SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terdapat perbedaan signifikan dalam hal keadaan sosial ekonomi, demografi dan akses informasi. Pendidikan ayah dan ibu contoh yang membeli susu relatif lebih tinggi yang membeli susu dibandingkan yang tidak membeli susu, demikian pula pendapatan per kapita serta jumlah sumber informasi dan jumlah informasi tenang susu dan mereknya. Selain itu, umur anak di keluarga yang membeli susu rata-rata lebih muda daripada yang tidak membeli susu. Namun demikian tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi dan tumbuh kembang serta sikap pemberian susu pada kedua kelompok. Perilaku pembelian susu untuk anak 2-5 tahun dipengaruhi oleh umur ibu, lama pendidikan ibu, pendapatan per kapita dan umur anak serta jumlah sumber informasi. Dari 230 contoh yang membeli susu, 71.3% membeli susu bubuk, 22.6% membeli SKM dan 6.1% membeli susu segar. Terdapat perbedaan yang nyata antara pengeluaran susu bubuk dan SKM, akan tetapi tidak terdapat perbedaan persen pengeluaran terhadap total pendapatan untuk berbagai jenis susu. Perilaku pemilihan merek susu merupakan perilaku pengambilan keputusan dengan keterlibatan tinggi yang ditandai dengan kepentingan pembelian susu dari sudut manfaat dan resiko yang dirasakan sehingga menggerakkan pencarian informasi yang ekstensif dari berbagai sumber informasi. Selanjutnya pencarian informasi berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilihan mereknya tanpa melalui evaluasi alternatif. Kepuasan merupakan prediktor yang kuat menentukan niat membeli merek yang sama, dan di sisi lain kepuasan dipengaruhi oleh kepercayaan merek. Kepercayaan atribut merek dibentuk melalui prinsip pembelajaran kognitif yang dipengaruhi oleh jumlah sumber informasi. Kepercayaan mempengaruhi afeksi atribut merek susu. Selanjutnya kepercayaan bersama afeksi menentukan niat beli merek yang sama melalui kepuasan dari pengalaman menggunakan merek tersebut di masa lalu. Terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan tiga indikator status, perkembangan kognitif dan psikososial diantara kedua kelompok, akan tetapi tidak terdapat perbedaan status kesehatan. Z score, skor perkembangan kognitif dan perkembangan psikososial pada kelompok yang membeli susu lebih tinggi daripada kelompok yang tidak membeli susu. 147 Konsumsi susu (protein susu) memberi pengaruh signifikan pada status gizi dengan tiga indikator, akan tetapi pengasuhan psikososial hanya berpengaruh positif hanya terhadap status gizi dengan indikator TB/U. Selain itu status gizi menurut TB/U juga dipengaruhi signifikan negatif oleh umur. Status gizi dengan indikator BB/TB dipengaruhi oleh pendapatan per kapita dan lama pendidikan ibu, sedangkan status gizi dengan indikator BB/U dipengaruhi oleh pendapatan per kapita. Konsumsi susu dan pengasuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap status kesehatan, akan tetapi jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan. Status kesehatan anak laki-laki lebih baik daripada perempuan. Konsumsi susu tidak memberikan pengaruh terhadap perkembangan kognitif maupun perkembangan psikososial. Sebalikya pengasuhan psikososial berpengaruh sangat nyata terhadap perkembangan kognitif dan psikososial. Pengasuhan psikososial tidak hanya menstimulasi perkembangan kognitif saja akan tetapi juga menstimulasi kemampuan berbahasa, menolong diri sendiri, sosial emosi. Oleh karena itu pengasuhan mempengaruhi pula perkembangan psikososial anak. Umur berpengaruh terhadap perkembangan kognitif secara negatif dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial emosi, motorik kasar dan motorik halus secara positif. Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Anak perempuan lebih menentukan skor perkembangan bahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan sosial demografi dengan aspek perkembangan kognitif. Saran Penelitian ini membuktikan bahwa besarnya jumlah sumber informasi yang yang mempengaruhi perilaku keputusan pembelian susu dan pencarian informasi tentang merek dalam membentuk kepercayaan atribut merek. Hal ini mengimplikasikan bahwa konsumen tidak hanya mengaktifkan pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan, akan tetapi sengaja melakukan proses pencarian informasi. Oleh karena itu pemasar dapat memfasilitasi eksposur yang disengaja dengan membuat informasi pemasaran yang tepat tersedia pada tempat dan saat konsumen membutuhkannya. Hal ini mengisyaratkan para pemasar untuk mengantisipasi kebutuhan konsumen tersebut dengan menggunakan strategi promosi melalui berbagai media. Manajer pemasaran harus dapat memilih dengan hati-hati bauran media (majalah, koran, papan bilboard, televisi, dll) 148 dengan tujuan dapat memaksimalkan kemungkinan segmen sasarannya terekspos iklan perusahaanya agar dapat membentuk posisi merek sesuai dengan yang diinginkan. Produsen susu disarankan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan memberi informasi yang dapat meningkatkan keterlibatan konsumen terhadap kategori produk yang akan memberikan konsekuensi positif dan relevan terhadap nilai pribadi. Hal yang dapat dilakukan adalah melakukan penelitian riset konsumen untuk mengidentifikasi konsekuensi produk atau nilai produk yang dianggap konsumen paling relevan dengan pribadinya. Selanjutnya pemasar pendesain arti strategi yang dapat mengaktifkan menghubungkannya dengan suatu produk/atribut. akan memotivasi konsumen untuk tersebut dan Keterlibatan yang tercipta memperhatikan informasi dan menginterpretasikannya. Susu segar menyumbangkan protein terbanyak diantara jenis susu, oleh karena itu perlu dilakukan penyadaran masyarakat untuk dapat merubah kebiasaan mengkonsumsi susu yang selama ini lebih menyukai susu kental manis. Padahal di berbagai negara maju, susu segar menjadi pilihan utama yang ditunjang budaya minum susu yang sudah memasyarakat untuk kepentingan kesehatan. Peningkatan kesadaran tentang kebiasaan minum susu segar juga akan memberikan implikasi pada upaya peningkatan usaha peternakan sapi perah rakyat. Cara yang dapat dilakukan misalnya Koperasi Peternak Susu (KPS) menjual langsung produknya dalam bentuk kemasan siap minum yang harganya relatif lebih murah dibandingkan olahan industri sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat dengan tetap menjaga keamanannya. Dengan cara tersebut, koperasi susu dapat memiliki jaringan pasar sendiri dengan harga lebih bersaing. Terdapatnya kecenderungan semakin banyak minum susu semakin berkurang makanan lainnya perlu diwaspadai. Oleh karena itu perlu membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, beragam dan berimbang (3B). Kebiasaan makan dengan konsep makanan seimbang perlu ditingkatkan agar mengurangi kemungkinan hanya memberikan susu saja bagi anak yang susah makan. Untuk mengimbangi iklan yang disampaikan oleh produsen susu, maka pemerintah juga perlu meningkatkan kesadaran konsumen dalam pencarian informasi secara eksternal dari berbagai sumber informasi tentang makanan seimbang tersebut. Informasi tersebut diharapkan dapat 149 menambah pengetahuan tentang susu dan makanan seimbang serta menggunakannya untuk mengevaluasi alternatif produk dan merek agar dapat menentukan pilihan dengan benar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Informasi dapat disampaikan melalui iklan layanan masyarakat berbagai media yang lebih menarik daripada iklan produsen susu. Pengasuhan psikososial sebagai faktor yang membentuk perkembangan kognitif dan psikososial. Oleh karena itu disarankan untuk selalu menyampaikan pesan tersebut lewat posyandu, televisi maupun bersamaan dengan iklan produk susu untuk anak usia 2-5 tahun. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepercayaan tentang susu yang dapat mendorong perilaku konsumsi susu yang lebih baik. Selain itu perlu dikaji pula tentang kandungan esensial yang terdapat dalam susu yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.