosforilasi IRS-1
(Insulin Receptor Substrate-1) sehingga mekanisme sinyal insulin terganggu.
Penurunan sensitifitas insulin atau resistensi insulin akan mengganggu fungsi endotel.
Resistensi insulin juga akan meningkatkan glukosa plasma dan merangsang lagi
peningkatan sekresi insulin oleh pankreas sehingga mengakibatkan terjadinya
hiperinsulinemia lebih lanjut. Keadaan hiperinsulinemia akan merangsang sekresi
enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga penimbunan lemak dalam adiposit akan
bertambah dan proses terjadinya obesitas akan berlangsung terus (Schwartz, 2000;
Subardja dkk, 2010).
Gambar 1. Skema jalur mekanisme regulasi keseimbangan energi (Schwartz,
2000)
6. Dampak obesitas
Anak dengan obesitas berpotensi
mengalami
commit
to user berbagai komplikasi penyakit dan
permasalahan
psikososial.
Menurut
pendapat
Riza
(2007),
obesitas
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
menyebabkan gangguan psikososial pada anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hidayah (2006) yang mendapatkan bahwa prevalensi tingkat
kematangan sosial rendah pada anak obese lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak
obesitas. Insiden dan keparahan penyakit infeksi lebih banyak terjadi pada individu
yang obesitas (Marti, 2001). Moelyo (2007) juga membuktikan bahwa anak dengan
obesitas memiliki respon imun yang lebih tinggi. Selain itu, obesitas berisiko tinggi
mengalami dislipidemia, hipertensi, gangguan fungsi hati, hiperinsulinemia, dan lainlain yang memicu terjadinya penyakit metabolik, penyakit degeneratif, dan penyakit
kardiovaskuler dikemudian hari (Taitz, 1991; WHO, 2000).
7. Dislipidemia pada obesitas
Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh
darah
arteri.
Penyebab
terbanyak
penyempitan
tersebut
adalah
aterosklerosis (99%). Lebih dari setengah insidensi penyakit ini dapat diterangkan
kejadiannya oleh dislipidemia (Barzillay dkk, 2001). Proses ini bisa terjadi pada
seluruh arteri, tetapi yang paling sering adalah aorta, arteria koronaria, serebral dan
iliofemoral. Arterosklerosis pada dasarnya merupakan suatu kelainan yang terdiri atas
pembentukan fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang
disebut ateroma pada bagian dalam tunika intima dan media. Proses aterosklerosis
dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi nyata secara klinik pada kehidupan
dewasa (Barzillay dkk, 2001).
Kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi, serta kadar kolesterol HDL
yang rendah berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya aterosklerosis pada
commit to user
remaja dan dewasa muda. Sedangkan peninggian kadar trigliserida mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
peranan yang lebih kecil dibandingkan dengan kadar kolesterol. Berdasarkan bukti
bahwa aterosklerosis dimulai masa kanak-kanak, maka pencegahan terhadap
munculnya faktor-faktor risiko seperti dislipidemia harus dimulai sejak kanak-kanak
dan remaja.
Dislipidemia ditandai dengan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan
trigliserida yang tinggi serta kadar kolesterol HDL yang rendah (Newburger, 1992).
Dislipidemia pada anak didefinisikan bila terjadi hiperkolesterolemia dengan kadar
kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan/atau hiper-LDL kolesterolemia dengan kadar ≥ 130
mg/dl dan/atau hipo-HDL kolesterolemia dengan kadar < 35 mg/dl dan/atau
hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida ≥ 100 mg/dl untuk usia < 10 tahun dan
kadar trigliserida ≥ 130 mg/dl untuk anak usia lebih dari 10 tahun (Committee on
Nutrition of the American Academy Pediatrics, 1998). Dislipidemia dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain asupan lemak, aktivitas fisik, dan distribusi lemak tubuh:
a. Asupan lemak
Ada 2 sistem/jalur pengangkutan dan sintesis lemak melalui makanan yaitu
eksogen dan endogen. Mekanisme ini akan dijelaskan dalam gambar 2 berikut ini
(Brown MS and Goldstein JL, 1984):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Gambar 2. Jalur eksogen dan endogen tranportasi dan sintesis lemak (Brown
MS and Goldstein JL, 1984)
Jalur eksogen sintesis lemak melibatkan kolesterol yang berasal dari makanan
(dietetik). Lemak yang berasal dari makanan mengalami pemecahan menjadi asam
lemak bebas, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol di dalam usus. Kemudian
diolah dan diserap kedalam darah dalam bentuk kilomikron. Trigliserida disimpan
dalam jaringan lemak di seluruh tubuh, sedangkan sisa pemecahan kilomikron
akan diuraikan menjadi kilomikron remnant yang beredar menuju hati. Di dalam
hati, trigliserida dan kolesterol juga disintesis dari karbohidrat. Sebagian
kolesterol akan dibuang ke dalam empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi
bersama-sama trigliserida akan bergabung dengan apoprotein B membentuk
VLDL. VLDL ini lalu dipecah oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL yang
bertahan selama 2-6 jam, kemudian berubah menjadi LDL. Fungsi LDL adalah
commit to user
membawa kolesterol ke jaringan perifer termasuk ke dinding pembuluh darah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
arteri sehingga dapat digunakan oleh sel-sel tubuh yang memerlukan. Suatu ikatan
lain antara kolesterol dengan apoprotein A akan membentuk HDL. Fungsi HDL
mengambil kolesterol dari jaringan dan membawanya ke hati untuk dikeluarkan
lewat empedu. Di dalam usus halus, asam empedu akan direabsorbsi dan
dimasukkan kedalam sirkulasi untuk mengulangi siklus (jalur endogen).
Asupan tinggi lemak adalah asupan makanan yang mengandung kadar lemak
melebihi kebutuhan berdasarkan usia. Diet yang direkomendasikan adalah asupan
lemak ≤ 30% total energi dan tidak kurang dari 20% total energi (Williams CL &
Deckelbaum R, 2003). Eckel (1997) menyatakan bahwa konsumsi makanan
dengan kadar kolesterol tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol
darah. Asupan makanan tinggi kolesterol (kolesterol dietetik) akan mengakibatkan
kadar kolesterol dalam hati meningkat, sehingga hati mempunyai cukup kadar
kolesterol dan akan menghentikan pengambilan kolesterol LDL. Kolesterol LDL
yang tinggi dalam darah akan sangat mudah berubah bentuk dan sifatnya sehingga
akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh dan akan difagositosis oleh sel-sel
makrofag. Sel makrofag ini kemudian akan berubah menjadi sel-sel busa (foam
cell) yang dapat mengendap pada lapisan dinding pembuluh darah arteri dan
membentuk sumbatan-sumbatan. Proses penyumbatan ini kemudian dikenal
sebagai aterosklerosis (Eckel, 1997).
b. Aktivitas fisik
Penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kadar profil lipid darah juga
telah banyak dilakukan. Di Jepang, dilakukan penelitian yang membandingkan
antara kelompok yang melakukan aktivitas fisik yang teratur dan kelompok yang
commit to user
lebih banyak duduk. Pada kelompok dengan aktivitas fisik yang teratur,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
didapatkan kadar trigliserida yang lebih rendah dan kolesterol HDL yang lebih
tinggi dibandingkan kelompok yang lebih banyak duduk (Hsieh dkk, 1998).
Kadar profil lipid yang ditemukan pada masa anak-anak cenderung menetap
sampai dewasa, hal ini dibuktikan oleh The Bogalusa Heart Study yang
melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar profil lipid
semasa kanak-kanak dengan profil lipid di masa dewasa terutama untuk kadar
kolesterol total dan LDL. Kolesterol LDL merupakan prediktor yang paling kuat
terhadap kemungkinan dislipidemia dimasa dewasa (Freedman, 1999).
c. Genetik
Dislipidemia primer adalah keadaan peningkatan kadar lemak darah yang tidak
ada hubungannya dengan penyakit lain (herediter). Hiperkolesterolemia familial
ada dua macam yaitu homozygot dan heterozygot (Newburger JW, 1992).
d. Distribusi lemak tubuh
Peningkatan konsentrasi insulin akibat resistensi insulin pada obesitas
mempengaruhi aktifitas lipase hati dan lipoprotein lipase, keduanya berperan
dalam metabolisme kolesterol. Penurunan aktifitas lipoprotein lipase dan
peningkatan lipase hati mengakibatkan penurunan maturasi dan peningkatan
katabolisme kolesterol (Goran & Gower, 1999). Selain itu, resistensi insulin akan
mengakibatkan disfungsi endotel dan mengawali semua penyakit metabolik dan
vaskuler pada obesitas. Disfungsi endotel seperti yang terjadi pada obesitas ini
dipertimbangkan sebagai salah satu elemen kunci berkembangnya aterosklerosis
yang dapat memicu terjadinya penyakit kardivaskuler. Menurut Daniels dkk
(1998), kadar insulin yang tinggi mempunyai hubungan yang kuat dengan IMT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Anak dengan IMT > persentil ke-95, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin
tinggi dan 15% mempunyai kadar kolesterol HDL yang rendah.
Profil lipid darah anak obesitas cenderung menyerupai profil lipid penderita
penyakit kardiovaskuler yaitu meliputi peningkatan kadar kolesterol LDL (lowdensity lipoprotein), trigliserida, kadar insulin dan penurunan kadar kolesterol
HDL (high-density lipoprotein), sehingga anak obesitas memiliki risiko sebesar
1.7-2.6 kali untuk mendapatkan penyakit kardiovaskuler di usia dewasa (Sjarif,
2003; Martuti dkk, 2008). Menurut Vague (1956), faktor risiko penyakit
kardiovaskuler seperti dislipidemia berhubungan erat dengan perbedaan morfologi
tubuh atau tipe distribusi lemak. Penelitian lain menyatakan bahwa obesitas tubuh
bagian atas berhubungan lebih kuat berhubungan dengan hipertensi, dislipidemia,
diabetes melitus, hiperinsulinemia, dan gout daripada obesitas tubuh bagian
bawah (Hirschle dkk, 2005; Ben-Noun & A Laor, 2006). Obesitas bagian atas
dapat dinilai dengan berbagai metode seperti lingkar pinggang dan lingkar leher
(Nafiu dkk, 2010).
8. Lingkar leher sebagai prediktor dislipidemia
The Bogalusa Heart Study menunjukkan bahwa distribusi lemak yang ditentukan
dengan cara mengukur lingkar pinggang pada anak-anak usia 5-17 tahun berhubungan
dengan kadar trigliserida, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan insulin yang abnormal
(Freedman, 1999; Hirschler V, 2005). Pengukuran lingkar pinggang, meskipun
terbukti berhubungan erat dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dan terbukti
mudah dilakukan, ternyata masih memiliki beberapa kelemahan yaitu antara lain:
commit to user
pengukuran yang cukup memakan banyak waktu, dipengaruhi oleh budaya dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
musim, serta dipengaruhi oleh perubahan besarnya perut postprandial dan harus
dilakukan pada akhir ekspirasi maksimal. Oleh karena itu, pengukuran lingkar
pinggang tidak dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan tertentu (Nafiu dkk,
2010).
Lingkar leher merupakan metode pengukuran distribusi lemak tubuh bagian atas
baru yang akhir-akhir ini mulai dikembangkan untuk menggantikan pengukuran
lingkar pinggang, baik sebagai alat skrining obesitas maupun korelasinya terhadap
faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Metode yang digunakan cukup sederhana,
murah, cepat dan mudah digunakan serta tidak dipengaruhi oleh perubahan anatomi
tubuh postpandrial maupun akhir ekspirasi maksimal seperti halnya pengukuran
dengan lingkar pinggang (Nafiu dkk, 2010). Penelitian Nafiu dkk (2010) di Michigan,
Amerika Serikat pada anak-anak usia 6-18 tahun mendapatkan ukuran lingkar leher
sebesar 28.5-39.8 cm mengindikasikan IMT tinggi pada anak laki-laki dan sebesar 2734.6 cm untuk anak perempuan.
Lingkar leher berkorelasi dengan IMT. Pengukuran lingkar leher sudah menjadi
alat skrining yang mudah dan hemat waktu untuk mengidentifikasi obesitas secara
individual pada subyek dewasa. Lingkar leher juga merupakan alat ukur lemak
subkutan yang telah dibuktikan berhubungan dengan lemak visceral pada obesitas
sentral dan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia (Ben-Noun & A
Laor, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
B. Kerangka konsep
Genetik
Aktivitas fisik
Obesitas
Distribusi lemak tubuh
atas:
Lingkar leher
Lingkar pinggang
Resistensi insulin
& leptin
↓ Aktivitas
lipoprotein lipase
& lipase hati ↑
↓ Maturasi &
katabolisme
kolesterol ↑
Asupan lemak
DISLIPIDEMIA
Gambar 3. Bagan kerangka konsep
: Lingkup penelitian
Keterangan kerangka konsep:
Penyebab obesitas adalah multifaktorial. Obesitas diduga terjadi akibat interaksi
antara penyebab yang tidak dapat diubah yaitu faktor genetik dan penyebab yang
dapat diubah yaitu faktor lingkungan (pola hidup) seperti asupan makanan yang tinggi
lemak dan aktivitas fisik yang rendah. Dengan kata lain, obesitas terjadi akibat
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi
commit to user
kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Distribusi jaringan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
lemak tubuh dibagi menjadi dua, yaitu tubuh bagian atas dan bawah. Adanya
timbunan lemak pada obesitas menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas lipoprotein lipase dan peningkatan lipase
hati yang akan mengakibatkan penurunan maturasi dan peningkatan katabolisme
kolesterol sehingga memicunya terjadinya dislipidemia. Distribusi lemak tubuh
bagian atas diduga lebih berhubungan dengan dislipidemia sebagai salah satu faktor
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler di masa selanjutnya. Distribusi lemak tubuh
bagian atas dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengukur
lingkar leher. Selain dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh, dislipidemia juga
dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas fisik yang rendah dan asupan tinggi lemak.
C.
Hipotesis
Lingkar leher dapat digunakan sebagai prediktor dislipidemia pada anak obesitas
usia sekolah dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui dan
menganalisis ukuran lingkar leher anak obese usia sekolah dasar sebagai prediktor
dislipidemia.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) sekolah dasar di Surakarta pada bulan
Nopember 2011-Maret 2012.
C. Populasi
1. Populasi target pada penelitian ini adalah semua anak obese usia 6-12 tahun
2. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak obese usia 6-12 tahun di
sekolah dasar di Surakarta.
D. Sampel dan cara pemilihan sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling di sekolah
dasar di Surakarta. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi
a. Semua siswa kelas 1-6 sekolah dasar yang masuk sekolah saat penelitian
b. Obesitas (IMT ≥ +2 standar deviasi berdasarkan WHO reference 2007)
c. Orang tua menandatangani informed
commit toconsent/
user persetujuan mengikuti penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
2. Kriteria eksklusi
a. Anak dengan massa/tumor di leher
b. Anak menderita penyakit kronis yang telah terdiagnosis oleh dokter (TBC,
diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit hati kronis, penyakit ginjal kronis,
hipo/hipertiroidisme), atau sedang dalam program terapi dan diet khusus
sebagai bagian dari terapi penyakit tertentu
c. Anak dengan deformitas leher
E. Besar sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan analisis multivariat, jumlah subyek yang
dianggap memadai adalah berkisar antara 15-20 kali jumlah variabel bebas. Variabel
bebas pada penelitian ini ada 3 yaitu: lingkar leher, aktivitas fisik, dan asupan lemak.
Jumlah subyek yang diperlukan adalah 45 sampai dengan 60 subyek penelitian
(Madiyono dkk, 2002; Murti, 2010).
F. Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel bebas adalah lingkar leher
2. Variabel tergantung adalah dislipidemia
3. Variabel perancu adalah aktivitas fisik dan asupan lemak
G. Definisi operasional
1. Lingkar leher
a. Definisi: lingkar leher adalah timbunan lemak subkutan di sekitar leher dan
commit to user
merupakan salah satu alat ukur lemak tubuh bagian atas (Nafiu dkk, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
b. Alat ukur: pita pengukur yang tidak fleksibel merk Butterfly dengan ketelitian
0.1 cm.
c. Satuan: cm.
d. Cara: anak berdiri dengan kepala tegak, lingkar leher diukur sejajar dengan
tulang rawan tiroid. Pengukuran dilakukan 2 kali dan diambil rata-ratanya
(Nafiu dkk, 2010).
e. Skala data: data dinyatakan dalam skala rasio kemudian diubah menjadi skala
nominal (lingkar leher tinggi dan rendah) berdasarkan titik potong yang telah
ditentukan menggunakan kurva ROC.
f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr.
Moewardi dibantu dokter muda.
2. Dislipidemia
a. Definisi: dislipidemia adalah hiperkolesterolemia dengan kadar kolesterol total
≥ 200 mg/dl dan/atau hiper-LDL kolesterolemia dengan kadar ≥ 130 mg/dl
dan/atau hipo-HDL kolesterololemia dengan kadar < 35 mg/dl dan/atau
hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida ≥ 100 mg/dl untuk usia < 10
tahun dan kadar trigliserida ≥ 130 mg/dl untuk anak usia lebih dari 10 tahun
(Committee on Nutrition of the American Academy Pediatrics, 1998).
b. Alat ukur: Spektrofotometer.
c. Satuan: masing-masing komponen profil lipid dinyatakan dalam mg/dl.
d. Cara: sampel darah vena diambil sebanyak 5 ml setelah anak berpuasa kurang
lebih 12 jam, selanjutnya di laboratorium Prodia 200 μl serum darah dicampur
dengan 500 μl pereaksi prepitasi.
campuran diinkubasi pada suhu
commit Kemudian
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
37oC selama 5 menit dan diabsorbansi pada panjang gelombang 500 nm
menggunakan spektrofotometer.
e. Skala data: skala nominal.
f. Pelaksana: petugas laboratorium Prodia Surakarta.
3. Obesitas
a. Definisi: obesitas adalah suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Kriteria obesitas ditentukan
berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Anak usia antara 519 tahun dikatakan obesitas menurut kurva WHO reference 2007 bila IMT ≥
+2 standar deviasi (Sjarif, 2011).
b. Alat ukur: berat badan diukur dengan menggunakan alat timbangan
internasional merk Secca yang telah ditera dengan kapasitas maksimal 160 kg
dan ketelitian 0.1 kg. Pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat
microtoise yang sudah ditera untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas
maksimal 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm.
c. Satuan: IMT dinyatakan dalam satuan kg/m2.
d. Cara: untuk menentukan berat badan, anak ditimbang tanpa sepatu, kaos kaki
dan ikat pinggang, angka dibaca dalam kilogram, pengukuran dilakukan
sebanyak 2 kali dan diambil rata-ratanya. Pengukuran tinggi badan dilakukan
tanpa sepatu, saat pengukuran kedua tumit merapat, tumit anak, pantat, bahu
dan kepala menempel pada tembok. Pengukuran dilakukan 2 kali dan diambil
rata-ratanya (Sjarif, 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
e. Skala data: skala rasio
f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr.
Moewardi dibantu dokter muda.
4. Asupan lemak
a. Definisi: asupan tinggi lemak adalah asupan makanan yang mengandung
kadar
lemak
melebihi
kebutuhan
berdasarkan
usia.
Diet
yang
direkomendasikan adalah asupan lemak ≤ 30% total energi dan tidak kurang
dari 20% total energi (Williams CL & Deckelbaum R, 2003).
b. Alat ukur: angket asupan makanan dengan metode recall diet, yaitu metode
yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
pada suatu periode (24 jam) selama 3 hari berturut-turut termasuk hari libur.
Selanjutnya ditentukan kandungan lemak yang dikonsumsi subyek dengan
menggunakan perangkat lunak Nutriesurvey 2005.
c. Satuan: kkal/hari, selanjutnya dinyatakan dalam persen (%) total energi
d. Cara: angket berisi asupan makanan diisi oleh subyek penelitian selama 3 hari
berturut-turut sejak angket dibagikan (meliputi hari sekolah dan hari libur).
Selanjutnya angket dikumpulkan dan data yang didapat diolah dengan
perangkat lunak khusus software Nutriesurvey 2005. Kategori dibagi menjadi
asupan lemak tinggi jika asupan lemak ≥ 30% total energi dan rendah jika
asupan lemak < 30% total energi .
e. Skala data: Skala nominal
f. Pelaksana: Analis gizi dari Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
5. Aktivitas fisik
a. Definisi: aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap pergerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang menghasilkan energy expenditure melebihi
resting expenditure atau semua aktivitas fisik yang biasa dilakukan sehari-hari
oleh subyek termasuk olahraga (Thompson, 2003).
b. Alat Ukur: angket CLASS (Children’s Leisure Activities Study Survey) yang
telah dimodifikasi.
c. Satuan: METs
d. Cara: Kuesioner akan diisi oleh subyek penelitian di lembar angket yang telah
disediakan. Klasifikasi berdasarkan nilai METs (metabolic equivalents)
(Physical Activity Guidelines Advisory Committee, 2008). Ada beberapa
klasifikasi berdasarkan nilai METs, antara lain (Thompson, 2003): vigorous
adalah anak yang berpartisipasi dalam aktivitas vigorous (dengan METs ≥ 6
dan membutuhkan membutuhkan penggunaan otot-otot besar secara ritmis)
paling sedikit 3 kali per minggu dengan waktu paling sedikit 20 menit per sesi,
adekuat adalah anak yang berpartisipasi paling sedikit 3 jam atau aktivitas
sedang paling sedikit 5 sesi dalam 1 minggu atau paling sedikit 3.5 METs, dan
inadekuat jika tidak termasuk 2 kategori di atas. Kategori vigorous dan
adekuat dikelompokkan sebagai aktif dan kategori inadekuat dikelompokkan
sebagai tidak aktif.
e. Skala data: skala nominal
f. Pelaksana: Dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr.
Moewardi dibantu dokter muda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
6. Usia
Anak yang dipilih adalah anak yang berusia 6 sampai dengan 12 tahun dan
dinyatakan dalam bulan. Usia 6-12 tahun dipilih karena masa ini merupakan
periode rebound adiposity, yaitu masa kritis terjadinya peningkatan penimbunan
lemak yang akan menentukan obesitas beserta komplikasinya dimasa dewasa
(Dietz, 1998).
7. Sekolah dasar
Sekolah dasar sebagai tempat dilakukannya penelitian dipilih berdasarkan letak
sekolah yang mudah dijangkau peneliti dan kesediaan pihak sekolah untuk
mengikuti penelitian (Sastroasmoro dkk, 2008).
H. Izin subyek penelitian
Penelitian
ini
dilakukan
atas
persetujuan
orangtua/wali
dengan
cara
menandatangani informed consent. Orangtua/wali sebelumnya diberikan penjelasan
mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian. Penelitian juga mendapatkan ijin dari
komisi etik penelitian fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD Dr.
Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
I. Alur penelitian
Murid sekolah dasar di Surakarta
Seleksi oleh tim peneliti meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran berat
badan dan tinggi badan semua murid sekolah dasar
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Pengukuran lingkar leher anak obese
oleh tim peneliti
Pengambilan darah untuk pemeriksaan kolesterol total, LDL kolesterol, HDL
kolesterol, dan trigliserida serum oleh petugas laboratorium Prodia Surakarta
Pembagian kuesioner asupan makanan dan aktivitas fisik oleh tim peneliti
Pengumpulan data oleh tim peneliti dibantu guru wali kelas
Pengolahan dan analisis data
Gambar 4. Bagan alur penelitian
Keterangan:
Semua murid dari 2 (dua) sekolah dasar di Surakarta yang terpilih diperiksa oleh tim
peneliti yang terdiri dari dokter PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD
Dr.Moewardi dan koass/dokter muda dari FK UNS/RSUD Dr.Moewardi meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan antropometri. Murid-murid dengan
status gizi obesitas (ditetapkan berdasarkan IMT dari WHO references 2007), dari
anamnesis didapatkan sedang tidak menderita penyakit tertentu seperti diabetes
commit to user
melitus, kelainan jantung, kelainan ginjal, kelainan hati kronik atau mengkonsumsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
obat-obatan khusus, dan dari pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya deformitas
leher, massa atau tumor leher, diberikan surat keterangan (informed consent) kepada
orangtua. Informed consent berisi keterangan mengenai penelitian yang sedang
dilakukan beserta lembar persetujuan untuk dilibatkan dalam penelitian. Setelah
orangtua menyetujui dan menandatangani informed consent maka anak-anak obese
yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai subyek penelitian dan yang tidak
memenuhi criteria dikeluarkan dari subyek penelitian. Selanjutnya, semua subyek
penelitian akan diukur lingkar lehernya oleh tim peneliti yang sama dan diambil
darahnya untuk pemeriksaan profil lipid serum oleh petugas dari laboratorium Prodia
Surakarta (sebelumnya berpuasa 12 jam). Subyek penelitian diberikan lembar angket
yang berisi data pribadi dan riwayat penyakit dalam keluarga, asupan makanan selama
3 hari berturut-turut (termasuk hari libur), serta aktivitas fisik selama 1 minggu. Pada
hari yang telah ditentukan, angket dikumpulkan oleh tim peneliti dibantu oleh guru
wali kelas masing-masing subyek penelitian. Data asupan makanan diolah
menggunakan perangkat lunak Nutriesurvey 2005 oleh analis gizi dari Instalasi gizi
RSUD Dr. Moewardi dan data aktivitas fisik dinilai oleh peneliti. Selanjutnya, data
dianalisis secara statistik menggunakan program SPSS 17.0.
J. Pengolahan data
Data yang didapatkan diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS 17.0.
Variabel karakteristik dasar disajikan dalam rerata (standar deviasi) jika distribusi
data normal atau median jika distribusi data tidak normal. Titik potong (cut off point)
lingkar leher anak-anak obese yang mengalami dislipidemia ditentukan dengan kurva
commit to user
ROC (Receiver Operator Curve). Titik potong lingkar leher yang dipilih adalah titik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
yang memiliki sensitivitas tinggi dengan area under curve (AUC) yang paling lebar
karena penelitian ini merupakan uji diagnostik untuk skrining. Setelah ditentukan titik
potong ukuran lingkar leher, maka variabel lingkar leher dengan skala data rasio
diubah dan dikategorikan dalam skala nominal menjadi lingkar leher tinggi jika
ukuran lingkar leher > titik potong dan lingkar leher rendah jika < titik potong.
Analisis variabel bebas terhadap variabel tergantung masing-masing dilakukan
secara bivariat antara lain menggunakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua
kelompok tidak berpasangan yaitu uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney
untuk variabel bebas yang memiliki skala rasio seperti lingkar leher terhadap
dislipidemia dan analisis bivariat dengan uji hipotesis komparatif variabel kategorik
tidak berpasangan yaitu uji Chi-Square atau uji Fisher untuk asupan makanan terhadap
dislipidemia, aktivitas fisik terhadap dislipidemia serta lingkar leher (skala nominal)
terhadap dislipidemia. Selanjutnya, apabila didapatkan hubungan yang bermakna
secara statistik (p < 0.05) antara masing-masing variabel bebas dan tergantung,
dilakukan analisis pengaruhnya bersama-sama terhadap dislipidemia secara multivariat
dengan menggunakan uji regresi logistik. Semua hasil ditampilkan dalam odds ratio
(OR) dengan interval kepercayaan (IK) 95% (Sastroasmoro dkk, 2008; Dahlan MS,
2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
K. Jadwal kegiatan
Tabel 4. Jadwal kegiatan
KEGIATAN
Maret
2011
AprilDes
2011
Seminar proposal
Perijinan & survey lapangan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Penyusunan laporan
Ujian tesis
commit to user
WAKTU
JanMaret
2012
AprilOkt
2012
Maret
2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik data dasar
Sebanyak 50 subyek memenuhi kriteria penelitian yang terdiri dari 28 (56%) anak
laki-laki dan 22 (44%) anak perempuan, dengan rerata (SD) umur subyek berturutturut adalah 113.9 (17.65) bulan dan 114.3 (19.99) bulan. Anak obese laki-laki
dengan asupan tinggi lemak sebanyak 18 anak (64.3%) dan anak perempuan dengan
asupan tinggi lemak sebanyak 15 anak (68.2%). Dua belas anak laki-laki (42.9%) dan
10 anak perempuan (45.5%) memiliki aktivitas fisik yang rendah. Usia, asupan lemak,
aktivitas fisik, dan data demografik semua subyek adalah homogen.
Rerata (SD) berat badan anak laki-laki adalah 53.2 kg (12.75) dan median tinggi
badan adalah 144.5 cm. Rerata (SD) berat badan anak perempuan adalah 49.0 kg
(11.40) dan median tinggi badan adalah 149.2 cm. Median IMT anak laki-laki adalah
25.2 dan anak perempuan adalah 22.9 dengan nilai p = 0.044. Lingkar leher anak lakilaki berkisar antara 31-38 cm (median = 34 cm), sedangkan lingkar leher anak
perempuan berkisar antara 28-40 cm (median = 32 cm) dengan nilai p = 0.020.
Karakteristik dasar subyek penelitian tertera pada tabel 2.
Rerata (SD) kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida
anak laki-laki berturut-turut sebesar 183.8 mg/dl (34.77), 122.2 mg/dl (26.26), 47.2
mg/dl (5.77), dan 134.0 mg/dl (57.06). Sedangkan pada anak perempuan masingmasing sebesar 190 mg/dl (30.08), 125.9 mg/dl (2.29), 49.1 mg/dl (7.84), dan 134.7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
mg/dl (49.27). Secara statistik tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara
kadar profil lipid subyek laki-laki dan perempuan.
Tabel 2. Karakteristik dasar subyek penelitian
Karakteristik
Laki-laki
(n=28)
113.9 (17.65)
53.2 (12.75)
144.5
25.2
34
110
70
183.8 (34.77)
122.2 (26.26)
47.2 (5.77)
134.0 (57.06)
42.8 (11.59)
18 (64.3)
12 (42.9)
Usia, bulan, rata-rata (SD)
Berat badan, kg, rata-rata (SD)
Tinggi badan, cm, median
IMT, kg/m2, median
Lingkar leher, cm, median
Tekanan darah sistolik, mmHg, median
Tekanan darah diastolik, mmHg, median
Kadar kolesterol total, mg/dl, rata-rata (SD)
Kadar kolesterol LDL, mg/dl, rata-rata (SD)
Kadar kolesterol HDL, mg/dl, rata-rata (SD)
Kadar trigliserida, mg/dl, rata-rata (SD)
Asupan lemak, g/hari, rata-rata (SD)
Asupan tinggi lemak, n, %
Aktifitas fisik rendah, n,%
Pendidikan Ayah, n, %
- SMA
7 (25.0)
- D3
3 (10.7)
- S1
12 (42.9)
- S2
6 (21.4)
Pekerjaan Ayah, n, %
- PNS
8 (28.6)
- Swasta
17 (60.7)
- Lain-lain
3 (10.7)
Pendidikan Ibu, n, %
- SMA
10 (35.7)
- D3
6 (21.4)
- S1
10 (35.7)
- S2
2 (7.1)
Pekerjaan Ibu, n, %
- PNS
5 (17.9)
- Swasta
10 (35.7)
- Ibu rumah tangga
12 (42.9)
- Lain-lain
1 (3.6)
Penghasilan keluarga, n, %
- < Rp. 1.000.000,0 (0.0)
- Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 4.000.000,19 (67.9)
- > Rp. 4.000.000,9 (2.1)
Riwayat penyakit keluarga, n, %
- Diabetes mellitus
3 (10.7)
- Hipertensi
5 (17.9)
- Penyakit jantung
2 (7.1)
- Stroke
1 (3.6)
- Dislipidemia
9 (32.1)
commit to 12
user
- Obesitas
(42.9)
* p < 0.05
Perempuan
(n=22)
114.3 (19.99)
49.0 (11.40)
149.2
22.9
32
110
70
190.0 (30.08)
125.9 (2.,29)
49.1 (7.84)
134.7 (49.27)
39.7 (12.67)
15 (68.2)
10 (45.5)
p
0.943
0.230
0.970
0.044*
0.020*
0.803
0.676
0.507
0.618
0.326
0.967
0.381
0.773
0.854
6 (27.3)
2 (9.1)
13 (59.1)
1 (4.5)
0.874
2 (9.1)
19 (86.4)
1 (4.5)
0.738
8 (36.4)
5 (22.7)
8 (36.4)
1 (4.5)
1.000
3 (13.6)
8 (36.4)
11 (50.0)
0 (0.0)
1.000
1 (4.5)
17 (77.3)
4 (18.2)
0.907
3 (13.6)
8 (36.4)
4 (18.2)
2 (9.1)
10 (45.5)
12 (54.6)
1.000
0.139
0.385
0.576
0.336
0.955
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Prevalensi kadar profil lipid abnormal pada anak obese tertera pada tabel 3.
Duapuluh satu (75%) anak laki-laki obese dan 19 (86.4%) anak perempuan obese
mengalami
dislipidemia
hipertrigliseridemia
yang
dan/atau
terdiri
hiper-LDL
dari
hiperkolesterolemia
kolesterolemia
dan/atau
dan/atau
hipo-HDL
kolesterolemia, namun perbedaan ini secara statistik tidak berbeda bermakna dengan
p = 0.391.
Tabel 3. Prevalensi dislipidemia pada anak obese
Profil lipid serum
Dislipidemia (n,%)
Hiperkolesterolemia (n,%)
Hiper-LDL kolesterolemia (n,%)
Hipo-HDL kolesterolemia (n,%)
Hipertrigliseridemia (n,%)
Laki-laki (n=28)
Perempuan (n=22)
p
21 (75.0)
8 (28.6)
9 (32.1)
2 (7.1)
19 (67.9)
19 (86.4)
7 (31.8)
8 (36.4)
3 (13.6)
15 (68.2)
0.391
0.804
0.754
0.643
0.981
2. Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan area under curve ukuran lingkar leher
terhadap dislipidemia
Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada subyek anak laki-laki
dengan beberapa titik potong (cut-off point) ukuran lingkar leher dapat dilihat pada
tabel 4. Titik potong ukuran lingkar leher 31.5 cm menunjukkan hasil yang paling
baik karena area under curve-nya (AUC) cukup luas yaitu 0.685 (gambar 5) dengan
sensitivitas 95.2%, spesifisitas 28.6%, nilai duga positif (NDP) 80.0%, nilai duga
negatif (NDN) 66.7%, rasio kemungkinan (RK) positif 1.3 dan RK negatif 0.2.
Selanjutnya, lingkar leher anak obese laki-laki dikategorikan menjadi lingkar leher
tinggi jika > 31.5 cm dan lingkar leher rendah jika < 31.5 cm.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Tabel 4. Titik potong lingkar leher anak laki-laki
Titik potong lingkar leher (cm)
Sensitivitas
Spesifitas
AUC
30.0
31.5
32.5
33.5
34.5
35.5
100%
95.2%
76.2%
71.4%
57.1%
52.4%
0%
28.6%
71.4%
71.4%
85.7%
85.7%
0.745
0.685
0.453
0.483
0.083
0.091
Gambar 5. Kurva ROC lingkar leher anak laki-laki obese dengan titik potong ≥
31.5 cm
Hasil uji diagnostik lingkar leher terhadap dislipidemia pada anak perempuan
dengan beberapa titik potong ukuran lingkar leher dapat dilihat pada tabel 5. Ukuran
lingkar leher anak perempuan sebesar 30.5 cm ditetapkan sebagai titik potong dengan
area under curve paling luas yaitu 0.797 (gambar 6), sensitivitas 84.2%, spesifisitas
33.3%, NDP 88.8%, NDN 25.0%, RK positif 1.3 dan RK negatif 0.5. Selanjutnya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
lingkar leher anak obese perempuan dikategorikan menjadi lingkar leher tinggi jika >
30.5 cm dan lingkar leher rendah jika < 30.5 cm.
Tabel 5. Titik potong lingkar leher anak perempuan
Titik potong lingkar leher (cm)
Sensitivitas
Spesifitas
AUC
27.0
100%
0%
0.404
29.0
89.5%
0%
0.549
30.5
84.2%
33.3%
0.797
31.5
52.6%
33.3%
0.325
33.0
31.6%
33.3%
0.600
35.0
15.8%
66.7%
0.667
Gambar 6. Kurva ROC lingkar leher anak perempuan obese dengan titik potong
≥ 30.5 cm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
3. Analisis bivariat antara lingkar leher, aktivitas fisik, dan asupan lemak
dengan dislipidemia
Analisis untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel kategorik (nominal)
seperti asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher dengan dislipidemia dilakukan
secara bivariat menggunakan uji Chi-Square. Bila tidak memenuhi syarat uji ChiSquare, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Selain itu, variabel lingkar
leher dengan skala numerik (rasio) juga dianalisis secara bivariat menggunakan uji t
tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney.
a. Laki-laki
Hasil analisis bivariat antara variabel asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher
dengan dislipidemia pada anak obese laki-laki tertera pada tabel 6, 7, 8, dan 9.
Tabel 6. Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia pada
anak obese laki-laki
Dislipidemia
Ya
Asupan lemak
Total
Tinggi
Rendah
n
13
8
21
%
61.9
38.1
100.0
Tidak
n
%
5
71.4
2
28.6
7
100.0
OR
(IK 95%)
p
0.65
(0.10-4.18)
1.000
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 13 anak
memiliki asupan lemak yang tinggi. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 5 anak yang memiliki asupan lemak tinggi. Odds ratio
(OR) yang didapatkan sebesar 0.65 (95% IK 0.10-4.18) dengan nilai p = 1.000.
Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan dislipidemia
secara statistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Tabel 7. Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada
anak obese laki-laki
Dislipidemia
Ya
Aktivitas fisik
Rendah
Tinggi
Total
n
11
10
21
%
52.4
47.6
100.0
Tidak
n
%
1
14.3
6
85.7
7
100.0
OR
(IK 95%)
6.60
(0.67-64.76)
p
0.184
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 11 anak
memiliki aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 1 anak yang memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Odds ratio (OR) yang didapatkan sebesar 6.60 (95% IK 0.02-1.49) dengan nilai p =
0.184. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
dislipidemia secara statistik.
Tabel 8. Hasil analisis uji Mann-Whitney antara lingkar leher dengan
dislipidemia pada anak obese laki-laki
Lingkar leher
n
Kelompok dislipidemia
Kelompok tidak dislipidemia
*p < 0.05
21
7
Median
(minimum-maksimum)
36 (31-38)
32 (31-37)
p
0.048*
Dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p sebesar 0.048. Karena nilai p < 0.05,
maka ada perbedaan bermakna antara lingkar leher kelompok anak obese laki-laki
yang menderita dislipidemia dan kelompok anak obese laki-laki yang tidak
dislipidemia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Tabel 9. Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada
anak obese laki-laki
Dislipidemia
Ya
Lingkar leher
Tinggi
Rendah
Total
n
20
1
21
%
95.2
4.8
100.0
Tidak
n
%
5
71.4
2
28.6
7
100.0
OR
(IK 95%)
8.00
(0.59-106.93)
p
0.145
Dari semua anak obese laki-laki yang mengalami dislipidemia, sebanyak 20 anak
memiliki lingkar leher tinggi. Sedangkan dari anak obese laki-laki yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 5 anak yang memiliki lingkar leher tinggi. Odds ratio
(OR) yang didapatkan sebesar 8.00 (95% IK 0.59-106.93) dengan nilai p = 0.145.
Artinya, anak obese laki-laki dengan lingkar leher tinggi mempunyai kemungkinan
8.00 kali mengalami dislipidemia dibandingkan dengan anak obese laki-laki dengan
lingkar leher rendah, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik.
b. Perempuan
Hasil analisis bivariat antara variabel asupan lemak, aktivitas fisik, lingkar leher
dengan dislipidemia pada anak perempuan tertera pada tabel 10, 11, 12, dan 13.
Tabel 10. Hasil analisis uji Fisher antara asupan lemak dengan dislipidemia
pada anak obese perempuan
Dislipidemia
Ya
Asupan lemak
Total
Tinggi
Rendah
n
13
6
%
68.4
31.6
Tidak
n
%
2
66.7
1
33.3
19
100.0
3
100.0
OR
(IK 95%)
1.08
(0.08-14.41)
p
1.000
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 13
commit to user
anak memiliki asupan lemak yang tinggi. Sedangkan dari anak obese perempuan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
tidak mengalami dislipidemia, hanya 2 anak yang memiliki asupan lemak tinggi.
Odds ratio (OR) yang didapatkan sebesar 1.08 (95% IK 0.08-14.41) dengan nilai p =
1.000. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan
dislipidemia secara statistik.
Tabel 11. Hasil analisis uji Fisher antara aktivitas fisik dengan dislipidemia pada
anak obese perempuan
Dislipidemia
Ya
Aktivitas fisik
Rendah
Tinggi
Total
n
9
10
%
47.4
52.6
Tidak
n
%
1
33.3
2
66.7
19
100.0
3
100.0
OR
(IK 95%)
1.80
(0.14-23.37)
p
1.000a
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 9 anak
memiliki aktivitas fisik yang rendah. Sedangkan dari anak obese perempuan yang
tidak mengalami dislipidemia, hanya 1 anak yang memiliki aktivitas fisik yang
rendah. Odds ratio (OR) yang didapatkan sebesar 1.80 (95% IK 0.14-23.37) dengan
nilai p = 1.000. Artinya, tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
aktivitas fisik dengan dislipidemia.
Tabel 12. Hasil analisis uji t tidak berpasangan antara lingkar leher dengan
dislipidemia pada anak obese perempuan
Lingkar leher
Kelompok dislipidemia
Kelompok tidak dislipidemia
n
Rerata (SD)
19
3
36 (31 – 38)
32 (31 – 37)
Perbedaan rerata
(IK 95%)
-1.018
(-4.760-2.725)
p
0.577
Dengan uji t tidak berpasangan diperoleh nilai p sebesar 0.577. Karena nilai p >
0.05, maka tidak ada perbedaan bermakna antara lingkar leher kelompok anak obese
perempuan yang menderita dislipidemia dan kelompok anak obese perempuan yang
commit to user
tidak dislipidemia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Tabel 13. Hasil analisis uji Fisher antara lingkar leher dengan dislipidemia pada
anak obese perempuan
Dislipidemia
Ya
Lingkar leher
Total
Tinggi
Rendah
n
16
3
19
%
84.2
15.8
100.0
Tidak
n
%
2
66.7
1
33.3
3
100.0
OR
(IK 95%)
2.67
(0.18-39.62)
p
0.470a
Dari semua anak obese perempuan yang mengalami dislipidemia, sebanyak 16
anak memiliki lingkar leher tinggi. Sedangkan dari anak obese perempuan yang tidak
mengalami dislipidemia, hanya 2 anak yang memiliki lingkar leher tinggi. Odds ratio
(OR) yang didapatkan sebesar 2.67 (95% IK 0.18-39.62) dengan nilai p = 0.470.
Artinya, anak obese perempuan dengan lingkar leher tinggi mempunyai kemungkinan
2.67 kali mengalami dislipidemia dibandingkan dengan anak obese perempuan
dengan lingkar leher rendah, namun hasil ini tidak bermakna secara statistik.
B. Pembahasan
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 anak obese berusia 6-12 tahun.
Usia 6-12 tahun dipilih karena merupakan periode adiposity rebound yaitu masa kritis
perkembangan serta penimbunan sel lemak tubuh yang akan menentukan terjadinya
obesitas dimasa dewasa (Dietz, 1998). Hal ini sesuai dengan pernyataan Pi-Sunyer
(1994) yang menyatakan bahwa obesitas pada masa anak akan cenderung menetap
sampai masa dewasa. Bahkan, profil lipid abnormal pada anak obese cenderung
menetap dan dapat memprediksi terjadinya aterosklerosis pada masa dewasa (Guo
dkk, 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Sebagian besar sampel berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 anak (56%)
dan sisanya sebanyak 22 anak (44%) berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Martuti dkk (2008) di Surakarta, Mexitalia (2004)
di Semarang dan Mulyadi (1998) di Jakarta yang menyatakan bahwa prevalensi
obesitas pada anak laki-laki usia sekolah dasar lebih tinggi dibandingkan prevalensi
obesitas pada anak perempuan.
Sejumlah anak obese dalam penelitian ini memiliki aktivitas fisik yang rendah.
Menurut Vanderwater dkk (2004) anak-anak obese lebih sering melakukan kegiatan
fisik yang rendah (sedentary activity) seperti menonton televisi dan bermain video
game dibandingkan anak-anak yang tidak obesitas. Namun, menurut Mcmurray
(2000) tidak ada hubungan antara menonton televisi atau bermain video game dengan
peningkatan IMT pada anak-anak usia 10-17 tahun.
Anak-anak dengan obesitas cenderung memiliki asupan makanan tinggi lemak.
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar subyek memiliki asupan tinggi
lemak (66%). Ahlian (2005) dalam penelitiannya mendapatkan hal yang serupa yaitu
anak dengan obesitas sebagian besar (67%) memiliki asupan lemak melebihi kadar
yang dianjurkan. Lee (2001) menyatakan bahwa anak dengan asupan tinggi lemak
menunjukkan peningkatan IMT dan massa lemak tubuh.
Dislipidemia merupakan keadaan yang sering menyertai obesitas. Penelitian ini
mencatat bahwa 75.0% anak laki-laki dan 86.4% anak perempuan menderita
dislipidemia. Hipertrigliseridemia merupakan komponen dislipidemia yang paling
banyak diderita anak obese dalam penelitian ini. Martuti dkk (2008) dalam
penelitiannya juga mendapatkan hasil yang serupa. Hal ini dapat dijelaskan melalui
commit to user
mekanisme metabolisme dan sintesis lemak. Lemak dari makanan akan dipecah salah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
satunya menjadi trigliserida, selain itu trigliserida juga disintesis dari karbohidrat di
dalam hati. Selanjutnya sebagian besar trigliserida akan disimpan dalam jaringan
lemak di seluruh tubuh (Harrow B dkk, 1982).
Dislipidemia adalah perubahan kadar profil lipid darah, baik meningkat (kolesterol
total, trigliserida, kolesterol LDL) atau menurun (kolesterol HDL). Terjadinya
dislipidemia dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain obesitas, asupan tinggi lemak,
aktivitas fisik rendah, dan genetik. Pada penelitian ini, asupan tinggi lemak bukan
merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Ahlian (2005) yang menyatakan bahwa asupan lemak tinggi bukan merupakan faktor
risiko terjadinya dislipidemia pada anak obese. Padahal sebaliknya, Waspadji (2003)
berpendapat bahwa orang dewasa dengan asupan tinggi lemak memiliki risiko 2.85
kali menderita dislipidemia dibandingkan dengan orang dengan asupan lemak normal.
Hal senada juga disampaikan oleh Eckel (1997), yaitu konsumsi makanan dengan
kadar kolesterol tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah.
Aktivitas fisik rendah ternyata juga bukan faktor risiko terjadinya dislipidemia.
Hasil ini sesuai dengan Kelley & Kelley (2008) dalam suatu penelitian meta-analisis
yang menyimpulkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan perubahan kadar
profil lipid darah baik kolesterol LDL maupun kolesterol HDL. Hal ini bertentangan
dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan
dengan
menurunnya
risiko
terjadinya
hipo-HDL
kolesterolemia
dan
hipertrigliseridemia (Leblanc dkk, 2010).
Secara umum, dislipidemia banyak dihubungkan dengan tingginya timbunan
lemak visceral tubuh seperti yang terjadi pada obesitas. Namun, akhir-akhir ini
commit to user
dislipidemia lebih cenderung dihubungkan dengan distribusi lemak tubuh khususnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
lemak tubuh bagian atas (Fox dkk, 2007; Grunfeld dkk, 2007; Jensen, 2008).
Seperti halnya jaringan lemak tubuh visceral, tingginya timbunan jaringan lemak
subkutan yang terdistribusi di tubuh bagian atas juga berhubungan dengan
dislipidemia khususnya hiper-LDL kolesterolemia dan hipo-HDL kolesterolemia.
(Wohl dkk, 2008). Mekanismenya telah dijelaskan dalam sebuah penelitian yang
menunjukkan bahwa lemak subkutan tubuh bagian atas ternyata lebih banyak
melepaskan asam lemak bebas secara sistemik dibandingkan lemak tubuh visceral,
terutama pada individu dengan obesitas (Nielsen dkk, 2004).
Jaringan lemak subkutan secara tidak langsung dapat ditentukan dengan
menggunakan ukuran lingkar leher karena lingkar leher telah terbukti berkorelasi
positif dengan pengukuran lemak subkutan leher obyektif yaitu MRI (Wohl dkk,
2008; Grunfeld dkk, 2007). Oleh karena ukuran lingkar leher dapat menggambarkan
lemak subkutan tubuh bagian atas dan distribusi lemak tubuh bagian atas berkorelasi
dengan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, maka lingkar leher mulai diteliti sebagai
alat prediktor adanya risiko penyakit kardiovaskuler seperti dislipidemia pada
obesitas.
Titik
potong
ukuran
lingkar
leher
anak-anak
dengan
obesitas
untuk
mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia di Indonesia belum
ditentukan. Rentang ukuran lingkar leher anak obese laki-laki maupun perempuan
dalam penelitian ini hampir serupa dengan rentang ukuran lingkar leher anak-anak
obese di Amerika Serikat, yaitu 28.5-39.0 cm untuk anak laki-laki dan 27.0-34.6 cm
untuk anak perempuan (Nafiu dkk, 2010). Dalam penelitian ini, titik potong lingkar
leher untuk mengkategorikan kelompok dengan faktor risiko dislipidemia ditentukan
commit to user
dengan menggunakan kurva ROC. Dari kurva ROC didapatkan titik potong 31.5 cm
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
(sensitivitas 95.2%, spesifisitas 28.6%, dan AUC 0.685) untuk anak obese laki-laki
dan 30.5 cm (sensitivitas 84.2%, spesifisitas 33.3%, dan AUC 0.797) untuk anak
obese perempuan.
Adanya hubungan antara dislipidemia dan ukuran lingkar leher anak obesitas telah
dibuktikan oleh Androutsos dkk (2012) yang menyatakan bahwa anak-anak obese
dengan ukuran lingkar leher tertentu memiliki faktor risiko mengalami dislipidemia
seperti hipo-HDL kolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Penelitian ini juga
mengemukakan hasil yang serupa yaitu lingkar leher anak obese laki-laki
berhubungan bermakna dengan dislipidemia, namun lingkar leher dan dislipidemia
tidak berhubungan bermakna pada anak obese perempuan. Anak obese laki-laki
dengan ukuran lingkar leher tinggi cenderung berisiko mengalami 8.00 (95% IK 0.59106.93) kali lipat menderita dislipidemia, namun hasil ini tidak bermakna secara
statistik. Sedangkan, anak obese perempuan dengan lingkar leher tinggi cenderung
berisiko 2.67 (95% IK 0.18-39.62) kali lipat menderita dislipidemia dibandingkan
anak obese perempuan dengan lingkar leher rendah, namun secara statistik hasil ini
tidak bermakna. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah jumlah sampel dalam
penelitian ini lebih sedikit daripada penelitian Androutsos dkk (2012).
Lebih tingginya risiko anak laki-laki obese dengan lingkar leher tinggi untuk
menderita dislipidemia dibandingkan anak obese perempuan semakin mendukung
pernyataan bahwa distribusi lemak tubuh bagian atas lebih berperan dalam timbulnya
faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskuler dibandingkan distribusi lemak tubuh
bagian bawah (Boivin dkk, 2007). Distribusi lemak tubuh bagian atas banyak terdapat
pada laki-laki daripada perempuan, sehingga obesitas pada laki-laki sering juga
commit to user
disebut obesitas tubuh bagian atas atau apple shape atau android obesity (Subardja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
dkk, 2010). Penelitian Preis, dkk (2010) pada subyek dewasa menyatakan hasil yang
bertolak belakang yaitu lingkar leher pada perempuan justru lebih kuat berhubungan
dengan dislipidemia daripada laki-laki. Mekanisme pastinya belum jelas, namun
diduga karena pengiriman asam lemak bebas dari jaringan lemak ke jaringan hati
lebih tinggi terjadi pada perempuan daripada laki-laki (Nielsen dkk, 2004).
C. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah jumlah sampel penelitian yang lebih
sedikit
dibandingkan
penelitian-penelitian
sebelumnya,
komponen-komponen
dislipidemia seperti hiperkolesterolemia, hiper-LDL kolesterolemia, hipo-HDL
kolesterolemia dan hipertrigliseridemia masing-masing tidak diukur hubungannya
dengan lingkar leher, desain penelitian bersifat potong lintang padahal ukuran lingkar
leher diperkirakan dapat berubah sesuai masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu,
untuk masa yang akan datang perlu dilakukan suatu penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih besar, pengamatan yang lebih panjang untuk menganalisis hubungan
antara lingkar leher dengan dislipidemia beserta komponen-komponennya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Lingkar leher pada anak obese laki-laki berhubungan bermakna dengan
dislipidemia, tapi lingkar leher tidak berhubungan dengan dislipidemia pada anak
obese perempuan. Anak obese laki-laki dengan ukuran lingkar leher lebih dari titik
potong (31.5 cm) cenderung memiliki risiko 8.00 kali menderita dislipidemia
dibandingkan anak obese laki-laki dengan lingkar leher kurang dari titik potong dan
anak obese perempuan dengan lingkar leher lebih dari titik potong (30.5 cm)
cenderung memiliki risiko 2.67 kali menderita dislipidemia dibandingkan anak obese
perempuan dengan lingkar leher lebih rendah dari titik potong, hasil ini tidak
bermakna secara statistik. Jadi, berdasarkan hasil penelitian ini lingkar leher dengan
titik potong yang telah ditetapkan belum dapat digunakan sebagai prediktor
dislipidemia pada anak obese laki-laki dan perempuan usia sekolah dasar. Prevalensi
dislipidemia pada anak obese cukup tinggi, yaitu 75% pada anak laki-laki dan 86.4%
pada anak perempuan. Asupan makanan tinggi lemak dan aktivitas fisik rendah tidah
berhubungan dengan dislipidemia pada anak obese.
B. Saran
Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah jumlah sampel penelitian yang
lebih sedikit dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, komponen-komponen
dislipidemia seperti hiperkolesterolemia, hiper-LDL kolesterolemia, hipo-HDL
commit to user
kolesterolemia dan hipertrigliseridemia masing-masing tidak diukur hubungannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
dengan lingkar leher, desain penelitian bersifat potong lintang padahal ukuran lingkar
leher diperkirakan dapat berubah sesuai masa pertumbuhan anak. Oleh karena itu,
untuk masa yang akan datang perlu dilakukan suatu penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih besar, pengamatan yang lebih panjang untuk menganalisis hubungan
antara lingkar leher dengan dislipidemia beserta komponen-komponennya.
C. Implikasi penelitian
Ukuran lingkar leher bukan merupakan prediktor dislipidemia bagi anak obese usia
sekolah dasar, sehingga metode ini belum dapat dijadikan acuan atau protap dalam
upaya preventif dan promotif permasalahan obesitas pada anak. Meskipun demikian,
upaya deteksi dini kelainan profil lipid pada anak obese tetap perlu dilakukan untuk
mengurangi risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler dimasa dewasa.
commit to user
Download