105 BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum koneksi politik berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, namun spesifiknya di setiap negara dapat berbeda-beda. Perbedaan ini tidak hanya terjadi antar negara, melainkan juga dapat berbeda-beda pada negara yang sama dengan periode pengamatan yang berbeda. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perusahaan yang terkoneksi politik dengan perusahaan yang tidak terkoneksi politik. Perbedaan tersebut bergantung pada hubungan antara koneksi politik dan kinerja perusahaan itu sendiri. Ketika koneksi politik berhubungan positif (negatif) dengan kinerja perusahaan, maka kinerja perusahaan yang terkoneksi politik lebih baik (buruk) dibandingkan kinerja perusahaan yang tidak terkoneksi politik. Demikian pula ketika koneksi politik tidak berhubungan dengan kinerja perusahaan, maka tidak ada perbedaan antara kinerja perusahaan yang terkoneksi politik dengan kinerja perusahaan yang tidak terkoneksi politik. 3. Secara negatif lingkungan korupsi dan corporate governance memoderasikan hubungan antara koneksi politik dan kinerja perusahaan. Jika dibandingkan antara keduanya, corporate governance memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan korupsi dalam menjelaskan hubungan tersebut. Hubungan koneksi politik dan kinerja perusahaan akan semakin kuat 106 ketika perusahaan beroperasi di linkungan negara yang inheren dengan praktek korupsi, dan diimbangi pula dengan governance perusahaan yang buruk. Tetapi, hubungan tersebut juga dapat melemah meskipun perusahaan beroperasi di lingkungan negara yang inheren dengan praktek korupsi, apabila perusahaan memiliki governance baik. Sebaliknya, hubungan tersebut akan melemah ketika peusahaan beroperasi di lingkungan negara yang kurang inheren dengan praktek korupsi, dan diimbangi pula dengan governance perusahaan yang baik. Tetapi, hubungan tersebut juga dapat menguat meskipun perusahaan beroperasi di lingkungan negara yang kurang inheren dengan praktek korupsi, apabila governance perusahaan tersebut buruk. 1.2 Saran Koneksi politik di suatu perusahaan merupakan fenomena umum yang terjadi diberbagai negara, di mana tidak ada satu negara pun yang terbebas dari fenomena koneksi politik perusahaan, baik pada negara-negara yang kurang inheren dengan praktek korupsi, terlebih pada negara yang sangat inheren dengan praktek korupsi. Fenomena koneksi politik perusahaan di suatu negara juga tidak dapat sepenuhnya dianggap berkonotasi negatif, karena keduanya (perusahaan dan pemerintah) memiliki peran utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran negara. Akan tetapi, fenomena koneksi politik yang tidak terkendali justru akan berdampak negatif bagi seluruh aspek kehidupan yang bukan hanya pada aspek perekonomian saja. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari fenomena koneksi politik perusahaan yang tidak terkendali, yaitu jumlah penerimaan dari pajak 107 pendapatan perusahaan akan mengalami penurunan sehingga akan menghambat proses pembangunan nasional, mengganggu stabilitas pasar sehingga akan merugikan konsumen dan cenderung menyebabkan pasar menjadi tersegmentasi, meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan sehingga akan melumpuhkan perekonomian, meningkatkan praktek korupsi sehingga dapat menggangu stabilitas perekonomian dan iklim investasi. Oleh karena itu, bagi negara-negara yang inheren dengan praktek korupsi dan diimbangi pula dengan governance perusahaan yang buruk, pemerintah perlu membatasi aksi lobi-lobi perusahaan serta perlu memperketat regulasi pasar guna memperkuat atau setidaknya tidak semakin membuka peluang bagi praktek korupsi dan kronisme. Dalam hal ini, pemerintah bersama otoritas pasar modal dapat mengupayakan hal tersebut melalui kebijakan governance, dimana peraturan-peraturan terkait governance perlu ditingkatkan dan disertai dengan sanksi-sanksi yang tegas atas pelanggaran yang ditimbulkannya. Sedangkan bagi negara-negara yang kurang inheren dengan praktek korupsi, dan disertai dengan corporate governance yang baik, meskipun koneksi politik tidak memiliki peran penting dalam pencapaian kinerja, namun pemerintah juga perlu mengawasi agar kondisi persaingan bisnis menjadi lebih baik atau setidaknya akan tetap terjaga. Dalam hal ini, pemerintah beserta otoritas pasar modal juga perlu memperkuat kebijakan governance bagi perusahaan yang beroperasi di negaranya, karena meskipun dalam lingkungan yang kurang inheren dengan praktek korupsi, praktek kronisme (rente ekonomi) juga memiliki peluang untuk terjadi akibat dari koneksi politik jika kualitas governance perusahaan mulai memburuk. 108 Sama halnya seperti negara, koneksi politik juga dapat diibaratkan sebagai pedang bermata dua bagi perusahaan. Di satu sisi perusahaan perlu mengupayakan koneksi politik guna menunjang kinerja perusahaan, karena tak dapat dipungkiri bahwa pemerintah memiliki kekuasaan mutlak dalam berbagai jenis sistem perekonomian (termasuk sistem ekonomi kapitalis atau liberalis), dan mereka dapat mempengaruhi semua aspek bisnis melalui regulasi atau kebijakankebijakan publik. Beberapa studi empiris juga telah menyimpulkan bahwa keberhasilan bisnis sangat tergantung dari favoritisme pemerintah (Haber, 2002; Hellman et al., 2003; Johnson & Mitton, 2003). Sehingga, jika perusahaan memutuskan untuk tidak terlibat dalam kasus koneksi politik sementara perusahaan-perusahaan lain memiliki koneksi, maka ini artinya bahwa perusahaan tersebut telah membuka peluang bagi dirinya sendiri untuk kehilangan posisinya di pasar, karena pesaing perusahaan (perusahaan yang memiliki koneksi) lebih dominan dalam mempengaruhi stabilitas pasar. Akan tetapi di sisi lain, keberadaan mereka yang tidak tepat guna justru akan membawa dampak negatif bagi perusahaan. Oleh karena itu, koneksi politik harus ditempatkan dalam perusahaan berdasarkan pengalaman yang mereka miliki, namun tidak didasarkan pada kemampuan mereka dalam mengundang kekuasaan politik (pemerintah). Dewan direksi yang memiliki koneksi dengan pemerintah dan keberadaannya di dalam perusahaan didasarkan pada pengalamannya akan memudahkan perusahaan dalam mengakses seluruh tatanan perekonomian dan bisnis secara profesional. Sehingga kinerja perusahaan sepenuhnya dijelaskan oleh keunggulan kompetitif yang dimilikinya dan keberadaan mereka tidak akan melemahkan governance perusahaan. Tetapi, dewan direksi yang memiliki 109 koneksi dan keberadaannya di dalam perusahaan ditujukan untuk memudahkan perusahaan dalam melobi pemerintah, maka perusahaan juga akan mudah dalam mengakses seluruh tatanan perekonomian dan bisnis, namun hal itu cenderung dilakukan dengan cara yang tidak wajar (praktek curang) sehingga akan mengorbankan para pemangku kepentingan. Akibatnya, keberadaan mereka akan melemahkan governance perusahaan. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan (prinsipal) dalam memutuskan untuk menempatkan orang-orang yang berlatarbelakang politisi sebagai dewan direksinya adalah, bahwa ada kecenderungan keputusan itu menjadi boomerang bagi prinsipal sendiri. Penempatan mereka dalam komposisi dewan direksi semulanya ditujukan untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya, namun karena faktor utilitas, ada kemungkinan mereka justru menjadikan perusahaan sebagai media yang dapat menguntungkan dirinya sendiri. Sehingga, dibalik aliansi mereka dengan pejabat-pejabat birokrasi ada kecenderungan untuk terjadi keburaman pada laporan keuangan perusahaan, seperti yang melanda Enron. Corp. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa koneksi politik berpengaruh positif bagi kinerja perusahaan, sehingga perusahaan-perusahaan yang terkoneksi politik memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan rekanrekan mereka yang tidak terkoneksi. Dengan demikian, sekilas bagi perusahaanperusahaan yang terkoneksi politik terlihat memiliki prospek bisnis yang menjanjikan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terkoneksi. Tetapi, investor harus jeli dan perlu mempertimbangkan perusahaan-perusahaan tersebut sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Karena, perusahaan yang terkoneksi politik dan koneksi tersebut mampu melahirkan rente ekonomi, sehingga memiliki 110 peluang yang besar untuk mendapatkan keuntungan (return) yang tinggi, tetapi juga diimbangi dengan risiko yang tinggi. Ketika koneksi politik berperan penting pada pencapaian perusahaan, maka secara otomatis perusahaan memiliki governance yang buruk. Akibatnya, ada kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak sepenuhnya memenuhi hak-hak investor. Dalam penelitian ini, kinerja perusahaan hanya dijelaskan oleh satu variabel tunggal, yakni koneksi politik, sehingga variansi dari kinerja perusahaan tidak sepenuhnya mampu dijelaskan variabel tersebut. Oleh karena itu, bagi para peneliti yang tertarik untuk memperdalam kajian terkait masalah ini, dapat menambah beberapa faktor lain kedalam model analisis sehingga dapat mengungkapkan variansi kinerja yang lebih mendalam. Di samping itu, penelitian ini hanya menguji kinerja perusahaan dari sudut pandang ROA, sehingga tidak sepenuhnya mampu menjelaskan kinerja perusahaan. Untuk itu, penelitian lebih lanjut dapat menambah proksi dari kinerja perusahaan, seperti return on sales (ROS) dan debt equity ratio (DER) serta Tobin’s Q, harga atau return saham, atau market to book sebagai ukuran kinerja pasar,. Disamping itu, guna memperkuat penelusuran koneksi politik perusahaan, peneliti lebih lanjut juga dapat memasukkan efek koneksi politik dari pemegang saham, dan kontribusi perusahaan bagi partai politik.