BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan
seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi
keuangan lainnya secara professional. Keberhasilan bank ditentukan
oleh kemampuan mengidentifikasi permintaan masyarakat akan jasajasa keuangan kemudian memberikan pelayanan secara efisien dan
menjualnya dengan harga yang bersaing.
Menurut Undang-undang perbankan Pasal 1 No. 10 tahun 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan baik adalah
sebagai berikut :
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaan,
kegiatan
usaha,
serta
cara
dan
proses
dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
9
2.1.2 Jenis dan Kegiatan Usaha Bank
Jenis
bank
bermacam-macam,
tergantung
pada
cara
pengklasifikasiannya. Menurut Widjanarto (2003), klasifikasi bank
dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
Jenis bank menurut fungsinya
a. Bank
Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UU No.13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, kemudin
dicabut dengan UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia,
merupakan
lembaga
negara
yang
independen
dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan
pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal lain yang
secara tegas diatur dalam Undang-Undang tentang BI.
b. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam
kegiatannya
memberikan
jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran. (Pasal 1angka 3 UU Perbankan tahun 1998).
c. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. (Pasal 1angka 4 UU Perbankan tahun 1998)
d. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar
10
kepada kegiatan tertentu. Hal tersebut dimungkinkan oleh
ketentuan pasal 5 ayat (2) UU Perbankan tahun 1992. Yang
dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu adalah antara lain melaksanakan kegiatan
pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan
koperasi,
pengembangan
pengusaha
golongan
ekonomi
lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan
pengembangan pembangunan perumahan.
Jenis bank menurut kepemilikannya
a. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan
berdasarkan Undang-Undang.
b. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan
menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari pimpinan Bank
Indonesia. Ketentuan-ketentuan tentang perizinan, bentuk hokum
dan kepemilikan bank umum swasta yang ditetapkan dalam pasal
16, pasal 21, dan pasal 22 UU No.7 tahun 1992 tentang
Perbankan yang kemudian pasal-pasal tersebut telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998.
c. Bank campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama oleh
satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga Negara Indonesia dan atau badan hukum
yang dimiliki sepenuhnya oleh warga Negara Indonesia, dengan
satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.
11
d. Bank Milik Pemerintah daerah, yaitu bank pembangunan
daerah.Berdasarkan pasal 54 UU Perbankan tahun 1992 dimana
dinyatakan bahwa UU No.13 tahun 1962 tentang ketentuanketentuan pokok bank pembangunan daerah dinyatakan hanya
berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak mulai berlakunya
UU tersebut, maka bentuk Bank Pembangunan Daerah (BPD)
tersebut akan disesuaikan menjadi bank umum sesuai dengan UU
Perbankan tahun 1992.
2.2 Pasar Modal
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument
keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik
dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahan swasta. (Husnan, 2001, 4).
Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari
pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan
semua bentuk hutang dan modal sendiri baik dana jangka panjang maupun
jangka pendek, baik negotiable ataupun tidak.
Pengertian pasar modal dalam Undang Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun
1995 yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannnya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) dapat mengalokasikan dananya dengan lebih efisien, karena pihak
12
investor tersebut dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return
yang optimal. Pasar modal secara umum diartikan sebagai pasar yang bersifat
abstrak dalam hal transaksi jual beli produknya. Dalam bentuk konkritnya,
produk yang diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga di
bursa efek. Menurut Tandelilin (2001:25), “Bursa efek dalam arti sebenarnya
adalah suatu sistem yang terorganisir dengan mekanisme resmi untuk
mempertemukan penjual dan pembeli sekuritas secara langsung atau melalui
wakil-wakilnya”. Di Indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang pada akhir tahun 2007
telah bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sekuritas yang
umumnya diperdagangkan di pasar modal adalah saham, obligasi, reksadana
dan instrumen derivatif. Tandelilin (2001) mendefinisikan saham, obligasi,
reksadana dan instrumen derivatif adalah sebagai berikut:
a. Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu
perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua
kewajiban perusahaan.
b. Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah
tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat
mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan
diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par
(par value) pada saat jatuh tempo.
13
c. Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk
digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di
pasar uang.
d. Instumen Derivatif (Opsi dan Futures) merupakan sekuritas yang nilainya
merupakan turunan dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrument
derivative sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan
sebagai patokan. Ada beberapa jenis instrumen derivative, di antaranya
waran, bukti right (right issue), opsi dan futures.
2.3 Bursa Efek
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Bursa Efek
sebagai berikut :
”Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek di antara mereka.”
Sedangkan untuk Efek UU Pasar Modal mendefinisikan sebagai berikut :
“Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari
efek.”
14
2.4 Saham
2.4.1 Pengertian Saham
Saham (stocks) adalah surat tanda bukti kepemilikan bagian modal
suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham
atau sering disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan
diperdagangkan. Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi saham
biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock).(Jogiyanto,
2002).
2.4.2 Jenis-jenis Saham
Jenis-jenis saham berdasarkan kapitalisasinya.
a. Saham Unggulan atau Papan Atas (Blue Chip - big cap).
Saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar
diatas Rp 40 triliun. Selain berkapitalisasi besar saham-saham ini
juga tergolong blue chip, yaitu saham perusahaan besar dengan
kinerja dan fundamental yang baik, dikelola dengan professional,
bergerak pada bidang industri yang dibutuhkan banyak orang, dapat
mencetak untung besar dan rutin membagikan dividen. Saham ini
fundamentalnya kuat dan tidak mudah digoreng oleh bandar karena
kapitalisasi pasarnya besar dan jenis saham ini juga layak dimiliki
untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan saham lain.
b. Saham Lapis Kedua (Second Layer – medium cap).
Saham-saham perusahaan yang lebih kecil dari saham blue chip.
Kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun sampai Rp 40 triliun.
15
Pergerakan harga saham lapis kedua biasanya berfluktuatif dan
fundamental perusahaan cukup baik, tetapi masih dalam tahap
prospek berkembang. Beberapa saham lapis kedua juga tidak begitu
likuid dan rentan terhadap aksi goreng-menggoreng di bursa.
c. Saham Lapis Ketiga (Third Layer – small cap).
Saham-saham jenis ini memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar
yang amat kecil, yaitu dibawah Rp 1 triliun. Jenis saham ini juga
sering dikenal sebagai saham tidur dan sedikit orang yang
memilikinya.
Jenis-jenis saham berdasarkan likuiditas saham.
Mudah atau tidaknya Anda membeli atau menjual saham ditentukan
oleh likuiditas saham tersebut. Berdasarkan likuiditasnya, karakter
saham dapat dikategorikan menjadi :
a. Saham berlikuiditas tinggi
Jenis saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan
mempermudah investor untuk membeli dan menjual saham
tersebut. Umumnya saham-saham yang termasuk dalam kategori
ini adalah saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang
besar (big cap) dan fundamental yang bagus, tetapi tidak semua
saham yang fundamentalnya bagus memiliki likuiditas yang
tinggi
16
b. Saham musiman (cyclical stock)
Saham jenis ini akan bergerak aktif apabila ada peristiwa tertentu
yang mempengaruhi kondisi bisnis emiten tersebut, baik itu
peristiwa politik, ekonomi, hari raya keagamaan, liburan sekolah.
c. Saham Tidur
Saham ini tingkat likuiditasnya sangat rendah. Umumnya saham
ini akan bergerak apabila ada aksi korporasi (corporate action)
atau berita yang terkait dengan eksistensi emitennya. Informasi
yang ada mengenai perusahaan tersebut biasanya hanya berupa
rumor, tapi pergerakan harga sahamnya dapat sangat drastis.
Saham ini sering kali menjadi sasaran empuk bagi para Bandar
dalam aksi goreng-menggoreng.
Jenis-jenis saham berdasarkan kepemilikannya.
a. Saham Biasa (Common Stock)
Sebagian besar saham yang beredar di bursa adalah saham umum.
Pemilik saham ini akan menerima dividen jika perusahaan
memperoleh laba dan pada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) setuju mengenai adanya pembagian dividen tersebut. Jika
suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut, para pemegang
saham biasa ini akan menerima hak atas sisa aset perusahaan
paling akhir setelah semua kewajiban atau hutang pada pihak lain
sudah dilunasi.
17
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Jenis saham ini memberikan dividen kepada pemegang sahamnya
secara pasti. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau bangkrut,
para pemegang saham preferen ini ini akan menerima hak atas
sisa aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa. Umumnya
besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham
peferen ini sudah ditetapkan.
2.5 Dividen
2.5.1 Pengertian Dividen
Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para
pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang
tunai (kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen
haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut
menjadi kewajiban perusahaan. (Henry Simamora, 2000, 423).
Dalam Kamus Istilah Pasar Modal (1999 : 117) ditulis bahwa :
“Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada
pemegang saham.”
2.5.2 Teori Dividen
1. Teori Residu Dividen ( Residual Dividend of Theory)
Laba yang diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode
sebenarnya adalah untuk kesejahteraan para pemegang saham.
Namun biasanya sebagian dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai dividen dan sebagian ditahan. Untuk menahan laba yang
18
diperoleh perusahaan biasanya kerena ada kesempatan investasi yang
menguntungkan. Dengan demikian residual dividend of theory
adalah sisa laba yang tidak diinvestasikan kembali.
2. Dividen Model Walter (Walter’s Dividend Model)
Teori dividen model Walter ini berpendapat bahwa selama
keuntungan yang diperoleh dari reinvestasi lebih tinggi dibanding
dengan biayanya, maka reinvestasi tersebut cenderung akan
meningkatkan harga saham atau nilai perusahaan.
3. Dividen Model Modigliani dan Miller (Modigliani and Miller’s
Model)
Pendapat Modigliani dan Miller ini ditekankan bahwa pengaruh
pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan
diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain.
Artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus
mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti
sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian adanya
kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan
harga saham sebagai akibat dari penjualan saham baru.
2.5.3 Macam- Macam Dividen
Dividen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
19
a. Dividen tunai
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak
digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para
pemegang saham biasa melalui cek atau terkadang mereka
menginvestasikannya kembali dalam saham biasa di perusahaan.
Penginvestasian
kembali
dividen
pada
saham
perusahaan
diselesaikan melalui suatu rencana reinvestasi dividen (dividend
reinvestment plan), atau sering disebut dengan DRIP.
b. Dividen saham
Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan
bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaan yang akan memberikan
dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut
dalam persentase tertentu, misalnya 10% dividen saham, yang berarti
jika seorang investor memilki 10 lot (5000 lembar) saham biasa,
maka ia berhak menerima saham biasa sebanyak 1 lot ( 500 lembar)
saham biasa. Jika seorang investor memiliki saham yang
menghasilkan dividen saham kurang dari fraksi yang telah
ditentukan (dalam lot), maka kekurangannya akan diberikan dalam
bentuk tunai.
c. Dividen Kekayaan
Dividen kekayaan adalah distribusi pro rata suatu aset fisik. Aset
tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan.
Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah pemegang saham
20
perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang
mudah didistribusikan. Dividen kekayaan saat ini sudah sangat
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan dalam
pendistribusian aset fisik kepada pemegang sahamnya, disamping itu
belum tentu semua pemegang saham menyetujuinya. ( warsono,
2003: 272).
2.5.4 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan salah satu fungsi utama seorang manajer
keuangan dalam membuat keputusan keuangan perusahaan. Berikut ini
akan diuraikan beberapa definisi kebijakan dividen menurut beberapa
orang ahli yaitu sebagai berikut :
Menurut Bambang Riyanto (2001 : 265) : “Kebijakan dividen adalah
bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earnings)
antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam
perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam
perusahaan.”
Sedangkan menurut Agus Sartono (2001 : 369) : “Kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang.”
21
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan
adalah memutuskan alokasi dari laba yang diperoleh selama satu
periode, berapa yang dibagikan sebagai dividen, dan berapa lagi yang
dibiarkan dalam bentuk laba ditahan.
Bagaimanapun kebijakan dividen adalah merupakan bagian dari
kebijakan strategi perusahaan, karena apapun keputusannya akan
berimplikasi luas bagi perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan
untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan
mengurangi jumlah laba yang ditahan, yang pada gilirannya
mengurangi dana internal yang dapat digunakan bagi pengembangan
perusahaan.
Sedangkan apabila perusahaan tidak membagi labanya sebagai dividen,
maka hal itu akan mempengaruhi reaksi pasar di bursa efek bagi
perusahaan yang sudah listing, walaupun di sisi lain akan memperbesar
sumber dana internal perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.
Dividen tunai merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang
saham. Ada dua jenis dividen, yaitu dividen saham preferen yang
dibayarkan secara tetap dalam jumlah tertentu, dan dividen saham biasa
yang dibayarkan kepada pemegang saham apabila mendapatkan laba.
Harga saham dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dividen. Besarnya
dividen yang dibayarkan akan meningkatkan nilai perusahaan atau
harga saham.
22
Namun semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang
saham akan memperkecil sisa dana yang dapat dipergunakan untuk
mengembangkan perusahaan sebagai reinvestasi, karena laba ditahan
tersebut merupakan sumber dana intern yang dapat digunakan untuk
membelanjai perusahaan. Semakin rendah laba ditahan akibatnya akan
memperkecil kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang
pada akhirnya juga memperkecil pertumbuhan dividen.
Dari
keterangan
diatas
ternyata
kebijakan
dividen
tersebut
menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan
besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi
sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk
mengambil kebijakan dividen yang optimal.
Rasio Pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah
laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba
yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk
pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran
dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.
2.6 Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham
yang diperdagangkan
pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang
beredar pada waktu tertentu ( Suad Husnan dkk, 2005 ). Jumlah saham yang
diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut
melakukan emisi saham. Perkembangan volume perdagangan saham
23
mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan
manifestasi dari tingkah laku investor (Robert Ang, 1997 ). Naiknya volume
perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa.
Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin
besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin
meningkatnya
volume
perdagangan
saham
menunjukkan
semakin
diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa
pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham. Menurut Bamber ( 1996
) dalam Wahyudi ( 2001 ), pendekatan volume perdagangan saham dapat
digunakan sebagai proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah
bahwa volume perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor
karena adanya suatu informasi baru melalui penjumlahan saham yang
diperdagangkan.
2.7 Return
Return merupakan keuntungan yang diperoleh oleh investor dari investasi.
Return dapat berupa return relisasi maupun return ekspektasi. Return realisasi
atau return actual adalah tingkat return yang diperoleh investor yang didapat
berdasarkan data historis yang merupakan selisih harga investasi sekarang
relative dengan harga periode lalu. Sedangkan return yang diharapkan
maupun tingkat return yang diantisipasi investor dimasa mendatang.
Return realisasi merupakan capital gain/loss yaitu selisih antara harga saham
periode saat ini (Pit) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pit-1).
24
Secara matematis return realisasi dapat diformulasikan sebagai berikut
(Jogiyanto, 2003:110).
Pi t – Pi t - 1
Rit =
Pi t - 1
Dimana
Rit
= Return saham atau actual return perusahaan ke-i pada waktu t
Pit-1
= Harga saham perusahaan i pada waktu t
Pit-1
= Harga saham perusahaan i pada waktu t-1.
2.8 Teori Yang Berhubungan Dengan Informasi
Menurut Brigham (dalam Kurniawan, 2006) terdapat dua teori yang relevan
untuk menjelaskan hubungan antara kandungan informasi dari berbagai
corporate action dengan perkembangan harga/volume perdagangan saham di
pasar modal yaitu :
a. Teori Struktur Modal
Dalam teori ini, diasumsikan bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki
struktur modal yang optimal masih terjadi ketidakjelasan apakah hal itu
dapat menjelaskan pengaruh negatif terhadap harga saham yang
dihubungkan dengan penerbitan saham baru. Alasannya adalah bahwa
penambahan
saham
baru
seharusnya
selalu
mewakili
ke
arah
perkembangan struktur modal yang optimal lebih baik dan bukan
sebaliknya, sehingga penambahan saham baru seharusnya memberikan
dampak terhadap harga saham yang positif atau nol.
25
b. Teori Sinyal (signalling Theory)
Asumsi utama dalam teori ini adalah bahwa manajer memiliki informasi
yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor
luar, dan manajer adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan
insentif yang diharapkannya. Maksudnya adalah manajer umumnya
memiliki informasi yang lebih lengkap dan akurat daripada pihak luar
perusahaan (investor) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan. Asimetri informasi akan terjadi jika manajer tidak secara
penuh menyampaikan perusahaan ke pasar modal. Asimetris informasi
adalah kondisi suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak
daripada pihak lain. Tingkat asimetris informasi ini bervariasi dari sangat
tinggi ke sangat rendah. Manajer pada umumnya termotivasi untuk
menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaan ke masyarakat
secepat mungkin. Namun pihak di luar perusahaan tidak tahu kebenaran
dari informasi yang disampaikan tersebut. Karena adanya kondisi asimetri
informasi, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui
keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting.
Manajer jika menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya
pasar merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap event
tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari
perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi sebagai
implikasinya. Pengumuman dividen tunai akan direspon oleh pasar
sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang
26
dikeluarkan oleh pihak manajer selanjutnya akan mempengaruhi nilai
saham perusahaan dan aktivitas perdagangan saham.
2.9 Studi Peristiwa
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan
informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga
digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian
kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat
merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi
dimaksudkan
untuk
melihat
reaksi
dari
suatu
pengumuman.
Jika
pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar ditunjukkan adanya perubahan harga dari sekuritas yang
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga. Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi
dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika
pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi
yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar
secara informasi (informational market) bentuk setengah kuat (Jogiyanto,
2003: 410).
27
Download